ENDOKRIN HIPERTIROID
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa
Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan, dan Imunologi
Dosen Pengampu: Bayu Brahmantia, M.Kep., CWCS.
Disusun oleh:
Kelompok 3
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang “Hipertiroid”
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata
bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat untuk
pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN...............................................................................................................5
BAB II
TINJAUAN FUSTAKA......................................................................................................7
2.1 Definisi......................................................................................................................7
2.2 Etiologi......................................................................................................................7
2.3 Manifestasi klinis......................................................................................................7
2.4 Patofisiologi..............................................................................................................8
2.5 Farmakoterapi...........................................................................................................9
2.6 Masalah keperawatan...............................................................................................10
2.7 Pathway Hipertiroid.................................................................................................11
BAB III
PEMBAHASAN................................................................................................................13
3.1 penglajian...............................................................................................................13
3.2 Analisa Data...........................................................................................................14
3.3 Diagnosa Keperawatan...........................................................................................15
3.4 Intervensi Keperawatan..........................................................................................15
3.5 Implementasi..........................................................................................................18
3.6 Evaluasi..................................................................................................................20
BAB IV
PENUTUP...........................................................................................................................27
iii
4.1 Kesimpulan .......................................................................................................27
4.2 Saran..................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................28
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit kelenjar tiroid termasuk penyakit yang sering ditemukan dimasyarakat, salah
satunya penyakit hipertiroid. Hipertiroid adalah salah satu penyakit gangguan kelenjar
endokrin yang disebabkan karena adanya peningkatan produksi hormon tiroid secara
berlebihan oleh kelenjar tiroid. Penyebab terbanyak yang dapat menimbulkan keadaan
hipertiroid adalah penyakit Graves, yaitu sekitar 60-90 persen dari seluruh kasus
hipertiroid di dunia.
Penyakit hipertiroid merupakan penyakit hormonal yang menempati urutan kedua
terbesar di Indonesia setelah diabetes melitus. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013,
prevalensi diabetes mellitus dan hipertiroid di Indonesia berturut-turut adalah sebesar 1,5
dan 0,4 persen. Hipertiroid adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar
hormon tiroid di dalam darah yang disebabkan oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif.
Di Indonesia, kejadian hipertiroid berkisar 44%- 48% dari seluruh kelainan kelenjar
tiroid yang ditemui dan telah diperkirakan terdapat 12 juta kasus hipertiroid pada tahun
1990. Beberapa penelitian tentang hipertiroid di RSUP DR. M. Djamil Padang
menunjukkan bahwa jumlah pasien yang menderita hipertiroid cenderung mengalami
peningkatan, yaitu pada tahun 2011 terdapat 697 ka asus, sedangkan pada tahun 2012
terdapat 716 kasus.
Pasien dengan peningkatan kadar hormon tiroid (hipertiroid) yang tidak diobati akan
berisiko menurunnya kualitas hidup, atrial fibrilation dan osteoporosis. Oleh karena itu
diperlukan terapi untuk mengontrol kadar hormon tiroid pada batasan normal dan
meminimalkan gejala dari hipertiroid. Terapi yang diberikan adalah pemberian obat
antitiroid, iodin radioaktif dan tiroidektomi (pengangkatan kelenjar tiroid) yang
disesuaikan dengan jenis dan tingkat keparahan hipertiroid, usia pasien serta pilihan
pasien. Dari ketiga pilihan terapi tersebut, terapi dengan obat antitiroid merupakan salah
satu terapi yang banyak digunakan.
