HIPERTYROID
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
1. HANIFSYAH (00121055)
2. PUTRI WINASARI (00121100)
3. APRILIANI DWI WAHYUNINGSIH (00121098)
4. INDAH KURNIA NINGSIH (00121065)
5. VIVI PADANG (00121059)
6. ROZANAWATI (00121087)
7. AINUL HAYATI (00121084)
8. NURANI CIPTA (00121081)
9. VIVIN SAPURA HUSNITA (00121090)
10. TILUKMAN (00121113)
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta karunia-Nya
jualah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema
dari makalah ini adalah “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertyroid”.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih.
Kelompok II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN 1
1.2 TUJUAN 3
2.1 PENGERTIAN 2
2.2 ETIOLOGI 3
2.4 PATOFISIOLOGI3
2.5 PATHWAY 3
2.6 PENATALAKSANAAN MEDIS2
3.1 PENGKAJIAN 2
4.1 KESIMPULAN 2
4.2 SARAN 3
DAFTAR PUSTAKA 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
A. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui penyakit hipertiroid dan asuhan keperawatan pada klien
dengan hipertiroid.
B. TUJUAN KHUSUS
1) Mengetahui penyakit hipertiroid.
2) Mengetahui penyebab hipertiroid.
3) Mengetahui tanda dan gejala dari hipertiroid.
4) Mengetahui patofisiologi dari hipertiroid.
5) Mengetahui pathway dari hipertiroid.
6) Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada hipertiroid.
7) Mengetahui penatalaksanaan medis pada hipertiroid.
8) Mengetahui komplikasi dari hipertiroid.
9) Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan hipertiroid.
Tinjauan teori ini memuat tentang konsep dasar asuhan keperawatan dan konsep
asuhan keperawatan dengan hipertiroid lebih sempurna pada masa yang akan
datang.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Hipertiroidisme, suatu kondisi di mana terdapat kelebihan produksi hormon tiroid,
kondisi ini disebabkan oleh peningkatan fungsi tiroid dengan alasan apapun. Kondisi ini
dapat menyebabkan tirotoksikosis, sindrom klinis yang terjadi merupakan akibat dari
peningkatan hormon tiroid yang beredar di jaringan yang terkena (Greenspan, 2004).
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan sekresi
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid (Marry:2009). Angka kejadian pada hipertiroid lebih
banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun
(Black,2009). Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid
lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan
dalam manifestasi klinkis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan
hormon tiroid (Tarwoto,dkk.2012).
2.2 Etiologi
Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis,
penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan
hipotiroid.
1) Adenoma hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi.
2) Penyakit graves
Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang disebabkan karena
autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang disebut thyroid-stimulatin
immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid. TSI merinu tindakan TSH dan
merangasang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu banyak. Penyakit ini
dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid atau (goiter) dan
eksoftalmus (mata yang melotot).
3) Tiroditis
Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh bakteri
seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan pnemucoccus pneumonia.
Reaksi peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel
dan peningkatan jumlah hormon tiroid.
Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis posetpartum, dan tiroiditis
tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya
hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Tiroiditis pesetpartum terjadi sekitar
8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini karena
autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis wanita dengan
posetpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar
sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga karna autoimun dan pasien tidak
mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis
tersembunyi juga dapat mengakibatkan tiroiditis permanen.
4) Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sistesis hormon
tiroid.
5) Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi
hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah hormon
tiroid.
2.4 Patofisiologi
Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon tiroid yang lebih
banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol melalui mekanisme
normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme rate,
meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabnya
peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan
penurunan toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan
peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat badan pasien akan berkurang karena
membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan degradasi simpanan
karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan protein otot juga berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu
dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adrenergik, sehingga denyut nadi lebih
cepat, peningkatan kardiak output, stroke volume, aliran darah perifer serta respon
adenergik lainnya. Peningkatan hormon tiroid juga berpengaruh terhadap sekresi dan
metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam mensekresi hormon gonad, sehingga pada
individu yang belum pubertas mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual,
sedangkan pada usia dewasa mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi
tidak teratur. (Tarwoto,dkk.2012).
