PENDAHULUAN
hormon tiroid ibunya hingga minimal 12 minggu masa gestasi. Sehingga untuk
menambah
fungsi
tiroid,
sangatlah
penting
bagi
ibu
hamil
untuk
mengkonsumsi minimal 200 mcg iodin sehari (kadar dua kali dari biasanya)
selama kehamilan. Iodin berperan penting dalam proses sintesis pembentukan
hormone tiroid. Selama beberapa dekade terakhir disebutkan bahwa kelompok
risiko tertinggi kurangnya asupan iodine adalah wanita hamil dan menyusui,
serta anak usia kurang dari 2 tahun yang tidak terimplementasi oleh strategi
iodisasi garam universal.
Beberapa hipotiroid selama masa kehamilan dapat menimbulkan
komplikasi serius, baik untuk ibunya maupun anaknya. Apabila ibu hamil
mengidap hipotiroid, maka anak yang akan dilahirkannya berpotensi
mengalami gangguan pertumbuhan, keterbelakangan mental bahkan cacat fisik.
Beberapa gejala seorang bayi yang mengidap hipotiroid antara lain jarang
menangis, kesulitan minum air susu ibu dan jarang sekali buang air besar (Nata
News, 2012).
Selain itu, ibu yang mengalami hipertirod juga dapat mengalami gejala
yang buruk akibat meningkatnya stimulasi tiroid selama masa kehamilan.
Prevalensi hipertiroid di Amerika Serikat diperkirakan sebesar 1 %. Secara
umum fenomena ini khususnya pada wanita dengan penyakit Graves, dengan
potensi 5-10 kali lebih sering dialami oleh wanita pada usia produktif.
Prevalensi hipertiorid pada masa kehamilan mencapai 0.1% sampai 0.4%, 85%
dikarenakan penyakit Grave dan terjadi pada 1 : 1500 kehamilan. Beberapa
hipertiroid yang tidak mendapat perawatan yang optimal selama kehamilan
dapat menimbulkan pre-eclampsia dan thyroid storm. Hipertiroid akibat
penyakit Grave yang terjadi selama masa kehamilan dapat memiliki
konsekuensi serius untuk janin termasuk dalam membantu pembentukan dan
fungsi tiroid janin, berat badan lahir rendah dan premature bahkan sampai
kematian janin. Lebih jauh, komplikasi hipertiroid dapat terjadi pada berbagai
organ termasuk jantung seperti irama jantung bahkan hingga gagal jantung.
Terkait itu, masyarakat diharapkan agar lebih peduli mengenai kelainan
tiroid karena bisa menyerang segala usia. Hanya saja data tentang jumlah
kematian akibat hipotiroid maupun hipertiroid hingga saat ini belum jelas,
2
Apa saja manifestasi klinis hipertiroid dan hipotiroid yang timbul pada
ibu hamil?
1.3 Tujuan
A. Tujuan Umum
Menjelaskan konsep dasar tentang Hipotiroid dan Hipertiroid pada
ibu Hamil dan Asuhan Keperawatan pada Ibu Hamil dengan Gangguan
Kelenjar Tiroid (Hipotiroid dan Hipertiroid).
B. Tujuan Khusus
Asuhan keperawatan ini disusun sebagai tugas mata kuliah
Keperawatan Endokrin 1. Setelah menyusun atau mempelajari makalah
ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Mengetahui dan memahami pengertian dari hipertiroid dan hipotiroid
pada ibu hamil.
2. Mengetahui dan memahami etiologi dari hipertiroid dan hipotiroid
pada ibu hamil.
3. Mengetahui dan memahami patofisiologi hipertiroid dan hipotiroid
pada ibu hamil.
4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis hipertiroid dan
hipotiroid yang timbul pada ibu hamil.
5. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik hipertiroid dan
hipotiroid pada ibu hamil.
6. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan hipertiroid dan hipotiroid
pada ibu hamil.
7. Mengetahui dan memahami komplikasi yang timbul dari hipertiroid
dan hipotiroid pada ibu hamil.
8. Mengetahui dan memahami WOC dari hipertiroid dan hipotiroid pada
ibu hamil.
9. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan yang sesuai pada ibu
hamil dengan hipertiroid.
10. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan yang sesuai pada ibu
hamil dengan hipotiroid.
1.4 Manfaat
4
BAB II
5
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
terangkatnya kelenjar kearah kranial. Sifat ini digunakan dalam klinik untuk
menentukan apakah suatu bentukan di leher berhubungan dengan kelenjar tyroid
atau tidak(Djokomoeljanto, 2001).
2.2
1. Hipertiroid
Hipertiroid digambarkan sebagai suatu kondisi dimana terjadi
kelebihan sekresi hormon tiroid. Tirotoksikosis mengacu pada manifestasi
10
klinis yang terjadi bila jaringan tubuh di stimulasi oleh peningkatan hormon
ini. Hipertiroid merupakan kelainan endokrin yang dapat di cegah. Seperti
kebanyakan kondisi tiroid, kelainan ini merupakan kelainan yang sangat
menonjol pada wanita. Kelainan ini menyerang wanita empat kali lebih
banyak daripada para pria, terutama wanita muda yang berusia antara 20 dan
40 tahun.