Beberapa penelitian menunjukkan hasil masih adanya ketidak tepatan dalam
penggunaan obat antiriroid pada pasien hipertiroid. Hasil penelitian terkait studi
penggunaan obat antitiroid pada pasien hipertiroid di Poli Tiroid Unit Penyakit Dalam
instalasi rawat jalan RSUD Dr. Soetomo Surabaya ditemukan 2 jenis DRP yang
5
teridentifikasi yaitu dosis dan frekuensi penggunaan yang tidak tepat sebesar 12,7% dan
interaksi obat potensial sebesar 5,4%. Penelitian lain yang dilakukan terhadap pola
penggunaan antitiroid dan penyekat-ß adrenoreseptor pada pasien hipertiroid di Rumkital
Dr. Ramelan Surabaya ditemukan penggunaan metimazol pada pasien hamil dengan dosis
yang cukup besar (4%).
Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif, tidak aman dan tidak ekonomis telah
menjadi masalah tersendiri dalam pelayanan kesehatan. Untuk menjamin penggunaan
obat yang tepat, perlu dilakukan evaluasi penggunaan obat. Tujuan evaluasi penggunaan
obat adalah untuk memastikan bahwa obat yang digunakan secara tepat, aman dan efektif.
Evaluasi penggunaan obat ini dapat dilakukan melalui suatu studi desain retrospektif.
1.2 Rumusan masalah
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
a. Umum : Berat badan turun, keletihan, apatis, berkeringat, dan tidak tahan panas
b. Kardiovaskuler: Palpitasi, sesak nafas, angina, gagal jantung, sinustakikardi, fibrilasi
atrium, nadi kolaps.
c. Neuromuskular: Gugup, gelisah, agitasi, tremor, koreoatetosis, psikosis, kelemahan
otot, secara emosional mudah terangsang (hipereksitabel), iritabel dan terus menerus
merasa khawatir, Serta tidak dapat duduk diam.
d. Gastrointestinal: penderita mengalami peningkatan selera makan dan konsumsi
makanan, penurunan berat badan yang progresif, kelelahan oto yang abnormal,
perubahan defekasi dengan konstipasi atau diare, serta muntah.
e. Reproduksi: Oligomenorea, infertilitas
f. Kulit : warna kulit penderita biasanya agak kemerahan (flushing) dengan warnah
salmon yang khas dan cenderung terasa hangat, lunak serta basah, namun demikian,
pasien yang berusia lanjut mungkin kulitnya agak kering, tangan gemetar Pruritus,
eritema Palmaris, miksedema pretibial, rambut tipis.
g. Struma : Difus dengan/tanpa bising, nodosa
h. Mata : lakrimasi meningkat, kemosis (edeme konjungtiva), proptosis, ulserasi
kornea, optalmoplegia, diplobia, edema pupil, penglihatan kabur.
2.4 Patofisiologi
8
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid
membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk
akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme
tubuh yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini,
terkadang penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur.
2.5 Farmakologi
9
1. Carbimazole (karbimasol)
Obat ini sebenarnya obat anti parkinson, yang dipakai untuk mengatasi gejala-
gejala parkinson, seperti gerakan badan yang kaku, tangan yang gemetar dan
sebagainya. Di dalam pengobatan hipertiroid, obat ini dipakai untuk mengobati tangan
gemetar dan denyut jantung yang meningkat. Namun penggunaan obat ini pada pasien
dengan penyakit hipertiroid harus berhati-hati, bahkan sebaiknya tidak digunakan
pada pasien dengan denyut jantung yang cepat (takikardia). Pada pasien yang denyut
nadinya terlalu cepat (lebih dari 120 kali per menit) dan tangan gemetar biasanya
diberi obat lain yaitu propranolol, atenolol, ataupun verapamil.
Obat Dosis awal (mg/hari) Pemeriksaan (mg/hari)
Karbimatol 30 – 60 5 – 20
Metimazol 30 – 60 5 – 20
Propiltiourasil 300 – 600 2 – 200
HIPERTIROID
Tekanan Darah
11
Aritmia dan takikardi
Jantung berkompensasi
Dispneu
12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Riwayat Keperawatan
1) Keluhan Utama
Pasien mengeluh terdapat benjolan pada leher, mengalami penurunan berat badan
dalam 6 bulan terakhir, nafsu makan meningkat, merasa lelah, rambut rontok,
sulit tidur, tremor kedua tangan, sering buang air besar.
2) Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengeluh terdapat benjolan pada leher, mengalami penurunan berat badan
dalam 6 bulan terakhir, nafsu makan meningkat, merasa lelah, rambut rontok,
sulit tidur, tremor kedua tangan, sering buang air besar.
3) Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit terdahulu.
13
dijauhkan membesar, fungsi penglihatan baik, bola mata terlihat menonjol.
Hidung : lubang hidung simetris, tidak ada benjolan, fungsi penciuman baik,
hidung bersih, tidak ada secret.
Mulut: lidah tidak kotor, mukosa bibir lembab, gigi rapih, tidak kotor
Telinga: bentuk simetris, telinga bersih, tidak ada serumen, fungsi pendengaran
baik,.
Leher : terdapat benjolan
Sistem integumen : warna kulit sawo matang, terdapat ruam kulit
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil laboratorium
T3 200 ng/dl
T4 15 ug/dl
TSH 8 ulU/mL
14
Aritmia takikardia
Berat badan
Defisit Nutrisi
Tabel 3.1 Rumusan Masalah/Analisa Data
Sumber: Tim Pokja, SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi
dan Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
3.3 Diagnosa Keperawatan
15
meningkat dengan kriteria muncul meliputi
Observasi
hasil : dyspnea,kelelahan,
- Monitor tekanan darah
1. Lelah cukup edema,ortopnea,
- Monitor nadi
menurun dan adanya
(frekuensi,irama,kekuat
2. Tekanan darah peningkatan CVP
an)
membaik 2. Tekanan darah
- Monitor pernapasan
3. Nadi membaik pada pasien
- Monitor suhu tubuh
dengan curah
- Monitor tekanan nadi jantung perlu
Terapeutik untuk di monitor
- Atur interval karna penting
pemantauan sesuai untuk membantu
kondisi pasien penegasan
- Dokumentasikan hasil diagnostic
pemantauan 3. Nyeri dada yang
Edukasi muncul pada
- Jelaskan tujuan dan pasien dengan
prosedur pemantauan penurunan curah
- Informasikan hasil jantung, biasanya
pemantauan,jika perlu memicu adanya
Perawatan Jantung komplikasi atau
(1.11353) kelainan yang
Observasi: terjadi yang
- Identifikasikan berhubungan
tanda/gejala primer dengan system
penurunan curah coroner
jantung (meliputi 4. Posisi semo
dyspnea,kelelahan,ede fowler
ma,ortopne)
- Identifikasi tanda dan
gejala sekunder
penurunan curah
jantunh meliputi
peningkatan berat
badan,hepatomegaly,
distensi, vena
16
jugularis,palpitasi,
ronkhi basah,batuk,
kulit pucat
- Monitor tekanan darah
- Monitor intake dan
output cairan
- Menitor saturasi
oksigen
17
serat untuk mencegah
konstipasi
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
- Hentikan pemberian
makanan melalui selang
nasogastrik jika asupan
oral dapat ditoleransi
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. pereda nyeri,
antlemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
Tabel 3.2 Intervensi Keperawatan
Sumber: Tim Pokja, SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
No Implementasi Keperawatan
1 - Memonitor tekanan darah
- Menonitor nadi (frekuensi,irama,kekuatan)
18
- Memonitor pernapasan
- Memonitor suhu tubuh
- Memonitor tekanan nadi
- Mengatur interval pemantauan sesuai kondisi pasien
- Mendokumentasikan hasil pemantauan
- Menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
- Menginformasikan hasil pemantauan,jika perlu
- Mengidentifikasi tanda/gejala primer penurunan curah jantung (meliputi
dyspnea,kelelahan,edema,ortopne)
- Mengidentifikasi tanda dan gejala sekunder penurunan curah jantung meliputi
peningkatan berat badan,hepatomegaly,distensi, vena jugularis,palpitasi, ronkhi
