Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KONSEP DASAR MEDIS DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DEWASA DENGAN DIAGNOSA HIPERTIROID

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Keperawatan Dewasa : Sistem Endokin,
Imunologi, Pencernaan, Perkemihan, Dan Reproduksi Pria”

Dosen Pengampu :

Leo Yosdimyati Romli, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh : Kelompok 6

Cindy Ivania Ramadhani 202214201016

Eny Halimiyah Puteri 202214201008

Lisa Arianti 202214201023

Margaretha Mey Anthonia 202214201021

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEMESTER IV

STIKES BAHRUL ULUM

JOMBANG

2024
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Keperawatan Dewasa :
Sistem Endokin, Imunologi, Pencernaan, Perkemihan, Dan Reproduksi Pria yang berjudul
“Makalah Konsep Dasar Medis Dan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Dengan
Diagnosa Hipertiroid”, tidak lupa, sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir kepada kita kelak.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Kami menyebut sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
di karenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki.

Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan yang
membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan dan pendidikan.

Jombang, 14 Maret 2024

Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hormon tiroid merupakan salah satu hormon yang ada di dalam tubuh yang
berfungsi untuk mengatur metabolisme agar tetap berjalan normal. Hormon tiroid
memiliki banyak efek pada beberapa organ di dalam tubuh seperti meningkatkan
pertumbuhan, sistem saraf pusat, kardiovaskuler, dan laju metabolisme. (Pratomo, dkk,
2022). Terdapat dua hormon yaitu tetraiodothyronine (tiroksin atau T4) dan
triiodothyronine (T3). Namun apabila terdapat kelainan atau gangguan dalam proses
produksi, hormone tiroid akan menimbulkan suatu gangguan pada tubuh dan dapat
berakibat fatal serta dapat mengancam kehidupan (Sitalaksmi, dkk, 2019). Penyakit
kelenjar tiroid termasuk penyakit yang sering ditemukan di masyarakat. Salah satu
penyakit pada kelenjar tiroid yaitu hipertiroid. Penyakit ini merupakan penyakit
hormonal yang menempati urutan kedua terbesar di Indonesia setelah diabetes melitus
(Hermawan, 2019).
Hipertiroid adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar hormon tiroid di
dalam darah yang disebabkan oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif (Hermawan, 2019).
Faktor - faktor yang dapat mencetuskan penyakit gangguan tiroid yaitu usia di atas 60
tahun, jenis kelamin perempuan, genetik, merokok, stress, riwayat penyakit keluarga
yang berhubungan dengan autoimun, lingkungan dengan kadar iodium dalam air
kurang, serta obat-obatan yang mengandung amiodaron, lithium karbonat,
aminogluthethimide, interferon alfa, thalidomide, dan stavudine (Larasati, 2022).
Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis (sebuah keadaan dimana dalam darah hormon
tiroid di hasilkan terlalu banyak) sebagai akibat dari produksi hormon tiroid itu sendiri.
Penyebab tersering hipertiroidisme adalah penyakit Graves. Klinisnya adalah demam,
takikardia, hipertensi, abnormalitas neurologi dan gastrointestinal (Sitalaksmi, dkk,
2019).
Hipertiroidisme adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat
dari produksi hormone tiroid yang berlebihan. Hipertiroidisme adalah kondisi klinis
yang disebabkan oleh peningkatan konsentrasi hormon tiroid dalam jaringan akibat
peningkatan sintesis hormon oleh kelenjar tiroid berupa peningkatan pelepasan hormon
tiroid endogenous atau sumber ekstratiroidal eksogen (Srikandi, 2020).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Konsep Dasar Medis Pada Pasien Dengan Diagnosa Hipertiroid ?
a. Bagaimanakah Definisi Hipertiroid ?
b. Bagaimanakah Etiologi Hipertiroid ?
c. Bagaimanakah Faktor Resiko Hipertiroid ?
d. Bagaimanakah Patofisiologi Hipertiroid ?
e. Bagaimanakah Pathway/Woc Hipertiroid ?
f. Bagaimanakah Manifestasi Klinis Hipertiroid ?
g. Bagaimanakah Pemeriksaan Diagnostik Hipertiroid ?
h. Bagaimanakah Komplikasi Hipertiroid ?
i. Bagaimanakah Penatalaksanaan Medis Hipertiroid ?
j. Bagaimanakah Pencegahan Hipertiroid ?
2. Bagaimanakah Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Diagnosa
Hipertiroid ?
a. Bagaimanakah Pengkajian Pada Pasien Dengan Diagnosa Hipertiroid ?
b. Bagaimanakah Diagnosis Pada Pasien Dengan Diagnosa Hipertiroid ?
c. Bagaimanakah Intervensi Pada Pasien Dengan Diagnosa Hipertiroid ?
d. Bagaimanakah Implementasi Pada Pasien Dengan Diagnosa Hipertiroid ?
e. Bagaimanakah Evaluasi Pada Pasien Dengan Diagnosa Hipertiroid ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Medis Pada Pasien Dengan Diagnosa Hipertiroid
a. Untuk mengetahui Definisi Hipertiroid
b. Untuk mengetahui Etiologi Hipertiroid
c. Untuk mengetahui Faktor Resiko Hipertiroid
d. Untuk mengetahui Patofisiologi Hipertiroid
e. Untuk mengetahui Pathway/Woc Hipertiroid
f. Untuk mengetahui Manifestasi Klinis Hipertiroid
g. Untuk mengetahui Pemeriksaan Diagnostik Hipertiroid
h. Untuk mengetahui Komplikasi Hipertiroid
i. Untuk mengetahui Penatalaksanaan Medis Hipertiroid
j. Untuk mengetahui Pencegahan Hipertiroid
2. Untuk Mengetahui Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Diagnosa Hipertiroid
a. Untuk Mengetahui Pengkajian Pada Pasien Dengan Diagnosa Hipertiroid
b. Untuk Mengetahui Diagnosis Pada Pasien Dengan Diagnosa Hipertiroid
c. Untuk Mengetahui Intervensi Pada Pasien Dengan Diagnosa Hipertiroid
d. Untuk Mengetahui Implementasi Pada Pasien Dengan Diagnosa Hipertiroid
e. Untuk Mengetahui Evaluasi Pada Pasien Dengan Diagnosa Hipertiroid
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Medis Pada Pasien Dewasa Dengan Diagnosa Hipertiroid


