Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

KONSEP DAN ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTIROID

DISUSUN OLEH :
CHRISTHELA S. J. DENGI (2201140696)
STEFANI ANDINI TALU (2201140713)
ROYBERTHO P. AMAGY (2201140733)
EXAN JULIAN YERMOGOIN (2201140724)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG


TAHUN 2024/2025
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini
dengan baik. Adapun latar belakang dari pembuatan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas
dari makalah ini yaitu konsep dan asuhan keperawatan Hipertiroid.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai banyak kekurangan. Olch
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak. penulis harapkan
demi perbaikan ke depan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Malang, 12 Maret 2024

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah.
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Hipertiroid.
2.2 Etiologi.
2.3 Patofisiologi
2.4 Pathway Hipertiroid.
2.5 Manifestasi Klinik.
2.6 Pemeriksaan Diagnosis..
2.7 Penatalaksanaan
2.8 Asuhan Keperawatan Hipertiroid.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tiroid merupakan kelenjar kecil, dengan diameter sekitar 5 cm dan terletak di leher,
tepat dibawah jakun. Dalam keadaan normal, kelenjar tiroid tidak terlihat dan hampir tidak
teraba, tetapi bila membesar, dokter dapat merabanya dengan mudah dan suatu benjolan bisa
tampak dibawah atau di samping jakun.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid, hormon tiroid adalah hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar tiroid (kelenjar gondok) yang terletak di bagian depan leher.
Produksi hormon tiroid memerlukan bahan baku yodium. Hormon ini berperan besar dalam
proses pertumbuhan seorang anak dan juga dalam beberapa fungsi penting tubuh yang lain
seperti fungsi metabolisme dan pengaturan cairan tubuh. Pembentukan hormon tiroid
merupakan suatu proses lingkaran umpan balik. dari otak kelenjar tiroid hormon tiroid dalam
darah yang saling mempengaruhi satu sama lain. Status tiroid seseorang ditentukan oleh
kecukupan sel atas hormone tiroid dan bukan kadar normal hormone tiroid dalam darah.
Ada beberapa prinsip faali dasar yang perlu diingat kembali. Pertama bahwa hormone
yang aktif ialah free hormon, kedua bahwa metabolisme sel didasarkan adanya free- T3,
bukan free T4, ketiga bahwa distribusi enzim deyodinasi I, II, III (DI, DII. DIII) di berbagai
organ tubuh berbeda, dimana DI banyak ditemukan di hepar, ginjal, dan tiroid, DII utamanya
di otak, hipofisis dan DIII hampir seluruhnya ditemukan di jaringan fetal (otak, plasenta).
Agar kelenjar tiroid berfungsi secara normal, maka berbagai faktor harus bekerjasama
secara benar:
 Hipotalamus
 Kelenjar hipofisa
 Hormon tiroid (ikatannya dengan protein dalam darah dan perubahan T4
menjadi 13 di dalam hati serta organ lainnya).
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka dapat dituliskan rumusan masalahnya yaitu sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Hipertiroid?
2. Apa penyebab Hipertiroid?
3. Bagaimana patofisiologi dari Hipertiroid?
4. Bagaimana pathway dari hipertiroid?
5. Apa saja tanda dan gejala dari Hipertiroid?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang/diagnostic dari Hipertiroid?
7. Apa saja penatalaksanaan medis dari Hipertiroid?
8. Apa saja komplikasi dari Hipertiroid?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Hipertiroid?