basah,batuk, kulit pucat
- Memonitor tekanan darah
- Memonitor intake dan output cairan
- Memonitor saturasi oksigen
2
- Mengidentifikasi status nutrisi
- Menghentikan pemberian makanan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat
19
ditoleransi
- Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
- Menganjurkan diet yang diprogramkan
- Mengkolabirasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri, antlemetik),
jika perlu
- Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu
- Menganjurkan posisi duduk, jika mampu
- Menganjurkan diet yang diprogramkan
- Mengkolabirasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri, antlemetik),
jika perlu
- Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu
Tabel 3.4 Implementasi Keperawatan
Sumber: Tim Pokja, SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi
dan Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
- Suhu : 36,5 C
20
21
EBF (Evidence Base Practice)
Judul HUBUNGAN TINGKAT TIROIDEKTOMI MENINGKATKAN Evaluasi Penggunaan Obat Antitiroid Pada
STRES DENGAN KEJADIAN IMT (INDEKS MASSA TUBUH) PADA Pasien Hipertiroid di RSUP Dr. M. Djamil
HIPERTIROID PADA WANITA PASIEN HIPERTIROID DI RSUP DR. Padang, Indonesia
USIA SUBUR KARIADI SEMARANG
Penulis Muhamad Arif Musoddaq, Reyhan Zuhdi Gofita Widyawigata , Yan Dian Ayu Juwita, Suhatri, & Risa Hestia
Taufiq Hidayat, Mohamad Wisnu Prajoko, Endang Mahati, Albertus
Samsudin Ari Adrianto2
21
mengakibatkan tirotoksikosis, yang menunjukkan kecurigaan Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013,
yaitu berbagai bentuk adanya hipertiroid. Penelitian prevalensi diabetes mellitus dan hipertiroid di
manifestasi interaksi ini melibatkan 62 subyek Indonesia berturut-turut adalah sebesar 1,5 dan
kelebihan hormon tiroid pada penelitian yaitu pasien dengan 0,4 persen. Di Indonesia, kejadian hipertiroid
jaringan tubuh berupa diagnosis hipertiroid secara berkisar 44%- 48% dari seluruh kelainan
percepatan detak jantung, laboratoris yang dilakukan kelenjar tiroid yang ditemui dan telah
penurunan berat badan, tiroidektomi yang memenuhi diperkirakan terdapat 12 juta kasus hipertiroid
peningkatan nafsu makan, dan kriteria inklusi dan eksklusi. pada tahun 1990. Beberapa penelitian tentang
kecemasan. Manifestasi klinis Kriteria inklusi penelitian ini hipertiroid di RSUP DR. M. Djamil Padang
kelainan fungsi tiroid adalah pasien dengan usia ≥18 menunjukkan bahwa jumlah pasien yang
bervariasi dan tidak tahun, dengan kadar FT4 7,8 - menderita hipertiroid cenderung mengalami
spesifik,maka diagnosis 20,2 da kadar TSH < 0.4. peningkatan, yaitu pada tahun 2011 terdapat
disfungsi tiroid sebagian besar Sedangkan kriteria eksklusinya 697 kasus, sedangkan pada tahun 2012
berdasarkan konfirmasi adalah pasien hipertiroid terdapat 716 kasus.
biokimia. sebelum timbulnya dengan penyakit komorbid
hipertiroid yang dilakukan seperti diabetes melitus, gagal
oleh Matos-Santos ginjal kronik (data klinis
menunjukkan semua pasien maupun laboratoris), yang
hipertiroid memiliki tingkat ditemukan adanya nodul, sudah
stres lebih tinggi menjalani terapi definitif
dibandingkan dengan seperti kemoterapi dan
kelompok kontrol. Tingkat radioterapi sebelumnya lalu
22
stres akibat peristiwa hidup rekuren dan data dalam rekam
juga berhubungan dengan medis (RM) yang meliputi
tingkat kekambuhan pasien berat badan, tinggi badan tidak
hipertiroid setelah mendapat lengkap.
pengobatan.
