Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

HIPERTYROID

DOSEN MATA KULIAH:


RIZKI SARI UTAMI, Ners., M.Kep.

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
1. HANIFSYAH (00121055)
2. PUTRI WINASARI (00121100)
3. APRILIANI DWI WAHYUNINGSIH (00121098)
4. INDAH KURNIA NINGSIH (00121065)
5. VIVI PADANG (00121059)
6. ROZANAWATI (00121087)
7. AINUL HAYATI (00121084)
8. NURANI CIPTA (00121081)
9. VIVIN SAPURA HUSNITA (00121090)
10. TILUKMAN (00121113)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


UNIVERSITAS AWAL BROS BATAM
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta karunia-Nya
jualah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema
dari makalah ini adalah “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Hipertyroid”.

Pada kesempatan inui kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya


kepada dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut berperan dalam pembutan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Akhir kata kami mengucapkan terimakasih.

Batam, 27 Juni 2022

Kelompok II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 1

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 LATAR BELAKANG 2

1.2 TUJUAN 3

1.3 RUMUSAN MASALAH 2

1.4 METODE PENULISAN 3


1.5 SISTEMATIKA PENULISAN 3
BAB II TINJAUAN TEORI4

2.1 PENGERTIAN 2

2.2 ETIOLOGI 3

2.3 MANIFESTASI KLINIS 2

2.4 PATOFISIOLOGI3
2.5 PATHWAY 3
2.6 PENATALAKSANAAN MEDIS2

2.7 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK3


2.8 KOMPLIKASI 3
2.9 ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS 3
BAB III STUDI KASUS 4

3.1 PENGKAJIAN 2

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN 3

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN 2

3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN 2

3.5 EVALUASI KEPERAWATAN 3


BAB IV PENUTUP 4

4.1 KESIMPULAN 2
4.2 SARAN 3

DAFTAR PUSTAKA 4

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid
secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan
beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang, yang disebut dengan
thyrotoxicosis (Bararah, 2009). Hipertiroid adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar
tiroid memproduksi hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-
kadang disebut tirotoksikosis, istilah untuk hormon tiroid terlalu banyak dalam darah.
Sekitar 1 persen dari penduduk AS memiliki hyperthyroidisme. Perempuan lebih
mungkin mengembangkan hipertiroidisme daripada pria.
Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling umum dari hipertiroid.
Sekitar 60-80% kasus tirotoksikosis akibat penyakit Graves. Kejadian tahunan penyakit
Graves ditemukan menjadi 0,5 kasus per 1000 orang selama periode 20-tahun, dengan
terjadinya puncak pada orang berusia 20-40 tahun. Gondok multinodular (15-20% dari
tirotoksikosis) lebih banyak terjadi di daerah defisiensi yodium. Kebanyakan orang di
Amerika Serikat menerima yodium cukup, dan kejadian gondok multinodular kurang
dari kejadian di wilayah dunia dengan defisiensi yodium. Adenoma toksik merupakan
penyebab 3-5% kasus tirotoksikosis (Lee, et.al., 2011).
Prevalensi hipertiroid berdasarkan umur dengan angka kejadian <10 per 100.000
wanita dibawah umur 40 tahun dan 19 per 100.000 wanita yang berusia di atas 60 tahun.
Prevalensi kasus hipertiroid di Amerika terdapat pada wanita sebesar (1 ,9%) dan pria
(0,9%). Di Eropa ditemukan bahwa prevalensi hipertiroid adalah berkisar (1-2%). Di
negara lnggris kasus hipertiroid terdapat pada 0.8 per 1000 wanita pertahun (Guyton,
1991).

1.2 Tujuan
A. TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui penyakit hipertiroid dan asuhan keperawatan pada klien
dengan hipertiroid.

B. TUJUAN KHUSUS
1) Mengetahui penyakit hipertiroid.
2) Mengetahui penyebab hipertiroid.
3) Mengetahui tanda dan gejala dari hipertiroid.
4) Mengetahui patofisiologi dari hipertiroid.
5) Mengetahui pathway dari hipertiroid.
6) Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada hipertiroid.
7) Mengetahui penatalaksanaan medis pada hipertiroid.
8) Mengetahui komplikasi dari hipertiroid.
9) Mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan hipertiroid.

1.3 Rumusan Masalah


1) Apa itu penyakit hipertiroid?
2) Apa penyebab hipertiroid?
3) Apa saja tanda dan gejala hipertiroid?
4) Bagaimana patofisiologi dari hipertiroid?
5) Bagaimana pathway dari hipertiroid?
6) Apa saja penatalaksanaan medis dari hipertiroid?
7) Apa saja pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan pada kasus hipertiroid?
8) Apa saja komplikasi dari hipertiroid?
9) Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hipertiroid?

1.4 Metode Penulisan


Dalam pembuatan makalah asuhan keperawatan ini kami menggunakan metode
studi pustaka dan referensi dari internet.

1.5 Sistematika Penulisan


Makalah ini disusun secara sistematik yang terdiri dari cover makalah, kata

pengantar, daftar isi, bagian isi dan daftar pustaka.

Bagian isi terdiri dari 4 bab, yang tersusun sebagai berikut:


BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penulisan, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORI

Tinjauan teori ini memuat tentang konsep dasar asuhan keperawatan dan konsep

dasar penyakit yang meliputi definisi, etiologi, manifestasi klinis patofisiologi,

dan diagnosa keperawatan.

BAB III: STUDI KASUS

Tinjauan kasus meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

BAB IV: PENUTUP

Kesimpulan dan saran merupakan simpulan dan saran-saran agar makalah

asuhan keperawatan dengan hipertiroid lebih sempurna pada masa yang akan

datang.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian
Hipertiroidisme, suatu kondisi di mana terdapat kelebihan produksi hormon tiroid,
kondisi ini disebabkan oleh peningkatan fungsi tiroid dengan alasan apapun. Kondisi ini
dapat menyebabkan tirotoksikosis, sindrom klinis yang terjadi merupakan akibat dari
peningkatan hormon tiroid yang beredar di jaringan yang terkena (Greenspan, 2004).
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan sekresi
hormon tiroid oleh kelenjar tiroid (Marry:2009). Angka kejadian pada hipertiroid lebih
banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun
(Black,2009). Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid
lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan
dalam manifestasi klinkis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan
hormon tiroid (Tarwoto,dkk.2012).