2. Hipotiroid
Penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan
mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan
tubuh akan hormon-hormon tiroid.
3. Hipertrofi Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid mengalami pembesaran akibat pertambahan ukuran
sel/jaringan tanpa di sertai peningkatan atau penurunan sekresi hormonhormon kelenjar tiroid. Disebut juga sebagai goiter nontosik atau simple
goiter atau struma endemik. Pada kondisi ini dimana pembesaran kelenjar
tidak disertai penurunan atau peningkatan sekresi hormon-hormonnya maka
dampak yang ditimbulkannya hanya bersifat lokal yaitu sejauh mana
pembesaran tersebut mempengaruhi organ di sekitarnya seperti pengaruhnya
pada trakhea dan esophagus.
2.4
hormone,TSH)
khusus,
yaitu
human
peningkatan
selama
kehamilan
trimester
pertama,
TSH
ditekan.
2. Ekskresi Iodin selama Kehamilan
Konsentrasi iodine plasma
mengalami
penurunan selama
konsentrasi
iodine
dalam
plasma
selama
kehamilan.
normal, terjadi
peningkatan dari konsentrasi TBG sekitar dua kali lipat dari normal
selama kehamilan sampai 6-12 bulan setelah bersalin. Hal ini
menggambarkan peningkatan kadar hormone tiroksin total (TT4) pada
15
semua wanita hamil, namun kadar tiroksin bebas (FT4) dan indeks
tiroksin total (FTI) normal. Untuk menjamin kestabilan kadar hormone
bebas, mekanisme umpan-balik merangsang pelepasan TSH yang bekerja
untuk meningkatkan pengeluaran hormone dan menjaga kestabilan
hemostasis kadar hormone bebas. Peningkatan konsentrasi TBG
merupakan efek langsung dari meningkatnya kadar estrogen selama
kehamilan.
Estrogen merangsang peningkatan sintesis TBG, memperpanjang
waktu paruh dalam sirkulasi, dan menyebabkan peningkatan konsentrasi
TBG serum. Estrogen juga merangsang hati untuk mensintesis TBG dan
menyebabkan penurunan kapasitas TBPA. Pada akhirnya,
proporsi
16
BAB III
HIPERTIROID PADA IBU HAMIL
3.1
17
3.2
kelenjar tiroid ditandai dengan naiknya metabolisme basal 15-20%, kadang kala
disertai pembesaran ringan kelenjar tiroid. Penderita hipertiroid biasanya
mengalami gangguan haid ataupun kemandulan. Kadang juga terjadi kehamilan
atau timbul penyakit baru, timbul dalam masa kehamilan.(Wilson, 2005)
Hipertiroid adalah respon jaringan-jaringan tubuh terhadap pengaruh
metabolik hormone tiroid yang berlebihan. Bentuk yang umum dari masalah ini
adalah penyakit graves, sedangkan bentuk yang lain adalah toksik adenoma,
tumor kelenjar hipofisis yang menimbulkan sekresi TSH meningkat, tiroditis
subkutan dan berbagai bentuk kanker tiroid. (Arief Mansjoer, 1999)
Pengaruh kehamilan terhadap penyakit adalah Kehamilan dapat membuat
strua tambah besar dan keluhan penderita tambah berat. Pengaruh penyakit
terhadap kehamilan dan persalinan yaitu Kehamilan sering berakhir (abrtus
habitualis), Partus prematurus. Kala II hendaknya diperpendek dengan ekstraksi
vakum/ forsial, karena bahaya kemungkinan timbulnya dekompensasi kordis.
Untuk itu kita sebagai calon tenaga kesehatan, kita perlu mengetahui dan
memahami tanda dan gejala berbagai penyakit khususnya di sini sakit kepala.
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis,
atau hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai
penurunan TSH dan TRF karena umpan balik negatif TH terhadap pelepasan
keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi hipofisis memberikan gambaran
kadar TH dan TSH yang tinggi. TRF akan rendah karena umpan balik negatif dari
HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan memperlihatkan
HT yang tinggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Penyebab hipertiroid diantaranya :
1) Adenoma hipofisis
Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang
terjadi.
2) Penyakit graves
18
tiroid
terlalu
banyak.
Penyakit
ini
dicirikan
adanya
pneumonia.
Reaksi
peradangan
ini
menimbulkan
dikelompokan
menjadi
tiroiditis
subakut, tiroiditis
19
permanen.
4) Konsumsi banyak yodium
Konsumsi yodium
yang
berlebihan,
yang
obat-obatan
mengakibatkan
hipotiroid
untuk
2.
3.
4.
5.
pada membrane sel folikel kelenjar tiroid, sehingga dapat menstimulasi tiroid
untuk memproduksi hormon tiroid lebih banyak. Namun jarang sekali, apabila
hipertiroid pada kehamilan dikarenakan oleh hiperemesis gravidarum (mual dan
muntah sementara) yang menyebabkan ibu hamil kehilangan berat badan dan
dehidrasi. Mual dan muntah secara ekstrim dipercayai dapat dikarenakan kadar
hCG meningkat, yang mana dapat menimbulkan hipertiroid temporer yang terjadi
selama setengah perjalanan kehamilan (National Endocrine and Metabolic
Disease Infromation Service, 2012).