1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum Adalah untuk mengetahui penyakit Hipertiroid dan asuhan
keperawatan pada klien dengan Hipertiroid.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui penyakit Hipertiroid
b. Mengetahui penyebab Hipertiroid
c. Mengetahui patofisiologi pada Hipertiroid
d. Mengetahui pathway Hipertiroid
e. Mengetahui tanda dan gejala dari Hipertiroid
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang/diagnostic pada Hipertiroid
g. Mengetahui penatalaksanaan medis pada Hipertiroid
h.. Mengetahui komplikasi dari Hipertiroid
i. Mengetahui asuhan keperawatan pada klien Hipertiroid
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Definisi
Hipertiroid Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan keadaan dimana
didiapatkan kelebihan hormone tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks
fisiologis dan biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon
tiroid berlebihan. Hipertiroidisme adalah keadaan tirotoksikosis sebgaai akibat dari
produksi tiroid, yang merupakan akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan.
Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid
bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di
dalam darah.
Krisis tiroid merupakan suatu keadaan klinis hipertiroidisme yang paling
berat mengancam jiwa, umumnya keadaan ini timbul pada pasien dengan dasar
penyakit Graves atau Struma multinodular toksik, dan berhubungan dengan faktor
pencetus: infeksi, operasi, trauma, zat kontras beriodium, hipoglikemia, partus, stress
emosi, penghentian obat anti tiroid, ketoasidosis diabetikum, tromboemboli paru,
penyakit serebrovaskular/strok, palpasi tiroid terlalu kuat.
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan
sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009). Hipertiroidisme adalah
keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh.
Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan dalam manifestasi klinkis yang
terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid
(Tarwoto.dkk.2012). Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak pada wanita
dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun (Black, 2009).
Hipertiroidisme adalah Suatu sindrom yang disebabkan oleh peninggian produsi
hormon tiroid yang disebabkan antara lain karena autoimun pada penyakit graves,
hiperplasia, genetik, neoplastik atau karena penyakit sistemik akut. Faktor
pencetusnya adalah keadaan yang menegangkan seperti operasi, infeksi, trauma,
penyakit akut kardiovaskuler (P.K. Sint Carolus: 1995).
2.2. Etiologi
Menurut Tarwoto,dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma
hipofisis, penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan
pengobatan hipotiroid.
1. Adenoma hipofisis Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis
dan jarang terjadi.
2. Penyakit graves Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan
penyakit yang disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang
disebut thyroid-stimulatin immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid. TSI
merinu tindakan TSH dan. merangasang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu
banyak. Penyakit ini dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid atau
(goiter) dan eksoftalmus (mata yang melotot).
3. Tiroditis
Tiroditis merupakan inflamasi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh
bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan premucoccus
pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid,
kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid. Tiroditis dikelompokan menjadi
tiroiditis subakut, tiroiditis posetpartum, dan tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis
subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan biasanya hilang dengan sendirinya
setelah beberapa bulan. Tiroiditis pesetpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah
beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini karena autoimun. Seperti halnya
dengan tiroiditis subakut, tiroiditis wanita dengan posetpartum sering mengalami
hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar sembuh. Tiroiditis tersembunyi
juga disebabkan juga karna autoimun dan pasien tidak mengeluh nyeri, tetapi
mungkin juga terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis tersembunyi juga dapat
mengakibatkan tiroiditis permanen.
4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan
sistesis hormon tiroid.
5. Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi
sekresi hormon. tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah
hormon tiroid.
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai
penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan
keduanya. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipofisis memberikan gambaran kadar
HT dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan
TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan HT yang
finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
2.3. Patofisiologi
Pada kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua
sampai tiga kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyaknya hiperplasia dan
lipatan-lipatan sel-sel di dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat
berapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Setiap sel meningkatkan
kecepatan sekresinya beberapa kali lipat. Perubahan pada kelenjar tiroid ini mirip
dengan perubahan akibat kelebihan TSH. Pada beberapa penderita ditemukan adaya
beberapa bahan yang mempunyai kerja mirip dengan TSH yang ada di dalam darah.
Biasanya bahan-bahan ini adalah antibodi imunoglobulin yang berikatan dengan
reseptor membran yang sama degan reseptor membran yang mengikat TSH. Bahan-
bahan tersebut merangsang aktivasi terus-menerus dari sistem CAMP dalam sel,
dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Dimana ada peningkatan produksi T3
dan T4 mengakibatkan peningkatan pembentukan limfosit oleh karena efek dari auto
imun yang akan mengilfiltrasi ke jaringan orbita dan otot mata sehingga terjadi edema
jaringan retro orbita mengakibatkan eksoftalmus. Pada beberapa keadaan dapat
menjadi sangat parah sehingga protusi bola mata dapat menarik saraf optik sehingga
mengganggu penglihatan penderita. Yang lebih sering yaitu kerusakan pada kelopak
mata yang menjadi sulit menutup sempuma pada waktu penderita berkedip atau tidur
akibatnya permukaan epitel mata menjadi kering dan mudah mengalami iritasi dan
seringkali terinfeksi sehingga timbul luka pada kornea penderita.
Peningkatan produksi T3 dan T4 juga mengakibatkan aktivitas simpatis
berlebih, adanya peningkatan aktivitas medula spinalis yang akan menyebabkan
gangguan pengeluaran tonus otot sehingga menimbulkan tremor halus. Peningkatan
kecepatan serebrasi mengakibatkan gelisah, apatis, paranoid, dan ansietas
Selain itu dapat mengakibatkan hipermetabolisme yang berpengaruh pada
peningkatan sekresi getah pencernaan dan peningkatan peristaltik saluran cerna
dimana salah satunya akan ada peningkatan nafsu makan dan juga timbulnya diare.
Bila terjadi peningkatan metabolisme KH dan lemak mengakibatkan proses oksidasi
dalam tubuh meningkat yang akan meningkat produksi panas di tandai dengan
berkeringat dan tidak tahan panas dan penurunan cadangan energi mengakibatkan
kelelahan dan penurunan berat badan karena hipemetabolisme sehingga penggunaan
O2 lebih cepat dari normal dan adanya peningkatan CO2 menyebabkan peningkatan
kecepatan nafas sehingga terjadi meningkat.
2.4 Phatway Hipertiroid
2.5. Manifestasi Klinik
Penderita hipertiroidisme yang sudah berkembang lebih jauh akan memperlihatkan
kelompok tanda dan gejala yang khas (yang kadang-kadang disebut tirotoksikosis). Gejala
yang sering ditemukan pada penderita hipertiroid yakni
a. Umum: Berat badan turun, keletihan, apatis, berkeringat, dan tidak tahan panas.
Emosi gelisah, iritabilitas, gugup, emosi labil, perilaku mania dan perhatian menyempit.
b. Kardiovaskuler: Palpitasi, sesak nafas, angina,gagal jantung, sinus takikardi,
fibrilasi atrium, nadi kolaps.
c. Neuromuskular: Gugup,gelisah, agitasi, tremor, korea atetosis, psikosis, kelemahan
otot, secara emosional mudah terangsang (hipereksitabel), iritabel dan terus menerus merasa
khawatir, serta tidak dapat duduk diam.
d. Gastrointestinal penderita mengalami peningkatan selera makan dan konsumsi
makanan, penurunan berat badan yang progresif, kelelahan otot yang abnormal, perubahan
defekasi dengan konstipasi atau diare, serta muntah.