2.2 Etiologi
Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis,
penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan
hipotiroid.
1) Adenoma hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi.
2) Penyakit graves
Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang disebabkan karena
autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang disebut thyroid-stimulatin
immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid. TSI merinu tindakan TSH dan
merangasang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu banyak. Penyakit ini
dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid atau (goiter) dan
eksoftalmus (mata yang melotot).
3) Tiroditis
Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh bakteri
seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan pnemucoccus pneumonia.
Reaksi peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel
dan peningkatan jumlah hormon tiroid.
Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis posetpartum, dan tiroiditis
tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya
hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Tiroiditis pesetpartum terjadi sekitar
8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini karena
autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis wanita dengan
posetpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar
sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga karna autoimun dan pasien tidak
mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis
tersembunyi juga dapat mengakibatkan tiroiditis permanen.
4) Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sistesis hormon
tiroid.
5) Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi
hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah hormon
tiroid.

2.3 Manifestasi Klinis


Menurut Tarwoto,dkk (2012) gejala-gejala klinis hipertiroid berikut ini:
1) Sistem kardiovaskuler
Meningkatkan heart rate, stroke volume, kardiak oputput, peningkatan kebutuhan
oksigen otot jantung, peningkatan vaskuler perifer resisten, tekanan darah sistole dan
diastole meningkat 10-15mmhg, palpitasi, disritmia, kemungkinan gagal jantung,
edema.
2) Sistem pernafasan
Pernafasan cepat, bernafas pendek, penurunan kapasitas paru.
3) Sistem perkemihan
Retensi cairan, menurunnya otot urine.
4) Sistem gastrointestinal
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat badan,
diare, peningkatan penggunaan cadangan adifose dan protein, penurunan serum lipid,
peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah, dan keram abdomen.
5) Sistem musculoskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan,
6) Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat, tidak toleransi panas,
kedaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan rambut.
7) Sistem endokrin
Sistem endokrin biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8) Sistem saraf
Gugup, gelisah, emosi tidak stabil seperti kecemasan, curiga, tegang dan emosional.
9) Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunya libido, impoten.
10) Eksoftalmus
Eksoftalmus yaitu keadaan dimana bola mata menonjol kedepan seperti mau keluar.
Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang menahan
air dibelakang mata. Retensi cairan ini mendorong bola mata kedepan sehingga bola
mata nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat terjadi kesulitan
dalam menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi kering, iritasi atau
kelainan kornea.

2.4 Patofisiologi
Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon tiroid yang lebih
banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol melalui mekanisme
normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme rate,
meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabnya
peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan
penurunan toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan
peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat badan pasien akan berkurang karena
membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan degradasi simpanan
karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan protein otot juga berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu
dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adrenergik, sehingga denyut nadi lebih
cepat, peningkatan kardiak output, stroke volume, aliran darah perifer serta respon
adenergik lainnya. Peningkatan hormon tiroid juga berpengaruh terhadap sekresi dan
metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam mensekresi hormon gonad, sehingga pada
individu yang belum pubertas mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual,
sedangkan pada usia dewasa mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi
tidak teratur. (Tarwoto,dkk.2012).
2.5 Pathway

Konsumsi iodium tinggi Adonema Tiroiditis

Kerja tiroid meningkat Hiperfungsi kelenjar tiroid Gangguan fungsi kelenjar

Peristaltic usus meningkat, Pembesaran kelenjar tiroid


Reabsorbsi menurun MK: Diare

Hipersekresi hormon

Triodotironin (T3) meningkat Tiroksin (T4) meningkat Kalsitonin meningkat

Peningkatan metabolisme Pertahankan laju metabolisme Kalsium dalam darah menurun

Otot kekurangan kalsium

Hipermetabolisme Peningkatan suhu tubuh

Penurunan kerja otot

Kardiovaskuler MK: Hipertermi

Kelemahan otot, fatique, gg


- Takikardi dan aritmia koordinasi dan tremor
MK: Penurunan curah
- TD dan nadi jantung
meningkat
- Angina MK: Gangguan mobilitas
- Gagal jantung fisik

Intake nutrisi menurun Penurunan BB MK: Defisit nutrisi

Respirasi Integument Bladder (peningkatan


reabsorbsi cairan)

Takipnea Peningkatan produksi keringat,


kulit kemerahan Output urine menurun

MK: Pola nafas tidak efektif


MK: Gangguan integritas
kulit MK: Retensi urine

MK: Gangguan citra tubuh


2.6 Penatalaksanaan Medis
Menurut Tarwoto,dkk (2012) tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat
hormon tiroid keadaan normal,sehingga mencegah komplikasi jangka panjang dan
mengurangi gejala tidak nyaman, tidak bekerja pengobatan tunggal untuk semua orang.
Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan pembedahan.
1) Obat-obatan antitiroid
a) Propylthiouracil (PTU),merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi mempunyai
efek samping agranulocitosis sehingga sebelum di berikan harus dicek sel darah
putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.
b) Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormon tiroid dalam
tubuh.obat ini mempunyai efek samping agranulositosis,nyeri kepala,mual
muntah,diare,jaundisce,ultikaria.obat ini tersedia dalam bentuk tablet 3 dan 20 mg.
c) Adrenargik bloker,seperti propanolol dapat diberikan untuk mengkontrol aktifitas
saraf simpatetik.
d) Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi PTU
300-600mg/hari atau methimazole 40-45mg/hari.
2) Radioiod terapi
Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan melakukan sel-sel
yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan menghentikan produksi hormon
tiroid.
3) Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy). Operasi efektif
dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek samping yang mungkin terjadi
pada pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan saraf kelenjar tiroid.
4) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein, 3000-4000 kalori.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


1) CT Scan tiroid
Mengetahui posisi,ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine radioaktif (RAI)
diberikan secara oral kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjar
tiroid.normalnya tiroid akan mengambil iodine 5-35% dari dosis yang diberikan
setelah 24 jam.pada pasien Hipertiroid akan meningkat.
2) USG,untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa atau
nodule.
3) ECG untuk menilai kerja jantung,mengetahui adanya takhikardia,atrial fibrilasi dan
perubahan gelombang P dan T (Tarwoto,dkk.2012).

2.8 Komplikasi
Menurut Tarwoto,dkk (2012) ada beberapa komplikasi yang terjadi pada penyakit
hipertiroid:
1) Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol keluar, hal ini
disebabkan karena penumpukkan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola
mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.
2) Penyakit jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
3) Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami demam tinggi,
takikardia berat, derilium, dehidrasi, dan iritabilitas ekstrim. Keadaan ini merupakan
keadaan emergency sehingga penganganan lebih khusus. Faktor presipitasi yang
berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan
tidak tertangani, infeksi, ablasitiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark,
overdosis obat. Penanganan pasien dengan stromatiroid adalah dengan menghambat
produksi hormon tiroid, menghambat konfersi T4 menjadi T3 dan menghambat efek
hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan untuk menghambat
kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded intravena, glococorticoid,
dexamethasone, dan propylthiouracil oral. Beta-blockers diberikan untuk menurunkan
efek stimulasi saraf simpatik dan takikardia.