3.4
yang terjadi pada kehamilan. Hipertiroid pada penyakit graves adalah akibat
antibodi reseptor TSH yang merangsang aktivitas tiroid, sedang pada goiter
multimodular toksik berhubungan dengan autonomi tiroid itu sendiri.
Perjalanan penyakit hipertiroid biasanya perlahan-lahan dalam beberapa
bulan sampai beberapa tahun. Keadaan ini dapat menyebabkan metabolisme
tubuh meningkat. Manifestasi klinis ( Carpenito, 2001) yang paling sering adalah
penurunan berat badan, kelelahan, tremor: gugup berkeringat banyak, tidak tahan
panas, palpasi dan pembesaran tiroid. Selain itu gambaran klinis dari hipertiroid
(Mary dan Mandy, 2007) yakni terjadi perburukan cepat tirotoksikosis, antara
lain :
1. Takikardi
2. Sering terjadi keguguran
3. Bayi lahir mati atau bayi lahir premature dengan berat badan rendah
4. Eksoftalmus
5. Hiperpereksia
6. Fibrilasi atrium cepat, yang mengakibatkan gagal jantung
7. Gelisah dan gugup, wanita dapat tampak psikosis
8. Muntah dan diare
9. Koma dapat terjadi
Selain itu, hipertiroidisme pada ibu hamil juga memberikan dampak pada
janin sekaligus neonates, antara lain:
1) Efek Hipertiroid pada Janin
Hipertiroid pada janin dipikirkan jika TSH receptor antibodies ( TSHR) menetap hingga trimester II. Diagnosis dapat ditentukan dengan
pemeriksaan ultrasonografi (USG) dan terlihat kelenjar gondok janin yang
membesar, takikardi (160 x/menit), retardasi pertumbuhan, janin sangat
aktif bergerak dan maturasi tulang lebih cepat. Pada kasus-kasus tertentu,
pemeriksaan darah dari tali pusat dapat digunakan untuk menegakkan
diagnosis dan monitoring terapi, tetapi prosedur ini dapat menyebabkan
komplikasi hingga abortus. Jika takikardi janin menetap, diberikan PTU
200-400mg/hr atau Metilmerkaptoimidazol (MMI) 20 mg/hr pada ibu
hamil.
2) Efek Hipertiroid pada Neonatus
Neonatus mungkin mengalami hipertiroid transien, yang kadangkadang memerlukan terapi obat antitiroid. Sebaliknya pajanan obat ini
secara berkepanjangan in utero dapat menyebabkan hipotiroidisme
22
23
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui dan
24
Pemeriksaan Penunjang
1.
USG Tiroid
Melalui ultrasonografi bisa diketahui ukuran, bentuk, dan kepadatan dari
kelenjar tiroid, apakah itu suatu benjolan padat (nodul) atau suatu rongga
yang berisikan cairan (kista). Ultrasonografi ini memakai getaran suara
(ultrasound), jadi tidak menimbukan radiasi.
pembedahan
mayor
lebih
sering
berkaitan
dengan
27
segera dimulai dengan obat antitiroid. Sampai saat ini obat antitiroid yang
dianggap aman dan tidak menebus plasenta ialah PTU.
6. Terapi Farmakologis
1) Pada wanita hamil, penggunaan propiltriurasil lebih aman dibandingkan
dengan metimazol karena lebih sedikit obat yang sampai ke janin.
2) Pemberian obat-obat profiltluarasil dan metiazol dosis rendah
3) Operasi tiroidektomi, lakukan pada trimester III
4) Yodium radioaktif tidak diberikan kepada wanita hamil karena bisa
melewati sawar plasenta dan bisa merusak kelenjar tiroid janin.
7. Terapi Non Farmakologi
1) Hindari konsumsi junk food dan berbagai macam makanan olahan
(makanan kaleng, sosis, bakso, smoke beef, dll)
2) Memperbanyak makan sayur dan buah.
3) Menghindari stres yang tinggi
4) Cukup tidur
5) Pengaturan makanannya yaitu tinggi kalori, tinggi vitamin dan mineral
serta cukup protein.
3.9
28
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
HIPERTIROID PADA IBU HAMIL
3.1 Pengkajian
1. Identitas pasien
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan,
dan penanggung biaya.
2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
a. Keluhan utama.
Klien mengalami penurunan berat badan, kelelahan.
b. Riwayat penyakit saat ini
Klien biasanya sering tremor: gugup berkeringat banyak. Kehilangan
berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak,
sering kehausan, mual dan muntah, rasa lemah, kelelahan
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Riwayat penyakit keluarga
Dalam keluarga klien tidak ada yang memiliki riwayat penyakit
hipertiroid.
3. Pemeriksaan Fisik (head to toe)
a. Pemeriksaan kepala dan wajah.
penglihatan
ganda.