1. Definisi Hipertiroid
Kelenjar Tiroid adalah salah satu dari kelenjar endokrin terbesar pada tubuh
manusia. Kelenjar Tiroid adalah sejenis kelenjar endokrin yang terletak di bagian
bawah depan leher yang memproduksi hormon tiroid dan hormon calcitonin,
melekat pada tulang sebelah kanan trakea dan melekat pada dinding laring. Di
ruang yang sama dengan tiroid juga terletak trakea, esophagus, pembuluh darah
besar dan syaraf. Kelenjar ini terdiri atas 2 lobus yaitu lobus destra dan lobus
sinistra yang saling berhubungan, masing-masing lobus memiliki ketebalan 2 cm
dengan lebar sekitar 2,5 cm serta mempunyai panjang 4 cm (Hermawan, 2019).
Hipertiroid atau hipersekresi hormone tiroid merupakan sebuah kelainan atau
gangguan pada kelenjar tiroid. Dimana terjadinya suatu peningkatan produksi dan
sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Pada umumnya jenis kelamin
perempuan lebih berpotensi untuk mengalami Hipertiroidisme dari pada laki -
laki. Gangguan Hipertiroid muncul karena kelenjar tiroid memproduksi hormone
tiroid lebih dari yang di butuhkan tubuh, terkadang hal tersebut di katakan sebagai
tirotoksikosis. Tirotiksikosis adalah istilah lain dari sindrom klinis yang terjadi
akibat peningkatan hormon tiroid yang beredar di jaringan yang terkena
(Purwanto, 2016., Nusantoro, 2018., Hermawan, 2019).
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana kelenjar tiroid memproduksi hormon
tiroid secara berlebihan, biasanya karena kelenjar terlalu aktif. Kondisi ini
menyebabkan beberapa perubahan baik secara mental maupun fisik seseorang,
yang disebut dengan thyrotoxicosis atau tirotoksikosis (Purwanto, 2016).
2. Etiologi
Penyebab adanya Hipertiroid meliputi berbagai factor, yaitu factor dari
penyakit goiter multinodilar toksik (penyakit yang terjadi karena kelenjar tiroid),
dan penyakit graves. Penyebab lain dari Hipertiroidisme adalah efek dari
disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus (Hermawan, 2019).
Selain rendahnya Hipertiroid akibat malfungsi, kelenjar tiroid yang diikuti
dengan peningkatan pada TSH (Thyroid Stimulating Hormon) dan TRF (Thyroid
Releasing Hormone) juga merupakan penyebab adanya Hipertiroidisme. Selain
disebabkan oleh malfungsi pada beberapa bagian, Hipertiroidisme juga
disebabkan oleh berbagai macam penyakit (Hermawan, 2019), yakni :
a. Penyakit Radang Kelenjar Tiroid (Tiroiditis)
Penyakit radang kelenjar tiroid atau tiroiditis pada umumnya sering
menyerang wanita atau ibu-ibu yang sudah melahirkan atau dikenal juga
degan tiroiditis pasca persalinan. Gejala atau tanda dari keadaan tersebut akan
tampak saat ibu yang telah melahirkan berada pada fase awal, biasanya tanda
dan gejala yang muncul setelah dua sampai tiga bulan ibu yang telah
melahirkan atau pasien akan mengeluarkan gejala Hipertiroid.
b. Penyakit Benjolan di leher (Toxic Nodular Goiter)
Penyakit ini merupakan sebuah penyakit yang membuat pasiennya memiliki
benjolan pada lehernya. Benjolan yang timbul ini disebabkan karena adanya
pembesaraan tiroid yang berbentuk sperti biji padat, jumlahnya bisa hanya
satu atau lebih. Nodular atau biji yang dihasilkan itu sumbernya dari tidak
terkontrolnya kelenjar tiroid oleh TSH (Thyroid Stimulating Hormon)
sehingga kelenjar menghasilkan hormone tiroid yang berlebih.
c. Penyakit Graves
Penyakit ini merupakan salah penyebab yang paling sering ditemukan pada
pasien Hipertiroid. Graves disebabkan oleh kelenjar tiroid yang overaktif.
Penyebab dari Graves biasanya factor genetis atau turunan, dan lebih sering
menyerang perempuan daripada laki-laki. Selain karena factor genetis,
penyebab Graves adalah adanya penyakit autoimun, yang berarti
ditemukannya antibodi dalam peredaran darah yaitu Tyroid Stimulating.
