Disusun Oleh:
Kelompok 2
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala karena
atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Gangguan Endokrin pada Kasus Hipertiroid”
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada sebagai dosen kami Ibu
Dr. Reni Prima Gusty, S.Kp., M.Kes yang telah membimbing dan mengarahkan
penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada anggota kelompok dan pihak lainnya yang senantiasa berpartisipasi dan
terlibat dalam penulisan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah “Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan dan
Imunologi”
Penulis menyadari adanya kekurangan pada makalah ini, hal tersebut akan
menjadi tanggung jawab penulis. Oleh sebab itu, saran dan kritik senantiasa
diharapkan demi perbaikan makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini
mampu memberikan pengetahuan tentang “Asuhan Keperawatan Gangguan
Endokrin pada Kasus Hipertiroid” dalam pelayanan klinis terutama dalam lingkup
Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Pencernaan, Perkemihan dan Imunologi.
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan..............................................................................................................................2
2.1 Hipertiroid.......................................................................................................................3
2.1.1 Definisi.............................................................................................................3
2.1.2 Etiologi.............................................................................................................4
2.1.3 Manifestasi.......................................................................................................4
2.1.4 Patofisiologi.....................................................................................................4
2.1.5 WOC................................................................................................................6
2.1.6 Komplikasi.......................................................................................................6
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................6
2.1.8 Penatalaksanaan ..............................................................................................7
2.1.9 Asuhan Keperawatan.......................................................................................8
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..................................................................................................................59
4.2 Saran............................................................................................................................59
Daftar Pustaka........................................................................................................................60
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Hormon tiroid, yang terdiri dari hormon tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3)
merupakan salah satu faktor yang penting dalam pengaturan aksis hipotalamushipofisis-
tiroid. Hormon tiroid yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid memiliki mekanisme feedback
negatif terhadap hipofisis dan hipotalamus. Hal ini yang menjelaskan pengaruh hormon
tiroid pada sekresi TSH dari hipofisis dan sekresi thyrotropin-releasing hormone (TRH) dari
1
hipotalamus. Oleh karena itu, pemberian PTU pada hipertiroid, selain akan menurunkan
kadar hormon tiroid, akan menyebabkan peningkatan kadar TRH dan TSH.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
HIPERTIROID
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF
karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat
rnalfungsi hipofisis memberikan gambamn kadar HT dan TSH yang finggi. TRF akan
Tendah karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi
hipotalamus akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
1. Penyebab Utama
a. Penyakit Grave
b. Toxic multinodular goitre
c. ’’Solitary toxic adenoma’’
2. Penyebab Lain
a. Tiroiditis
b. Penyakit troboblastis
c. Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
3
d. Pemakaian yodium yang berlebihan
e. Kanker pituitari
f. Obat-obatan seperti Amiodarone
2.4 Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari
ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke
dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan
dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa
kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor
membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut
4
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena
itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI
meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid,
yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam.
Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan
pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid
membesar. Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk
akibat dari sifat hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh
yang diatas normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang
penderita hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang
mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya
tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami
gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan
salah satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi
merupakan reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-
otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
5
2.5 WOC
2.6 Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik
(thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang
menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid
yang tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan TH dalam jumlah yang sangat besar
yang menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan, apabila
tidak diobati, kematian Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati
Graves, infeksi.
6
1. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan
memastikan diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau
kelenjar tiroid.
2. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
3. Bebas T4 (tiroksin)
4. Bebas T3 (triiodotironin)
5. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran
kelenjar tiroid
6. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
7. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia
2.8 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang
berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid
(yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal), obat antitiroid digunakan dengan indikasi:
l. Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada
pasien muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikusis
m. Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase seblum pengobatan, atau sesudah
pengobatan pada pasien yg mendapt yodium radioaktif
n. Persiapan tiroidektomi
o. Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia
p. Pasien dengan krises tiroid
Pada pasien hamil biasanya diberikan propiltiourasil dengan dosis serendah mungkin yaitu
200 mg/hari atau lebih lagi. Hipertiroidisme kerap kali sembuh spontan pada kehamilan tua
sehingga propiltiourasil dihentikan. Obat-obat tambahan sebaiknya tidak diberikan karena
T4, yang dapat melewati plasenta hanya sedikit sekali dan tidak dal mencegah
hipotiroidisme pada bayi yang baru lahir. Pada masa laktasi juga diberikan propiltiourasil
karena hanya sedik:it sekali yang keluar dari air susu ibu. Dosis ya; dipakai 100-150 mg tiap
8 jam: Setelah pasien eutiroid, secara Minis dan laboratorim dosis diturunkan dan
dipertahankan menjadi 2 x 50 mg/hari. Kadar T4 dipertahank pada batas atas normal dengan
dosis propiltiaurasil.
7
2.9 Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
• Tanyakan riwayat timbulnya gejala yang berkaitan dengan metabolisme yang
meningkat, hal ini mencakup laporan klien dan keluarga mengenai keadaan klien
yang mudah tersinggung (irritabel) dan peningkatan reaksi emosionalnya.
• Kaji dampak perubahan yang dialami pada interaksi klien dengan keluarga, sahabat
dan teman sekerjanya.
• Tanyakan riwayat penyakit yang lalu mencakup faktor pencetus stres dan
kemampuan klie unruk mengatasinya.