2.9 Asuhan Keperawatan Teoritis


1. Pengkajian
Menurut Tarwoto,dkk. (2012) data-data yang perlu dikaji pada asuhan
keperawatan dengan hipertiroid adalah sebagai berikut :
a) Data Demografi
Data demografi yang penting di kaji adalah usia dan jenis kelamin, karena
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap hipertiroid.
b) Riwayat Kesehatan
- Riwayat keluarga dengan faktor genetik, penyakit tiroid dan kanker.
- Riwayat kesehatan sekarang: riwayat penyakit tiroid yang dialami, riwayat
pengobatan dengan radiasi dileher, adanya tumor, adanya riwayat trauma
kepala, infeksi, riwayat penggunaaan obat-obatan seperti thionamide, lithium,
amiodarone, interferon alfa.
- Riwayat sosial ekonomi: kemampuan memelihara kesehatan, konsumsi dan
pola makan, porsi makan.
c) Keluhan Utama
Keluhan yang dirasakan oleh klien seperti peningkatan denyut jantung, tremor,
keringat berlebihan, penurunan berat badan, cepat letih, mata melotot, maupun
cepat letih.
d) Pengkajian psikososial
Klien dengan hipertiroid biasanya menampakkan suasana hati yang tidak
stabil, penurunan terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku maniak. Sering
juga didapatkan gangguan tidur.
e) Pemeriksaan fisik
- Sirkulasi
Gejala : palpitasi, nyeri dada (angina).
Tanda : distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan
darah dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat, sirkulasi
kolaps, syok (krisis tirotoksikosis).
- Pernapasan
Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak).
Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi),
frekuensi pernapasan meningkat.
- Neurosensori
Gejala : pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot
parasetia, gangguan penglihatan.
Tanda : disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut),
gangguan memori  baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD
menurun,koma), aktivitas kejang ( tahap lanjut dari DKA).
- Genitalia
Gejala : rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria.
Tanda : glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton plasma
positif secara mencolok, asam lemak bebas kadar lipid dengan kolosterol
meningkat.
f) Pola-pola fungsi kesehatan
- Pola persepsi dan tata laksana hidup.
Pada kasus hipertiroid akan timbul ketakutan akan terjadinya perubahan
penampilan hingga kemungkinan kecacatan pada dirinya dan harus menjalani
penatalaksanaan kesehatan untuk membantu penyembuhan hipertiroidnya.
- Pola nutrisi dan metabolisme.
Gejala : hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet,
peningkatan masukan glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih
dari periode beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (tiazid).
Tanda : kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid (peningkatan
kebutuhan metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau
manis, bau buah (napas aseton).
- Pola eliminasi
Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa nyeri/terbakar,
kesulitan berkemih (infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan
abdomen, diare, urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi
oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia berat), urine berkabut, bau busuk
(infeksi), bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).
- Pola tidur dan istirahat
Biasanya klien akan merasakan kesulitan tidur akibat nyeri yang disebabkan
oleh pembesaran kelenjar tiroid. Selain itu juga, pengkajian dilaksanakan pada
lamanya tidur, suasana lingkungan, kebiasaan tidur, dan kesulitan tidur serta
penggunaan obat tidur
- Pola aktivitas atau istirahat
Gejala : insomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah,gangguan koordinasi,
kelelahan berat.
Tanda : atrofi otot.
- Pola hubungan dan peran
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam masyarakat. Karena
klien harus menjalani rawat inap.
- Pola persepsi dan konsep diri
Gejala : stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi.
Tanda : ansietas peka rangsang.
- Pola sensori kognitif
Gejala : abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis
dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati.
- Pola reproduksi seksual
Kaji status perkawinan, jumlah anak, lamanya perkawinan dan alat kontrasepsi
yang digunakan klien.
- Pola koping stress
Pada klien hipertiroid timbul rasa cemas tentang keadaan dirinya, yaitu
ketakutan timbul kecacatan pada diri dan fungsi tubuhnya. Mekanisme koping
yang ditempuh klien bisa tidak efektif.
- Pola tata nilai dan keyakinan
Pada klien fraktur tetap dapat melaksanakan kebutuhan beribadah dengan baik
terutama frekuensi dan konsentrasi.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung, ditandai
dengan palpitasi (D0008).
2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan, ditandai
dengan dispnea (D0005).
3) Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme ditandai dengan
suhu tubuh diatas normal (D0130).
4) Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan ketidakmampuan
menelan makanan ditandai dengan nafsu makan menurun (D0019).
5) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh, ditandai
dengan proses penyakit (D0083).
6) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status nutrisi ditandai
dengan kerusakan jaringan kulit (D0129)
7) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan metabolisme, ditandai
dengan kekustsn otot menurun (D0054).
8) Retensi urin berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra, ditandai dengan
distensi kandung kemih (D0050).
9) Diare berhubungan dengan malabsorbsi (D0020).
BAB III
STUDI KASUS

Pada bab ini kami akan membahas dan menggunakan lebih lanjut tentang “Asuhan
Keperawatan pada Klien Ny. Y dengan Hipertiroid di Unit Pelayanan Fungsional Dalam
Wanita Rumah Sakit Umum Dokter Soedarso Pontianak”. Studi kasus ini dilaksanakan
selama tiga hari perawatan yaitu dimulai dari tanggal 12 Mei sampai 14 Mei 2014. Dalam
penyusunan laporan hasil studi kasus ini kami menggunakan metode pendekatan proses
keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi.

3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. Y
Tempat/ tanggal lahir : Pontianak/ 22 Juni 1988
Umur : 26 Tahun
Agama : Islam
Suku : Melayu
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan terakhir : SD
Status perkawinan : Kawin
Alamat : Jl. Dusun Mega Jaya Pontianak
Diagnosa medis : Hipertyroid

2. Keluhan Utama
Klien mengeluh sesak, badan terasa lemah, demam turun naik ± 4 hari.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien masih mengeluh sesak nafas, tanpa disertai nyeri dada. Demam berlangsung ± 4
hari sebelum masuk rumah sakit. Klien merasakan badan lemah, berdebar-debar yang
dirasakan <3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Klien sering berkeringat meski tidak
melakukan aktivitas berat maupun cuaca tidak panas. Klien lebih menyukai lingkungan
yang dingin. Selain itu, klien mengalami penurunan dari BB 55 Kg menjadi 50 Kg.
Penurunan BB ±5 kg selama sebulan ini dikarekan klien sering tidak nafsu makan dan
sering mual muntah.

4. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien sudah pernah mengalami penyakit ini sebelumnya, dan sudah pernah dirawat di
rumah sakit beberapa bulan lalu.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit DM,
penyakit hipertensi maupun hipertiroid.
6. Riwayat Pola Pemeliharaan Kesehatan Klien
a. Pola aktivitas sehari- hari
Activity Dayli Living Di rumah Di rumah sakit
Pola pemenuhan Klien mengatakan makan 3 kali sehari Pasien mengatakan makan 1 kali sehari
kebutuhan nutrisi dan dengan komposisi nasi, lauk, dan dan menghabiskan 3 sendok makan dari
cairan sayur. Klien biasanya menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan di
porsi makanan yang disediakan. Nafsu rumah sakit dan minum pasien hanya
makan baik dan minum 6 – 8 gelas bisa menghabiskan 2-3 gelas sehari.
perhari.
Pola eliminasi Klien mengatakan BAK lancar,tidak Klien mengatakan frekunesi BAK 2-3
ada nyeri berkemih, frekuensi BAK 4 x/hari, tidak ada nyeri berkemih, warna
– 5 x sehari berwarna kuning pekat dan kuning pekat, dan selama di rumah
BAB 2 x / hari dengan kosisten lunak. sakit klien tidak ada BAB.
Pola istirahat tidur Klien mengatakan tidur malam 6 – 7 Klien mengatakan tidur siang lebih dari
jam/hari dan tidur siang 1-2 jam/hari. 2 jam tetapi sering terbangun.
Pola kebersihan diri Klien mengatakan kebiasaan mandi 2 - Klien mengatakan mandi hanya di lap –
3 x hari dengan menggunakan sabun lap saja, gosok gigi 2x sehari, belum ada
dan shampo, menggosok gigi 2x / hari keramas selama di rumah sakit.
dengan menggunakan pasta gigi.
Pola aktivitas Klien mengatakan mampu beraktivitas Klien beraktivitas dibantu oleh keluarga
secara mandiri. dan perawat.
b. Riwayat psikososial
Klien mengatakan selama sakit klien tidak mampu menjalankan perannya sebagai
seorang istri bagi suaminya dan ibu bagi anaknya. Klien menjalin komunikasi yang
baik dengan dokter, perawat, maupun anggota keluarga dan tetangga yang datang
menjenguk. Klien tampak cemas, dikarenakan penyakitnya tidak sembuh-sembuh
dan sering dirawat di rumah sakit.
c. Riwayat spiritual
Klien dapat beribadah sesuai syariat Islam, dan sering berdo’a untuk kesembuhan
dirinya.

7. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Klien tampak lemah, kesadaraan compos mentis
dengan
GCS 15 E4M6V5.
b. Tanda-tanda vital (TTV)
Tekanan darah : 130/70 mmHg Suhu : 38.5 ºC
Nadi : 88 x/menit RR : 28 x/ menit
SPO2 : 95%
c. Pemeriksaan Wajah
- Mata

Inspeksi : mata simetris kiri dan kanan, mata tampak cekung, tidak ada

peradangan, tidak ada luka, tidak ada edema palpebra, konjungtiva pucat, sklera

tidak ikterik, warna iris hitam, reaksi pupil terhadap cahaya +|+, pupil isokor

dengan diameter 4 mm.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada palpebra.

- Hidung

Inspeksi : bentuk tulang hidung dan posisi septum nasi tidak ada

pembengkakan, tidak ada perdarahan, tidak ada kotoran, tidak ada polip, adanya

pernafasan cuping hidung.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada hidung

- Mulut

Inspeksi : warna bibir pucat, tidak ada kelainan kongenital, tidak ada lesi,

mukosa bibir kering, lidah bersih, tidak ada perdarahan.


- Telinga

Inspeksi : bentuk telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada

perdarahan, tidak tampak penumpukan serumen

Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada telinga kiri dan kanan

d. Pemeriksaan kepala dan leher


- Kepala

Inspeksi : bentuk kepala brakhiocephalus atau bulat, tidak terdapat luka dan

perdarahan, rambut hitam merata, rambut tampak berminyak.

Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan pada kepala.

- Leher

Inspeksi : bentuk leher simetris, tidak ada peradangan, tidak terlihat adanya

jaringan parut, ada sedikit pembengakakan pada leher.

Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar limfe, ada pembesaran kelenjar

thyroid, posisi trakhea simetris,

e. Pemeriksaan thorax
- Paru-paru

Inspeksi : bentuk thorak normal chest, pergerakan dinding dada simetris, tidak

retraksi otot bantu pernafasan, tidak ada lesi, pola nafas takipnea 28 x/ menit.

Auskultasi : suara nafas vesikuler terdengar halus, tidak ada suara tambahan.

Palpasi : pemeriksaan vocal premitusdada kanan dan kiri terdengar sama.

Perkusi : area paru terdengar sonor.

- Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat, CRT > 3 detik.


Auskultasi : BJ 1, dan BJ 2 terdengar tunggal, kuat, dan reguler. Tidak terdengar

suara jantung tambahan.

Palpasi : pulsasi dinding dada tidak teraba

Perkusi : batas jantung normal tidak terdapat kardiomegali. Batas atas ICS II,

batas bawah ICS V, batas kiri ICS V mid clavikula sinistra, batas kanan ICS IV

mid sternalis dextra.

f. Sistem persyarafan
Syaraf olfaktorius : klien dapat membedakan bau – bauan dengan baik.
Syaraf optkus : penglihatan pasien normal.
Syaraf okulanotorius : gerakan bola mata normal.
Syaraf trochlearis : klien dapat menelan minum dengan baik.
Syaraf abdusen : gerakan bola mata kiri dan kanan normal.
Syaraf fasialis : klien dapat melakukan perintah dengan baik seperti
mengerutkan dahi.
Syaraf auskustikus : tidak ada masalah dengan pendengaran.
Syaraf glosofarigius : dapat membedakan berbagai macam rasa seperti manis,
atau pahit.
Syaraf vagus : klien dapat menelan.
Syaraf aksesorius : kontraksi otot leher dan bahu normal.
Syaraf hipoglosus : pergerakan lidah normal.

g. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : bentuk mulut simetris, mukosa bibir kering, tidak terdapat lesi atau
stomatitis, lidah berwarna merah muda.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Auskultasi : frekuensi peristaltik usus 5-7x/menit.
Perkusi : bunyi normal(tympani).

h. Pemeriksaan genitalia dan rectal


Klien menolak dilakukan pemeriksaan pada area ini.

i. Pemeriksaan ekstremitas dan muskuloskeletal


Inspeksi : tidak ada odema pada ekstremitas, dan terpasang infus RL 20 tpm
pada tangan kiri klien.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
Uji kekuatan otot
5 5
5 5

j. Sistem integumen
Inspeksi: warna kulit sawo matang, kulit bersih, tidak ada lesi atau jaringan parut.
Palpasi: turgor kulit jelek, kering, tekstur kulit elastis.

8. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil pemeriksaan laboratorium (12-05-2014)
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 10.2 13,5 – 17,5 g/dL

Hematokrit 39 40 – 52 %

Leukosit 5200 4.500 – 13.600 / mm3

Eritrosit 4.1 4,5 – 6,5 juta/uL

Trombosit 569.000 150.000 – 450.000 /mm3

HCU 80,5 80 – 100 Fl

MClt 27,1 26 – 34 Pg

MCHC 33,7 32 – 36 %

Kolesterol 208 mg/dl <170 mg/dl.

TSH 0.005 Uiu/ml

FT4 7.77 mg/dl

b. Therapy
- Tanggal 12 Mei 2014 : Thyozol 3x10 mg/po/8 jam
Propanolol 3x10 mg/po/8 jam
Paracetamol 500mg/po/6 jam
Inj ceftriaxone 2x1 g/iv /12 jam
Inj. ranitidine 25 mg, 3x1/IV/8 jam
IVFD RL 20 tpm.
- Tanggal 13 Mei 2014 : Thyozol 3x10 mg/po/8 jam
Propanolol 3x10 mg/po/8 jam
Paracetamol 500mg/po/6 jam
Inj ceftriaxone 2x1 g/iv /12 jam
Inj. ranitidine 25 mg, 3x1/IV/8 jam
IVFD RL 20 tpm

- Tanggal 14 Mei 2014 : Thyozol 3x10 mg/po/8 jam


Propanolol 3x10 mg/po/8 jam
Paracetamol 500mg/po/6 jam
Inj ranitidine 25 mg, 3x1/IV/8 jam
IVFD RL 20 tpm + Tramadol 4 mg drip

Analisa Data
No. Data Etilogi Masalah
Keperawatan
1. DS: Gangguan fungsi kelenjar Pola nafas tidak
- Klien mengeluh sesak nafas, rasa thyroid efektif
seperti berdebar-debar pada saat
tidak melakukan aktivitas apapun. Pembesaran kelenjar thyroid
DO:
- Klien tampak lemah. Hipersekresi hormone thyroid
- Klien tampak takipnea (Gerakan
dinding dada tampak cepat) T3 dan T4 meningkat
- Hasil TTV:
TD:130/70 mmHg Hipermetabolisme
HR: 88x/menit.
Takipnea
RR: 28x/ menit
T: 38.8 ºC
Pola nafas tidak efektif

2. DS : Gangguan fungsi kelenjar Hipertermia


- Klien mengatakan masih demam. thyroid
- Klien mengatakan demam turun
naik berlangsung ±4 hari sebelum Pembesaran kelenjar thyroid
masuk RS.
DO: Hipersekresi hormone thyroid
- Klien tampak lemah.
- Mukosa mulut kering. T3 dan T4 meningkat
- Bibir pucat.
- Klien terpasang IVFD RL 20 tpm. Hipermetabolisme
- Hasil TTV:
TD:130/70 mmHg Peningkatan suhu tubuh
HR: 88x/menit.
RR: 28x/ menit Hipertermi
T: 38.8 ºC

3. DS: Gangguan fungsi kelenjar Defisit nutrisi


- Klien mengatakan masih mual, thyroid
muntah dan belum ada nafsu
makan. Pembesaran kelenjar thyroid
- Klien mengatakan mual, muntah
dan tidak nafsu makan sudah Hipersekresi hormone thyroid
berlangsung ± 1 bulan selama di
rumah. T3 dan T4 meningkat

DO: Hipermetabolisme
- Klien tampak lemah.
- Klien tampak pucat, mukosa Mual, muntah
mulut kering.
Intake nutrisi menurun
- Tugor kulit jelek dan kering.
- CRT > 3 detik.
Defisit nutrisi
- Mata tampak cekung.
- Klien tampak masih ada mual dan
muntah.
- Klien tampak tidak nafsu makan,
dan hanya makan 1x sehari,
hanya menghabiskan 3 sendok
makan dari porsi yang disediakan
di RS.
- Klien hanya minum 2-3 gelas
dalam sehari.
- Hasil lab: HB=10,2 mg/dl.
- Klien terpasang IVFD RL 20 tpm.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernafasan, ditandai
dengan dispnea (D.0005).
2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme ditandai dengan
suhu tubuh diatas normal(D.0130).
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan ditandai
dengan nafsu makan menurun (D.0019).

3.3 Intervensi Keperawatan


Nama klien : Ny. Y
Tempat/ tanggal lahir : 22 Juni 1988
NO Diagnosa Standar Luaran Intervensi (SIKI)
. (SDKI) (SLKI)
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan Management jalan nafas
efektif b.d tindakan asuhan Observasi
defresi pusat keperawatan selama 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
pernafasan, 3x24 jam diharapkan kedalaman, usaha nafas).
ditandai dengan pola membaik dengan 2. Monitor bunyi nafas tambahan.
dyspnea. kriteria hasil: Terapeutik
1. Ventilasi semenit 1. Posisikan semi fowler atau fowler.
meningkat. 2. Berikan minum hangat.
2. Dispnea menurun. 3. Berikan oksigen, bila perlu.
3. Penggunaan otot Edukasi
bantu nafas menurun. 1. Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika
4. Pemanjangan fase tidak kontraindikasi.
ekspirasi menurun. Pemantauan respirasi
5. Frekuensi nafas Observasi
membaik. 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
6. Kedalaman nafas upaya nafas.
membaik. 2. Monitor pola nafas.
3. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru.
4. Auskultasi bunyi nafas.
5. Monitor saturasi oksigen.
Terapeutik
1. Mendokumentasikan hasil pemantauan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan.