Factor kecil lainnya yang bisa menyebabkan Graves adalah stress, merokok,
radiasi, sensitive terhadap sinar, terasa seperti ada pasir dimata, dan mata
dapat menonjol keluar hingga double vision. Akan tetapi sering kali penyakit
mata tidak bergantung pada tinggi rendahnya hormone tiroid. Graves juga
menyebabkan kelainan pada kulit, seperti kulit berubah menjadi merah,
kehilangan rasa sakit, dan mengeluarkan keringat yang berlebih.
d. Produksi yang Abnormal pada TSH
Produksi TSH (Thyroid Stimulating Hormon) pada kelenjar hipofisis yang
dapat menghasilkan TSH berlebihan, sehingga mampu membuat tiroid
terangsang untuk mengeluarkan T3 (Triyodotironin) dan T4 (Tetra
Lodotironin) yang banyak.
e. Mengkonsumsi Obat Hormon Tiroid berlebih
Banyak ditemukan pasien Hipertiroid disebabkan oleh terlalu banyak
mengonsumsi obat hormone tiroid, hal tersebut dikarenakan pasien kurang
berkenan menjalani pengobatan di laboratorium, dan tidak teraturnya waktu
kontrol ke dokter. Sehingga membuat pasien terus minum obat tiroid tanpa
pengawasan yang jelas. Beberapa kasus juga ditemukan adanya pasien
Hipertiroid karena mengonsumsi obat hormone tiroid berlebih dengan tujuan
menurunkan berat badannya, dan hal itu menyebabkan efek samping
timbulnya Hipertiroidisme.
Pasien hipertiroid yang tidak diobati akan berisiko menurunnya kualitas
hidup, dan menimbulkan komplikasi berupa penurunan berat badan, fragility
fracture, atrial fibrillasi, embolisme, disfungsi kardiovascular dan osteoporosis
(Srikandi, 2020).
3. Faktor Resiko
Faktor risiko terbesar pada Hipertiroid adalah faktor genetik, yaitu sebesar
80% sedangkan 20% merupakan faktor lingkungan seperti merokok, stress, dan
infeksi (Ferraninda, dkk, 2023). Faktor resiko yang mempengaruhi timbulnya
gangguan Hipertiroid antara lain, yaitu :
a. Pertambahan usia
Menurut Waluyo, dkk, (2018) dalam jurnal (Ferraninda, dkk, 2023),
semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan
lebih matang. Dengan bertambahnya umur, resiko terkena penyakit
hipertiroid semakin besar. Penelitian ini sesuai dengan penelitian hipertiroid
Abboud, et.al (2005) dalam jurnal (Ferraninda, dkk, 2023), bahwa ada
hubungan yang signifikan antara usia dengan kejadian hipertiroid.
Kemunculan hipertiroid biasanya paling sering muncul saat usia 20-40 tahun.
Hal ini disebabkan kelompok usia ini memiliki tingkat stress yang lebih
tinggi dimana produktivitas tinggi.
Hipertiroid meningkat berdasarkan umur dan lebih sering mengenai
wanita. Sebagian besar kasus penyakit hipertiroid memang terjadi pada kurun
usia antara 40 hingga 60 tahun, walaupun demikian penyakit hipertiroid ini
dapat terjadi pada semua umur (Srikandi N.M. dkk, 2020). Peneliti
berpendapat bahwa risiko tertinggi hipertiroid ada pada kelompok usia
dewasa, dimana usia diatas 40 tahun yang paling berisiko. Hal ini disebabkan
karena hipertiroid memiliki kecenderungan muncul pada usia dengan masa
stres yang ekstrim dan juga selama masa reproduktif wanita, yakni pada
golongan usia tua (Ferraninda, dkk, 2023). Faktor resiko hipertiroid pada
perempuan lainnya yaitu penggunaan kontrasepsi hormonal yang
mengandung hormon estrogen dan progesteron sintesis.
b. Jenis kelamin
Perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan. Hipertiroid lebih
dominan pada Wanita (Srikandi N.M. dkk, 2020). Penyakit hipertiroid ini
terjadi lebih sering pada wanita di atas 65 tahun dan umumnya terlihat pada
pasien dengan autoimun seperti DM tipe 1, sedangkan manifestasinya
biasanya berupa penurunan berat badan, tremor ekstremitas, tatikardia, dan
takipnea (Ortiz M.J et.al, 2020) dalam jurnal (Ferraninda, dkk, 2023).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Kus et.al (2014) dalam jurnal
(Ferraninda, dkk, 2023), bahwa ada hubungan yang signifikan antara status