e. Reproduksi: Oligomenorea, infertilitas,, amenore, libido meningkat.
f. Kulit Wama kulit penderita biasanya agak kemerahan (flushing) dengan warnah
salmon yang khas dan cenderung terasa hangat, lunak serta basah, namun demikian, pasien
yang berusia lanjut mungkin kulitnya agak kering, tangan gemetar, Pruritus, eritema
Palmaris, miksedema pretibial, rambut tipis..
g. Struma: Difus dengan/tanpa bising, nodosa
h. Mata lakrimasi meningkat,kemosis (edeme konjungtiva), proptosis, ulserasi
kornea,optalmoplegia, diplobia, edema pupil, penglihatan kabur.
2.6. Pemeriksaan Diagnosis
1. Pemeriksaaan laboratorium
a). Serum T3, terjadi peningkatan (N:70-250 ng/dl atau 1,2-3,4 SI unit)
b). Serum T4.tehrjadi peningkatan (N:4-12 mcg/dl atau 51-154 SI unit)
c). In deks T4 bebas, meningkat (N:0,8-2,4 ng/dl atau 10-31 SI unit)
d). T3RU meningkat (N:24-34%)
e). TRH stimulation test menurun atau tidak ada respon TSH
f). Tiroid antibodi antiglobulin antibodi (TSH-Rab), terjadi peningkatan pada penyakit
graves
2. Test penunjang lainnya
a). CT Scan tiroid Mengetahui posisi, ukuran dan fungsi kelenjar tiroid. Iodine
radioaktif (RAI) diberikan secara oral kemudian diukur pengambilan iodine oleh kelenjar
tiroid.normalnya tiroid akan mengambil iodine 5-35% dari dosis yang diberikan setelah 24
jam pada pasien Hipertiroid akan meningkat.
b). USG untuk mengetahui ukuran dan komposisi dari kelenjar tiroid apakah massa
atau nodule.
c). ECG untuk menilai kerja jantung mengetahui adanya takhikardia atrial fibrilasi
dan perubahan gelombang P dan T (Tarwoto,dkk.2012).
3. Komplikasi Komplikasi
Hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik (thyroid
storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang menjalani
terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang tidak
terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan TH dalam jumlah yang sangat besar yang
menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 100°F), dan, apabila tidak
diobati, akan menyebabkan kematian.
Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi karena
agranulositosis pada pengobatan dengan antitiroid. Krisis tiroid: mortalitas.
4. Pemeriksaan Penunjang
 Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan
memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat
atau kelenjar tiroid. T4 dan T3 serum meningkat (normal: T326-39 mg, T480-100 mg)
 TSH (Tiroid Stimulating Hormone) tertekan dan tidak bereson pd TRH
 Bebas T4 (tiroksin)
 Bebas T3 (triiodotironin)
 Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran
kelenjar tiroid
 Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
 Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia.
 Tiroid scan untuk melihat pembesaran kelenjar tiroid
 Tiroglobulin meningkat
 Ikatan protein iodium meningkat
 Gula darah meningkat (sehubungan dengan kerusakan andrenal)
 Kortisol plasma turun (menurunnya pengeluaran pada andrenal)
 Pemeriksaan fungsi hepar: abnormal
 Elektrolit : hiponatrenia mungkin sebagai akibat dari respon andrenal atau efek dilusi
dalam tera cairan pengganti. Hipoklemia terjadi dengan sendiranya pada kehilangan
melalui gastrointestinal dan dieresis.
 Katekolamin serum menurun
 Kreatinin urine: meningkat
 EKG: fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali
2.7 Penatalaksanaan
Menurut Tarwoto.dkk (2012) tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat
hormon tiroid keadaan normal sehingga mencegah komplikasi jangka panjang dan
mengurangi gejala tidak nyaman tidak bekerja pengobatan tunggal untuk semua orang.
Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod, dan pembedahan
1. Obat-obatan antitiroid
a) Propylthiouracil (PTU) merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi mempunyai
efek samping agranulocitosis sehingga sebelum di berikan harus dicek sel darah putihnya.
PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.
b) Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormon tiroid
dalam tubuh.obat ini mempunyai efek samping agranulositosis nyeri kepala mual muntah,
diare.jaundisce,ultikaria obat ini tersedia dalam bentuk tablet 3 dan 20 mg.
c) Adrenargik bloker.seperti propanolol dapat diberikan untuk mengkontrol aktifitas
saraf simpatetik.
d) Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi PTU 300-
600mg/hari atau methimazole 40-45mg/hari.
2. Radioiod Terapi Radio
aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan melakukan sel-sel yang
membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan menghentikan produksi hormon tiroid.
3. Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy). Operasi efektif
dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek samping yang mungkin terjadi pada
pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan saraf kelenjar tiroid.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein, 3000-
4000 kalori.
2.8. Asuhan Keperawatan Hipertiroid
A. Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan hipertiroid Tarwoto,
dkk. (2012) ialah sebagai berikut:
1. Data Demografi Data demografi yang penting di kaji adalah usia dan jenis
kelamin, karena merupakan faktor yang berpengaruh terhadap hipertiroid
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat keluarga dengan faktor genetik, penyakit tiroid dan kanker
b. Riwayat kesehatan sekarang riwayat penyakit tiroid yang dialami, riwayat
pengobatan dengan radiasi dileher, adanya tumor, adanya riwayat trauma kepala,
infeksi, riwayat penggunaaan obat-obatan seperti thionamide, lithium, amiodarone,
interferon alfa.
c. Riwayat sosial ekonomi kemampuan memelihara kesehatan, konsumsi dan pola
makan, porsi makan.
3. Keluhan Utama
a. Kaji yang berhubungan dengan hipermetabolisme
 Penurunan berat badan
 Peningkatan suhu tubuh
 Kelelahan
 Makan dengan porsi banyak atau sering
b. Kaji yang berhubungan dengan aktivitas
 Cepat lelah.
 Intoleransi aktivitas
 Tremor
 Insomnia
c. Kaji yang berhubungan dengan gangguan persarafan
 Iritabilitas
 Emosi tidak stabil seperti cemas atau mudah tersinggung
d. Kaji yang berhubungan dengan gangguan penglihatan
 Gangguan tajam penglihatan
 Pandangan ganda
e. Kaji yang berhubungan dengan gangguan seksual
 Amenorrhea, menstruasi tidak teratur
 Menurunnya infertile, resiko aborsi spontan
 Menurunnya libido
 Menurunnya perkembangan fungsi seksual
 Impoten
f. Kaji yang berhubungan dengan gangguan graves
 Eksoftalmus
 Pembesaran kelenjar tiroid
4. Pengkajian psikososial
Pasien dengan hipertiroid biasanya menampakkan suasana hati yang tidak stabil,
penurunan terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku maniak. Sering juga
didapatka gangguan tidur.
5. Pemeriksaan fisik
a. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya
massa atau pembesaran. Observasi ukuran dan kesimetrisan pada goiter pembesaran
dapat terjadi empat kali dari ukuran normal.
b. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal) Pada hipertiroid
sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan penonjolan kelopak mata. Pada
tiroksikosis kelopak mata mengalami kegagalan untuk turun ketika klien melihat
kebawah..
c. Observasi adanya bola mata yang menonjolkarena edema pada otot ektraokuler dan
peningkatan jaringan dibawah mata. Penekanan pada saraf mata dapat mengakibatkan
kerusakan pandangan seperti penglihata ganda, tajam penglihatan. Adanya iritasi mata
karena kesulitan menutup mata secara sempurna perlu dilakukan pengkajian.
d. Pemeriksaan jantung Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah
gangguan jantung seperti kardioditis dan gagal jantung, oleh karenanya pemeriksaan
jantung perlu dilakukan seperti tekanan darah, takikardia, distritmia, bunyi jantung.
e. Muskuloskeletal Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada
reflex tendon dan tremor, iritabilitas.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan
metabolik
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan metabolism
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol dan
peningkatan aktifitas saraf simpatik
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid
5. Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
metabolisme
6. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolik
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energy dengan
kebutuhan tubuh
8. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produksi panas meningkat
9. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan hormonal dan perubahan fungsi
tubuh
10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur dan peningkatan
metabolisme