• Kaji status nutrisi
• Kaji timbulnya gejala yang b.d haluaran sistem saraf yang berlebihan dan perubahan
pada penglihatan dan penampakkan mata.
• Kaji keadaan jantung klien secara berkala meliputi frekuensi,, tekanan darah, bunyi
jantung, dan denyut nadi perifer.
• Kaji kondisi emosional dan psikologis.
• Pengkajian klien juga ditujukan untuk mendeteksi iritabilitas, ansietas, gangguan
tidur, apati, dan letargi.
b. Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan hipertiroid
adalah sebagai berikut (Carpenito, 2007):
• Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid
tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
• Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan
energi.
• Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan
berat badan).
• Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan perubahan
mekanisme perlindungan dari mata: kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
• Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.
8
• Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.
c. Intervensi
Perencanaan keperawatan merukan suatu proses penyususnan bebrabagia intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan atau mengurangi masalah-
masalah klien. Adapun proses perencanaan keperawatan pada klien dengan hipertiroid
adalah:
i. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid
tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.
Tujuan: Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai
dengankebutuhan tubuh.
Kriteria hasil:
i. Nadi perifer dapat teraba normal
ii. Vital sign dalam batas normal.
iii. Pengisian kapiler normal
iv. Status mental baik
v. Tidak ada disritmia
Intervensi:
1) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan berdiri jika memungkinkan.
2) Perhatikan besarnya tekanan nadi
3) Periksa kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
4) Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara yang tidak normal (seperti
krekels)
5) Observasi tanda dan gejala haus yang hebat,mukosa membran kering, nadi
lemah, penurunan produksi urine dan hipotensi
9
Intervensi:
1) Pantau tanda-tanda vital dan catat nadi baik saat istirahat maupun saat
melakukan aktivitas.
2) Catat berkembangnya takipnea, dipsnea, pucat saat sianosis
3) Berikan/ciptakan lingkungan yang terang
4) Sarankan pasien pasien untuk mengurangi aktivitas dan meningkatkan aktivitas
dan meningkatkan istirahat ditempat tidur sebanyak-banyaknya jika
memungkinkan
5) Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman seperti sentuhan/ massase,
bedak sejuk.
6) Berikan obat sesuai indikasi : sedatif (fenobarbital/luminal),transquilizer misal
klordiazepoxsida (librium).
Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan
berat badan).
Tujuan : Penurunan nutrisi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Menunjukan berat badan yang stabil, disertai nilai laboratorium
normal dan terbebas dari tanda-tanda malutrisi.
Intervensi:
1) Auskultasi bising usus
2) Catat dan laporkan adnya anoreksia kelemahan umum/ nyeri abdomen mual
muntah.
3) Pantau masukan makanan setiap hari. Timbang berat badan setiap hari serta
laporkan adanya penurunan berat badan
4) Konsultasikan dengan ahli gizi untuk memberikan diit tinggi kalori, tinggi
protein, karbohidrat dan vitamin
5) Berikan obat sesuai indikasi : glukosa, vitamin B kompleks.
10
Tujuan : kerusakan integritas jaringa tidak terjadi
Kriteria hasil : mempertahankan kelembaban membran mukosa terbebas dari ulkus
dan mampu mengidentufikasi tindakan untuk memberikan perlindungan pada mata
Intervensi:
2) Observasi edema periorbital, gangguan penutupan kelopak mata, gangguan
penutupan kelopak mata, lapang pandang penglihatan sempit, air mata yang
berlebihan.
3) Catatadanya fotophobia, rasa adanya benda di luar mata dan nyeri pada mata
4) Evalusi ketajaman mata, laporkan adanya pandangan mata kabur atau pandangan
ganda (diplopia).
5) Bagian kepala tempat tidur di tinggikan dan batasi pemasukan garam jika ada
indikasi
6) Instruksikan agar pasien melatih otot mata ekstraokuler jika memungkinkan.
7) Kolabrasi berikan obat sesuai indikasi : obat tetes mata metilselulosa, ACTH,
prednison, obat anti tiroid, diuretik.
8) Siapkan pembedahan sesuai indikasi
11
Tujuan : Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria :
Mengungkapkan pemahaman tentang penyakitnya
Intervensi :
1) Tinjau ulang proses penyakit dan harapan masa depanberdasarkan informasi
2) Berikan informasi yang tepat
3) Identifikasi sumber stress
4) Tekankan pentingnya perencanaan waktu istirahat
5) Berikan informasi tanda dan gejala dari hipotiroid
d. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan)yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam tahap ini
perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada klien,
tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak
pasien serta memahami tingkat perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas
sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan interpersonal,
intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan
berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2008).
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak
(Hidayat , 2004).
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut
juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan
secara terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi sumatif
yang disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan untuk
menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam
12
mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya menggunakan
format “SOAP”. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali umpan balik
rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil
perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam 2008).
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Seorang wanita berusia 40 tahun dirawat di ruang interne dengan diagnosis Hipertiroid.
Pasien mengeluh diare, sering merasa baal, merasa panas, dan sering gemetar. Pasien
menyatakan berat badan menurun drastic tiga bulan terakhir, nafsu makan meningkat. Hasil
pemeriksaan ditemukan TD 140/90 mmHg, frekuensi napas: 20 x/menit, frekuensi nadi: 85
x/menit, IMT 16. Hasil pemeriksaan fisik teraba pembesaran kelenjar tiroid, konjungtiva
anemis, kelopak mata tampak ptosis. Pasien juga mengeluh dadanya sering berdebar-debar.