Terjadi
perubahan
pada
mata
Lihat juga lakukan palpasi payudara bentuk dan warna dari payudara.
e. Pemeriksaan abdomen
Mengamati bentuk serta bau pada bagian vital (pastikan tidak ada
kelainan). Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi kelainan
pada organ vital atau tidak. Memastikan tidak adanya pembengkakan
serta gangguan pada bagian vital.
7. Data Laboratorium
Tiroglobulin : meningkat
30
Stimulasi TRH : dikatakan tiroid jika TRH tidak ada sampai meningkat
setelah pemberian TRH
3.1
Diagnosa Keperawatan
1) Resiko tinggi teradap penurunan curah jantung berhubungan dengan
hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban
kerja jantung.
2) Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan energi.
3) Risiko tinggi terhadap
perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
Keperawatan
Resiko tinggi teradap NOC :
penurunan
dengan
Hasil
curah 1. Cardiac
jantung berhubungan
hipertiroid
Intervensi Keperawatan
NIC :
Pump
effectiveness
2. Circulation Status
A. Cardiac Care
1. Evaluasi adanya nyeri dada
(intensitas, lokasi, durasi)
31
tidak
keadaan
hipermetabolisme,
peningkatan
kerja jantung.
beban
efek
antiaritmia
10. Atur periode
istirahat
pasien
pengobatan
latihan
untuk
dan
menghindari
kelelahan
11. Monitor toleransi
aktivitas
pasien
12. Monitor
dyspneu,
adanya
status
jika
hidrasi
PCWP
6. Monitor
vital
sign
indikasi penyakit
7. Monitor
indikasi
sesuai
retensi/
untuk
hiponatremi
dilusi
berlebih
muncul
memburuk
21. Atur kemungkinan tranfusi
22. Persiapan untuk tranfusi
C. Fluid Monitoring
33
(Hipertermia,
terapi
pemberian
dapat
obat
meningkatkan
output urin
9. Lakukan hemodialisis bila perlu
dan catat respons pasien
D. Vital Sign Monitoring
1.
Monitor TD, nadi, suhu,
2.
dan RR
Catat
adanya
fluktuasi
tekanan darah
3.
Auskultasi TD pada kedua
lengan
4. Monitor TD, nadi, RR
5. Monitor kualitas dari nadi
6.
Monitor jumlah dan irama
jantung
7.
Monitor
8.
frekuensi
dan
irama pernapasan
Monitor pola pernapasan
abnormal
34
2.
Kelelahan
berhubungan dengan
NOC :
1)
2)
hipermetabolik
3)
dengan peningkatan 4)
kebutuhan energy
NIC :
Endurance
A.Energy Management
Concentration
1) Observasi adanya pembatasan
Energy conservation
klien
dalam
melakukan
Nutritional status :
aktivitas
energy
2) Dorong
anal
untuk
mengungkapkan
Kriteria Hasil :
1) Memverbalisasikan
peningkatan
dan
merasa
energi
lebih
untuk
terhadap keterbatasan
3) Kaji adanya factor
energi
mengatasi
kelelahan
menyebabkan kelelahan
4) Monitor nutrisi dan sumber
kelelahan
NOC :
terhadap perubahan
1) Nutritional
food
kebutuhan
Intake
and
Status:
Fluid
peningkatan
Kriteria Hasil :
metabolism
1) Adanya peningkatan
makan atau
pemasukan dengan
penurunan berat
badan ).
emosi
respon
kardiovaskuler
berhubungan dengan
(eningkatan nafsu
dan
pola
terhadap
tidur
dan
Risiko tinggi
nutrisi kurang dari
fisik
secara berlebihan
6) Monitor
aktivitas
7) Monitor
3.
yang
baik
2) Menjelaskan
penggunaan
perasaan
A. Nutrition Management
1) Kaji adanya alergi makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk
menentukan
kalori
dan
jumlah
nutrisi
dibutuhkan pasien.
3) Anjurkan
pasien
yang
untuk
meningkatkan intake Fe
4) Anjurkan
pasien
untuk
meningkatkan
protein
dan
vitamin C
5) Berikan substansi gula
6) Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
7) Berikan makanan yang terpilih
35
tanda malnutrisi
5) Tidak
terjadi
penurunan
berat
bagaimana
catatan
makanan
harian
9) Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
10) Berikan informasi
tentang
kebutuhan nutrisi
11) Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan
nutrisi
yang
dibutuhkan
B. Nutrition Monitoring
1) BB pasien dalam batas normal
2) Monitor adanya penurunan
berat badan
3) Monitor tipe
dan
jumlah
pengobatan
dan
kulit
kering
dan
perubahan pigmentasi
8) Monitor turgor kulit
9) Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
10) Monitor mual dan muntah
11) Monitor kadar albumin, total
protein, Hb, dan kadar Ht
12) Monitor makanan kesukaan
13) Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
14) Monitor pucat, kemerahan, dan
36
kekeringan
jaringan
konjungtiva
15) Monitor kalori
nutrisi
16) Catat
dan
adanya
intake
edema,
magenta, scarlet
NIC :
Ansietas
NOC :
berhubungan dengan
1) Anxiety control
2) Coping
A. Anxiety
Kriteria Hasil :
menenangkan
2) Nyatakan dengan jelas harapan
faktor fisiologis;
(penurunan kecemasan)
1) Gunakan pendekatan yang
status
hipermetabolik.