C. Intervensi dan Rasional


1. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan
metabolisme Tujuan Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
keseimbangan nutrisi kembali normal.
Kriteria Hasil Berat badan stabil, malnutrisi (-), kebutuhan metabolisme terpenuhi.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Hindari makanan yang dapat 1. Peningkatan multilitas saluran cerna
meningkatkan peristaltic khusus dapat mengakibatkan diare dan
gangguan absorbsi nutrisi yang di
perlukan
Kolaborasi :
1. Konsultasi dengan ahli gizi untuk 1. Mungkin memerlukan bantuan untuk
memberikan diet kalori tinggi menjamin pemasukan zat-zat makanan
yang adekuat dan mengidentifikasi
makanan pengganti yang paling sesuai.
Observasi :
1. Auskultasi bising usus Observasi :
1. Bising usus hiperaktif mencerminkan
peningkatan motilitas lambung yang
menurunkan atau mengubah fungsi
2. Pantau masukan makanan setiap hari absorbsi
dan timbang berat badan tiap hari 2. Penurunan berat badan terus menerus
dalam keadaan masukan kalori yang
cukup merupakan indikasi kegagalan
terhadap terapi antitiriod.
Edukasi :
1. Dorong klien makan dan Edukasi :
meningkatkan jumlah makan. 1. Membantu menjaga pemasukan kalori
cukup tinggi untuk menambah kalori
tetap tinggi.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan metabolisme Tujuan


Kriteria hasil : setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24 jam pola nafas efektif
nafas 16-20x/menit bernafas tidak menggunakan otot bantu tambahan
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Auskultasi bunyi nafas dan catar 1. Bunyi nafas menurun / tak ada bila
adanya bunyi nafas adventisius, seperti
jalan nafas obstruksi sekunder terhadap
krekels, mengi, gesekan pleural. perdarahan, bekuan atau kolaps jalan
Rasional. nafas kecil (atelektasis). Ronki dan
mengi menyertai obstruksi jalan nafas /
kegagalan pernafasan.
2. Tinggikan kepala dan bantu 2. Duduk tinggi memungkinkan
mengubah posisi. Bangunkan klien ekspansi paru dan memudahkan
turun tempat tidur dan ambulasi pernafasan.
sesegera mungkin.
3. Dorong/bantu klien dalam nafas 3. Dapat meningkatkan banyaknya
dalam dan latihan batuk Penghisapan sputum dimana gangguan ventilasi dan
per oral atau nasotrakeal bila ditambah ketidaknyamanan upaya
diindikasikan. bernafas.

1. Memaksimalkan bernapas dan


Kolaborasi : menurunkan kerja napas
1. Berikan oksigen tambahan.
Observasi :
Observasi : 1. Kecepatan biasanya meningkat.
Observasi frekuensi, kedalaman. Dispnea dan terjadi peningkatan kerja
pernafasan dan ekspansi dada. Catat nafas.
upaya pernafasan, termasuk penggunaan
otot bantu/pelebaran nasal.
2. Observsi pola batuk dan karakter 2. Kongesti alveolar mengakibatkan
sekret. batuk kering/iritasi.