I Penelitian ini adalah Data diperoleh dari rekam medik pasien Penelitian ini adalah penelitian deskriptif
(int penelitian observasional dengan diagnosis hipertiroid secara dengan pengambilan data secara retrospektif
erv dengan desain kasus-kontrol laboratoris yang dilakukan tiroidektomi. menggunakan rekam medik pasien hipertiroid.
ensi (case-control) yang dilakukan Semua data yang diperoleh dilakukan (Penetapan Sampel) Kriteria Inklusi meliputi
) pada pasien baru WUS analisa univariat dan disajikan dalam pasien penderita hipertiroid yang menjalani
berusia 15–49 tahun yang bentuk tabel. Perbedaan IMT dilakukan rawat jalan di Poliklinik Khusus RSUP Dr. M.
telah didiagnosis fungsi analisa bivariat menggunakan paired t test Djamil Padang yang menggunakan obat
tiroidnya di Klinik GAKI jika data bertistribusi normal. Jika data antitiroid selama Januari-Desember tahun
Magelang pada tahun 2013— tidak normal maka dilakukan uji statistik 2015. (Kriteria eksklusi) Meliputi pasien
2014. Populasi penelitian wilcoxon. Setelah itu untuk menilai hipertiroid yang menjalani rawat inap dan
terdiri atas kelompok kasus hubungan dari faktor resiko jenis kelamin pasien yang tidak mendapat terapi obat
(hipertiroid) dan kelompok data dianalisa lagi dengan menggunakan antitiroid di Poliklinik Khusus RSUP Dr. M.
kontrol (eutiroid/normal). uji Mann Whitney, lalu untuk menilai Djamil Padang selama Januari-Desember tahun
Kelompok kasus dan kontrol hubungan dari faktor resiko usia dan IMT 2015, pasien dengan rekam medik tidak
ditentukan dengan diagnosis praoperasi dilakukan uji statistik Kruskal lengkap. (Pengumpulan Data) Pengambilan
dokter yang telah ditegakkan Wallis. data dilakukan secara retrospektif terhadap data
melalui pemeriksaan rekam medik pasien hipertiroid di di Poliklinik
23
biokimiawi darah, yaitu kadar Khusus RSUP Dr. M. Djamil Padang pada
TSH dan fT4. Pada kelompok tahun 2015. Data berupa identitas pasien,
kasus maupun kontrol diagnosa, terapi obat antitiroid (nama obat,
diberlakukan kriteria inklusi dosis, frekuensi pemakaian, rute pemberian)
yaitu bersedia mengikuti dicatat dan dipindahkan ke lembar
penelitian, dan kriteria pengumpulan data yang telah dipersiapkan.
eksklusi yaitu telah menjalani (Analisis Data) Data yang dikumpulkan
terapi pengobatan terkait kemudian dianalisa secara deskriptif dengan
fungsi tiroid sebelum cara membandingkannya dengan literatur resmi
pemeriksaan dan menderita yang digunakan yaitu Formularium Spesialistik
penyakit kronis berdasarkan Ilmu Penyakit Dalam dan Pharmacotherapy A
diagnosis dokter. Pathophysiologic Approach.