jenis kelamin atau gender dengan kejadian hipertiroid. Wanita jauh lebih
mungkin untuk memiliki hipertiroidisme dari pada pria. Para ahli percaya hal
ini mungkin ada hubungannya dengan hormon. Banyaknya pasien hipertiroid
yang berjenis kelamin perempuan karena adanya pengaruh hormon estrogen
yang bersifat dominan pada perempuan. Dimana hormon estrogen dianggap
sebagai salah satu faktor pendorong timbulnya reaksi autoimun yang dikenal
dengan penyebab hipertiroid (Dewi, 2020) dalam jurnal (Ferraninda, dkk,
2023).
Peneliti berpendapat bahwa wanita memiliki risiko kesehatan lebih
tinggi dibandingkan dengan pria terkait dengan fungsi reproduksi, karena
hipertiroid menyebabkan gangguan siklus menstruasi, ketidaksuburan,
gangguan pada janin, dan keguguran. Faktor resiko terkena hipertiroid lebih
tinggi terhadap pasien wanita dibanding dengan pasien pria (Ferraninda, dkk,
2023).
c. Paparan asap rokok
Efek paparan asap rokok terhadap munculnya berbagai penyakit
disebabkan karena kandungan ribuan radikal bebas dan oksidan dalam asap
rokok. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ersantika E. dkk (2015) dalam
jurnal (Ferraninda, dkk, 2023), bahwa ada hubungan yang signifikan paparan
asap rokok dengan kejadian hipertiroid. Paparan asap rokok meningkatkan
sekresi hormone tiroid, triiodotironin (T3) dan free thyroxine (FT4) melalui
mekanisme yang berbeda dan berlangsung dalam jangka pendek.
Peneliti berpendapat bahwa orang yang terpapar asap rokok memiliki
kadar hormon tiroid yang lebih tinggi daripada yang tidak terpapar asap
rokok. Salah satu komponen tembakau yang dapat mempengaruhi fungsi
kelenjar tiroid adalah sianida yang saat berada di dalam tubuh akan diubah
menjadi Thiocyanate. Thiocyanate diketahui dapat mengganggu fungsi tiroid
dalam tiga cara yaitu: menghambat penyerapan yodium ke dalam kelenjar
tiroid, mengurangi produksi hormon tiroid T4 dan T3, menghambat produksi
hormon dengan mengganggu proses sintesis di kelenjar tiroid serta
meningkatkan ekskresi yodium dari ginjal dan meningkatkan terjadinya
resiko peradangan pada kelenjar tiroid (Ferraninda, dkk, 2023).
d. Stress
Stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan,
perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain (Sunaryo, 2004). Stress memaksa
otak kita untuk mengirimkan pesan - pesan ke kelenjar endokrin dan sistem
kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah), memerintahkan jantung dan
pembuluh darah meningkat aktivitasnya (Losyk, 2005). Stress juga bisa
menjadi pemicu dari gangguan tiroid karena stress berdampak negatif pada
produksi hormon (Dewi, 2020) dalam jurnal (Ferraninda, dkk, 2023).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ersantika E. dk (2015) dalam
jurnal (Ferraninda, dkk, 2023), bahwa stress memiliki hubungan yang
signifikan dengan kejadian hipertiroid. Stress berkorelasi dengan peningkatan
sekresi kortisol yang dapat menghambat sekresi TSH. Dalam hal ini stress
tidak berhubungan langsung dengan kejadian hipertiroid, akan tetapi tingkat
stress yang berat dapat menjadi faktor risiko pemicu tingkat keparahan
hipertiroid.
4. Patofisiologi
5. Pathway/Woc
6. Manifestasi Klinis
7. Pemeriksaan Diagnostik
8. Komplikasi
9. Penatalaksanaan Medis
10. Pencegahan
B. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dewasa Dengan Diagnosa Hipertiroid
1. Pengkajian
2. Diagnosa
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
B. Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari
tulisan maupun bahasan yang kami sajikan. Oleh karena itu, mohon diberikan
sarannya agar kami bisa membuat makalah lebih baik lagi dan semoga makalah ini
bisa bermanfaat bagi kita semua dan menjadi wawasan kita dalam memahami
paragraf.
DAFTAR PUSTAKA