3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol dan


peningkatan aktifitas saraf simpatik Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan
2x24 jam curah jantung menjadi adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.. Kriteria
Hasil Tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisian kapiler <3 detik. tidak
ada distritnea.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Catat atau perhatikan. kecepatan 1. Takirkardi mungkin merupakan
irama jantung dan adanya distrirnca cerminan langsung stimulasi otot
jantung oleh hormone tiroid distritnea
sering kali terjadi dan dapat
membahnyakan fungsi jantung atau
2. Auskultasi suara jantung, perhatikan curah jantug
adanya bunyi jantung tambahan, adanya 2. S1 dan mumur yang menonjol yang
orama gallop dan mumur sistolik berhubungan dengan curah
jantungmeningakat pada keadaan
metabolic, adanya S3 sebagai tanda
kemungkinan gagal jantung
Kolaborasi :
1. Berikan cairan IV sesuai indikasi. Kolaborasi :
1. pemberian cauiran melalui IV dengan
Cepat untuk memperbaiki volum
2. Berikan sesuai indikasi. sirkulasi
2. Mempertahankan curah jantung yang
adekuat
Observasi :
1. Observasi tanda dan gejala haus yang Observasi :
hebat, mukosa membran kering yang 1. Hidrasi yang cepat dapat terjadi yang
lemah. akan menurunkan volum sirkulasi dan
2. observasi nadi atau denyut jantung menurünkan curah jantung
pada pada pasien saat tidur. 2. Memberikan hasil pengkajian yang
lebih akurat untuk menentukan takikardi

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid Tujuan


terganggu setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam citra tubuh klien tidak
Kriteria Hasil Klien menyatakan perasaan positif terhadap dirinya sendiri. Klien
berpartisipasi dalam berbagai aspek perawatan dan dalam pengambilan keputusan
tentang perawatan.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Terima persepsi diri klien dan berikan 1. Untuk memvalidasi persaannya
jaminan bahwa klien dapat mengatasi
krisis ini

Observasi : Observasi :
1. Kaji kesiapan klien kemudian 1. keterlibatan dapat memberikan rasa
libatkan klien dalam mengambil kontrol dan meningkatkan harga diri.
keputusan tentang keperawatan, bila
memungkinkan.

Edukasi : Edukasi :
1. Dorong klien melakukan perawatan 1. untuk meningkatkan rasa kemandirian
diri. dan kontrol.
2. Dorong klien untuk mengungkapkan 2. Kedukaan harus mendahului
kedukaan tentang kehilangan penerimaan.
3. Dorong klien untuk tetap menuliskan 3. Catatan tertulis dapat membantu
perasaan, tujuan, keluhan, dan kemajuan menunjukkan kemajuan klien.
yang terjadi pada dirinya. 4. Untuk meningkatkan sikap positif.
4. Diskusikan kemajuan klien dan 5. Untuk membantu mendapatkan
tunjukan bagaimana kondisinya telah dukungan dan pemahaman atau
meningkat. konseling tambahan.
5. Dorong klien untuk berpartisipasi 6. Untuk meningkatkan harga diri dan
dalam kelompok pendukung, bila perlu, untuk mendemontrasikan bagaimana
membuat suatu perjanjian dengan klien telah beradaptasi terhadap
profesi kesehatan mental. perubahan citra tubuh.
6. Dorong klien untuk menggambarkan. 7. Untuk membantu klien mengatasi
perkembangan klien melalu perilaku yang tidak produktif.
hospitalisasi.
7. Ajarkan dan dorong strategi koping
yang sehat

5. Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan


metabolisme Tujuan Setelah diberi tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam risiko
ketidakseimbangan volume cairan tidak terjadi Kriteria Hasil Asupan dan haluaran
cairan tetap pada kadar yang tepat sesuai usia dan kondisi fisik. Klien mempunyai
tugor kulit yang normal. Klien mempertahankan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Timbang berat badan klien setiap hari 1. Untuk membantu mendeteksi
sebelum sarapan. perubahan keseimbangan cairan.
2. Tentukan cairan apa yang disukai 2. Untuk meningkatkan asupan
klien dan simpan. cairan tersebut
disamping tempat tidur klien

Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Berikan cairan parenteral sesuai 1. Untuk membantu mempertahankan
intruksi. keseimbangan cairan.
Observasi : Observasi :
1. Periksa membran mukosa mulut 1. Membran mukosa kering merupakan
setiap hari. suatu indikasi dehidrasi.
2. Pantau kadar elektrolit serum. 2. Perubahan niali elektrolit dapat
3. Ukurasupan cairan dan haluaran urine menandakan ketidakseimbangan cairan.
untuk mendapatkan status cairan. 3. Penurunan asupan atau peningkatan.
haluaran mengakibatkan defisit cairan
dan mengakibatkan kelebihan cairan.

Edukasi : Edukasi :
1. Dorong klien untuk mematuhi diet 1. Untuk membantu mencapai
yang diinstrusikan. keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Ajarkan klien dan anggota. keluarga 2. Tindakan ini mendorong klien dan
cara mempertahankan asupan cairan pemberian asuhan untuk berpartisipasi
yang tepat, termasuk mencatat berat dalam perawatan. sehingga
badan setiap hari, mengukur asupan dan meningkatkan kontrol.
haluaran, dan mengenal tanda- tanda
ketidakseimbangan cairan

6. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme Tujuan : setelah


diberikan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam suhu tubuh klien kembali normal
Kriteria hasil
 suhu tetap normal 36,5°C-37°C
 keseimbangan cairan tetap stabil
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Monitor suhu tubuh setiap 4 jam 1. Meyakinkan perbandingan data yang
akurat
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Berikan antipiretik sesuai indikasi 1. Dapat menurunkan demam.