C Tidak ada perbandingan di Jenis kelamin mempengaruhi kenaikan Tidak ada perbandingan di dalam jurnal ini
(compari dalam jurnal ini IMT pascaoperasi tiroidektomi pada
son) pasien hipertiroid.Pengaruh jenis kelamin
terjadi karena terdapat perbedaan
hormonal pada pria dan wanita yang
menyebabkan perbedaan dalam
penyimpanan lemak saat terjadinya
penumpukan lemak tubuh. Tidak ada
pengaruh dari kondisi IMT praoperasi
24
dan usia dari pasien terhadap kenaikan
IMT pascaoperasi tiroidektom
O Hipertiroid dapat rata-rata status IMT pasien hipertiroid Dari hasil penelitian evaluasi penggunaan obat
(outcome mengakibatkan percepatan praoperasi tiroidektomi adalah 23,01, antitiroid pada pasien hipertiroid di Poliklinik
) detak jantung, penurunan rata-rata status IMT pasien hipertiroid RSUP Dr. M. Djamil Padang menggunakan data
berat badan, peningkatan pascaoperasi tiroidektomi adalah 24,46 rekam medik pasien pada tahun 2015 diperoleh
nafsu makan, dan kecemasan. dan terdapat kenaikan status IMT pasien 175 pasien yang memenuhi kriteria inklusi,
Hipertiroidisme lebih sering hipertiroid pada periode pascaoperasi dengan jumlah total kunjungan sebanyak 887
terjadi pada wanita. Pajanan yang terbukti secara signifikan. kali kunjungan. Berdasarkan jenis kelamin
asap rokok, stres psikologi, Perbedaan rerata status IMT tersebut diperoleh jumlah pasien hipertiroid perempuan
penggunaan kontrasepsi disebabkan karena IMT pasien meningkat lebih banyak daripada pasien laki-laki yaitu
hormonal, umur, periode seiring dengan peningkatan nilai serum berjumlah 148 orang (84,57%), sedangkan
melahirkan, dan konsumsi TSH setelah dilakukannya tiroidektom pasien laki-laki berjumlah 27 orang (15,43%).
iodium pada tahap tertentu Beberapa penelitian juga menempatkan
dapat memicu hipertiroid. perempuan sebagai penderita hipertiroid
terbanyak dibandingkan laki-laki. Kelompok usia
terbanyak penderita hipertiroid adalah kelompok
usia lansia awal (46-55 tahun) sebanyak 43 orang
(24,57%) dan kelompok usia yang paling sedikit
menderita hipertiroid adalah remaja awal (12-16
25
tahun) sebanyak 2 orang (1,14%).
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
Setelah membaca maklah ini, penulis berharap agar kita senantiasa memiliki gaya
hidup yang sehat. Dan juga bagi perawat yang kelak bekerja di rumah sakit agar dapat
mengetahui seluk beluk dari penyakit hipertiroidisme yang pada akhirnya dapat
memberikan pelayanan yang terbaik apabila menemukan pasien yang menderita ini pada
khususnya.
27
DFTAR FUSTAKA
Tim Pokja, SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja, SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja, SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Widyawigata, R. Z. G., Prajoko, Y. W., Mahati, E., & Adrianto, A. A. (2019). Tiroidektomi
Meningkatkan Imt (Indeks Massa Tubuh) Pada Pasien Hipertiroid Di Rsup Dr. Kariadi
Semarang. JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL
JOURNAL), 8(4), 1225-1235.
Juwita, D. A., Suhatri, S., & Hestia, R. (2018). Evaluasi Penggunaan Obat Antitiroid Pada
Pasien Hipertiroid di RSUP Dr. M. Djamil Padang, Indonesia. Jurnal Sains Farmasi &
Klinis, 5(1), 49-54.
Hardi 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC
Edisi 1 Revisi
Yogyakarta: Mediaction.
Hawks. (2005), Medical Surgical Nursing: Clinical Management for Positive Outcomes, 7 Edition
Philadelphia: Elsevier Saunders
28
s. Marilyn B. dkk. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 4. Jakarta. Interna Publishing
D 2008. Stroke. Hemorrhagic. Departement of Emergency Medicine, Mount Sinai Medical Center.
Available from:http://emedicine.medscape.com [Accessed 10 Juni 2014] m. 2001. Proses dan
Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC
A & Wilson, LM. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
vol 2. Jakarta: EGC
29