Anda di halaman 1dari 47

MAKALAH

Keperawatan Medikal Bedah II

TENTANG

Penyakit Hipertiroid dan Hipotiroid

Oleh

KELOMPOK 10

1. AMELIA JAMIRUS 1711311013


2. ROSYI AULIA 1711312043
3. SARAH OKTAVIANI C 1711313011
4. SINCE OLIVIA R. R 1711319003

FAKULTAS KEPERAWATAN

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah subhanawata’ala yang telah memberikan kami


berbagai macam nikmat, sehingga aktivitas hidup ini banyak yang diberikankan
keberkahan. Dengan kemurahan yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa
sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Ucapan terimakasih tidak lupa kami haturkan kepada dosen dan teman – teman
yang banyak membantu dalam penyusunan makalah ini. Kami menyadari didalam
penyusuhan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Masih banyak kekurangan
yang harus diperbaiki, baik dari seg tata bahasa maupun hal pengkonsilidasian.

Oleh karena itu kami minta maaf atas ketidak sempurnaannya dan juga memohon
kritik dan saran untuk kami agar bisa lebih baik lagi dalam membuat karya tulis ini.
Harapan kami mudah – mudahan apa yang kami susun bisa memberikan manfaat
untuk diri sendiri ,teman – teman serta orang lain.

Padang,28 Januari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………...i

Daftar Isi………………………………………………………………………ii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………...3

1.3 Tujuan Masalah………………………………………………………..….4

Bab II Tinjauan Pustaka

2.1 Anatomi Fisiologi………………………………………………………...3

2.2 Landasan Teoritis Penyakit ……………………………………………..11

2.3 Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan………………………………..32

Bab III Asuhan Keperawatan

3.1 Data Demografi …………………………………………………………

3.2 Riwayat Kesehatan Pengakajian Kesehatan Pada Pasien……………….

3.3 Pemeriksaan Penunjang …………………………………………………

3.4 Analisis Data Senjang…………………………………………………..

3.4 Perumusan Diagnosa (NANDA)……………………………………….

ii
3.5 Penentuan Kriteria Hasil (NOC)……………………………………….

3.6 Perumusan Intervensi Keperawatan (NIC)…………………………….

Bab IV Penutup

Kesimpulan …………………………………………………………………43

Saran ………………………………………………………………………..43

Daftar Pustaka

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional berupa pemenuhan kebutuhan


dasar yang diberikan kepada individu yang sehat maupun sakit yang mengalamí
gangguan fisik, psikis, dan sosial agar dapat mencapai derajat kesehatan yang optimal.
Bentuk pemenuhan kebutuhan dasar dapat berupa meningkatkan kemampuan yang ada
pada individu, mencegah, memperbaiki, dan melakukan rehabilitasi dari suatu keadaan
yang dipersepsikan sakit oleh individu (Nursalam, 2008).

Sehat adalah dambaan semua manusia yang merupakan anugerah yang luar biasa
mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Karena kesehatan amat mahal maka kita
perlu menjaga kesehatan badan dan jiwa agar kita lebih merasa nyaman dan lebih percaya
diri untuk melakukan aktivitas yang kita inginkan. Masalah kesehatan yang sering
ditemukan pada masyarakat dewasa ini adalah kelainan produksi hormon salah satunya
adalah hormon tiroid.

Salah satu faktor biologis yang dapat menghambat tumbuh kembang anak adalah
adanya abnormalitas fungsi tiroid. Abnormalitas tiroid dapat dibagi atas 2 bagian besar,
yaitu hipertiroid dan hipotiroid. Hipertiroid adalah keadaan abnormal kelenjar tiroid
akibat meningkatnya produksi hormon tiroid sehingga kadarnya meningkat dalam darah
yang ditandai dengan penurunan berat badan, gelisah, tremor, berkeringat dan kelemahan
otot (Batubara, 2010).

Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling umum dari hipertiroid.
Sekitar 60-80% kasus tirotoksikosis akibat penyakit Graves. Kejadian tahunan penyakit
Graves ditemukan menjadi 0,5 kasus per 1000 orang selama periode 20-tahun, dengan

1
terjadinya puncak pada orang berusia 20-40 tahun. Gondok multinodular (15-20% dari
tirotoksikosis) lebih banyak terjadi di daerah defisiensi yodium. Kebanyakan orang di
Amerika Serikat menerima yodium cukup, dan kejadian gondok multinodular kurang dari
kejadian di wilayah dunia dengan defisiensi yodium. Adenoma toksik merupakan
penyebab 3-5% kasus tirotoksikosis (Lee, et.al., 2011)

Hipertiroidisme, yang dalam hal prevalensi erupakan penyakit endokrin yang


menempati urutan kedua sesudah DM. pengeluaran hormone tiroid yang berlebihan
diperkirakan terjadi akibat stimulasi abnormal kelenjar tiroid oleh immunoglobin dalam
darah. Hipertiroidisme menyerang wanita lima kali lebih sering di bandingkan oleh laki-
laki.

Hipertiroidisme adalah gangguan yang terjadi ketika kelenjar tiroid memproduksi


hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Hal ini kadang-kadang disebut
tirotoksikosis, istilah untuk hormon tiroid terlalu banyak dalam darah. Sekitar 1 persen
dari penduduk indonesia memiliki hyperthyroidism. Perempuan lebih mungkin
mengembangkan hipertiroidisme daripada pria (Anonim, 2012).

Di Amerika Serikat, penyakit Graves adalah bentuk paling umum dari hipertiroid.
Sekitar 60-80% kasus tirotoksikosis akibat penyakit Graves. Kejadian tahunan penyakit
Graves ditemukan menjadi 0,5 kasus per 1000 orang selama periode 20-tahun, dengan
terjadinya puncak pada orang berusia 20-40 tahun. Gondok multinodular (15-20% dari
tirotoksikosis) lebih banyak terjadi di daerah defisiensi yodium. Kebanyakan orang di
Amerika Serikat menerima yodium cukup, dan kejadian gondok multinodular kurang dari
kejadian di wilayah dunia dengan defisiensi yodium. Adenoma toksik merupakan
penyebab 3-5% kasus tirotoksikosis (Lee, et.al., 2011).

Prevalensi hipertiroid berdasarkan umur dengan angka kejadian lebih kurang 10


per 100.000 wanita dibawah umur 40 tahun dan 19 per 100.000 wanita yang berusia di
atas 60 tahun. Prevalensi kasus hipertiroid di Amerika terdapat pada wanita sebesar (1
,9%) dan pria (0,9%). Di Eropa ditemukan bahwa prevalensi hipertiroid adalah berkisar

2
(1-2%). Di negara lnggris kasus hipertiroid terdapat pada 0.8 per 1000 wanita pertahun
(Guyton, 1991 ).

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain (Alvyanto, 2010).

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan


memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan,
namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya, medulla adrenal dan
kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf (neural). Jika keduanya
dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua kelenjar ini sebagian diambil alih oleh
sistem saraf.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa anatomi dan fisiologi dari kelenjar tiroid?
2. Apa pengertian dari penyakit hipertiroid dan hipotiroid?
3. Apa saja etiologi dari penyakit hipertiroid dan hipotiroid ?
4. Apa saja Patofisiologi dari penyakit hipertiroid dan hipotiroid ?
5. Apa saja manisfestasi klinis dari penyakit hipertiroid dan hipotiroid ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang dari penyakit hipertiroid dan hipotiroid ?
7. Apa saja pemeriksaan diagnostic dari penyakit hipertiroid dan hipotiroid ?
8. Apa saja penatalaksanaan medis dari penyakit hipertiroid dan hipotiroid ?
9. Apa saja penatalaksanaan keperawatan dari penyakit hipertiroid dan hipotiroid
?
10. Apa saja komplikasi dari penyakit hipertiroid dan hipotiroid ?
11. Bagaimana WOC dari penyakit hipertiroid dan hipotiroid ?
12. Bagaimana cara membuat asuhan keperawatan pada penyakit hipertiroid dan
hipotiroid?

3
1.3 Tujuan

1 Tujuan Umum

Mampu menerapkan dan mengembangkan pola fikir secara ilmiah kedalam proses
asuhan keperawatan nyata serta mendapatkan pengalaman dalam memecahkan masalah
pada gangguan Hipertiroid dan Hipotiroid.