1) Klien
mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan
mengungkapkan dan
menunjukkan teknik
mengontrol
cemas
3) Vital sign
dalam
ekspresi
wajah,
tubuh
tingkat
dan
aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan
prosedur
4) Temani
pasien
memberikan
untuk
keamanan
mengurangi takut
5) Berikan informasi
dan
faktual
batas normal
4) Postur
tubuh,
bahasa
gejala cemas
2) Mengidentifikasi,
untuk
Reduction
prognosis
6) Dorong
keluarga
untuk
menemani anak
7) Lakukan back / neck rub
8) Dengarkan dengan penuh
perhatian
9) Identifikasi tingkat kecemasan
10) Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
11) Dorong
pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi
12) Instruksikan
pasien
13) Berikan
5.
kondisi,
prognosis
dan
kebutuhan
1.
health
Behavior
pengobatan
mengenal
sumber informasi.
Berikan
penilaian
tentang
tingkat
pengetahuan
pasien
berhubungan dengan
tidak
untuk
mengurangi kecemasan
NIC :
obat
spesifik
Kriteria Hasil :
2.
Jelaskan
ini
pemahaman tentang
kondisi,
prognosis
dan
dari
menyatakan
penyakit,
patofisiologi
berhubungan
dengan
program pengobatan
2) Pasien dan keluarga
biasa
muncul
pada
mampu
tepat
melaksanakan
prosedur
yang
dijelaskan
secara
benar
3) Pasien dan keluarga
4.
5.
Identifikasi
kemungkinan
mampu menjelaskan
tepat
Sediakan
dijelaskan perawat/
tim
lainnya
kesehatan
informasi
pada
7.
8.
Sediakan
bagi
keluarga
yang
mungkin
datang
dan
atau
proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan terapi atau
penanganan
11. Dukung
pasien
untuk
mengeksplorasi
atau
kemungkinan
atau
dukungan,
dan
melaporkan
gejala
pada
untuk
pemberi
Evaluasi
1. Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan
kebutuhan tubuh
2. Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat
energy
3. Klien akan menunjukkan berat badan stabil
4. Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
5. Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya
39
BAB IV
HIPOTIROID PADA IBU HAMIL
4.1
produksi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid dimana kelenjar tirod kurang aktif dan
menghasilkan terlalu sedikit hormone tiroid. Hipotiroid yang sangat berat disebut
miksedema. Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid dalam
darah. Hipotiroidisme terjadi akibat penurunan kadar hormon tiroid yang
bersirkulasi. Edema non-pitting dan boggy yang terjadi disekitar mata, kaki dan
tangan dan juga menginfiltrasi jaringan lain. Hipotiroidisme dapat terjadi akibat
malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis atau hipotalamus (Crowin, 2009).
Hipotiroid (hiposekresi hormon tiroid) adalah status metabolik yang
diakibatkan oleh kehilangan hormon tiroid. Hipotiroid dapat disebabkan oleh
gangguan pada salah satu tingkat dari aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid. Ada
banyak kekacauan- kekacauan yang berakibat pada hipotiroid. Kekacauankakacauan ini mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid.
Karena hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan banyak
proses-proses sel, hormon tiroid yang tidak memadai mempunyai konsekuensikonsekuensi yang meluas untuk tubuh (Baradero,2009).
Kekurangan yodium pada janin adalah akibat dari ibu yang kekurangan
yodium. Keadaan ini akan menyebabkan besarnya angka kejadian lahir mati,
abortus, dan cacat bawaan, yang semuanya dapat dikurangi dengan pemberian
yodium. Akibat lain yang lebih berat pada janin yang kekurangan yodium adalah
kretin endemik. Kretin endemik ada dua tipe, yang banyak didapatkan adalah tipe
nervosa, ditandai dengan retardasi mental, bisu tuli, dan kelumpuhan spastik pada
kedua tungkai.
Sebaliknya yang agak jarang terjadi adalah tipe hipotiroidisme yang ditandai
dengan kekurangan hormon tiroid dan kerdil. Penelitian terakhir menunjukkan,
transfer T4 dari ibu ke janin pada awal kehamilan sangat penting untuk
perkembangan otak janin. Bilamana ibu kekurangan yodium sejak awal
kehamilannya maka transfer T4 ke janin akan berkurang sebelum kelenjar tiroid
janin berfungsi. Jadi perkembangan otak janin sangat tergantung pada hormon
40
tiroid ibu pada trimester pertama kehamilan, bilamana ibu kekurangan yodium
maka akan berakibat pada rendahnya kadar hormon tiroid pada ibu dan janin.
Dalam trimester kedua dan ketiga kehamilan, janin sudah dapat membuat hormon
tiroid sendiri, namun karena kekurangan yodium dalam masa ini maka juga akan
berakibat pada kurangnya pembentukan hormon tiroid, sehingga berakibat
hipotiroidisme pada janin.