Observasi : Observasi :
1. Pantau dan catat denyut dan irama 1. Peningkatan deyut nadi, penurun
nadi, tekanan vena sentral, tekanan tekanan vena sentral dan penurunan
darah, frekuensi nafas, tingkat tekanan darah dapat mengindikasikan
responsivitas, dan suhu kulit setiap 4 hipovollemia yang mengarah penurunan
jam. perfusi jaringan.
2. Observasi adanya konfusi disorientasi 2. Perubahan tingkat kesadaran dapat
merupakan akibat dari hipoksia jaringan

Edukasi : Edukasi :
1. Anjurkan klien untuk minum 1. Asupan cairan berlebih dapat
sebayak mungkin air jika tidak mengakibatkan kelebihan cairan atau
dikontraindikasikan dekompensasi jantung yang dapat
memperburuk kondisi pasien
7. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan energi dengan
kebutuhan tubuh. Tujuan beraktivitas Setelah diberikan tindakan keperawatan selama
3x24 jam klien dapat Kriteria hasil Menunjukkan perbaikan kemampuan utnuk
berpartipasi dalam melakukan aktivitas.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Pantau tanda vital dan catat nadi baik 1. Nadi meningkat dan bahkan pada
pada istirahat dan melakukan aktivitas. istirahat (Takikardi ).
2. Berikan sentuhan atau message, 2. Dapat menurunkan energy dalam
bedak yang sejuk. saraf yang selanjutnya meningkatkan
relaksasi.

Kolaborasi: Kolaborasi :
1. Berikan obat sesuai indikasi. 1. Untuk mengurangi kelelahan dan
Meningkatkan energi.

Observasi: Observasi:
1. catat perkembangan takipneu, 1. Kebutuhan dan konsumsi oksigen
dispneu, pucat dan sianosis akan ditingkatkan pada keadaan
hipemetabolik
Edukasi:
1. Sarankan klien untuk mengurangi
aktivitas dan meningkatkan istirahat Edukasi: 1. Membantu melawan
pengaruh dari peningkatan metabolisme.

8. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produksi panas meningkat


Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam tidak ada resiko
kerusakan integritas kulit Kriteria Hasil : Mampu mengidentifikasi tindakan untuk
membrikan perlindungan pada mata dan pencegahan komplikasi.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Bagian kepala tempat tidur 1. Menurunkan edema jaringan bila ada
ditinggikan dan batasi pemasukan garam komplikasi seperti GJK yang mana
jika ada indikasi. dapat memperberat esoftalmus.

Kolaborasi: Kolaborasi :
1. Berikan obat sesuai indikasi 1. Untuk tindakan pengobatan medis.

Observasi: Observasi :
1. Evaluasi ketajaman mata. 1. Oftalmolpati infiltraftif akibat dari
peningkatan jaringan retroorbits yang
menciptakan eksoftalmus.
2. Observasi edema periobital.gangguan 2. Manifestasi umum dari stimulasi
Penutupan kelopak mata. aderenergik yang berlebihan. dengan
berhubungan dengan tirotoksikosis yang
memerlukan intervensi pendukung
sampe resolusi krisis dapat
menghilangkan simtomatologis.

Edukasi: Edukasi :
1. Anjurkan klien menggunakan 1. melindungi kerusakan kornea jika
kacamata gelap ketika terbangun dan pasien tidak dapat menutup mata dengan
tutup dengan penutup mata selama tidur sempurna karena edema atau fibrosis.
sesuai dengan kebutuhan. bantalan lemak.

9. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan honnonal dan perubahan fungsi


tubuh Tujuan normal Setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24 jam fungsi seksual
kembali Kriteria hasil
 Klien mengakui adanya masalah atau kemungkinan masalah dalam fungsi
seksual.
 Klien mengungkapkan pemahaman mengenai penyebab disfungsi seksual
 Klien mengungkapkan keinginan untuk mendapatkan konseling
 Klien menghidupkan kembali aktivitas seksual seperti sebelum sakit.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Sediakan lingkungan yang tidak 1. Menurunkan edema jaringan bila ada
mengancam, dan dorong klien untuk komplikasi seperti GJK yang mana
bertanya tentang seksualitas pribadi. dapat memperberat esoftalmus.
2. Berikan kesempatan klien untuk
mengungkapkan perasaan secara Kolaborasi :
terbuka dalam lingkungan yang tidak 1. Untuk tindakan pengobatan medis.
mengancam

Edukasi: Edukasi:
1. Anjurkan klien untuk mendiskusikan 1. Sediakan waktu dan lingkungan yang
keluhannya dengan suami atau istri atau kondusif untuk komunikasi antara klien
pasangan dan suami atau istri atau pasangan untuk
berbagi keluhan dan memperkuat
hubungan
2. Sarankan rujukan ke konselor seksual 2. Untuk memberikan sumber- sumber
atau profesi terkait lainnya dalam penunjang lanjutan terapi bagi klien.
mendapatkan panduan selanjutnya.

10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur dan peningkatan
metabolism Tujuan tidur dapat di atasi Kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam gangguan pola klien mengidentifikasi faktor-faktor
yang dapat menghalangi atau mengganggu tidur klien tidur 5-6 jam dimalam hari.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Berikan bantuan tidur kepada klien, 1.Susu dan beberapa kudapan tinggi
seperti bantal, mandi sebelum tidur, protein, seperti keju dan kacang.
makanan atau minuman dan bahan mengandung L- trytophan, yang dapat
bacaan. mempermudah tidur. Higiene pribadi
2. Ciptakan lingkungan tenang yang secara rutin dapat mempermudah. tidur
kondusif untuk tidur contohnya, tutup bagi sejumlah klien.
gorden. sesuaikan pencahayaan atau 2. Tindakan ini dapat mendorong
tutup pintu. istirahat dan tidur klien..