2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui anatomi dan fisiologi dari kelenjar tiroid


2. Mengetahui pengertian dari penyakit hipertiroid dan hipotiroid
3. Mengetahui apa saja etiologi dari penyakit hipertiroid dan hipotiroid
4. Mengetahui apa saja Patofisiologi dari penyakit hipertiroid dan hipotiroid
5. Mengetahui apa saja manisfestasi klinis dari penyakit hipertiroid dan hipotiroid
6. Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari penyakit hipertiroid dan
hipotiroid
7. Mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostic dari penyakit hipertiroid dan
hipotiroid
8. Mengetahui apa saja penatalaksanaan medis dari penyakit hipertiroid dan
hipotiroid
9. Mengetahui apa saja penatalaksanaan keperawatan dari penyakit hipertiroid dan
hipotiroid
10. Mengetahui apa saja komplikasi dari penyakit hipertiroid dan hipotiroid
11. Mengetahui bagaimana WOC dari penyakit hipertiroid dan hipotiroid
12. Mengetahui bagaimana cara membuat asuhan keperawatan pada penyakit
hipertiroid dan hipotiroid

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi dan Fisiologi

1. SISTEM ENDOKRIN

a. Prinsip dasar endokrin


prinsip dasar endokrin adalah untuk mengatur dan mengintegrasikan aktivitas
metabolik tubuh (bersama dengan sistem saraf).
Sistem endokrin juga terdiri dari tiga komponen utama yaitu, Kelenjar, hormon dan
reseptor

1. Kelenjar
Kelenjar tersusun dari kumpulan sel atau organ khusus. Kelenjar juga berfungsi
mensekresikan hormon secara langsung kedalam aliran darah untuk mengatur fungsi
tubuh.
kelenjar utama adalah kelenjar hipofisis, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar
adrenal, pankreas, timus, kelenjar pineal dan gonad (ovarium dan testis).

a. Kelenjar Hipofisis
adalah suatu kelenjar berukuran sebesar kacang polong yang teletak didalam sella
tursika (suatu cekungan pada pada tulang stenoid didasar otak). kelenjar ini
berhubungan dengan hipotalamus melalui infudibulum, dari organ ini ia menerima
rangsangan kimiawi dan saraf.
kelenjar hipofisis terdiri dari dua daerah utama yaitu anterior dan posterior.
1. Hipofisis Anterior

5
Hipofisis anterior atau yang juga dikenal sebagai adenohipofisis, merupakan daerah
yang lebih besar diantara kedua daerah. Hipofisis anterior menghasilkan paling sedikit
enam hormon, yaitu :
- Hormon pertumbuhan (GH) atau somatotropin
- Hormon stimulaso tiroid (TSH), atau tirotropin
- Kortikotopin
- Hormon stimulasi folikel (FSH)
- Hormon lutein (LH)
- Prolaktin
2. Hipofisis posterior
Menyusun sekitar 25% kelenjar hipofisis dan berperan sebagai tempat penyimpanan
hormon antidiuretik (ADH), juga dikenal sebagai vasopresin, da oksitosin, yang
dihasilkan hipotalamus.

- Kelenjar Tiroid
Mempunyai dua lobus yang berfungsi sebagai satu unit dan juga menghasilkan
hormon tiroksin (T4) dan triiodotironim (T3). Secara bersama-sama disebut sebagai
hormon tiroid dan dianggap sebagai hormon metaboolik utama tubuh. Dan juga untuk
mengatur metabolisme dengan mempercept respirasi selular dan juga menghasilakn
kalsitonin.
Kelenjar tiroid juga berfungsi mempertahankan kadar kalsium darah dengan
menghambat pelepasan kalsium dari tulang, dan mengatur sekresi sesuai konsentrasi
kalsium pada cairan disekitarnya.

- Kelenjar Paratiroid
Merupakan kelenjar endokrin yang paling kecil dan menempel pada permukaan
posterior tiroid. bekerja bersama-sama sebagai satu kelenjar. menghasilkan hormon
paratiroid (PTH), yang membantu mengatur keseimbangan kalsium darah.

- Kelenjar Adrenalin
6
Terdiri dari dua kelenjar berbentuk almond, masing-masing terletak diatas ginjal.
mempunyai dua struktur berbeda, yaitu : korteks adrenal dan medula adrenal. masing-
masing berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang terpisah.
1. Korteks Adrenal
Membentuk bongkahan kelenjar adrenal. mempunyai tiga zona, atau lapisan sel yaitu
Zona Glomerulosa yang merfungsi menghasilkan mineralokortikoid (terutama
aldosteron), Zona Fasikulata yang berfungsi menghasilkan glukokortikoid (kortisol)
[hidrkortison], kortison dan kosteron. Serta sejumlah kecil androgen dan estrogen.
Zona retikularis yaitu menghasilkan beberapa hormon seks
2. Medula Adrenal
Berfungsi sebagai bagian dari sistem saraf simpatis. menghasilkan dua katekolamin
yaitu epinefrin dan norepinefrin, dan dianggap sebagai suatu struktur neuuroendokrin.

- Pankreas
Terletak didalam lengkungan duodenum. teregang secara horizontal dibelakang
lambung dan memanjang ke limpa, dan menjalankan fungsi endokrin maupun
eksokrin.

- Timus
Mengandung jaringan limfe. Menghasilkan sel T (penting dalam kekebalan yang
diperantai sel). Menghasilkan hormon peptida timosin dan poietin ( berperan dalam
pertumbuhan jaringan limfoid perifer)

- Kelenjar Pineal
Yaitu kelenjar yang terletak ventrikel ketiga pada otak, dan menghasilkan hormon
melatonin.

- Gonad
Meliputi ovarium pada wanita, dan meliputi testis pada pria.

7
- Ovarium
Menghasilkan ovum (telur). Menghasilkan estrogen dan progesteron, yaitu:
1. Berperan dalam perkembangan dan pemeliharaan karakteristik seks wanita
2. mengatur siklus menstruasi
3. memelihara uterus untuk kehamilan
4. membantu mempersiapkan kelenjar mammae untuk menyusui.

- Testis
Menghasilkan spermatozoa. Menghasilkan testosteron, yang merangsang dan
memelihara karakteristik seks maskulin dan memicu dorongan seks pria.

b. Kelencar Tiroid
Kelenjar tiroid merupakan salah satu kelenjar endokrin yang terbesar, terletak
didepan trakea setinggicincin kedua dan ketiga dan diibawah laring atau pada
vertebrata servikal lima sampai dengan torakal pertama. Bentuk kelenjar tiroid seperti
dasi kupu-kupu, dan terdiri atas dua lobus yaitu lobus kanan dan kiri yang
dihubungkan keduanya oleh isthmus. Lobus kanan dan kiri tidak simetris, lobus kanan
lebih besar dari pada lobus kiri, berat kelenjar ini sekitar 10-20 gram denngan ukuran
5x2x2 cm pada wanita lebih besar dari pada pria. pada ibu hamil dan penyakit tertentu
kelenjar terjadi pembesaran.
Kelenjar tiroid tersusun atas sel-sel sekretorik yang berbentuk gelembung-
gelembung berongga yang disebut dengan sel folikel. Folikel-folikel ini berbentuk
seperti cincin dengan bagian dalam dipenuhi oleh koloid, yaitu bahan yang berfungsi
sebagai penyimpanan ekstrasel hormon-hormon tiroid (Sherwood,2001). Sel folikel ini
memmproduksi protein globular yang disebut tiroglobulin dan pengaturan sekresi T4
dan T3 distimulasi thyroid-stimulating hormone (TSH), yang delepaskan oleh pituitari
anterior melalui mekanisme feedback negative. Produksi TSH akan ditekan ketika
kadar tempat T4 tinggi. Sedangkan TSH sendiri dipengaruhi oleh tyrotropin releasing
hormone (TRH) yang diproduksi oleh hipothalamus mensekresikannya ke dalam
koloid. Molekul tiroglobulin mengandung senyawa asam amino tirosin yang
selanjutnya akan terbentuk hormon tetraidotironim (T4) atau tiroksin dan triiodotiroin
8
(T3). kedua hormon ini merupkan hormon tiroid. Sedangkan pada sel parafolikuler
diruang interstisium diantara folikel-folikel dihasilkan hormon peptide kalsitonim.

Suplai darah kelenjar tiroid berasal dari arteri thyroid superior dan inferior,
kadang-kadang terdapat arteri ima thyroidea. Arteri ini telah menerima jaminan
beranastomosis yang berlimpah dengan satu sama lain, baik ipsilateral maupun
kontalateral. Arteri imatiroid berasal dari lekungan aorta atau arteri innominata dan
memasuki kelenjar tiroid di perbatasan inferior. Arteri thyroid superior adalah cabang
anterior pertama dari arteri karotis eksternal. arteri tiroid inferior berasal dari trunkus
thyriocervical, yang merupakan cabang dari arteri subclavia. Sedangkan alirann balik
vena kelenjar tiroid terdiri dari vena thyroidea medialis yang bermuara divena
anonima kiri.

Persarafan dari tiroid berasal dari sistem saraf otonom. serat parasimpatis berasal
dari saraf vagus, dann serat simpatik di distribusikan dari ganglia superior, tengah,
dan inferior dari batang simpatik. Pengaturan saraf otonom terdapat sekresi kelenjar
tidak jelas dipahami, tetapi sebagian besar pengaruhnya, diduga dipengaruhi terhadap
pembunuh darah dalam difusi dalam difuusi hormon dari kelenjar.