2.5 Pathway
Hipersekresi hormon
2.8 Komplikasi
Menurut Tarwoto,dkk (2012) ada beberapa komplikasi yang terjadi pada penyakit
hipertiroid:
1) Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol keluar, hal ini
disebabkan karena penumpukkan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola
mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.
2) Penyakit jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
3) Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami demam tinggi,
takikardia berat, derilium, dehidrasi, dan iritabilitas ekstrim. Keadaan ini merupakan
keadaan emergency sehingga penganganan lebih khusus. Faktor presipitasi yang
berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan
tidak tertangani, infeksi, ablasitiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark,
overdosis obat. Penanganan pasien dengan stromatiroid adalah dengan menghambat
produksi hormon tiroid, menghambat konfersi T4 menjadi T3 dan menghambat efek
hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat
kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena, glococorticoid,
dexamethasone, dan propylthiouracil oral. Beta-blockers diberikan untuk menurunkan
efek stimulasi saraf simpatik dan takikardia.
2. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung, ditandai
dengan palpitasi (D0008).
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan, ditandai
dengan dispnea (D0005).
3) Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme ditandai dengan
suhu tubuh diatas normal (D0130).
4) Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan
menelan makanan ditandai dengan nafsu makan menurun (D0019).
5) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh, ditandai
dengan proses penyakit (D0083).
6) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi ditandai
dengan kerusakan jaringan kulit (D0129)
7) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan metabolisme, ditandai
dengan kekustsn otot menurun (D0054).
8) Retensi urin berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra, ditandai dengan
distensi kandung kemih (D0050).
9) Diare berhubungan dengan malabsorbsi (D0020).
BAB III
STUDI KASUS
Pada bab ini kami akan membahas dan menggunakan lebih lanjut tentang “Asuhan
Keperawatan pada Klien Ny. Y dengan Hipertiroid di Unit Pelayanan Fungsional Dalam
Wanita Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso Pontianak”. Studi kasus ini dilaksanakan
selama tiga hari perawatan yaitu dimulai dari tanggal 12 Mei sampai 14 Mei 2014. Dalam
penyusunan laporan hasil studi kasus ini kami menggunakan metode pendekatan proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi.
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. Y
Tempat/ tanggal lahir : Pontianak/ 22 Juni 1988
Umur : 26 Tahun
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan terakhir : SD
Status perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. Dusun Mega Jaya Pontianak
Diagnosa medis : Hipertyroid
2. Keluhan Utama
Klien mengeluh sesak, badan terasa lemah, demam turun naik ± 4 hari.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien masih mengeluh sesak nafas, tanpa disertai nyeri dada. Demam berlangsung ± 4
hari sebelum masuk rumah sakit. Klien merasakan badan lemah, berdebar-debar yang
dirasakan <3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Klien sering berkeringat meski tidak
melakukan aktivitas berat maupun cuaca tidak panas. Klien lebih menyukai lingkungan
yang dingin. Selain itu, klien mengalami penurunan dari BB 55 Kg menjadi 50 Kg.
Penurunan BB ±5 kg selama sebulan ini dikarekan klien sering tidak nafsu makan dan
sering mual muntah.
7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Klien tampak lemah, kesadaraan compos mentis
dengan
GCS 15 E4M6V5.
b. Tanda-tanda vital (TTV)
Tekanan darah : 130/70 mmHg Suhu : 38.5 ºC
Nadi : 88 x/menit RR : 28 x/ menit
SPO2 : 95%
c. Pemeriksaan Wajah
- Mata
Inspeksi : mata simetris kiri dan kanan, mata tampak cekung, tidak ada
peradangan, tidak ada luka, tidak ada edema palpebra, konjungtiva pucat, sklera
tidak ikterik, warna iris hitam, reaksi pupil terhadap cahaya +|+, pupil isokor
- Hidung
Inspeksi : bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi tidak ada
pembengkakan, tidak ada perdarahan, tidak ada kotoran, tidak ada polip, adanya
- Mulut
Inspeksi : warna bibir pucat, tidak ada kelainan kongenital, tidak ada lesi,
Inspeksi : bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada telinga kiri dan kanan
Inspeksi : bentuk kepala brakhiocephalus atau bulat, tidak terdapat luka dan
- Leher
Inspeksi : bentuk leher simetris, tidak ada peradangan, tidak terlihat adanya
e. Pemeriksaan thorax
- Paru-paru
Inspeksi : bentuk thorak normal chest, pergerakan dinding dada simetris, tidak
retraksi otot bantu pernafasan, tidak ada lesi, pola nafas takipnea 28 x/ menit.