Pasien dianjurkan untuk pemeriksaan EKG.
Pengkajian
I. Identitas
A. Pasien
Nama : Ny.A
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosa medis: Hipertiroid
B. Penanggung jawab
Nama :-
Umur :-
Hub. Dengan pasien : -
14
Pasien mengatakan berat badannya menurun drastis pada 3 bulan terakhir, walaupun
nafsu makannya meningkat.
C. Riwayat penyakit keluarga
(tidak dijelaskan dalam kasus)
D. Diagnosa medis dan terapi
Pasien mendapat diagnosa Hipertiroid dan belum ada mengikuti atau menjalani suatu
terapi, baik terapi farmakologi atau non-farmakologi.
15
(tidak dijelaskan dalam kasus)
K. Pola nilai kepercayaan
(tidak dijelaskan dalam kasus)
16
V. Pemeriksaan Penunjang
Pasien dianjurkan untuk menjalani Pemeriksaan EKG, karena mengeluh dadanya sering
berdebar-debar.
ANALISA DATA
No
Data Etiologi SDKI NANDA
.
1. DS:
Pasien mengeluh Hipertiroid
diare ↓
Pasien menyatakan Laju metabolisme
berat badanya meningkat
menurut drastis 3 ↓
bukan terakhir, Kebutuhan energi
walaupun nafsu meningkat
Ketidakseimbangan
makan meningkat ↓
Defisit nutrisi nutrisi kurang dari
DO: Intake nutrisi
(D.0019) kebutuhan tubuh
Berat badan meningkat
(D.00002)
menurun minimal ↓
10% dibawah Glikogen menurun
rentang ideal (IMT ↓
16, underweight) Simpanan nutrisi dan
Pasien mengalami energi berkurang
diare yang ↓
disebabkan bising Defisit nutrisi
usus hiperaktif
2. DS: Produksi hormon Hipertermia Hipertermia
Pasien mengeluh tiroid meningkat (D.0130) (D.00007)
merasa panas ↓
17
DO: Laju metabolisme
Kulit pasien terasa tubuh meningkat
panas dan terlihat ↓
memerah Produksi kalor/panas
Suhu tubuh pasien tubuh meningkat
meningkat akibat ↓
laju metabolisme Suhu tubuh
meningkat meningkat
↓
Hipertermia
3. DS: Produksi hormon Diare Diare
Pasien mengeluh tiroid meningkat (D.0020) (D.00013)
diare ↓
DO: Menyebabkan laju
Meningkatnya metabolisme
hormone tiroid meningkat
menyebabkan ↓
frekuensi Kinerja sistem
peristaltik pencernaan
meningkat dan meningkat
bising usus ↓
menjadi hiperaktif, Bising usus
sehingga pasien hiperaktif dan
mengalami diare frekuensi peristaltik
meningkat
↓
Malabsorpsi
karbohidrat, lemak
dan protein
↓
Meningkatkan
18
tekanan osmotik
↓
Diare
4. DS: Produksi hormon
Pasien tiroid meningkat
mengeluh ↓
dadanya sering Aktivitas simpatik
berdebar-debar berlebihan
Resiko
DO: ↓ Penurunan curah
penurunan
Pasien terlihat Beban kerja jantung jantung
curah jantung
memegang meningkat (D.00029)
(D.0011)
dadanya ↓
Aritmia
↓
Resiko penurunan
curah jantung
Diagnosa (NANDA)
19
OUTCOME DAN INTERVENSI HIPERTIROID
20
tinggi kandungan serta untuk
mencegah konstipasi
- Monitor kalori dan asupan
makanan
- Monitor kecenderungan
terjadinya penuruan dan kenaikan
berat badan
21
ditingkatkan ke 4 - Longgarkan/lepaskan pakaian
- Perubahan warna - Berikan metode pendinginan
kulit ditingkatkan eksternal (mis: kompres dingin
ke 4 pada leher, abdomen, kulit
kepala, ketiak, dan selangkangan,
selimut dingin)
- Tempatkan pasien pada air dingin
yang dapat ditoleransi pasien
untuk menghindari menggigil
- Basahi permukaan tubuh dan
kipasi pasien
- Jangan berian aspirin tau
antipiretik lain
- Hentikan aktivitas pendoinginan
jika suhu tubuh mencapai 39C
- Monitor hipoglikemi
- Monitor hasil EKG
- Monitor adanya komplikasi
- Instruksikan pada pasien adaya
faktor resiko dari kondisi sakit
yang berkaitan dengan panas
- Instruksikan pasien mengenai
tindakan mencegah kondisi sakit
yang berhubungan dengan panas
3 Diare b.d malabsorpsi Fungsi Manajemen Diare
d.d bising usus Gastrointestinal - Tentukan riwayat diare
hiperaktif (1015) - Ajari pasien cara penggunaan