2. Hipertermia b.d Setelah dilakukan Management hipertermia


peningkatan laju tindakan asuhan Observasi:
metabolism, keperawatan selama 1. Identifikasi penyebab hipertermia.
ditandai dengan 3x24 jam diharapkan 2. Monitor suhu tubuh.
suhu tubuh termoregulasi dalam 3. Monitor haluaran urine.
diatas normal. batas normal dengan 4. Monitor komplikasi akibat hipertermia.
kriteria hasil: Terapeutik:
1. Menggigil menurun. 1. Sediakan lingkungan yang dingin.
2. Suhu tubuh membaik. 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian.
3. Suhu kulit membaik. 3. Basahi atau kipasi permukaan tubuh.
4. Berikan cairan oral.
5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering
jika mengalami hyperhidrosis (keringat
berlebih).
6. Lakukan pendinginan eksternal (misal
selimut hipotermia atau kompres dingin).
7. Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin.
8. Berikan oksigen, jika perlu.
Edukasi:
Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu.

Regulasi temperature
Observasi
1. Monitor suhu tubuh.
2. Monitor tekanan darah, frekuensi
pernafasan dan nadi.
3. Monitor warna dan suhu kulit.
4. Monitor dan catat tanda dan gejala
hipotermia atau hipertermia.

Terapeutik
1. Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika
perlu.
2. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
yang adekuat.
3. Sesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien.
Edukasi
1. Jelaskan cara pencegahan heat
exhaustion dan heat stroke.
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika
perlu.

3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan Management nutrisi


b.d tindakan asuhan Observasi
ketidakmampuan keperawatan selama 1. Identifikasi status nutrisi.
menelan 3x24 jam diharapkan 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
makanan status nutrisi meningkat makanan.
ditandai dengan dengan kriteria hasil: 3. Identifikasi makanan yang disukai.
nafsu makan 1. Porsi makanan yang 4. Identifikasi kalori dan jenis nutrien.
menurun. dihabiskan 5. Identifikasi perlunya penggunaan selang
meningkat. nasogastric.
2. Perasaan cepat 6. Monitor asupan makanan.
kenyang menurun. 7. Monitor berat badan.
3. Berat badan, indeks 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium.
massa tubuh (IMT) Teraupetik:
membaik. 1. Lakukan oral hygiene sebelum makan
jika perlu.
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet.
3. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai.
4. Berikan makanan tingi serat untuk
menceegah konstipasi.
5. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein.
6. Berikan suplemen makanan jika perlu.
7. Hentikan pemberian makanan melalui
selang nasogastric jika asupan oral dapat
ditoleransi.
Edukasi :
1. Anjurkan posisi duduk, jika mampu.
2. Ajarkan diet yang diprogramkan.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
makan, jika perlu.
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu.
Promosi Berat Badan
Observasi:

1. Identifikasi kemungkinan penyebab BB


kurang.
2. Monitor adanya mual dan muntah.
3. Monitor jumlah kalori yang dikomsumsi
sehari-hari.
4. Monitor berat badan.
5. Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit
serum.

Terapeutik:
1. Berikan perawatan mulut sebelum
pemberian makan, jika perlu.
2. Sediakan makan yang tepat sesuai
kondisi pasien( mis. makanan dengan
tekstur halus, makanan yang diblander,
makanan cair yang diberikan melalui
NGT atau Gastrostomi, total perenteral
nutritition sesui indikasi).
3. Hidangkan makan secara menarik.
4. Berikan suplemen, jika perlu.
5. Berikan pujian pada pasien atau
keluarga untuk peningkatan yang
dicapai.

Edukasi:

1. Jelaskan jenis makanan yang bergizi


tinggi, namun tetap terjangkau.
2. Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan.
3.4 Implementasi Keperawatan
Nama klien : Ny. Y
Tempat/ tanggal lahir : 22 Juni 1988
Tanggal/ Diagnosa Implementasi TTD
Jam Keperawatan
12/05/2014 Pola nafas tidak 1. Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
(11.30 efektif b.d defresi usaha nafas).
WITA) pusat pernafasan, 2. Memonitor bunyi nafas tambahan.
ditandai dengan 3. Memposisikan klien semi fowler atau fowler.
dyspnea. 4. Memberikan minum hangat.
5. Menganjurkan asupan cairan 2000ml/hari.
6. Memonitor pola nafas.
7. Melakukan palpasi kesimetrisan ekspansi paru.
8. Melakukan auskultasi bunyi nafas.
9. Memonitor saturasi oksigen.
10. Mendokumentasikan hasil pemantauan.
12/05/2014 Hipertermia b.d 1. Mengidentifikasi penyebab hipertermia.
(11.45 peningkatan laju 2. Memonitor suhu tubuh.
WITA) metabolism, ditandai 3. Memonitor haluaran urine.
dengan suhu tubuh 4. Memonitor komplikasi akibat hipertermia.
diatas normal. 5. Menyediakan lingkungan yang dingin.
6. Melonggarkan pakaian.
7. Membasahi permukaan tubuh.
8. Memberikan cairan oral.
9. Mengganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih).
10.Melakukan pendinginan eksternal dengan
kompres dingin.
11.Melakukan kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena,
12.Memonitor tekanan darah, frekuensi pernafasan
dan nadi.
13.Memonitor warna dan suhu kulit.
14.Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat.
15.Menyesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien.
16.Mengkolaborasikan pemberian antipiretik, jika
perlu.

12/05/2014 Defisit nutrisi b.d 1. Mengidentifikasi status nutrisi.


(12.00 ketidakmampuan 2. mengidentifikasi alergi dan intoleransi makanan.
WITA) menelan makanan 3. Mengidentifikasi makanan yang disukai.
ditandai dengan nafsu 4. Mengidentifikasi kalori dan jenis nutrien.
makan menurun. 5. Menidentifikasi perlunya penggunaan selang
nasogastric.
6. Memonitor asupan makanan.
7. Memonitor berat badan.
8. Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium.
9. Memberikan makanan tingi serat untuk
menceegah konstipasi.
10.Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein.
11.Menganjurkan posisi duduk, jika mampu.
12.Menganjurkan diet yang diprogramkan.
13.Mengidentifikasi kemungkinan penyebab BB
kurang.
14.Memonitor adanya mual dan muntah.
15.Memonitor berat badan.