Hormon-hormon tiroid, terutama adalah tirooksin (T4) dan triiodothyronine (T3)


dan kalsitonin. Hormon T3 dan T4 ini mengatur laju metabolisme dan mempengaruhi
laju pertumbuhan dan fungsi sistem lainnya dalam tubuh, sedangkan kalsitonin
berperan dalam hooomeostatis kalsium. Yodium merupakan komponen penting dari
pembentukan T3 dan T4.

Proses pembentukan T3 dan T4 melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:


1. Ion yodium diabsorbsi dari makanan di saluran pencernaan, kemudian dibawa ke
kenjar tiroid melalui aliran darah. Normal nya pada orang dewasakonsumsi yodium
sekitar 100-150 mikro gram per hari pada makanan kemudian dipecah di saluran
pencernaan. Sedangkan yodium dalam darah kadar normalnya sekitar 3.5 to 8
mikrogram/100ml darah.
9
2. Ion yodium berdifusi masuk ke sel-sel folikel dan diaktifkan oleh enzim tiroid
peroksidase. Yodium yang sudah aktif kemudian bergabung menjadi molekul
triglobuulin direticulum endoplasma dan kompleks golgi.
3. Folikel sel memindahkan triglobulin melalui proses endositosis.
4. Enzim lisosomal memecahkan triglobulin menjadi asam amino dan hormon tiroid
kemudian masuk se sitoplasma. Asam amino dipakai kembali untuk pembentukan
tiroglobulin sedangkan hormon tirosin masuk ke pembuluh darah melalui proses difusi.
5. Hormon tirosin masuk ke peredaran darah melalui proses difusi yang dibantu oleh
TSH. Hampir 90% hormon tiroid disekresi dalam bentuk T4, sedangkan T3 relatif
sedikit (Martini, 2006).
6. Kemudian lebih dari 80% T4 akan diubah di organ perifer seperti ginjal, hati,
limpa menjadi T3.

setelah dikeluarkan dalam darah hormon tiroid dengan cepat berikatan dengan
senyawa lain dan dalam bentuk bebas. Kurang dari 1% T3 dan kurang dari 0,1% T4
tidak berikatan (bebas). Sebagian besar hormon tiroid berikatan dengan plasma protein
seperti berikatan dengan globulin pengikat tiroksin (thyroxine binding globulin) yang
efektif mengikat 55% T4 dan 65% T3, berikatan dengan albumin sekitar 10% T4 dan
35%T3 serta sisanya berikatan dengan thyroxine binding preabumin (sherwoood, 2001)

Fungsi Hormon Tiroid

1. Fungsi hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3), secara umum berfungsi
sebagai :
a. Pengaturan pertumbuhan dan dan perkembangan baik fisik, mental dan persarafan.
Hormon, ini berperan dalam pertumbuhan tubuh normal dan merupakan efek
sekunder dari pada hormon pertumbuhan, dimana hormon tiroid merangsang tiroid
juga berperan dalam perkembangan normal sistem saraf pusat.
b. metabolisme karbohidrat, yaitu meningkatkan penggunaan glukosa dalam sel,
meningkatkan glikolisis, glukoneogenesis dan meningkatkan sekresi insulin.

10
c. metabolisme lemak, yaitu dengan meningkatkankonsentrasi asam lemak bebas
dalam plasma dan mempercepat proses oksidasi asam lemak bebas oleh sel.
meningkatkan lipolisis dan sekresi kolesterol diempedu.
d. metabolisme protein yaitu dengan meningkatkannya sintesis protein untuk
pertumbuhan dan perkembangan tubuh. Hormon tiroid pada mitokondria secara
langsung meningkatkan metaboolisme rate, karena sel mengkomsumsi lebih
banyak oksigen sehingga menimbulkan panas tubuh.
e. reproduksi, hormon ini meningkatkan repprooduksi normal wanita dan proses
laktasi.
f. meningkatkan daya tahan terhadap infeksi dan implasi
2. Hormon Kalsitonin
a. kalsitonin menstimulasi pergerakan kalsium dalam tulang, menurunkan kadar
kalsium dan phosphor denga cara menurunkan jalu resorpsi dari tulang, hal ini
berlawanan kerja dengan paratiroid hoormon (PTH) dan bekerja sama dalam
metabolisme kalsium untuk mempertahankan keadaan normal.
b. calcitonin dapat digunakan terapi untuk pengobatan hiperkalsemia atau
osteoporosis.

Ada banyak bentuk yang menggambarkan kelainan pada gangguan fungsi


kelenjar tiroid, namun secara garis besar terdapat 3 tipe kelainan dari kelenjar
tiroid yaitu hiperfungsi (hipertiroid), hipofungsi (hipotiroid) dan pembesaran
kelenjar tiroid (goiter).

2.2 Landasan Teoritis Penyakit


A. HIPERTIROID

1. Definisi
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat
dari produksi hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes E, Marilynn, 2000)
Terdapat dua tipe hipertiroid yaitu penyakit gravesdan goiter nodular toksik.
(Price A, Sylvia, 2006 hal 1074)

11
2. Etiologi
Penyebab-penyebab antara lain :
a. Hereditas
b. Toksik adenoma
c. Tumor kelenjar hipofise
d. Tiroiditis sub akut
e. Kanker tiroid
f. Terapi hormon tiroid berlebihan
(Price A, Sylvia, 2006, hal 1007 dan Dongoes E, Marilynn, 2000 hal 703).

Faktor risiko :
a. Terjadi lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki
b. Pada usia lebih dari 50 tahun
c. Post trauma emosional
d. Peningkatan stess
(Long C, Barbara 1996 hal 109)
3. Patofisiologi

12
Beberapa penyebab umum dari hipertiroid termasuk: Penyakit graves Functioning
adenoma (“hot nodule”) dan toxic multinodular goiter (TMNG) pemasukan yang
berlebihan dari hormon-hormon tiroid pengeluaran yang abnormal dari TSH
Tiroiditis (peradangan kelenjar tiroid) pemasukan yodium yang berlebihan. Penyakit
Graves : Penyakit Graves, yang disebabkan oleh suatu aktivitas yang berlebihan dari
kelenjar tiroid yang disamaratakan, adalah penyebab yang paling umum dari
hipertiroid. Pada kondisi ini, kelenjar tiroid biasanya adalah pengkhianat, yang berarti
ia telah kehilangan kemampuamnya umtuk merespon pada kontrol yang normal oleh
kelenjar pituotari via TSH. Penyakit Graves adalah diturunkan atau di wariskan dan
adalah sampai lima kali lebihumum diantara wanita-wanita dari pada pria-pria.
Penyakit Graves diperkirakan adalah suatu penyakit autoimun, dan antibodi-antibodi
yang adalah karakteristik-karakteristik dari penyakit ini mungkin ditemukandalam
darah. Antibodi-antibodi ini termasuk thyroid stimulating immunoglobulin (TSI
antibodies), tyroid peroxidase antibodies (TPO), dan antibodi-antibodi reseptor TSH.
Pencetus-pencetus untuk penyakit Grave termasuk: stress, merokok radiasi pada
leher, obat-obatan dan organisme-organisme yang menyebabkan infeksi seperti virus-
virus.

Penyakit graves dapat didiagnosis dengan suatu scan tiroid dengan obat nuklir
yang standar yang menunjukansecara panjang lebar pengambilan yang meningkat
dari suatu yodium yang dilabel dengan radioaktif. Sebagai tambahan, sebuah tes
darah mungkin mengungkap tingkat-tingkat TSI yang meningkat. Penyakit Grave
mungkin berhubungan dengan penyakit mata (graves ophthalmopathy) dan luka-luka
kulit (dermopathy). Ophthalmopathy dapat terjadi sebelum, sesudah atau pada saat
yang sama dengan hipertiroid. Pada awalnya, ia mungkin menyebabkan kepekaan
terhadap cahaya dan suatu perasaan dari “ ada pasir di dalam mata-mata”. Mata-mata
mungkin menonjol keluar dan penglihatan ganda (dobel) dapat terjadi. Derajat dari
ophtalmopaty diperburuk pada mereka yang merokok. Jalannya penyakit mata
seringkali tidak tergantung dari penyakit tiroid, dan terapi steroid mungkin perlu
untuk mengontrol peradangan yang menyebabkan suatu ruam kulit yang tampak
sakit, meraah, tidak halus yang tampak pada muka dari kaki-kaki.
13
Functioning Adenoma dan Toxic Multinodular Goiter : Kelenjar tiroid (atau
seperti banyak area-area lain dari tubuh) menjadi lebih bergumpal-gumpal ketika kita
menua. Pada kebanyakan kasus-kasus, gumpal-gumpal ini tidak memproduksi
hormon-hormon tiroid dan tidak memerlukan perawatan. Adakalanya, suatu benjolan
mungkin menjadi “otonomi”, yang berarti bahwa ia tidak merespon pada pengaturan
pituitari via TSH dan memproduksi hormon-hormon tiroid dengan bebas. Ini menjadi
lebih mungkin jika benjolan lebih besar dari 3cm. Ketika ada suatu benjolan (nodule)
tunggal yang memproduksi secara bebas hormon-hormon tiroid, itu disebut suatu
functioning nodule. Jika ada lebih dari satu funcioning nodule, istilah toxic
multinodular goiter (gondokan) digunakan. Functioning nodules mungkin siap
dideteksi dengan suatu thyroid scan.