- Nafsu makan obat antidiare secara tepat
dipertahankan pada - Evaluasi kandungan nutrisi dari
4 makanan yang sudah dikonsumsi
- Frekuensi BAB sebelumnya
22
ditingkat pada 4 - Berikan makanan dalam porsi
- Konsistensi feses kecil dan lebih sering serta
dotingkatkan ke 4 tingkatkan porsi secara bertahap
- Jumlah feses - Anjurkan pasien menghindari
ditingkatkan ke 4 makanan pedas dan yang
- Bising usus menimbulkan gas dalam perut
ditingkatkan ke 4 - Identifikasi faktor yang bisa
- Diare ditingkatkan menyebabkan diare
ke 4 - Monitor tanda dan gejla diare
- Penurunan berat - Amati turgor kulit secara berkala
badan ditingkatkan - Ukur diare/oufpuf pencernaan
ke 4 - Timbang pasien secara berkala
- Konsultasikan dengan dokter jika
tanda dan gejala diare menetap
- Instruksikan untuk menghindari
laksatif
4 Penurunan curah Keefektifan Pompa Perawatan Jantung
jantung b.d perubahan Jantung (0400) - Pastikan tingkat aktivitas pasien
irama jantung d.d - Tekanan darah yang tidak membahayakan curah
aritmia dan palpitasi sistol ditingkatkan jantung dan memprovokasi
(RAGU) ke 4 serangan jantung
- Distritmia - Evaluasi episode nyeri dada
ditingkatkan ke 4 (intensitas, lokasi, radiasi, durasi
- Suara jantung dan faktor yang memicu dan
abnormal meringankan nyeri dada)
ditingkatkan ke 4 - Monitor tanda-tanda vital secara
- Peningkatan berat rutin
badan ditingkatkan - Monitor distritmia jantung,
ke 4 termasuk gangguan ritme dan
- Wajah kemerahan konduksi jantung
ditingkatkan ke 4 - Catat tanda dan gejala penurunan
23
curah jantung
- Monitor keseimbangan cairan
- Sediakan terapi antiaritmia sesuai
kebijakan unit
- Monitor respon pasien terhadap
obat antiaritmia
- Monitor toleransi aktivitas pasien
Manajemen Distritmia
- Pastikan riwayat penyakit jantung
dan distritmia pasien dan
keluarganya
- Berikan elektrokardiografik
telemetri “nirkabel” atau
elektroda “tertanam” dan
hubungkan ke pemantau jantung
seperti yang ditunjukkan
- Pastikan penempatan lead dengan
tepat dan pastikan kualitas sinyal
- Atur parameter alarm pada
monitor EKG
- Monitor perubahan EKG yang
meningkatkan risiko terjadinya
distritmia
- Catat kegiatan yang berhubungan
dengan timbulnya distritmia
- Catat frekuensi dan durasi
distritmia
- Tentukan pasien mengalami nyeri
dada atau sinkop yang
berhubungan dengan distritmia
24
- Arahkan pasien dan keluarga
mengenai risiko yang terkait
dengan distritmia
Diagnosa 1: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan untuk
mencerna makanan d.d diare, bising usus berlebih, konjungtiva pucat, berat badan 20% di bawah
berat badan ideal, penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat
EVALUASI
S: - Pasien dapat menjelaskan kembali program diet yang dijalankan
P: - Lanjutkan intervensi
Diagnosa 2: Hipertermia b.d peningkatan metabolisme d.d kulit kemerahan dan terasa panas
atau hangat
EVALUASI
S: - Pasien dapat menjelaskan kembali cara pencegahan agar kondisi tidak memburuk
P: - Lanjutkan intervensi
25
● Diagnosa 3: Diare b.d malabsorpsi d.d bising usus hiperaktif
EVALUASI
S: - Pasien mengatakan frekuensi BAB dari yang cukup buruk menjadi membaik
- Pasien mengatakan konsisitensi feses dari yang cukup buruk menjadi membaik
A: - Masalah teratasi
P: - Intervensi dihentikan
Diagnosa 4: Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung d.d aritmia dan palpitasi
EVALUASI
S: - Pasien mengatakan nyeri dada berkurang
P: - Lanjutkan intervensi
DIAGNOSA (SDKI)
26
2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme dibuktikan dengan
suhu tubuh diatas normal, kulit terasa panas dan memerah.