Secara klinis diagnosis hipotiroid ditegakan apabila kadar tiroksin bebas
rendah, sedangkan kadar tirotropin meningkat. Keadaan hipotiroid dihubungkan
dengan meningkatnya kejadian infertilitas (kemandulan) atau keguguran, dan
tidak umum ditemukan keadaan hipertiroid yang berat dalam kehamilan.
Deteksi dini hipotiroidisme pada kehamilan untuk mencegah komplikasi pada
ibu dan bayi. Gangguan tiroid (kelenjar gondok) 4-5 kali lebih banyak terjadi pada
wanita dibandingkan pada pria. Fungsi tiroid yang baik sangat penting untuk ibu
dan janin yang dikandungnya. Khususnya selama tiga bulan pertama kehamilan,
pada saat itu hanya ibu yang menjadi sumber hormon tiroid bagi janin. Gangguan
tiroid pada ibu hamil yang paling sering terjadi adalah kekurangan hormon tiroid.
4.2
otoimun
tidak
diketahui,
tetapi
tampaknya
terdapat
42
spontan
pada
trimester
pertama.
Terdapat
peningkatan
insiden
43
fungsi tiroid, namun pada beberapa penelitian diketahui bahwa bayi yang lahir
dari ibu hipotiroid mempunyai risiko kematian setelah kelahiran yang lebih tinggi.
Bayi dari ibu hipotiroid juga berisiko tinggi mengalami cacat bawaan,
memiliki berat badan rendah dan berkurangnya fungsi intelektual jangka panjang.
4.6
dapat
pula
dengan
T3.
Karakteristik
pemeriksaan
lobektomi tiroid
Riwayat keluarga dengan penyakit tiroid
Wanita dengan goiter
Memiliki antibodi tiroid
Terdapat tanda dan gejala yang mengarah pada kekurangan dan kelebihan
hormon tiroid
Diabetes melitus tipe I
Penyakit autoimun lain
Infertilitas
Riwayat radiasi pada kepala dan leher
Riwayat keguguran atau melahirkan prematur
3. Diet
1) Tidak ada diet khusus yang diperlukan untuk hipotiroidisme.
2) Hipotiroidisme subklinis telah terlihat pada frekuensi meningkat pada
pasien dengan asupan yodium lebih besar. Organisasi Kesehatan Dunia
merekomendasikan asupan iodium harian diet:
a. 150 mcg untuk orang dewasa
b. 200 mcg untuk ibu hamil dan menyusui
c. 50-120 mcg untuk anak-anak.
4.9
47
BAB V
ASUHAN KEPERAWATAN
HIPOTIROID PADA IBU HAMIL
5.1
Pengkajian
1. Identitas umum
Nama, Alamat, Umur, Pendidikan, Pekerjaan, Agama
2. Data Biologis
a. Keluhan Utama
b. Riwayat Obsteteri
c. Riwayat kehamilan sekarang: gerakan janin, keluhan hamil muda,
imunisasi TT, obat yang dikonsumsi.
a) Riwayat haid: menachre, siklus, lama, jumlah, dan keluhannya.
b) Riwayat kehamilan sebelumnya.
d. Riwayat ginekologi: infertilitas, tumor, penyakit, operasi.
e. Riwayat KB: kontrasepsi yang lalu, keluhan, lama pemakaian, alasan
3.
4.
5.
6.
berhenti.
f. Riwayat penyakit lalu.
g. Pola nutrisi: sebelum hamil dan selama hamil.
h. Pola Eliminasi: sebelum hamil dan selama hamil.
i. Pola istirahat: sebelum hamil dan selama hamil.
Data Psiko-Sosial
1. Dukungan suami
2. Dukungan keluarga
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran, berat badan, tinggi badan
Tanda-Tanda Vital
TD, N, RR, S
Review Od System:
a. Sistem pulmoary
: Hipoventilasi, efusipleura, dispnea
b. Sistem kardiovaskuler
: Bradikardi, disritmia, pembesaran
jantung, toleransi terhadap aktifitas menurun, hipotensi.
c. Sistem neurologi
: Fungsi intelektual yang lambat, berbicara
lambat dan terbata-bata, gangguan memori, perhatian kurang, bingung,
hilang pendengaran, penurunan refleks tendom.
d. Sistem gastrointentestinal : Anoreksia, peningkatan berat badan,
obstipasi, distensi abdomen.
e. Sistem metabolik
: Penurunan metabolisme basal, penurunan
suhu tubuh, intoleransi terhadap dingin.
48
f. Sistem intergumen
Diagnosa Keperawatan
1) Pola napas tidak efektif b.d depresi ventilasi
2) Hipotermi b.d tidak tahan dingin
3) Konstipasi b.d fungsi gastrointestinal
4) Intoleransi aktivitas b.d kelelahan, penurunan proses kognitif
5) Kurang pengetahuan tentang pengobatan b.d penerimaan yang adekuat,
defisit sumber informasi.
5.3
Intervensi Keperawatan
No.
1.