Pemasukan hormon-hormon tiroid yang berlebihan, mengambil terlalu banyak obat


hormon tiroid adalah sebenarnya sungguh umum. Dosis-dosis hormon-hormon tiroid
yang berlebihan sering kali tidak terdeteksi disebabkan kurangnya follow up dari
pasien-pasien yang meminum obat tiroid mereka. Orang-orang lain mungkin
menyalahgunakan obat dalam suatu usaha untuk mencapai tujuan-tujuan lain seperti
menurunkan berat badan. Pasien-pasien ini dapat diidentifikasikan dengan
memdapatkan suatu pengambilan yodium berlebel radioaktif yang rendah (radioiodin)
pada suatu tyroid scan.

Pengeluaran abnormal dari TSH, sebuah tumor didalam kelenjar pituitari mungkin
menghasilkan suatu pengeluaran dari TSH ( thyroid stimulating hormone) yang
tingginya abnormal. Ini menjurus pada tanda yang berlebihan pada kelenjar tiroid
untuk menhasilkan hormon-hormon tiroid. Kondisi ini adalah sangat jarang atau bisa
dikatakan dengan kelainan-kelainan lain dari kelenjar pituitari. Untuk
mengidenfifilasi kelacauan ini, seorang endocrinologis melakukan tes-tes terperinci
untuk menilai pelepasan dari TSH.

Tiroiditis ( peradangan dari tiroid), peradangan dari kelenjar tiroid munhkin


terjadi seyelah suatu penyakit virus (subacute thyroiditis). Kondisi ini berhubungam
dengam suatu demam dan suatu sakit leher yang sering kali sakit pada waktu
14
menelan. Kelenjar tiroid juga lunak jika disentuh. Mungkin ada sakit-sakit leher dan
nyeri-nyeri yang disamaratakan. Peradangan kelenjar dengan suatu akumulasi sel-sel
darah putih dikenal sebagai lhymhocytes (lhmphocytes thyroiditis) mungkin juga
terjadi. Pada kedua kondisi-kondisi ini, peradangan meninggalkan kelenjar tiroid
“bocor”, sehingga jumlah hormon tiroid yang masuk ke darah meningkat.
Lhimphocytic tiroiditis adalah paling umum setelah suatu kehamilan dapat
sebenarnya terjadi pada sampai dengan 8% dari wanita-wanita setelah melahirkan.
Pada kasus-kasus ini, fase hipertiroiditis dapat berlangsung dari 4 sampai 12 minggu
dan seringkali diikuti oleh suatu fase hipotiroid ( hasil tiroid yang rendah ) yang dapat
berlangsung sampai 6 bulan. Mayoritas dari wanita-wanita yang terpengaruh kembali
ke keadaan suatu fungsi tiroid yang normal. Tiroiditis dapat didiagnosis dengan suatu
thyrroid scan.

Pemasukan yodium yang berlebihan, kelenjar tiroid menggunakan yodium untuk


membuat hormon-hormon tiroid. Suati kelebihan yodium dapat menyebabkan
hipertiroid. Hipertiroid yang di pengaruhi / diinduksi oleh yodium biasanya terlihat
pada pasien-pasien yang telah mempunyai kelenjar tiroid abnormal yang
mendasarinya. Obat-obat tertentu, seperti amiodarone ( Cordarone ), yang digunakan
dalam perawatan persoalan-persoalan jantung, mengandung suatu jumlah yodium
yang besar dan mungkin berkaitan dengan kelainan-kelainan fungsi tiroid.

4. Manifestasi Klinis

Gejala-gejala umum termasuk :


a. keringat berlebih
b. ketidaktoleranan panas
c. pergerakan-pergerakan usus besar yang meningkat
d. gementaran
e. kegelisahan; agitasi
f. denyut jantung yang cepat kehilangan berat badan

15
g. kelelahan
h. konsentrasi yang berkurang
i. aliran menstrual yang tidak teratur atau sedikit

Pada pasien yang lebih tua, irama-irama jantung yang tidak teratur dan gagal
jantung dapat terjadi. Pada bentuk yang paling parahnya, hipertoroid yang tidak dirawat
mungkin berakibat pada “tyroid storm”. Suatu kondisi yang melibatkan tekanan darah
tinggi, demam, dan gagal jantung. Perubahan-perubahan mental, seperti kebingungan
dan kegila-gilaan, juga menjadi mungkin terjadi.

Hipertiroid dapat dicurigai pada pasien-pasien dengan :

a. gementaran-gementaran, keringat berlebihan kulit yang seperti beludru halus


b. rambut halus
c. suatu denyut jantung yang cepat dan
d. suatu pembesaran kelenjar tiroid

Mungkin ada keadaan bengkak sekeliling mata-mata dan suatu tatapan yang
karakteristik disebabkan oleh peninggian dari kelopak-kelopak mata bagian atas.
Gejala-gejala yang lebih lanjut biasanya lebih mudah dideteksi, namun gejala-gejala
awal, terutama pada orang-orang yang lebih tua, mungkin tidak cukup menyolok mata
(Smeltzer C, Suzanne, 2005).

Menurut Sylvia (2000), tanda dan gejala penderita hipertiroid adalah :

a. apatis
b. mudah lelah
c. kelemahan otot
d. mual
e. muntah
f. gementaran
g. kulit lembab
h. berat badan turun
16
i. takikardi
j. mata melotot, kedipan mata berkurang

Tanda dan gejala bayi yang menderita hipertiroid diantaranya adalah (Djokomoeljanto,
2009) :

a. Umum : Tak tahan hawa panas hiperkinesis, capek, BB turun, tumbuh cepat,
toleransi obat, hiperdefekasi, lapar.

b. Gastrointestinal : Makan banyak, haus, muntah, disfagia, splenomegali.

c. Muskular: Rasa lemah.

d. Genitourinaria: Oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti.

e. Kulit : Rambut rontok, kulit basah, berkeringat, silky hair dan onikolisis.

f. Psikis dan saraf : Labil, iritabel, tremor, psikosis, nervositas, paralisis periodik
dispneu.

g. Jantung : hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung.

h. Darah dan limfatik : Limfositosis, anemia, splenomegali, leher membesar.

i. Skelet : Osteoporosis, epifisis cepat menutup dan nyeri tulang.

5. Pemeriksaan Penunjang dan diagnostic


A. Pemeriksaan penunjang
Tes ambilan RAI: meningkatkan penyakit graves dan toksik goiter noduler,
menurun pada tiriditis
a. T3 dan T4 serum : meningkat
b. T3 dan T4 bebas serum : meningkat
c. TSH : tertekan dan tidak berespon pada TRH (Tiroid Releasing Hormon)
d. Tiroglobulin : meningkat

17
e. stimulasi tiroid 131 : dikatakan hipertiroid jika TRH dari tidak ada sampai
meningkat setelah pemberian TRH
f. ambilan tiroid 131 : meningkat
g. ikatan protein sodium : meningkat
h. gula darah : meninggkat (kerusakan adrenal)
i. kortisol plasma : turun (menuunnya pengeluaran oleh adrenal)
j. pemeriksaan fungsi hepar : abnormal
k. elektrolit : hpnonatremi akibat respon adrenat atau efe delusi terapi
cairan,hipokalemis akibat dari diuresis dan kehilangan dari GI
l. kateklami serum : menurun
m. kreatinin urin : meningkat
n. EKG : fibrilasi atrium,waktu sistolik memendek kardiomegali
(Doengese,Marilynn,2000 hal 711)

B. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium
a. serum T3, terjadi peningkatan (N: 70 – 250 ng/dl atau 1.2-3.4 SI unit).
b. serum T4, terjadi peningkatan (N: 4 – 12 mcg/dl atau 51-154 SI unit).
c. in deks T4 bebas, meningkat (N: 0.8 – 2.4 ng/dl atau 10-31 SI unit).
d. T3RU, meningkaat (N:24 – 34%).
e. TRH Stimulation test, menurun atau tidak ada respon TSH
f. Tiroid antobodi antiglobulan antibodi, titer antiglobulin antibodi tinggi (N: titer <
1 : 100).
g. tirotropin resseptor antibody (TSH-Rab), terjadi peningkatan pada penyakit
graves.

2. Tes Penunjang
a. CT scan tiroid; mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine
radioaktiv (RAI) diberikan secara oral kemudian diukir pengambilan iodine 5-
35% dari dosis yang diberikan selama 24 jam. Pada pasien hipertiroid akan
meningkat.
18
b. USG; untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apaka massa
atau nodule
c. EKG; untuk menilai kerja jantung, mengetahui adanya takhikardia, atrial fibrilasi
dan perubahan gelombang P dan T.

6. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


A. Penatalaksanaan Medis

Tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat hormon tiroid ke keadaan


normal, sehingga mencegah komplikasi jangka panjang dan mengurangi gejala tidak
nyaman. Tidak bekerja pengobatan tunggal untuk semua orang. Tiga pilihan
pemberian obat obatan, terapi radioiod. dan pembedahan.