Auskultasi : suara nafas vesikuler terdengar halus, tidak ada suara tambahan.
- Jantung
Perkusi : batas jantung normal tidak terdapat kardiomegali. Batas atas ICS II,
batas bawah ICS V, batas kiri ICS V mid clavikula sinistra, batas kanan ICS IV
f. Sistem persyarafan
Syaraf olfaktorius : klien dapat membedakan bau – bauan dengan baik.
Syaraf optkus : penglihatan pasien normal.
Syaraf okulanotorius : gerakan bola mata normal.
Syaraf trochlearis : klien dapat menelan minum dengan baik.
Syaraf abdusen : gerakan bola mata kiri dan kanan normal.
Syaraf fasialis : klien dapat melakukan perintah dengan baik seperti
mengerutkan dahi.
Syaraf auskustikus : tidak ada masalah dengan pendengaran.
Syaraf glosofarigius : dapat membedakan berbagai macam rasa seperti manis,
atau pahit.
Syaraf vagus : klien dapat menelan.
Syaraf aksesorius : kontraksi otot leher dan bahu normal.
Syaraf hipoglosus : pergerakan lidah normal.
g. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : bentuk mulut simetris, mukosa bibir kering, tidak terdapat lesi atau
stomatitis, lidah berwarna merah muda.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : frekuensi peristaltik usus 5-7x/menit.
Perkusi : bunyi normal(tympani).
j. Sistem integumen
Inspeksi: warna kulit sawo matang, kulit bersih, tidak ada lesi atau jaringan parut.
Palpasi: turgor kulit jelek, kering, tekstur kulit elastis.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil pemeriksaan laboratorium (12-05-2014)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematokrit 39 40 – 52 %
MClt 27,1 26 – 34 Pg
MCHC 33,7 32 – 36 %
b. Therapy
- Tanggal 12 Mei 2014 : Thyozol 3x10 mg/po/8 jam
Propanolol 3x10 mg/po/8 jam
Paracetamol 500mg/po/6 jam
Inj ceftriaxone 2x1 g/iv /12 jam
Inj. ranitidine 25 mg, 3x1/IV/8 jam
IVFD RL 20 tpm.
- Tanggal 13 Mei 2014 : Thyozol 3x10 mg/po/8 jam
Propanolol 3x10 mg/po/8 jam
Paracetamol 500mg/po/6 jam
Inj ceftriaxone 2x1 g/iv /12 jam
Inj. ranitidine 25 mg, 3x1/IV/8 jam
IVFD RL 20 tpm
Analisa Data
No. Data Etilogi Masalah
Keperawatan
1. DS: Gangguan fungsi kelenjar Pola nafas tidak
- Klien mengeluh sesak nafas, rasa thyroid efektif
seperti berdebar-debar pada saat
tidak melakukan aktivitas apapun. Pembesaran kelenjar thyroid
DO:
- Klien tampak lemah. Hipersekresi hormone thyroid
- Klien tampak takipnea (Gerakan
dinding dada tampak cepat) T3 dan T4 meningkat
- Hasil TTV:
TD:130/70 mmHg Hipermetabolisme
HR: 88x/menit.
Takipnea
RR: 28x/ menit
T: 38.8 ºC
Pola nafas tidak efektif
DO: Hipermetabolisme
- Klien tampak lemah.
- Klien tampak pucat, mukosa Mual, muntah
mulut kering.
Intake nutrisi menurun
- Tugor kulit jelek dan kering.
- CRT > 3 detik.
Defisit nutrisi
- Mata tampak cekung.