Diagnosa
Tujuan dan
Keperawatan
Kriteria Hasil
Intervensi Keperawatan
efektif
Pasien menunjukkan
berhubungan
pola
napas
yang
dengan
depresi efektif
Kriteria hasil :
ventilasi
- RR pasien : 16-20
kali per menit
- Tidak
adanya
dispnea
atau
Hipotermi
b.d Tujuan
tidak
tahan Mengembalikan
dingin
kondisi
ke
suhu
normal
Kriteria hasil :
- Suhu tubuh dalam
batas normal (36.50
37.50 C)
ortopnea
2.
pemajanan
Konstipasi
kedinginan
b.d Tujuan
fungsi
Mengembalikan
gastrointestinal
fungsi
normal
pencernaan
Kriteria Hasil
Tidak
4.
Intoleransi
aktivitas
b.d
kelelahan,
penurunan
proses kognitif
terjadi
konstipasi
mengandung serat
4) Pantau fungsi usus
Tujuan : Kebutuhan
untuk
beraktivitas
klien terpenuhi
Kriteria hasil :
- Klien menunjukkan
peningkatan
melakukan
pasien
berada
dalam
keadaan lelah
3) Beri stimulasi melalui percakapan
aktivitas fisik
- Klien
ketika
bisa
ROM
menimbulkan stress
4) Pantau respon pasien terhadap
yang normal
peningkatan aktifitas
5.
Kurang
Tujuan
pengetahuan
Memberikan
tentang
pengetahuan tentang
pengobatan
penerimaan
yang
adekuat,
defisit
sumber
informasi.
penyakitnya
Kriteria
cara
5.4
cara-
pengobatan
gejala penyakit
Hasil
Mengetahui
Evaluasi
50
1.
2.
3.
4.
5.
BAB VI
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS SEMU
HIPOTIROID PADA IBU HAMIL
6.1
Kasus:
Ny.R umur 30 tahun datang ke Rumah Sakit Universitas Airlangga dengan
keadaan hamil 4 bulan. Pasien mengeluh sesak nafas, cepat lelah, suara serak,
sedikit darah haid dan nyeri dada sejak dua hari yang lalu. Pasien mengatakan
fesesnya keras dan pasien juga mengeluh nyeri pada bagian perut. Suhu
380C/axilla. Pasien tampak menggunakan nafas cuping hidung dan bahu RR:
28x/menit. Pasien susah tidur pada malam hari dan pada siang hari pasien banyak
tidurnya. Pasien tampak edema pada ekstremitas, (N< 60x/mnt, TD< 100/70
mmHg)
6.2
Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama
Alamat
Tanggal lahir
Umur
Agama
Pekerjaan
Status perkawinan
Status pendidikan
2. Keluhan Utama
: Ny. R
: Surabaya
: 30 Desember 1988
: 28 tahun
: Islam
: Ibu Rumah Tangga
: Menikah
: Tamat SMA
51
Cepat lelah, suara serak, sesak nafas, nyeri dada, gangguan tidur,
obstipasi, anoreksia, demam, sakit kepala, oligomenorea.
3. Riwayat Kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Keluhan terdapat benjolan di leher depan dan nyeri saat ditekan.
ANALISA DATA
Tanda dan Gejala
DS:
Pasien mengeluh sesak
Etiologi
Penekanan Produksi
Masalah Keperawatan
Ketidakefektifan Pola Nafas
Hormon Tiroid
tampak
(dispnea)
2. Pasien
menggunakan
Mensekresi
Kelenjar Tiroid
tampak
nafas
Membesar
Menekan Struktur Di
Leher
Gangguan Respirasi
Depresi Ventilasi
Ketidakefektifan Pola
Nafas
Penekanan Produksi
DS:
Pasien
mengeluh
cepat
Hormon Tiroid
Laju BMR Lambat
Nutrisi Tubuh Kurang
DO:
Merangsang
Hipertermi
Hipotalamus
Suhu Tubuh Meningkat
kering,
Hipertermi
Penekanan Produksi
mengeluh
sesak
darah
haid
(oligomenorea)
Hormon Tiroid
Bradikardi
Penurunan Volume
Sekuncup
Penurunan Curah
Jantung
DO:
1. Pasien tampak dispnea
dan letih
2. Pasien tampak edema
pada ekstremitas
3. Bradikardi (N<
60x/mnt)
4. Hipotensi (TD< 100/70
mmHg)
Distensi vena jugularis.
DS:
Pasien
Penekanan Produksi
mengatakan
Hormon Tiroid
Akloridia
bagian perut.
Konstipasi
Penurunan Motilitas
Usus
DO:
1. Fesesnya tampak keras
2. Palpasi: nyeri tekan
Penurunan Fungsi GI
Konstipasi
DS:
Pasien mengatakan tidak
ada
nafsu
makan
Penekanan Produksi
Ketidakseimbangan Nutrisi:
Hormon Tiroid
Tubuh
DO:
1. Kulit teraba dingin dan
terlihat pucat
2. Palpasi: nyeri
tekan
pada abdomen
3. Tampak sariawan pada
rongga mulut pasien
4. BB pasien turun 20%
dari BBI
DS:
Pasien
Penekanan Produksi
mengeluh
sesak
Hormon Tiroid
nyeri otot.