1) Obat-obaitan anti tiroid (OAT)

a. Propylthiouracil (PTU) merupakan obat anti hipertiroid pilihan, tetapi


mempunyai efek samping agranulocitosis sehingga sebelum diberikan harus dicek
sel darah putihnya PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.

b. Methimozole (tapazole) , bekerja dengan cara memblok reaksi hormon tiroid


dalam tubuh. Obat ini mempunyai efek samping agranulositosis, nyeri kepala,
mual muntah, diare, jaundisce, ultikaria. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 5
dan 20 mg.

c. Adrenargik bloker, seperti propanolol dapat diberikan untuk mengontrol aktivitas


saraf simpatetik, misalnya adanya takhikardia, palpitasi, tremor.

d. Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi, PTU 300 - 600
mg/hari atau methimazole 40 - 45 mg/ hari.

2) Radioiod Terapi

Radioaktif iodine-131, yodium radioaktif secara bertahap akan menghancurkan


sel-sel yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak akai rnenghentikan produksi
hormon tiroid.
19
3) Bedah Tiroid

Pembedahan dan perngangkatan total atau parsial (tiroidektomy). Operasi efektif


dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek sarmping yang mungkin
terjadi pada pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan saraf kelenjar
tiroid.

4) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein, 3000 -
4000 kalori.

B. Penatalaksanaan Keperawatan

1. Kaji status kardiovaskular

2. Monitor tanda vital, asupan/keluaran cairan dan hasil - hasil laboratorium

3. Hindari pemberian stimulan seperti obat obatan dan makanan yang mengandung
kafein

4. Berikan infus cairan

5. Berikan obat - obatan sebagaimana diresepkan

6. Berikan kesempatan beristirahat di lingkungan yang tenang dan sejuk

7. Hilangkan kecemasan pasien dan memberikan dukungan emosional.

8. Laksanakan asuhan keperawatan pasca-radiasi. Laksanakan perawatan asuhan


profilaksis kulit, mulut dan daerah perianal.

9. Monitor asupan diet setiap hari .

10. Berikan kesempatan beristirahat

11. Berikan instruksi perawatan di rumah sesuai dengan kondisi pasien (untuk kiat
edukasi, liat pasien kelainan endokrin. Pahami kelainan dan penanganannya, ikuti
instruksi penggunaan obat dan mewaspadai efek samping yang mungkin terjadi.
Berhenti merokok, kenali tanda dan gejala thyroid storm, Patuhi pembatasan
20
aktivitas. Hindari kontak dengan orang lain yang menderita infeksi. Lakukan
pemantauan mandiri untuk kemungkinan infeksi ikuti pemeriksaan penanganan
lanjut medis.

7. Komplikasi

1. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol keluar. Hal ini
disebabkan karena penumpukan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola
mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.

2. Penyakit jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung

3. Stroma tiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami dengan


demam tinggi, takhikardia berat, derilium, dehidrasi dan iritabilitas yang
ekstrem. Keadaan ini merupakan keadaan emergensi, sehingga penanganan
harus lebih khusus. Faktor presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis
adalah hipertiroidisme yang tidak terdiagnosis dan tidak tertangani. Infeksi,
ablasi tiroid, pembedahan, trauma, miokardiak infark over dosis obat.
Penanganan pasien dengan stroma tiroid dengan menghambat produksi hormon
tiroid, menghambat konversi T4 menjadi T3 dan menghambat efek hormon
terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang diberikan menghambat kerja hormon
tersebut diantaranya sodium ioded intravena, glucocorticoid, dexsamethasone
dan propylthiouracil oral. Beta-blockers diberikan untuk menurunkan efek
stimulasi saraf simpatetik dan tatakikardia.

8. WOC

21
C. HIPOTIROD

1. Definisi

Hipotiroid adalah suatu atau beberapa kelainan structural atau fungsional dari
kelenjar tiroid sehingga sintesis dari hormon hormon tiroid menjadi isufisiensi.
Hipotiroidisme merupakan kelainan yang disebabkan berkurangnya fungsi kelenjar
tiroid. Hipotiroidisme adalah suatu keadaan hipometabolik akibat defisiensi hormon
tiroid yang dapat terjadi pada setiap umur. Hipotiroid adalah penurunan sekresi
hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar
tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan hormon - hormon tiroid.
Hipertiroidisme adalah suatu sindrome klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid
yang mengakibatkan fungsi metabolik. Hipotiroidisme adalah tiroid yang hipoaktif
yang terjadi bila kelenjar tiroid berhenti atau kurang memproduksi hormon tiroksin.

22
Jadi Hipotiroidisme (hiposekresi hormone tiroid) adalah status metabolic yang di
akibatkan oleh kekurangan hormone tiroid. Hipotiroidisme kognital dapat
mengakibatkan kretinisme.

Klasifikasi Secara klinis dikenal 3 hipotiroidisme, yaitu:

a) Hipotiroidismesentral , karena kerusakan hipofisis atau hypothalamus

b) Hipotiroidisme primer apabila yang rusak kelenjar tiroid

c) Karena sebab lain, seperti farmakologis, defisiensi yodium kelebihan yodium,


dan resistensi perifer.

Paling banyak ditemukan adalah hipotiroidisme primer. Oleh karena itu, umumnya
diagnosis ditegakkan berdasar atas TSH memingkat dan fT4 turun. Manifestasi klinis
hipotiroidisme tidak bergantung pada sebabnya.

2. Etiologi

Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu

a) Hipotiroid primer

Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism) sintesis


hormone yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat anti
tiroid, pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit
inflamasi kronik seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan sarcoidosis.

b) Hipotiroid sekurder

Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak


memadai dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid stimulating
hormone (TSH) meningkat. Ini mungkin awal dari suatu mal fungsi dari pituitary
atau hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh resistensi perifer terhadap
hormone tiroid.

23
c) Hipotiroid tertier/ pusat

Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk


memproduksi tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat
distimulasi pituitary untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan
dengan suatu tumor/ lesi destruktif lainnya diarea hipotalamus. Ada dua bentuk
utama dari goiter sederhana yaiu endemic dan sporadic. Goiter endemic
prinsipnya disebabkan nutrisi, defisiensi iodine. Ini mengalah pada "goiter belt"
den karakteristik area geografis oleh minyak dan air yang berkurang odine.

Sporadik goiter tidak menyempit ke area geografik lain. Biasanya disebabkan oleh :

a. Kelainan genetic yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang salah

b. Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen (agen produksi goiter disebabkan
oleh yang menghambat produksi T4) seperti kobis, kacang, kedelai buah persik,
bayam, kacang polong, Strowbery, dan lobak semuanya mengandung goitogenik
glikosida.

c. Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas (Propythiracil) thocarbomen,


(Aminothiazole, tolbutamid).

3. Patofisiologi

24
Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi
hormone tiroid. Jika diet seseorang kurang mengandung iodine atau jia produksi
dari hormone tiroid tertekan urtuk alasan yang lain, tiroid akan membesar sebagai
usaha untuk kompendasi dari kekurangan hormone. Pada keadaan seperti ini,
goiter merupakan adaptasi penting dari suatu defisiensi hormone tirod.
Pembesaran dari kelenjar terjadi sebagai respon untuk meningkatkan respon
sekresi pituitary dari TSH. TSH menstimulasi tiroid untuk mensekresi T4 lebih
banyak, ketika level T4 darah rendah. Biasanya, kelenjar akan membesar dan itu
akan menekan struktur di leher dan dada menyebabkan gejala respirasi disfagia.
Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara lambat dan
menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh mengarah pada
kondisi achlorhydria (penurunan produksi asam lambung), penurunan traktus
gastrointestinal, bradikardi, fungsi pernapasan menurun, dan suatu penurunan
produksi panas tubuh. Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan
tingkatan tiroid yang mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan
hasil kolesterol dalam serum dan level trigliserida sehinggaklien berpotensi
mengalami arteriosclerosis dan penyakit jantung koroner. Akumulasi proteoglikan
hidrophilik di rongga interstitial seperti di rongga pleural, cardiac, dan abdominal
sebagai tanda dari mixedimia. Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi
sel darah merah, ,jadi kilen dengan hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda
anemia karena pembentukan eritrosit yang tidak optimal dengan kemungkinan
kekurangan vitamin B12 dan asam folat.

4. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis pada hipotiroidisme tergantung pada berat dan ringannya


hipotiroid, terkadang tidak muncul tanda dan gejala pada hipotiroid ringan, tetapi
dapat pula mengalami gejala yang umum seperti tidak tahan dingin, kulit kering,
depresi, peningkatan berat badan. Lebih spesifik tanda dan gejala hipotiroidisme
adalah :

25
1) Sistem kardiovaskuler : menurunnya heart rate, stroke volume, kardiak output,
menurunnya kebutuhan oksigen otot jantung peningkatan resisten vaskuler
perifer, kemungkinan hipertensi, hiperlipidemia, hiperkelesterolemia.