13/05/2014 Pola nafas tidak 1. Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,


(16.15 efektif b.d defresi usaha nafas).
WITA) pusat pernafasan, 2. Memonitor bunyi nafas tambahan.
ditandai dengan 3. Memposisikan klien semi fowler atau fowler.
dyspnea.
4. Memberikan minum hangat.
5. Menganjurkan asupan cairan 2000ml/hari.
6. Memonitor pola nafas.
7. Melakukan palpasi kesimetrisan ekspansi paru.
8. Melakukan auskultasi bunyi nafas.
9. Memonitor saturasi oksigen.
10.Mendokumentasikan hasil pemantauan.

13/05/2014 Hipertermia b.d 1. Memonitor suhu tubuh.


(16.35 peningkatan laju 2. Memonitor haluaran urine.
WITA) metabolism, ditandai 3. Menyediakan lingkungan yang dingin.
dengan suhu tubuh 4. Melonggarkan pakaian.
diatas normal. 5. Membasahi permukaan tubuh.
6. Memberikan cairan oral.
7. Mengganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih).
8. Melakukan pendinginan eksternal dengan
kompres dingin.
9. Melakukan kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena,
10.Memonitor tekanan darah, frekuensi pernafasan
dan nadi.
11.Memonitor warna dan suhu kulit.
12.Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat.
13.Menyesuaikan suhu lingkungan dengan
kebutuhan pasien.
14.Mengkolaborasikan pemberian antipiretik, jika
perlu.

13/05/2014 Defisit nutrisi b.d 1. Memonitor asupan makanan.


(16.50 ketidakmampuan 2. Memonitor berat badan.
WITA) menelan makanan 3. Memberikan makanan tingi serat untuk
ditandai dengan nafsu
makan menurun. menceegah konstipasi.
4. Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein.
5. Menganjurkan posisi duduk, jika mampu.
6. Menganjurkan diet yang diprogramkan.
7. Memonitor adanya mual dan muntah.

14/05/2014 Pola nafas tidak 1. Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,


(17.00 efektif b.d defresi usaha nafas).
WITA) pusat pernafasan, 2. Memonitor bunyi nafas tambahan.
ditandai dengan 3. Memposisikan klien semi fowler atau fowler.
dyspnea. 4. Memberikan minum hangat.
5. Menganjurkan asupan cairan 2000ml/hari.
6. Memonitor saturasi oksigen.
7. Mendokumentasikan hasil pemantauan.

14/05/2014 Hipertermia b.d 1. Memonitor suhu tubuh.


(17.10 peningkatan laju 2. Memonitor haluaran urine.
WITA) metabolism, ditandai 3. Menyediakan lingkungan yang dingin.
dengan suhu tubuh 4. Memberikan cairan oral.
diatas normal. 5. Mengganti linen setiap hari atau lebih sering jika
mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih).
6. Melakukan kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena,
7. Memonitor tekanan darah, frekuensi pernafasan
dan nadi.
8. Memonitor warna dan suhu kulit.
9. Meningkatkan asupan cairan dan nutrisi yang
adekuat.
10.Mengkolaborasikan pemberian antipiretik, jika
perlu.

14/05/2014 Defisit nutrisi b.d 1. Memonitor asupan makanan.


ketidakmampuan
(17.20 menelan makanan 2. Memonitor berat badan.
WITA) ditandai dengan nafsu 3. Memberikan makanan tingi serat untuk
makan menurun. menceegah konstipasi.
4. Memberikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein.
5. Menganjurkan posisi duduk, jika mampu.
6. Menganjurkan diet yang diprogramkan.
7. Memonitor adanya mual dan muntah.

3.5 Evaluasi Keperawatan


Nama klien : Ny. Y
Tempat/ tanggal lahir : 22 Juni 1988
Tanggal Diagnosa Implementasi TTD
keperawatan
12 Mei 2022 Pola nafas tidak S:
(15.00 efektif b.d defresi - Klien mengeluh sesak nafas, rasa seperti
WITA) pusat pernafasan, berdebar-debar pada saat tidak melakukan
ditandai dengan aktivitas apapun dan tanpa nyeri dada.
dyspnea. O:
- Klien tampak lemah.
- Klien tampak takipnea ( gerakan dinding
dada tampak cepat)
- Klien tampak pernafasan cuping hidung.
- Auskultasi suara nafas (ronchi) tidak ada
suara nafas tambahan.
- Palpasi dada kanan dan kiri teraba sama.
- Pola nafas klien tampak ireguler.
- Klien mendapat therapi hipertiroid yaitu
Thyozol 3x10 mg/po/8 jam dan Propanolol
3x10 mg/po/8 jam.

- Hasil TTV:
TD: 130/70 mmHg.
HR: 85 x/ menit.
RR: 28 x/menit.
T: 38.8 ºC
SPO2: 95%
A: Masalah keperawatan belum teratasi.
P: Intervensi keperawatan dilanjutkan.
Hipertermia b.d S:
peningkatan laju - Klien mengeluh lemah.
metabolisme, - Klien mengeluh masih demam
ditandai dengan - Klien mengatakan sudah mengalami demam
suhu tubuh diatas turun naik yang berlangsung ± 4 hari sebelum
normal. masuk rs.
O:
-Klien tampak lemah
-Klien tampak demam
-Mukosa bibir tampak kering
-Bibir pucat
-Kulit teraba hangat.
-Klien terpasang infus RL 20 tpm.
-Klien mendapat therapi paracetamol 500mg/6
jam.
-Hasil TTV:
TD: 130/70 mmHg.
HR: 85 x/ menit.
RR: 28 x/menit.
T: 38.8 ºC
SPO2: 95%
A: Masalah keperawatan belum teratasi.
P: Intervensi keperawatan dilanjutkan.

Defisit nutrisi b.d S:


ketidakmampuan - Klien mengatakan masih mual, muntah dan
menelan makanan
ditandai dengan belum ada nafsu makan.
nafsu makan - Klien mengatakan mual, muntah dan tidak
menurun. nafsu makan sudah berlangsung ± 1 bulan
selama di rumah.
O:
- Klien tampak lemah.
- Klien tampak pucat, mukosa mulut kering.
- Tugor kulit jelek dan kering.
- CRT > 3 detik.
- Mata tampak cekung.
- Klien tampak masih ada mual dan muntah.
- Klien tampak tidak nafsu makan, dan hanya
makan 1x sehari, hanya menghabiskan 3
sendok makan dari porsi yang disediakan di
RS.
- Klien hanya minum 2-3 gelas dalam sehari.
-Klien terpasang infus RL 20 tpm.
- Hasil lab: HB=10,2 mg/dl.
-Klien terpasang infus RL 20 tpm.
A: Masalah keperawatan belum teratasi.
P: Intervensi keperawatan dilanjutkan.
13 Mei 2022 Pola nafas tidak S:
(21.00 efektif b.d defresi - Klien masih mengeluh sesak nafas meski
WITA) pusat pernafasan, hanya bedrest di tempat tidur.
ditandai dengan O:
dyspnea. - Klien tampak lemah.
- Klien tampak masih takipnea ( gerakan
dinding dada tampak cepat)
- Pernafasan cuping hidung hanya sesekali.
- Auskultasi suara nafas (ronchi) tidak ada
suara nafas tambahan.
- Palpasi dada kanan dan kiri teraba sama.
- Pola nafas klien tampak ireguler.
- Klien mendapat therapi hipertiroid yaitu
Thyozol 3x10 mg/po/8 jam dan Propanolol
3x10 mg/po/8 jam.
- Hasil TTV:
TD: 130/70 mmHg.
HR: 82 x/ menit.
RR: 26 x/menit.
T: 38.1 ºC
SPO2: 95%
A: Masalah keperawatan belum teratasi.
P: Intervensi keperawatan dilanjutkan.