3. Diare berhubungan dengan malabsorpsi dibuktikan dengan feses lembek atau cair,
frekuensi peristaltic meningkat, dan bising usus hiperaktif
4. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama jantung
27
gula, menambah kalori)
- Tawarkan makanan ringan yang
padat gizi
- Pastikan diet mencakup makaan
tinggi kandungan serta untuk
mencegah konstipasi
- Monitor kalori dan asupan
makanan
- Monitor kecenderungan
terjadinya penuruan dan kenaikan
berat badan
28
peningkatan kulit ditingkatkan - Monitor tanda-tanda vital
metabolisme d.d kulit ke 4 - Jauhkan pasien dari sumber
kemerahan dan terasa - Hipotermi panas, pindahkan ke lingkungan
panas atau hangat ditingkatkan ke 4 yang lebih dingin
- Perubahan warna - Longgarkan/lepaskan pakaian
kulit ditingkatkan - Berikan metode pendinginan
ke 4 eksternal (mis: kompres dingin
pada leher, abdomen, kulit
kepala, ketiak, dan selangkangan,
selimut dingin)
- Tempatkan pasien pada air dingin
yang dapat ditoleransi pasien
untuk menghindari menggigil
- Basahi permukaan tubuh dan
kipasi pasien
- Jangan berian aspirin tau
antipiretik lain
- Hentikan aktivitas pendoinginan
jika suhu tubuh mencapai 39C
- Monitor hipoglikemi
- Monitor hasil EKG
- Monitor adanya komplikasi
- Instruksikan pada pasien adaya
faktor resiko dari kondisi sakit
yang berkaitan dengan panas
- Instruksikan pasien mengenai
tindakan mencegah kondisi sakit
yang berhubungan dengan panas
3 Diare b.d malabsorpsi Fungsi Manajemen Diare
d.d bising usus Gastrointestinal - Tentukan riwayat diare
hiperaktif (1015) - Ajari pasien cara penggunaan
29
- Nafsu makan obat antidiare secara tepat
dipertahankan pada - Evaluasi kandungan nutrisi dari
4 makanan yang sudah dikonsumsi
- Frekuensi BAB sebelumnya
ditingkat pada 4 - Berikan makanan dalam porsi
- Konsistensi feses kecil dan lebih sering serta
dotingkatkan ke 4 tingkatkan porsi secara bertahap
- Jumlah feses - Anjurkan pasien menghindari
ditingkatkan ke 4 makanan pedas dan yang
- Bising usus menimbulkan gas dalam perut
ditingkatkan ke 4 - Identifikasi faktor yang bisa
- Diare ditingkatkan menyebabkan diare
ke 4 - Monitor tanda dan gejla diare
- Penurunan berat - Amati turgor kulit secara berkala
badan ditingkatkan - Ukur diare/oufpuf pencernaan
ke 4 - Timbang pasien secara berkala
- Konsultasikan dengan dokter jika
tanda dan gejala diare menetap
- Instruksikan untuk menghindari
laksatif
4 Penurunan curah Keefektifan Pompa Perawatan Jantung
jantung b.d perubahan Jantung (0400) - Pastikan tingkat aktivitas pasien
irama jantung d.d - Tekanan darah yang tidak membahayakan curah
aritmia dan palpitasi sistol ditingkatkan jantung dan memprovokasi
(RAGU) ke 4 serangan jantung
- Distritmia - Evaluasi episode nyeri dada
ditingkatkan ke 4 (intensitas, lokasi, radiasi, durasi
- Suara jantung dan faktor yang memicu dan
abnormal meringankan nyeri dada)
ditingkatkan ke 4 - Monitor tanda-tanda vital secara
- Peningkatan berat rutin
30
badan ditingkatkan - Monitor distritmia jantung,
ke 4 termasuk gangguan ritme dan
- Wajah kemerahan konduksi jantung
ditingkatkan ke 4 - Catat tanda dan gejala penurunan
curah jantung
- Monitor keseimbangan cairan
- Sediakan terapi antiaritmia sesuai
kebijakan unit
- Monitor respon pasien terhadap
obat antiaritmia
- Monitor toleransi aktivitas pasien
Manajemen Distritmia
- Pastikan riwayat penyakit jantung
dan distritmia pasien dan
keluarganya
- Berikan elektrokardiografik
telemetri “nirkabel” atau
elektroda “tertanam” dan
hubungkan ke pemantau jantung
seperti yang ditunjukkan
- Pastikan penempatan lead dengan
tepat dan pastikan kualitas sinyal
- Atur parameter alarm pada
monitor EKG
- Monitor perubahan EKG yang
meningkatkan risiko terjadinya
distritmia
- Catat kegiatan yang berhubungan
dengan timbulnya distritmia
- Catat frekuensi dan durasi
31
distritmia
- Tentukan pasien mengalami nyeri
dada atau sinkop yang
berhubungan dengan distritmia
- Arahkan pasien dan keluarga
mengenai risiko yang terkait
dengan distritmia
LUARAN (SLKI)
INTERVENSI (SIKI)
Observasi
● Identifikasi status nutrisi
● Monitor asupan makanan
● Monitor berat badan
Terapeutik
● Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
● Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Edukasi
● Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
32
● Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan
b. Promosi Berat Badan I.03136
Observasi
● Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
● Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi sehari-hari
● Monitor berat badan
Terapeutik
● Berikan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien
Edukasi
● Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
● Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan
EVALUASI
P: - Lanjutkan intervensi
Diagnosa 2: Hipertermia b.d peningkatan laju metabolisme d.d suhu tubuh diatas normal, kulit
terasa panas dan memerah.
LUARAN (SLKI)
a. Termoregulasi L.14134
INTERVENSI (SIKI)
33
Observasi
● Monitor suhu tubuh
● Monitor kadar elektrolit
● Monitor komplikasi hipertermia
Terapeutik
● Sediakan lingkungan yang dingin
● Berikan cairan oral
● Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Edukasi
● Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
● Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
b. Regulasi Temperatur I.14578
Observasi
● Monitor tekanan darah, frekuensi pernafasan dan nadi
● Monitor warna dan suhu kulit
● Monitor dan catat tanda dan gejala hipertermia
Terapeutik
● Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
● Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
● Sesuaikan suhu lungkungan dengan kebutuhan pasien
Edukasi
● Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat stroke
Kolaborasi
● Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
EVALUASI
S: - Pasien dapat menjelaskan kembali cara pencegahan agar kondisi tidak memburuk
P: - Lanjutkan intervensi
34
Diagnosa 3: Diare berhubungan dengan malabsorpsi dibuktikan dengan feses lembek atau cair,
frekuensi peristaltic meningkat, dan bising usus hiperaktif.