Kolaborasi: Kolaborasi :
1. Berikan pengobatan yang 1. Agenhipnotik memicu tidur: obat
diprogramkan untuk meningkatkan pola penenang menurunkan ansietas
tidur normal klien. Pantau dan catat
reaksi yang tidak diharapkan.

Observasi : Observasi :
1.catat lamanya tidur klien 1. Mengetahui prosentase pola tidur
perubahan

Edukasi: Edukasi:
1. Berikan pendidikan kesehatan kepada 1.Upaya relaksasi yang bertujuan
klien tentang teknik relaksasi seperti biasanya dapat membantu meningkatkan
Imajinasi terbimbing, relaksasi oto tidur
progresif. dan meditasi.

Discharge planing:
1. Atur pola nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein 3000-4000 kalori
2. Minum obat-obatan antitiroid secara teratur dan sesuai dosis
3. Hindari hal-hal pemicu terjadinya peningkatan hormon tiroid, contohnya:
mengkonsumsi makanan tinggi iodium
2.8 Asuhan Keperawatan Hipertiroid
1. ASKEP PASIEN HIPERTIROID
Seorang wanita, 47 tahun datang ke klinik dengan keluhan dada kiri terasa berdebar-
debar, matanya tampak melotot. Serta tangan yang bergetar terus (tremor), sering
berkeringat dan merasa cepat lapar. Tekanan Darah: 140/70 mmHg, Suhu tubuh 37,5
o C. Pada pemeriksaan fisik tampak pembesaran ringan kelenjar tiroid. Ibu ini telah
melakukan pemeriksaan darah, hasilnya sebagai berikut.

Pemeriksaan laboratorium Hb 12,5 g/dL. (12-16) Hint: 39% (36-48)


Leukosit: 11.000/mmk (4.000-11.000)
Netrofil: 56% (40-70)
Limfosit: 40% (20-40)
Eosinofil: 1% (1-5)
Monosit: 3% (2-8)
Trombosit: 420.000/mmk (150.000-450.000)
Kolesterol total: 179 mg/dL (<200)
Trigliserida : 105 mg/dL (<150)
Glukosa darah sewaktu: 100 mg/dL (80-140) HTSH 0,003 U/ml. (0.4-5,0) Oleh
dokter pemeriksa disarankan untuk melakukan pemeriksaan T3, T4 dan free T4.

Pertanyaan:
1. Analisis Kasus ini, apa yang sedang dialami pasien ini?
2. Untuk apa pemeriksaan tambahan oleh dokter tersebut? Jelaskan Analisis Kasus

1. Wanita 47 tahun: Faktor resiko terkena hipertiroid lebih tinggi terhadap pasien
wanita dibanding pasien pria. Dengan gejala-gejala yang nampak diduga wanita
tersebut mengalami hipertiroid, dimana peningkatan faktor resiko penyakit ini pada
usia 30-40 tahun (Corwin, 2008). Hipertiroid sering menyerang wanita daripada pria
karena produksi hormon pada wanita lebih kompleks dibandingkan dengan produksi
hormon pria. Namun, beberapa kasus kanker tiroid juga ditemukan pada kaum pria
(Harmanto, 2004).
2. Analisis Symptom Dada Kiri berdebar-debar: Penderita hipertiroid jantung, terjadi
peningkatan jumlah dan affinitas dari reseptor beta adrenergik. Hal akan
mengakibatkan peningkatan kerja otot jantung, sehingga denyut jantung meningkat
bersamaan dengan meningkatnya cardiac output (Marks, 2000). Mata tampak Melotot
(exoptalmus): Akibat TSH yg tinggi merangsang sel-sel mata akibatnya terjadi
pengeluaran sitokin yang mendorong terjadinya peradangan dan edema eksoftalmus
yang merusak mata timbul dobel vision. Selain itu terjadi pembengkakan jaringan
lemak di sekitar mata (Marks, 2000). Tangan terus bergetar (tremor): Pada sistem
saraf, akan terjadi aksi system saraf perifer yang lebih cepat. Mekanisme kontraksi
otot perifer umumnya dikontrol lewat serebelum dan ganglion basalis. Namun pada
pasien hipertiroid, terjadi rangsangan berlebihan terhadap ganglion basalis. Oleh
karena itu, pada otot yang ada di ekstremitas terjadi kontraksi berlebih saat ada
kegiatan yang akan mengakibatkan tremor. Tremor ini bebeda dengan tremor pada
pasien Parkinson, oleh karena, pada pasien Parkinson tremor akan meningkat pada
keadaan istirahat (Marks, 2000). Sering berkeringat Pada pasien hipertiroid terjadi
peningkatan keringat yang keluar akibat pengaruh tingginya metabolisme dalam
tubuh sehingga terjadi akumulasi panas dalam tubuh (intoleransi panas). Keringat
memungkinkan pengeluaran panas berlebih melalui penguapan atau evaporasi dari
permukaan kulit (Marks, 2000). Merasa cepat lapar Pada hipertiroid terjadi trakikardi
yang menyebabkan meningkatnya aktivitas gastrointestinal. Selain itu. T3 dan T4
merangsang proses glukoneogenesis dan glikogenesis. Glukoneogenesis
menyebabkan massa otot menurun dan kelemahan (Marks, 2000).
3. Tekanan darah 140/70 mmHg Hipertensi pada wanita ini dipengaruhi dari penyakit
hipertiroid dimana terjadi peningkatan cardiac output yang menyebabkan tekanan
darah meningkat (Marks, 2000).
4. Suhu tubuh 37.5 Karena tingginya cardiac output, maka terjadi takikardia yang
menyebabkan metabolisme semakin meningkat. Karena metabolisme naik dan
tertimbunnya panas tubuh yang semakin lama semakin berlebih, sehingga terjadi
peningkatan suhu tubuh (Marks, 2000).
5. Tampak Pembesaran ringan kelenjar tiroid
6. Pemeriksaan laboratorium
Hb 12,5 g/dL (12-16)
Hmt 39% (36-48)
Leukosit 11.000/mmk (4.000-11.000)
Netrofil: 56% (40-70)
Limfosit: 40% (20-40)
Eosinofil: 1% (1-5)
Monosit: 3% (2-8)
Trombosit: 420.000/munk (150.000-450.000)