Ferraninda, F., Kusumajaya, H., & Ardiansyah, A. (2023). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Penyakit Hipertiroid Pada Pasien Poliklinik Penyakit Dalam Di UPTD RSUD
Dr.(HC) Ir. Soekarno Provinsi Bangka Belitung Tahun 2022. Jurnal Ilmu Kesehatan
Bhakti Husada: Health Sciences Journal, 14(01), 41-48.

Hermawan, I. (2019). ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN POST TIROIDEKTOMI


DENGAN NYERI AKUT DI RUANG MARJAN BAWAH RSUD DR. SLAMET
GARUT TAHUN 2019.

Larasati, T. A. (2022). Hipertiroid pada Wanita Lansia Usia 60 Tahun dengan Pendekatan
Kedokteran Keluarga di Campang Raya. Medical Profession Journal of
Lampung, 12(2), 353-357.

Pratomo, B. Y., Widodo, U., & Ferdiansyah, D. (2022). MANAJEMEN PREOPERATIF


PADA PASIEN DENGAN HIPERTIROID. Jurnal Komplikasi Anestesi, 9(3), 60-67.

Purwanto, Hadi. (2016). Keperawatan Medikal Bedah II. Badan Pengembangan dan
Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Jakarta Selatan : KEMENTRIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.

Sitalaksmi, R., Sinardja, I. K., & Wiryana, M. (2019). Penanganan pasien krisis tiroid menurut
kriteria burch wartofsky score di Intensive Care Unit. Medicina, 50(2).

Srikandi, P. R. (2020). Hipertiroidismee Graves Disease: Case Report. Jurnal Kedokteran


Raflesia, 6(1), 30-35.

Anda mungkin juga menyukai