INTERVENSI (SIKI)
Observasi
● Monitor warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja
● Monitor tanda dan gejala hipovolemia
● Monitor jumlah pengeluaran urin
Terapeutik
● Berikan cairan intravena (mis. Ringer asetat atau ringer laktat)
Edukasi
● Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
Kolaborasi
● Kolaborasi pemberian antimotilitas
● Kolaborasi pemberian obat pengeras feses
b. Pemantauan Cairan I.03121
Observasi
● Monitor tekanan darah
● Monitor berat badan
● Monitor intake dan output cairan
● Identifikasi tanda-tanda hipovolemia/hipervolemia
Terapeutik
● Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
● Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
● Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
● Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
EVALUASI
S: - Pasien mengatakan frekuensi BAB dari yang cukup buruk menjadi membaik
35
- Pasien mengatakan konsisitensi feses dari yang cukup buruk menjadi membaik
A: - Masalah teratasi
P: - Intervensi dihentikan
INTERVENSI (SIKI)
a. Perawatan Jantung
Observasi
● Monitor tekanan darah
● Monitor keluhan nyeri dada
● Monitor aritmia
● Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian obat
Terapeutik
● Posisikan semi fowler atau fowler dengan kaki ke bawah atau posisi nyaman
Edukasi
● Ajarkan pasien dan keluarga mengukur berat badan harian
Kolaborasi
● Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu
EVALUASI
36
- Pasien dan keluarga dapat memahami informasi yang diberikan
P: - Lanjutkan intervensi
Tugas I:
1. Jelaskan etilogi yang berkaitan dengan penyakit yang dialami pasien pada kasus di atas!
Jawaban:
Penyebab hipertiroid utama di daerah cukup iodium adalah penyakit Grave’s yang
disebabkan berbagai faktor, antara lain Gangguan sistem imun dan terjadinya
autoontibodi yang merangsang sel-sel polikel tiroid untuk mengikat reseptor TSH
sehingga kadar TSH rendah ( Hall,2016). Berdasarkan studi Marino et al (2015),
memberikan bukti bahwa penyakit Grave’s di pengaruhi oleh faktor genetik, antara
lain gen pengatur imun yaitu HVA region, CD 40, CTLA 4, PTPN 22, dan FCRL 3
autoontigen tiroid seperti gen tiroglubulin dan rseptor TSH, serta resiko penyakit
graves 17-35% pada monozigot kembar. Prevensi penyakit Graves pada wanita yang
tinggi disebabkan oleh hormon seks dan faktor kromosom, seperti inaktivasi
kromosom x yang miring, diduga sebagai pemicu ( Brix et al, 2012). Faktor lain
seperti infeksi bakteri yersinia enterocolitica dimana mekanisme molekulnya meniru
reseptor TSH, defesiensi Vitamin D dan selenium, keruskan kelenjar tiroid, dan
imunomodulasi ( Marino et al, 2015).
2. Jelaskan proses perjalanan penyakit (patofisiologi) yang dialami pasien pada kasus di
atas!
Jawaban:
37
Tirotoksikosis ialah manifestasi klinis kelebihan hormon tiroid yang beredar dalam
sirkulasi. Hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid
yang hiperaktif. Apapun sebabnya manifestasi klinisnya sama, karena efek ini
disebabkan ikatan T3 dengan reseptor T3-inti yang makin penuh. Rangsang oleh TSH
atau TSH-like substance (TSI, TSAb), autonomi intrinsik kelenjar menyebabkan tiroid
meningkat, terlihat dari radioactive neck-uptake naik. Sebaliknya pada destruksi
kelenjar misalnya karena radang, inflamasi, radiasi, akan terjadi kerusakan sel hingga
hormon yang tersimpan dalam folikel keluar masuk dalam darah. Dapat pula karena
pasien mengkonsumsi hormon tiroid berlebihan. Dalam hal ini justru radioactive neck-
uptake turun. Membedakan ini perlu, sebab umumnya peristiwa kedua ini, toksikosis
tanpa hipertiroidisme, biasanya self-limiting disease.
38
3. Jelaskan manifestasi klinis dari penyakit yang dialami pasien pada kasus di atas!
Jawaban:
Pasien merasa boal, merasa panas dan badan pasien sering gemetar
Berat badan pasien menurun 3 bulan terakhir dan nafsu badan meningkat
Gastraintestinal : penurunan berat badan drastis dan pening katon nafsu makan
4. Jelaskan akibat lanjut dari penyakit yang di derita pasien pada kasus di atas?
Jawaban:
Komplikasi yang membuat nyowo pasien terancam adalah terjadinya krisis. birotoksik
atau thyroid strom, oftalmopati graves, Infeksi, dermopati graves, dan kematian akibat
penyakit jantung. Komplikosi lain yang sering kali terjadi dan dalam tahap waspada
adalah tremor, Iritas, hipertermia, dan toki kordia. Hal yang dapat menyebabkan
komplikasi waspada adalah efek dari pelepasan TH ke dalam jumlah yang sangat banyak
dan biasanya terjadi di saat pasien menjalani terapi, pasien sedang menjalani masa
pembedahan, atau mungkin dikarenakan hipertiroid- isme tidak terdiagnosis sedini
mungkin. Menurut Aini don Ledy (2016) komplikasi. dori hipertiroidisme hanya ada
lima yaitu:
Jawaban:
39
Kelebihan hormon tiroid akan mempengaruhi hemodinamik yang berakibat pada. gagal
jantung dengan curah jantung yang tinggi, serta pada tahap lanjut menyebabkan
kardiomiopati dilatasi atau pembesaran ruang jantung. Pada kondisi hipertiroid. terjadi
peningkatan laju jantung saat istirahat, peningkatan volume dorah, curah jantung.