2) Sistem hematologi : nomositik, normokromik anemia, makrositik anemia


(pernicious).

3) Sistem pernapasan : penurunan jumlah pernapasan, hiperkapnia ventilasi,


kelemahan otot pernapasan, retensi CO2 pada hasil AGD, kesulitan bernapas.

4) Sistem perkemihan : retensi cairan, menurunnya output urin, meningkatnya


total bodi water, dilusi hiponatremia, menurunnya produksi eritropoitin.

5) Sistem Gastrointestinal : menurunnya peristaltic usus. anoreksia peningkatan


berat badan, konstripasi, penurunan metabolisme protein, peningkatan serum
lipid, keterlambatan glukosa uptake. penurunan absorpsi glukosa.

6) Sistem muskuloskeletal transient pain, kram otot. menurunnya pergerakan,


meningkatnya densitas tulang, menurunnya nya formasi tulang dan reabsorpsi.

7) Sistem integumen : kulit kering, bersisik, kasar, rambut rontok, kuku rapuh,
edema periorbital dan tidak tahan dingin

8) Sistem endokrin : normal atau pembesaran kelenjar tiroid

9) Sistem saraf : menurunnya reflex tendon dalam, kelemahan, somenolen,


bicara lambat, apatis, depresi. paranoid, gangguan memori.

10) Sistem reproduksi : menoragia, anovulasi, mens tidak teratur, menurunnya


libido

11) Myxedema : yaitu keadaan dimana terjadi pembengkakan atau edema pada
muka karena penumpukan mucin pada kulit dan jaringan lain.

5. Pemeriksaan penunjang dan diagnostic


A. Pemeriksaan Penunjang

26
1. Pemeriksaan kadar T3 dan T4

2. Pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi


peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat
menurun)

3. Pemeriksaan USG (Pemerksaan ini bertujuan untuk memberikan informasi yang


tepat tentang ukuran dan bentuk kelenjar tiroid dan nodul).

B. Pemeriksaan Diagnostik

1. Test darah Test darah yang penting untuk menentukan adanya hipotiroidisme
adalah TSH test. T4 test

a) Tiroid stimulating hormom (TSH) test, merupakan test yang paling sensitive
terhadap indikasi hipotiroidisme. Test TSH didasarkan pada cara kerja
hormon TSH dan tiroid yang bersama-sama. Kelenjar hipofisis meningkatkan
produksi TSH tidak cukup membuat hormon tiroid. Tiroid merespon derngan
membuat horrmon TSH lebih banyak. Kemudian. ketika tubuh memiliki
cukup hormon tiroid yang beredar dalam darah, maka akan menurunkan
output TSH. Pada orang yang memproduksi hormon tiroid terlalu sedikit,
hipotisis membuat TSH terus-menerus, berusaha untuk mendapatkan tiroid
menghasilkan hormon lebih banyak. Dengan demikian apabila seseorang
memiliki hipotiroidisme maka TSH nya akan meningkat pada pemeriksaan
TRH juga meningkat.

b) Serum T4 dan T3, merupakan produk dari hormon tiroid yang memberikan
gambaran di bawah normal atau normal pemeriksaan T4 bebas menunjukkan
adanya penurunan

c) Free T4 indeks menurun.

d) T3 resin uptake menurun.

e) Thyroid antibody titer neningkat

27
f) Pemeriksaan lain, mungkin ditemukan : Anernia, meningkatnya kadar
kolesterol, Peningkatan enzim hati, Peningkatan prolaktin . Rendah sodium.

2. Radioactive iodine uptake test Pemeriksaan ini untuk mengukur afinitas dari
kelenjar tiroid terhadap radioaktif iodine. Jika serapan tinggi menunjukkan
produksi dari hormon tiroid banyak, demikian sebaliknya.
3. Test Radiologi, thyroid scan test, thyroid ultrasound, magnetic resonance
imaging, untuk melihat dan mengidentifikasi kelenjar tiroid, ukuran, ketajaman,
posisi kelenjar.
6. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
A. Penatalaksanaan Medis
1. Penggantian hormon tiroid : levotiroksin (synthroid),liotironim (cytomel),
tironglobulin , liotrix (thyrolar)
2. Aktivitas : berhati hati dengan olah raga kontak atau pekerjaan fisik yang berat
3. Monitoeing : tanda vital, asupan/keluaran cairan dan hasil hasil laboratorium (T3,
T4, dan natrium )

B. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Dorong pasien agar banyak minum
2. Monitor dan mencatat tanda vital, asupan/keluaran cairan dan hasil hasil
laboratorium
3. Observasi tanda dan gejala koma miksedema
4. Berikan obat obatan sebagaimana diresepkan
5. Sediakan lingkungan yang sehat
6. Hindari sedasi : memberikan preparat sedatif atau apioid dengan dosis sepertiga
atau separuh dosis normal
7. Nilai konstipasi dan edema
8. Berikan kesempatan istirahat yang sering
9. Berikan instruksi perawatan di rumah menurut kondisi pasien
a. Pahami kelainan dan penanganannya

28
b. Ikuti istruksi penggunaan obat dan mewaspadai efek samping yang mungkin
terjadi
c. Laksanakan latihan secara teratur

7. Komplikasi
a. Koma miksedema: hipoventilasi, hipotermia, asidosis respirasi, sinkop, brakardia
, hipotensi , serangan kejang dan hipoksia serebri
b. Penyakit arteria koronari (PJK ; penyakit jantung coroner)
c. Gagal jantung
d. Psikosis organik akut
e. Angina
f. Infark miokard

Penyakit yang sering muncul akibat hipotiroidisme

a) Penyakit hashimoto
Disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat otoantobodi yang merusak
jaringan tiroid. Ini menyebabkan penurunan HT disertai peeningkatan kadar TSH
dan TRH akibat umpan balik negatif yang minimal.
b) Gondok endemic
Hipotiroid alibat defisiensi iodium dalam makanan . ini terjadi karena sel
sel tiroid menjadi aktif berlebihan dan hipertpofik dalam usaha untuk menyerap
semua iodium yang tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai
kadar TSH dan TRH yang tinggi karena minimnya umpam balik
c) Karsinoma tiroid
Karsinoma tiroid dapat terjadi akibat terapi tiroidektomi, pemberian obat
penekan TSH atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid.
Terapi terapi tersebut akan merangsang proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.

Gejala Kanker Tiroid


Pada tahapan awal, kanker tiroid jarang menimbulkan gejala, bahkan cenderung
tidak ada sama sekali. Namun, jika sudah memasuki tahap lanjutan, kanker tiroid
29
seringkali ditandai dengan munculnya benjolan atau pembengkakan pada bagian
depan leher, lebih tepatnya di bawah jakun, dan biasanya tidak terasa sakit.

Ada beberapa gejala lain yang muncul setelah kanker memasuki stadium lanjutan,
di antaranya:

1. Sakit tenggorokan.
2. Kesulitan dalam menelan.
3. Suara menjadi serak dan tidak membaik setelah beberapa minggu.
4. Rasa sakit pada bagian leher.
5. Pembengkakan kelenjar getah bening di bagian leher.
Tidak semua benjolan yang muncul pada kelenjar tiroid disebabkan oleh
kanker tiroid. Sebagian besar pembengkakan kelenjar tiroid disebabkan oleh
kondisi yang dikenal dengan istilah penyakit gondok. Kondisi ini disebabkan oleh
hipertiroidisme (terlalu banyak hormon T3 dan T4) atau hipotiroidisme
(kekurangan hormon T3 dan T4).

Faktor Risiko Kanker Tiroid


Penyebab pasti kanker tiroid masih belum diketahui, tapi terdapat beberapa faktor
yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi ini, antara lain:

Mengalami gangguan tiroid. Orang yang pernah mengalami penyakit


tiroid jinak, seperti peradangan kelenjar tiroid atau penyakit gondok, memiliki
risiko kanker tiroid yang lebih besar dibanding mereka yang belum pernah
mengalaminya.
1 Riwayat kesehatan keluarga. Kelainan genetik yang diturunkan menjadi
penyebab dari beberapa kasus karsinoma tiroid menduler. Risiko kanker tiroid
meningkat apabila seseorang memiliki keluarga yang pernah menderita kanker
ini.