Kolesterol total: 179 mg/dL. (<200)


Trigliserida: 105 mg/dL (<150)
Glukosa darah sewaktu: 100 mg/dL (80-140)
HTSH : 0,003 μ. U/mL (0,4-5,0) dibawah normal

Hasil cek darah pemeriksaan lab normal semua kecuali kadar TSH. Pada pasien
tersebut kadar TSHnya di bawah normal. Menurut WHO (2001), kadar normal TSH
dalam serum adalah 0,4 µU/ml-5.0 U/ml. Reudahnya kadar TSH dalam darah menjadi
indikator dari penyakit hipertiroid.

Fungsi pemeriksaan T3, T4 dan free T4


Pengukuran kadar TSH darah merupakan alat skrining yang baik dalam menilai
fungsi tiroid, naruum tingkat keparahan dari hipertiroid kurang tepat dinilai
berdasarkan pemeriksaan TSH saja, sehingga kadar hormon tiroid dalam darah juga
perlu diukur. Hormon tiroid bersirkulasi di dalam darah dalam bentuk T3 dan T4,
dengan 99% terikat protein. Hormon tiroid yang tidak berikatan dengan protein yang
bisa aktif secara biologis. Pada penderita hipertiroid ditemukan hanya 5% kadar T3
yang tinggi, sehingga pengukuran T4 bebas dan 13 darah perlu dilakukan pada pasien
yang mengalami hipertiroid dengan kadar TSH yang rendah. Hasil pemeriksaan tiroid
ini berguna untuk mengetahui aktivitas T3 dan T4 dalam tubuh sehingga dapat juga
ditentukan faktor atau kondisi penyebab hipertiroid pada pasien dengan kadar TSH
rendah.
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan
produksi dan sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. (Marry:2009).
Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi peningkatan hormon tiroid lebih dari
yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis merupakan istilah yang digunakan dalam
manifestasi klinkis yang terjadi ketika jaringan tubuh distimulasi oleh peningkatan
hormone tiroid (Tarwoto.dkk.2012). Angka kejadian pada hipertiroid lebih banyak
pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun (Black,2009).
Menurut Tarwoto.dkk.2012 penyebab hipertiroid diantaranya adenoma. hipofisis,
penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan
hipotiroid. Pasien dengan hipertiroid menunjukan adanya sekresi hormon tiroid yang
lebih banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol melalui
mekanisme normal Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan
metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Komplikasi Hipertiroid
adalah Eksoftalus, Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
Stromatiroid (tirotoksikosis)

4.1 Saran
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan bahan masukan dan informasi, serta dapat
meningkatkan kegiatan penyuluhan tentang masalah askeb Hipertiroidisme dengan
cam multi media antara lain melalui radio, televisi, sehingga tingkat pengetahuan
masyarakat yang sudah baik dapat dipertahankan bahkan lebih. ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Baradero, Mary dkk.2009.Klien Gangguan Endokrin Seri Asuahan Keperawatan


Jakarta: EGC

Carolus, P.K.Sint. 1995 Standar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Jakarta:


Panitia. S.A.K Komisi Keperawatan.

Cynthia, M. Taylor.2010.Diagnosa keperawatan: Dengan rencana penulisan


Jakarta:EGC

Rumorbo, Hotman. 2012 Asuahan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Endokrin


Jakarta:EGC.

Heater, Herdman, T.2012. Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014


Jakarta: EGC

Marilym.E. Doengoes. 1999. Rencana asuhan keperawatan.edisi 3 Jakarta EGC

Tarwoto.dkk.2012. Keperawatan Medikal Bedah gangguan system endokrin Jakarta:


CV Trans Info Media.

Wartunah. Tarwoto.2006 kebutuhan dasar manusia proses keperawatan.


Jakarta:Salemba

Medika Wilkson, Judith. W dkk 2011 Buku Saku Diagnosis Keperawatan


Jakarta:EGC

http://id.images.search.yahoo.com/search/images?p-hipertiroid&fr-chr- greentree
ge&fr2-piy-web&ri=4&tab=organic&ri-4 di akses tanggal 26 maret 2014

Bararah, V.F., 2009. Waspadai Gejala Hipertiroid Pada Wanita,


www.healthdetik.com (Diakses tanggal 26 Maret 2014)

Lee, S.L., Ananthankrisnan, S., Ziel, S.H., Talavera, S., Griffing, G.T., 2011.
Hyperthyroidism. http://emedicine.medscape.com (Diakses tanggal 26 maret 2014)

Guyton, 1991. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi revisi. Department
of Physiologi and Biophysics. Mississippi

Anda mungkin juga menyukai