- Klien tampak masih ada mual dan
muntah.
- Klien tampak tidak nafsu makan,
dan hanya makan 1x sehari,
hanya menghabiskan 3 sendok
makan dari porsi yang disediakan
di RS.
- Klien hanya minum 2-3 gelas
dalam sehari.
- Hasil lab: HB=10,2 mg/dl.
- Klien terpasang IVFD RL 20 tpm.
Regulasi temperature
Observasi
1. Monitor suhu tubuh.
2. Monitor tekanan darah, frekuensi
pernafasan dan nadi.
3. Monitor warna dan suhu kulit.
4. Monitor dan catat tanda dan gejala
hipotermia atau hipertermia.
Terapeutik
1. Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika
perlu.
2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
yang adekuat.
3. Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien.
Edukasi
1. Jelaskan cara pencegahan heat
exhaustion dan heat stroke.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika
perlu.
Terapeutik:
1. Berikan perawatan mulut sebelum
pemberian makan, jika perlu.
2. Sediakan makan yang tepat sesuai
kondisi pasien( mis. makanan dengan
tekstur halus, makanan yang diblander,
makanan cair yang diberikan melalui
NGT atau Gastrostomi, total perenteral
nutritition sesui indikasi).
3. Hidangkan makan secara menarik.
4. Berikan suplemen, jika perlu.
5. Berikan pujian pada pasien atau
keluarga untuk peningkatan yang
dicapai.
Edukasi:
- Hasil TTV:
TD: 130/70 mmHg.
HR: 85 x/ menit.
RR: 28 x/menit.
T: 38.8 ºC
SPO2: 95%
A: Masalah keperawatan belum teratasi.
P: Intervensi keperawatan dilanjutkan.
Hipertermia b.d S:
peningkatan laju - Klien mengeluh lemah.
metabolisme, - Klien mengeluh masih demam
ditandai dengan - Klien mengatakan sudah mengalami demam
suhu tubuh diatas turun naik yang berlangsung ± 4 hari sebelum
normal. masuk rs.
O:
-Klien tampak lemah
-Klien tampak demam
-Mukosa bibir tampak kering
-Bibir pucat
-Kulit teraba hangat.
-Klien terpasang infus RL 20 tpm.
-Klien mendapat therapi paracetamol 500mg/6
jam.
-Hasil TTV:
TD: 130/70 mmHg.
HR: 85 x/ menit.
RR: 28 x/menit.
T: 38.8 ºC
SPO2: 95%
A: Masalah keperawatan belum teratasi.
P: Intervensi keperawatan dilanjutkan.
Hipertermia b.d S:
peningkatan laju - Klien mengeluh lemah.
metabolism, - Klien mengeluh masih demam.
ditandai dengan O:
suhu tubuh diatas -Klien tampak lemah
normal. -Klien tampak demam
-Mukosa bibir tampak kering
-Bibir pucat
-Kulit teraba hangat.
-Klien terpasang infus RL 20 tpm.
-Klien mendapat therapi paracetamol 500
mg/po/6 jam.
-Hasil TTV:
TD: 130/70 mmHg.
HR: 82 x/ menit.
RR: 26 x/menit.
T: 38.1 ºC
SPO2: 97%
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid
secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan
beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang, yang disebut dengan
Hipertiroid di Unit Pelayanan Fungsional Dalam Wanita Rumah Sakit Umum Dokter
Soedarso Pontianak yang dilaksanakan pada tanggal 12-14 Mei 2014 dapat diangkat
kesimpulan maupun saran yang diberikan. Semoga bermanfaat untuk meningkatkan mutu
4.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat lebih memahami
mengenai asuhan keperawatan dengan hipertiroid dan dapat dijadikan referensi dalam
melakukan asuhan keperawatan. Meskipun makalah ini jauh dari kesempurnaan karena
mungkin masih ada kekurangan dalam penyampaian, saran dan kritik yang positif sangat
diperlukan untuk membangun makalah ini menjadi lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin & Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan
Indikator Dignostik. Edisi 1. Jakarta: PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defenisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: PPNI.