30
2 Tinggi dan berat badan. Risiko kanker tiroid akan meningkat jika seseorang
memiliki berat badan berlebih. Risiko juga akan meningkat pada orang dewasa
dengan tinggi badan di atas rata-rata.
3 Pajanan terhadap radiasi. Radiasi dari nuklir atau radiasi dari pengobatan medis
tertentu dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kanker tiroid, terutama
jika radiasi itu mengenai bagian leher dan kepala.
4 Gangguan pencernaan. Jika seseorang mengalami gangguan pencernaan familial
adenomatous polyposis (FAP), dia lebih berisiko mengalami kanker tiroid. FAP
merupakan penyakit turunan yang disebabkan oleh gen yang cacat.
5 Jenis kelamin. Wanita memiliki risiko kanker tiroid 2-3 kali lipat dibandingkan
pria. Kondisi ini mungkin berkaitan dengan hormon yang dilepaskan pada saat
wanita mengalami menstruasi atau ketika sedang hamil.
6 Akromegali. Ini adalah kondisi langka dimana tubuh menghasilkan terlalu
banyak hormon pertumbuhan. Kondisi ini menyebabkan orang yang mengalami
akromegali lebih berisiko terkena kanker tiroid.
Penting untuk diingat bahwa orang yang memiliki satu atau beberapa faktor risiko
di atas belum tentu akan menderita kanker tiroid di masa mendatang. Pada banyak
kasus, beberapa orang yang menderita kanker tiroid juga tidak mengalami faktor
risiko di atas.

31
8. WOC

2.3 Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan

2.3.1 Penatalaksanaan Klien Dengan Hiperfungsi Hipofise

A. Pengkajian
32
Menurut hidayat (2004),pengakjian merupakan langkah pertama dari proses
keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan
diketahui berbagai permasalahan yang ada.

1. Riwayat penyakit : manifestasi klinis tumor hipofise bervariasi tergantung pada


hormon mana yang di sekresi berlebihan. Tanyakan manifestasi klinis dari
peningkatan prolaktin, GH dan ACTH mulai dirasakan
2. Kaji usia , jenis kelamin dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga
3. keluhan utama, mencakup :
a. perubahan ukuran dan bentuk tubuh serta organ organ tubuh seperi jari jari ,
tangan,dsb
b. perubahan tingkat energi , kelelahan dan letargi
c. nyeri pada punggung dan perasaan tidak nyaman
d. dispaneuria dan pada pria disertai dengan impotensia
e. nyeri kepala,kaji,P,Q,R,S,T.
f. Gangguan penglihatan seperti menurunnya ketajaman penglihatan , penglihatan
ganda,dsb
g. Kesulitan dalam hubungan seksual
h. Perubahan siklus menstruasi (pada klien wanita) mencakup keteraturan , kesulitan
hamil
i. Libido seksual menurun
j. Impotensia

4. Pemeriksaan fisik mencakup

a. Amati bentuk wajah , khas pada hipersekresi GH seperti bibir dan hidung besar ,
tulang supraorbita menjolok.
b. Kepala, tangan/lengan dan kaki juga bertambah besar, dagu menjorok ke depan
c. Amati adanya kesulitan mengunyah dan geligi yang tidak tumbuh dengan baik
d. Pemeriksaan ketajaman penglihatan akibat kompresi saraf optikus, akan dijumpai
penurunan visus
33
e. Amati perubahan pada persendian dimana klien mengeluh nyeri dan sulit bergerak.
Pada pemeriksaan ditemukan mobilitas terbatas
f. Peningkatan perspirasi pada kulit menyebabkan kulit basah karena berkeringat
g. Suara membesar karena hipertropi laring
h. Pada palpasi abdomen, didapat hepatomegali dan splenaomegali
i. Hipertensi
j. Dispagia akibat lidah membesar
k. Pada perkusi dada di jumpai jantung membesar

5. pemeriksaan diagnostik mencakup :


1. kadar prolaktin serum : ACTH, GH
2. foto tengkorak
3. CT skan otak
4. Angiografi
5. Tes supresi dengan dexamethason
6. Tes toleransi glukosa

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan


hiperpituitarisme.
1. Perubahan citra tubuh yang behubungan dengan perubahan penampilan fisik
2. Disfusi seksual yang behubungan dengan penurunan libido ; infertilitas

Diagnosa keperawatan tambahan yang juga di jumpai adalah


1. Nyeri (kepala,punggung) yang berhubungan dengan penekanan jaringan oleh tumor;
hormon pertubuhan yang brlebihan
2. Takut yang berhubungan dengan ancaman kematian akibat tumor otak
3. Ansietas yang berhubungan ancaman terhadap perubahan status kesehatan
4. Koping individu takefktif yang berhubungan dengan hilangnya kontrol terhadap tubuh
5. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan , letargi.
34
6. Perubahan sensori pereptual (penlihatan) yang berhubungan dengan gangguan transmisi
impuls akibat kompresi tumor pasa nervu optikus

C. Rencana Tindakan Keperawatan


Menurut hidayat (2004),perencanaan keperawatan merupakan suatu proses
penyusunan berbagai intevensi keperawatan yang dibutuhkan untuk
mencegah,menurunkan atau mengurangi masalah-masalah klien.

Berikut ini akan diuraikan dua diagnosa keperawatan pertama

1. Diagnosa keperawatan :

Perubahan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan penampilan fisik

Tujuan :

Dalam waktu 2-3 minggu klien akan memiliki kembali citra tubuh yang positif

Intevensi Keperawatan

A. Non pembedah

a. Klien dengan kelebihan GH


1. Dorong klien agar mau mengungkapkan pikiran dan perasaannya terhadap
perubahan penampilan tubuhnya
2. Bantu klien mengidentifikasi kekuatannya serta segi segi positif yang dapat
dikembangkan oleh klien

b. Klien dengan kelebihan prolaktin


1. Yakinkan klien bahwa sebagian gejala dapat berkurang dengan pengobatan (
ginekomastia,galaktorea)
2. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya
B. Pemberian obat obatan
35
1. Kolaborasi pemberin obat obatan seperti : bromokriptin (parlodel). Merupakan
obat plihan pada kelebihan prolaktin. Pada mikroadenoma , prolaktin dapat
normal kembali. Juga diberikan pada klien dengan akromegali, untuk mengurangi
ukuran tumor
2. Observasi efek samping pemberian bomokriptin seperti :
c. Hipoensi ortostatik
d. Iritasi lambung
e. Mualkram abdomen
f. Konstipasi
g. Bila ada efek samping diatas kolaborasi dengan dokter
h. Berikn obat obatan setelah klien makan (tidak diberikan diantara waktu makan)
3. Kolaborasi pemberian terapi radiasi. Terapi radiasi tidak diberikan pada
hiperpituritarisme akut. Partikel alfa atau proton beam sebagai sumber radiasi
lebih efektif tetapi responnya terlambat .
4. Awasi efek samping terapi radiasi seperti :
a. Hipopituirisme
b. Kerusakan nervu optikus
c. Disfungsi okulomotorius
d. Perubahan lapang pandang
5. Koaborasi tindakan pembedahan ( dijelaskan pada bagian selanjutnya)

2.Diagnosa Keperawatan

Disfungsi seksual yang berhubungan dengan hilangnya libido, infertilitas dan impotensi

Tujuan

Klien akan mencapai tingakatan kepuasan pribadi dari fungsi seksual

Intervensi Keperawatan

36
1. Identifikasi masalah spesifik yang berhubungan dengan pengalaman klien
terhadap fungsi seksual
2. Dorong agar klien mau mendiskusikan masalah tersebut dengan pasangannya
3. Kolaborasi pemberian obat obatan bromokriptin
4. Bila masalah ini timbul setelah hipofisektomi, kolaborasi pemberian gonadotropin

3. Tindakan Pembedahan

Hipofisektomi adalah tindakan pengangkatan adenoma hipofise melalui pembedahan.


Prosedur operasi tersebut mencakup tindakan transpenoidal hipofisektomi dengan
narkose. Insisi pada lapisan dalam bibir atas dan masuk ke sella tursika melalui sinus
spenoidalis. Yang kedua adalah transfontal kraniotomi yaitu dengan membuka rongga
kranium melalui tulang frontal

a. Secara umum prinsip perawatan klien dengan hipofisektomi adalah sebagai


berikut :
b. Pantau status neurologi pasien
c. Pantau keseimbangan cairan khususnya terhadap haluaran yang berebihan dari
masukan karena dapat terjadi diabetes insipidus transien
d. Dorong klien untk mempertahankan ventilasi paru dengan latihan napas dalam
e. Anjurkan klien untuk tidak batuk, menggosok hidung atau bersin
f. Anjurkan klien untuk berkumur sampai bersih setiap kali selesai makan karena
tidak diperbolehkan menyikat gigi sampai penyembuhan sempurna
g. Pantau nasal trip terhadap jumlah dan kuantitas drainase. Adanya tanda halo
menunjukkan kebocoran CSF
h. Pantau fungsi kolon untuk mencegah konstipasi

Perawatan preoperasi

1. Menjelaskan maksud dan tujuan tindakan yang dilakukan

37
2. Menjelaskan penggunaan tampon hidung selama 2-3 hari pascaoperasi. Anjurkan
klien bernafas melalui mulut selama pemasangan tampon
3. Menjelaskan penggunaan balut tekan yang ditempatkan dari bawah hidung,
menggosok gigi, batuk, bersin, karena hal ini dapat menghambat penyembuhan lika
4. Menjelaskan berbagai prosedur diagnostik yang diperlukan sebagai persiapan
operasi pemeriksaan neurologik, hormonal, lapang pandang, swab tenggorok untuk
pemeriksaan kultul dan sensitivitas

Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan dilakukan sebelum tindakan pembedahan di laksanakan.