kontraksi otot jantung dan praksi ejeksi, serta meningkatkan relaksasi pengisian
jantung. Peningkatan Kadar hormon tiroid akan menyebabkan tokikordia atau laju
jantung > 100 kali per menit saat istirahat, dengan gejala yang timbul berupa palpitasi
atau berdebar-debar. Selain itu hipertiroid berkaitan dengan terjadinya gangguan kroma
jantung berupa fibrasi drium. Oleh karena gejala hipertiroid sering kali tidak spesifik
dan timbul perlahan, gangguan irama. jantung berupa fioribsi atrium dapat merupakan
gejala awal yang di temukan pertama kali pada saat seseorang dengan hipertiroid.
Gejala awal ini dapat. di detersi melalui pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan
EKG untuk mengetahui apakah irama jantung pasien bermasalah atau tidak.
Tugas II:
Jawaban:
Pasien mengeluh dirinya sering merasa baal (kondisi saat tidak dapat
merasakan apa pun), dan sering gemetar. Pasien juga mengeluh dadanya sering
berdebar- debar.
40
5) Pola kognitif persepsi (tidak dijelaskan dalam kasus)
10) Pola toleransi stres dan koping (tidak dijelaskan dalam kasus)
Jawaban:
Ada tiga pemeriksaan diagnostik yang akan dijalani pasien, yakni (Norman, 2011):
3. Pemeriksaan yodium tiroid scan, yang akan menunjukkan apa penyebab dari
hipertiroidisme. Umumnya tes ini untuk melihat penyebabnya dari nodul
tunggal atau seluruh kelenjar. Buatlah diagnosa keperawatan sesuai dengan
analisa data pada kasus tersebut. Lengkapi dengan pathway singkat.
Jawaban:
41
No. Data Etiologi Masalah
1. DS: Hipertiroid
diare yang ↓
disebabkan bising Defisit nutrisi
usus hiperaktif
Pasien meningkat
mengeluh ↓
merasa panas
Laju metabolisme tubuh
DO:
42
Suhu tubuh pasien atau (D.0130)
meningkat akibat panas tubuh meningkat
laju metabolisme
↓
meningkat
Suhu tubuh meningkat
Hipertermia
diare ↓
hormone tiroid ↓
menyebabkan Kinerja sistem
frekuensi pencernaan meningkat
peristaltic
↓
Diare
meningkat dan
Bising usus hiperaktif (D.0020)
bising usus
dan frekuensi peristaltik
menjadi
meningkat
hiperaktif,
↓
↓
Meningkatkan tekanan
osmotik
↓
Diare
43
4. DS: Produksi hormon tiroid
dadanya sering ↓
berdebar-debar Aktivitas simpatik
DO: berlebihan
Resiko penurunan
Pasien terlihat ↓ curah jantung
memegang Beban kerja jantung (D.0011)
dadanya meningkat
↓
Aritmia
Resiko penurunan
curah jantung
Diagnosa Keperawatan:
2) Hipertermia b.d peningkatan laju metabolisme d.d suhu tubuh di atas normal,
kulit terasa panas dan memerah.
3) Diare b.d malabsorpsi d.d feses lembek atau cair, frekuensi peristaltic meningkat,
dan bising usus hiperaktif.
4. Buatlah kriteria hasil dan intervensi keperawatan sesuai dengan asuhan keperawatan
pada kasus tersebut
Jawaban:
44
No. Diagnose Kriteria hasil Intervensi
Diare menurun
Terapeutik
dari 2 ke 4
● Fasilitasi menentukan
Bising
pedoman diet (mis.
usus membaik
Piramida makanan)
dari 2 ke 4
● Berikan makanan
b. Berat Badan
tinggi kalori dan tinggi
L.03018
protein
Berat
badan membaik
Edukasi
dari 2 ke 4
Kolaborasi
45
b. Promosi Berat Badan
I.03136
Observasi
● Identifikasi
kemungkinan
penyebab BB
kurang
● Monitor jumlah
kalori yang
dikonsumsi sehari-
hari
Terapeutik
Berikan makanan
yang tepat sesuai
kondisi pasien
Edukasi
Kolaborasi
46
2. Hipertermia b.d a. Termoregulasi a. Termoregulasi L.14134
peningkatan laju L.14134 Tekanan darah
metabolisme d.d suhu Tekanan darah sistolik membaik dari 2 ke 4
tubuh di atas normal, kulit sistolik membaik Berat badan
terasa panas dan memerah dari 2 ke 4 membaik dari 2 ke 4 a.