Intoleransi Aktivitas
DO:
1. Pasien
Intoleransi Aktivitas
tampak
letih/
lelah
2. Bradikardia
3. Pasien tampak pucat
4. Palpasi: Nyeri tekan
pada otot betis
5. RR 28x/menit
6.4
Diagnosa Keperawatan
55
Intervensi Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan depresi ventilasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam, diharapkan pola
nafas pasien efektif.
Kriteria Hasil:
a. Tidak sesak nafas (dispneu)
b. Pernafasan normal (RR: 16-20 x/menit)
c. Tidak ada bunyi nafas tambahan misalnya wheezing
Intervensi
1.
2.
Rasional
nadi.
selanjutnya
Pelihara
saluran
nafas
pasien
3.
4.
dan
mengevaluasi
efektifitas intervensi.
2. Penggunaan saluran napas artifisial
dan dukungan ventilasi mungkin
diperlukan
jika
pernapasan.
3. Mencegah
terjadi
aktifitas
meningkatkan
pernapasan
depresi
dan
yang
adekuat.
4. Pasien hipotiroidisme sangat rentan
terhadap
akibat
gangguan
pernapasan
hipnotik-sedatif.
2. Hipertermi berhubungan dengan kekurangan nutrisi dan cairan tubuh
56
Rasional
1) Hipertermi
menunjukan
proses
mendekati normal.
3) Hipertermi dapat
kehilangan
banyak
(dehidrasi).
4) Dapat
membantu
5. Berikan antipiretik.
menyebabkan
cairan
mengurangi
Selain
itu
alkohol
mengeringkan kulit.
5) Digunakan
untuk
dapat
mengurangi
untuk
mengurangi
Intervensi
1. Catat
warna
Rasional
kulit
dan
kualitas nadi.
3. Dampingi
pasien
pada
melakukan aktivitas.
4. Lakukan pengukuran
saat
(penyekat beta).
3. Penghematan
energy
membantu
tekanan
serial
ECG,
pemberian
foto
obat-obatan
lebih lanjut
disritmia.
4. Konstipasi berhubungan dengan penurunan gastrointestinal (peristaltik)
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam, diharapkan
konstipasi pasien dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
a. Feses tidak keras
b. Bising usus normal (16-24 x/menit)
c. Perut tidak kembung
Intervensi
Rasional
dan
enema
keras.
bila 6. Untuk mengencerkan feses.
58
diperlukan.
5. Ketidakseimbangan Nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan laju BMR lambat
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam, diharapkan
nutrisi pasien seimbang.
Kriteria Hasil:
a. Pasien tidak lemah dan lesu
b. Berat badan stabil atau meningkat
c. Porsi makan habis
d. Nafsu makan meningkat
e. Hasil laboratorium indicator status nutrisi dalam rentang normal (Hb,
Albumin, Glukosa)
f. TTV dalam batas normal (RR: 16-20 x/menit, N: 60-100 x/menit, TD:
120/80x/menit, S: 36,5-37,5 0C)
Intervensi
1.
2.
3.
4.
Rasional
Suplemen
vitamin B Compleks.
Rasional
pasien
agar
tidak
atau kurang.
untuk meningkatkan istirahat.
2) Mendorong
3. Bantu aktivitas perawatan mandiri
aktivitas
sambil
59
stimulasi
memberikan
kesempatan
untuk
tanpa
Evaluasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
60
BAB VII
PENUTUP
7.1
Kesimpulan
Hormon tiroid berfungsi untuk mengatur aktivitas metabolik dan seluler,
7.2
Saran
Gangguan tiroid memiliki dampak buruk bagi ibu hamil baik itu hipertiroid
selama kehamilan maupun hipotiroid. Hal yang disarankan bagi ibu hamil
maupun ibu yang belum hamil untuk selalu melakukan screening secara berkala
untuk mengetahui fluktuasi kadar hormon tiroid dalam darah. Selain itu, bagi ibuibu hamil untuk selalu melakukan pemeriksaan laboratorium yang bertujuan untuk
memastikan apakah ibu mengalami gangguan tiroid tertentu atau tidak. Apabila
hasil pemeriksaan menunjukkan positif adanya gangguan tiroid tertentu maka ibu
hamil disarankan untuk menghubungi dokter agar dapat diberikan tindakan
pengobatan yang tepat untuk menangani permasalahan tersebut.
61
DAFTAR PUSTAKA
Abalovich M, Amino N, Barbour LA, Cobin RH, Leslie J, Glinoer D, et al.
Management of Thyroid Dysfunction during Pregnancy and Postpartum. J.
Endocrinol. Metabolism. 2007; 92(8): S1-S47
Bobak, dkk. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC
halaman 724-725
Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis.
Colborn T. Neurodevelopmental and Endocrine Disruption. Environmental Health
Perspective. 2004;112:944-949
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom KD,
eds. Williams Obstetrics. 23rd ed. New York: McGraw-Hill; 2010. p.11261135
Doengoes, Marlyn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta
Efendi.
2014. Hipertiroid.
file:///C:/Users/ok/Downloads/S1-2013-280476-
Schorge John, Schorge. 2008. At a Glance Obstetri dan Ginekologi. Edisi ke-2.
Tandra, Hans. 2008. Mencegah dan Mengatasi PENYAKIT TIROID. Jakarta :
Gramedia
63