Hipertermia b.d S:
peningkatan laju - Klien mengeluh lemah.
metabolism, - Klien mengeluh masih demam.
ditandai dengan O:
suhu tubuh diatas -Klien tampak lemah
normal. -Klien tampak demam
-Mukosa bibir tampak kering
-Bibir pucat
-Kulit teraba hangat.
-Klien terpasang infus RL 20 tpm.
-Klien mendapat therapi paracetamol 500
mg/po/6 jam.
-Hasil TTV:
TD: 130/70 mmHg.
HR: 82 x/ menit.
RR: 26 x/menit.
T: 38.1 ºC
SPO2: 97%

A: Masalah keperawatan belum teratasi.


P: Intervensi keperawatan dilanjutkan.
Defisit nutrisi b.d S:
ketidakmampuan - Klien mengatakan masih mual, muntah tidak
menelan makanan ada, dan nafsu makan sudah mulai ada.
ditandai dengan O:
nafsu makan - Klien tampak lemah.
menurun. - Klien tampak pucat, mukosa mulut kering.
- Tugor kulit membaik dan kering.
- CRT > 3 detik.
-Klien terpasang infus RL 20 tpm.
- Cekung pada mata mulai berkurang.
- Klien tampak masih ada mual dan muntah.
- Klien tampak sudah mulai ada nafsu makan,
dan hanya makan 3x sehari, meski hanya
menghabiskan 3 sendok makan dari porsi yang
disediakan di RS.
- Klien hanya minum 3-5 gelas dalam sehari.
A: Masalah keperawatan teratasi sebagian.
P: Intervensi keperawatan dilanjutkan.

14 Mei 2022 Pola nafas tidak S:


(21.00 efektif b.d defresi - Klien masih mengeluh sesak nafas mulai
WITA) pusat pernafasan, berkurang, nafas terasa agak lega.
ditandai dengan O:
dyspnea. - Klien tampak lemah.
- Tidak tampak pernafasan cuping hidung.
- Auskultasi suara nafas (ronchi) tidak ada
suara nafas tambahan.
- Palpasi dada kanan dan kiri teraba sama.
- Pola nafas klien tampak reguler.
- Klien mendapat therapi hipertiroid yaitu
Thyozol 3x10 mg/po/8 jam dan Propanolol
3x10 mg/po/8 jam.
- Hasil TTV:
TD: 120/70 mmHg.
HR: 76 x/ menit.
RR: 22 x/menit.
T: 37.3 ºC
SPO2: 98%
A: Masalah keperawatan teratasi sebagian.
P: Intervensi keperawatan dilanjutkan.
Hipertermia b.d S:
peningkatan laju - Klien mengeluh lemah.
metabolism, - Klien mengatakan sudah tidak demam lagi.
ditandai dengan O:
suhu tubuh diatas -Klien tampak lemah
normal. -Klien tidak demam,
-Mukosa mulut tampak lembab.
-Warna bibir pink muda.
-Kulit teraba normal.
-Klien terpasang infus RL 20 tpm.
-Klien mendapat therapi hipertiroid yaitu
Thyozol 3x10 mg/po/8 jam dan Propanolol
3x10 mg/po/8 jam.
-Hasil TTV:
TD: 120/70 mmHg.
HR: 76 x/ menit.
RR: 22 x/menit.
T: 37.3 ºC
SPO2: 98%
A: Masalah keperawatan teratasi sebagian.
P: Intervensi keperawatan dilanjutkan.
Defisit nutrisi b.d S:
ketidakmampuan - Klien mengatakan masih mual, muntah tidak
menelan makanan ada, dan nafsu makan mulai membaik.
ditandai dengan O:
nafsu makan - Klien tampak lemah.
menurun. - Klien tampak pucatnya berkurang, mukosa
mulut lembab.
- Tugor kulit membaik dan lembab.
- CRT < 3 detik.
- Cekung pada mata mulai berkurang.
- Klien tampak masih ada mual dan tidak ada
muntah.
- Klien tampak sudah mulai ada nafsu makan,
dan makan 3x sehari, mampu menghabiskan ½
porsi makanan dari porsi yang disediakan di
RS.
- Klien hanya minum 6-7 gelas dalam sehari.
-Klien terpasang infus RL 20 tpm.
A: Masalah keperawatan teratasi sebagian.
P: Intervensi keperawatan dilanjutkan.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon tiroid

secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini menyebabkan
beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang, yang disebut dengan

thyrotoxicosis (Bararah, 2009).

Setelah kelompok selesai memaparkan Asuhan Keperawatan pada Ny.Y dengan

Hipertiroid di Unit Pelayanan Fungsional Dalam Wanita Rumah Sakit Umum Dokter

Soedarso Pontianak yang dilaksanakan pada tanggal 12-14 Mei 2014 dapat diangkat

kesimpulan maupun saran yang diberikan. Semoga bermanfaat untuk meningkatkan mutu

asuhan keperawatan di masa depan.

4.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat lebih memahami
mengenai asuhan keperawatan dengan hipertiroid dan dapat dijadikan referensi dalam
melakukan asuhan keperawatan. Meskipun makalah ini jauh dari kesempurnaan karena
mungkin masih ada kekurangan dalam penyampaian, saran dan kritik yang positif sangat
diperlukan untuk membangun makalah ini menjadi lebih baik kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Amin & Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda

Nic-Noc. Jogjakarta: MediAction

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan
Indikator Dignostik. Edisi 1. Jakarta: PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan
Tindakan Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Defenisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: PPNI.

Anda mungkin juga menyukai