Berat badan membaik Manajemen
dari 2 ke 4 Hipertemia I.15506
Observasi
● Monitor suhu
tubuh
● Monitor kadar
elektrolit
● Monitor
komplikasi hipertermia
Terapeutik
● Sediakan lingkungan
yang dingin
● Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
Edukasi
● Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
● Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit intravena,
47
jika
perlu
b. Regulasi
Temperatur I.14578
Observasi
Terapeutik
● Sesuaikan suhu
lungkungan dengan
kebutuhan pasien
Edukasi
● Jelaskan cara
pencegahan heat exhaustion
dan heat stroke
Kolaborasi
● Kolaborasi pemberian
antipiretik, jika perlu
48
feses lembek atau cair, L.04033 I.03101
frekuensi peristaltic Kontrol Observasi
meningkat, dan bising pengeluaran ● Monitor warna,
usus hiperaktif. feses meningkat volume, frekuensi dan
dari 2 ke 4 konsistensi tinja
Konsistensi feses
● Monitor tanda dan
membaik dari 2 gejala hipovolemia
ke 4 ● Monitor jumlah
Peristaltik usus pengeluaran urin
membaik dari 2 ke 4 Terapeutik
● Berikan cairan
intravena (mis. Ringer asetat
atau ringer laktat)
Edukasi
● Anjurkan makanan
porsi kecil dan sering secara
bertahap
Kolaborasi
● Kolaborasi
pemberian antimotilitas
● Kolaborasi
pemberian obat pengeras
feses
b. Pemantauan Cairan
I.03121
Observasi
● Monitor
49
tekanan darah
● Monitor berat
badan
● Identifikasi tanda-
tanda hipovolemia/hi
pervolemia
Terapeutik
● Dokumentasik an
hasil
pemantauan
Edukasi
● Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
● Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
50
dari 2 ke 4 ● Monitor aritmia
● Posisikan semi
Edukasi
Kolaborasi
● Kolaborasi
pemberian antiaritmia, jika
perlu
Jawaban:
Edukasi kesehatan pada pasien hipertiroid ditekankan agar pasien mengikuti protokol
tatalaksana secara disiplin. Berikan edukasi kepada pasien mengenai :
a. Pasien dengan hipertiroid harus mengonsumsi obat dalam jangka waktu lama,
sehingga pasien harus diedukasi untuk tetap rutin konsumsi obat antitiroid
selama 12-24 bulan
b. Beri tahu pasien makanan tinggi iodin dapat mengakibatkan kadar tiroksin
semakin tinggi, sehingga pasien sebaiknya disarankan untuk mengurangi dier
51
tinggi iodin seperti rumput laut atau alga.
d. Jika pasien mengkonsumsi walfarin untuk meredakan arteri fibrasi maka surug
pasien untuk melaporkan adanya tanda-tanda pendarahan.
Beritahu pasien untuk menghindari makanan yang mengandung cafein tinggi untuk
mengurangi kelelahan dan masalah tidur.
3. Selama 3 bulan terakhir ini, pasien mengatakan berat badannya menurun drastis,
walaupun nafsu makannya meningkat. Indeks massa tubuh (IMT) pasien adalah 16,
termasuk dalam kategori rendah (underweight).
7. Pasien mengeluh dirinya sering merasa baal (kondisi saat tidak dapat merasakan apa
pun), dan sering gemetar. Pasien juga mengeluh dadanya sering berdebar- debar.
13. Pola toleransi stres dan koping (tidak dijelaskan dalam kasus)
53
(D.0130)
Pasien meningkat
mengeluh ↓
merasa panas
Laju metabolisme tubuh
DO:
Hipertermia
diare ↓
hormone tiroid ↓
menyebabkan Kinerja sistem
frekuensi pencernaan meningkat
peristaltic
↓
meningkat dan
Bising usus hiperaktif
bising usus
dan frekuensi peristaltik
menjadi
meningkat
hiperaktif,
54
↓
↓
Meningkatkan tekanan
osmotik
↓
Diare
DO: berlebihan
Pasien terlihat ↓
memegang Beban kerja jantung
dadanya meningkat
↓
Aritmia
Resiko penurunan
curah jantung
55
3.4 WOC
Pembesaran Hipersekresi
hormone Kerusakan
kelenjar
tiroid kelenjar tiroid
tiroid
HIPERTIROID
MK: Defisit
Nutrisi
56
Diagnosa Keperawatan:
2) Hipertermia b.d peningkatan laju metabolisme d.d suhu tubuh di atas normal,
kulit terasa panas dan memerah.
3) Diare b.d malabsorpsi d.d feses lembek atau cair, frekuensi peristaltic meningkat,
dan bising usus hiperaktif.
57
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipertiroidisme adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara berlebihan
sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah.
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena
umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya
4.2 Saran
Mengingat tingginya angka Diabetes Mellitus dan Hipertiroid di Indonesia, maka dari
itu diharapkan kepada mahasiswa keperawatan maupun perawat dapat memahami kasus
Diabetes Mellitus dan Hipertiroid dan mengaplokasikan pencegahannya agar dapat
mengurangi kasus DM dan Hipertiroid di Indonesia serta meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara keseluruhan.
58
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Hardi .2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA
NIC – NOC. Edisi 1 Revisi. Yogyakarta : Mediaction.
Black & Hawks. (2005). Medical Surgical Nursing: Clinical Management for Positive Outcomes,
7th Edition. Philadelphia: Elsevier Saunders
Doenges, Marilyn B, dkk. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Price, S.A & Wilson. L.M. .2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6
vol 2. Jakarta: EGC
59