Setelah tindakan transpenoidal hipofisektomi, perawat menjelaskan agar klien
menghindari aktivitas yang dapat menghambat penyembuhan seperti mengejan, batuk,
dll. Juga jelaskan agar klien mengindahkan faktor faktor yang dapat mencegah obstipasi
seperti makanan makanan tinggi serat, minum serat , minum air yang cukup , pelunak
feses bila diperlukan

Klien tidak menyikat gigi satu sampai dua minggu sampai penyembuhan
sempurna, cukup berkumur setiap kali setelah makan. Jelaskan bahwa sensasi hilang rasa
pada daerah insisi adalah biasa , dapat berlangsung 3-4 bulan . oleh karena itu anjurkan
klien memeriksakan gusinya untuk mengetahui adanya lesi dan perdarahan dengan
menggunakan cermin setiap hari

Setelah operasi , pemberian hormon diperlukan untuk mempertahankan


keseimbangan cairan. Jelaskan penggunaan obat obatan dan jelaskan pula perlunya tindak
lanjut secara teratur.

Perawatan pascaoperasi

1. Amati respons neurologik klien dan catat adalah perubahan penglihatan ,


disorientasi, dan perubahan kesadaran serta penurunan kekuatan motorik ekstremitas
2. Amati pula komplikasi pasca operasi yang lazim tejadi seperti transientinsipidus
(diabetes insipidus sesaat) bila terjadi hal tersebut lakukan intervensi sebagai beikut :
38
a. Catat cairan yang masuk baik peroral maupun parenteral
b. Tingkatkan masukan cairan bila ada rasa haus
c. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vasopresin
d. Bila diperlukan lakukan pemasangan indwelling kateter untuk memudahkan
pemantauan haluan cairan
e. Ukur berat badan setiap hari
3. Anjurkan klien untuk melaporkan pada perawat bila terjadi pengeluaran sekret
dari hidung ke faring (post nasal drip) yang kemungkinan mengandung CSF
4. Tinggikan posisi kepala 30-45 derajat.
5. Kaji drainase nasal terhadap kualitas dan kuantitas , terhadap kemungkinan
mengandung glukosa , halo sign adalah warna bening jernih paada tepi cairan
drain yang ditaruh di atas kain kasa merupakan tanda adanya kebocoran CSF. Jika
klien mengeluh nyeri kepala yang menetap waspada terhadap kemungkinan CSF
masuk kedalam sinus
6. Hindari batuk , ajarkan klien bernapas dalam , lakukan higiene oral secara teratur
karena pernapasan mulut dan penggunaan tampo
7. Kolaborasi pemberian gonadotrpin : sebahgai dampak hipofisektomi

2.3.2 Penatalaksanaan Klien Dengan Hipofungsi Hipofise

A. Pengkajian

Pengkajian keperawatan pada klien dengan kelainan ini antara lain mencakup :

1. Riwayat penyakit masa lalu. Adakah penyakit atau trauma pada kepala yang pernah
diderita klien , serta rwayat radiasi pada kepala
2. Sejak kapan keluhan dirasakan. Dampak defisiensi GH mulai tampak pada masa
balita sedangkan defisiensi gonadotropin nyata pada masa praremaja
3. Apakah keluhan terjadi sejak lahir, tubuh ku kecil dan kerdil sejak lahir terdapat
pada klien kretinisme
4. Berat dan tinggi badan saat lahir.
5. Keluhan utama klien
39
a. Pertumbuhan lambat
b. Ukuran otot dan tulang kecil
c. Tanda tanda seks skunder tidak berkembang : tidak ada rambut pubis dan axilla,
payudara tidak tubuh,penis tidak tumbh,tidak mendapat haid, dll
d. Infertilitas
e. Impotensia
f. Libido menurun
g. Nyeri sanggama pada wanita
6. Pemeriksaan fisik
a. Amati bentuk, dan ukuran tubuh, ukuran berat badan dan tinggi badan , amati
bentuk dan ukuran buah dada, pertumbuhan rambut axilla dan pubis dan pada klien
pria amati pula pertumbuhan rambut di ajah (jenggot dan kumis)
b. Palpasi kulit , pada wanita biasanya menjadi kering dan kasar

Tergantung pada penyebab hipopituitrisme , perlu juga dikaji data lain sebagai
data penyerta seperti bila penyebab nya adalah tumor maka perlu dilakukan pemeriksaan
terhadap fungsi cereberum dan fungsi nervus kranialis, dan adanya keluhan nyerikepala

7. Kaji pula dampak perubahan fisik terhadap kemampuan klien dalam memenuhi
kebutuhann dasarnya
8. Data penunjang dari hasil pemeriksaan diagnostik seperti
a. Foto kranium untuk melihat pelebaran dan atau erosi sella tursika
b. Pemeriksaan serum darah : LH dan FSH, GH, prolaktin,
kortisol,aldosteron,testosteron,androgen,test stimulasi yang mencakup uji toleransi
insulin dan stimulasi tiroid realising hormon

B. Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat di jumpai pada klien hipopituitarisme adalah :


1. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi
tubuh akibat defisiensi gonadotropin dan defisiensi hormon pertumbuhan

40
2. Disfungsi seksual
3. Koping individu take fektif
4. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit , pengobatan dan perawatan dirumah
5. Harga diri rendah yang berhubungan dengan perubahan penampian tubuh
6. Gangguan perspsi sensori (penglihatan) yangberhubungan dengan gangguan
transmissi impuls sebagai akibat penekanan tumor pada nervus optikus
7. Ansietas yang berhubungan dengan ancaman atau perubahan status kesehatan
8. Defisit perawat diri yang berhubungan dengan menurunnya kekuatan otot
9. Gangguan integritas kulit (kekeringan) sehubung dengan menurunnya kadar
hormonal

C. Rencana Tindakan Keperawatan

Secara umum tujuan yang di harapkan dari perawatan klien dengan hipo fungsi hipofise
adalah :
1. Klien memiliki kembali citra tubuh yang positif dan harga diri yang tinggi
2. Klien dapat berpatisipasi aktif dalam program pengobatan
3. Klien dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari hari
4. Klien bebas ari rasa cemas
5. Klien terhindar dari komplikasi

D. Intervensi

Secara umum intervensi yang sering dilakukan yaitu :

1) Dorong pasien agar banyak minum


2) Monitor dan mencatat tanda vital, asupan/keluaran cairan dan hasil hasil
laboratorium
3) Observasi tanda dan gejala koma miksedema
4) Sediakan lingkungan yang sehat
5) Berikan kesempatan istirahat yang sering

41
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hipertiroidisme merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh abnormalitas fungsi


kelenjar tiroid dimana sekresi hormone yang berlebihan dimanifestasikan melalui
peningkatan kecepatan metabolisme. Banyak ciri khas lain yang terjadi pada pasien
hipertiroid akibat peningkatan stressor terhadap katekolamin (epinefrin dan norepinefrin)
dalam darah. Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana
didapatkan kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks
fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid
berlebihan.dan Hipotiroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat
kegagalan mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan
tubuh akan hormon-hormon tiroid . (Hotma Rumahorbo S.kep,1999).

Sedangkan Hipotiroid merupakan keadaan yang ditandai dengan terjadinya


hipofungsi tiroid yang berjalan lambat dan diikuti oleh gejala-gejala kegagalan tiroid.
Keadaan ini terjadi akibat kadar hormone tiroid berada dibawah nilai optimal.

Hipertiroidisme adalah suatu sindrome klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid
yang mengakibatkan fungsi metabolik. (Greenspan, 2000)

B. SARAN

Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi
para pembaca terutama pemahaman yang berhubungan dengan penyakit hipertiroid dan
hipotiroid.

42
DAFTAR PUSTAKA

Wijaya,Saferi Andra.Yessika Mariza Putri.2013.Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan


Dewasa Teori dan Contoh Asuhan Keperawatan.Yogyakarta:Nuha
medika.
Semiardji,Gatut.2003.Penyakit Kelenjar Tiroid.Jakarta:Balai Penerbit FKUI.
Tarwoto.dkk.2009.Anatomi Fisiologi.Jakarta:W.Trans Info Media.
Margareth,Clevo Rendy.2012.Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam.Yogyakarta:Nuha medika
Hasdianah.Sentot Imam Suprapto.2014.Patologi dan Patofisiologi
Penyakit.Yogyakarta:Nuha Medika.
Saputra,Lyndon.2014.Organ Sistem Visual Nursing Endokrin.Jakarta:Binarupa Aksara.
Tarwoto.dkk.2012.Keperawatan Medika Bedah Gangguan Sistem Endokrin.Jakarta:CV
Trans Info Media.
Saputra,Lyndon.2014.Buku Saku Keperawatan Pasien dengan Gangguan Fungsi Endokrin
Disertai Contoh Kasus Klinik.Jakarta:Binarupa Aksara.
Nurarif,Amin Huda.Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC_NOC.Yogyakarta:Mediaction.

43

Anda mungkin juga menyukai