Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH DIAGNOSTIK KLINIK

PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI SPUTUM

Dosen Pengampu :
apt. Putu Rika Veryanti., S.Farm, M.Farm-Klin

Disusun Oleh :
Kelompok 5
Mega Arum Sekar Melati 19330068
Nadia Sari Setianingrum 19330070
Karina Kusuma 19330071
Tiwi Qori Asrima 19330073
Indira Fasabila 19330075
Sabrina Hafidz 19330076

PROGRAM STUDI FARMASI


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, berkah, dan ridho
nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pemeriksaan Mikrobiologi
Sputum”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Diagnostik Klinik (B) dan
diharapkan dapat memberikan informasi tambahan kepada para pembaca. Dan juga kami
berterima kasih pada Ibu apt. Putu Rika Veryanti., S.Farm, M.Farm - Klin selaku Dosen mata
kuliah Diagnostik Klinik (B) di Institut Sains dan Teknologi Nasional yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.

Penulis berharap semoga informasi yang ada dalam makalah ini dapat berguna bagi
penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna, mohon maaf jika banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penulisannya serta penulis setulus hati menerima masukan baik kritik maupun saran yang
membantu guna penyempurnaan makalah ini.

Jakarta, 2 Desember 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................... 5

1.3 Tujuan ..................................................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................. 6

2.1 Pengertian Sputum .................................................................................................. 6

2.2 Proses Terbentuknya Sputum ................................................................................. 6

2.3 Klasifikasi Sputum ................................................................................................. 7

2.4 Jenis Pemeriksaan Sputum ..................................................................................... 8

2.5 Cara Pemeriksaan Sputum ...................................................................................... 8

2.6 Hal-Hal Yang Diperhatikan Saat Pemeriksaan Sputum ....................................... 11

2.7 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Sputum ........................................................ 13

2.8 Interpretasi Pemeriksaan Sputum Pada Penyakit TBC......................................... 13

2.9 Penyakit Yang Disebabkan Oleh Sputum ............................................................ 14

2.10 Manfaat Sputum ................................................................................................... 16

2.11 Obat-Obat Untuk Sputum ..................................................................................... 16

BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 18

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 18

3.2 Saran ..................................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 19

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut paradigma sehat, diharapkan orang tetap sehat dan lebih sehat, sedangkan
yang berpenyakit lekas dapat di sembuhkan agar sehat. Untuk segera dapat disembuhkan,
perlu di tentukan penyakitnya dan pengobatan yang tepat, serta prognosis atau ramalan
yaitu ringan, berat, atau fatal.
Dalam menentukan diagnosis suatu penyakit, diperlukan beberapa uji laboratorim
yaitu pemeriksaan spesimen yang diambil dari pasien. Pemeriksaan laboratorium adalah
suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel
dari penderita. Sampel yang diambil dapat berupa darah, urin, feses, dahak, sekret vagina,
dan sebagainya untuk menentukan diagnosa disertai dengan uji lainnya sebagai
penunjang. Sekumpulan pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan tujuan tertentu
misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan risiko, memantau perkembangan
penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lain-lain. Mengetahui ada tidaknya
kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan potensial membahayakan.
Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi,
mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik. Metode pemeriksaan pemeriksaan terus
berkembang dari kualitatif, semi kuantitatif, dan dilaksanakan dengan cara manual,
semiotomatik, otomatik, sampai robotik. Hal ini berarti peralatan pun berkembang dari
yang sederhana sampai yang canggih dan mahal hingga biaya tes pun dapat meningkat.
Ada beberapa penyakit saluran penapasan yang mulai banyak menyerang masyarakat
indonesia. Seperti tuberkulosis pulmonal, bakteri pneumonia, bronkitis kronis, dan
sebagainya. Oleh karena hal tersebut, perlu dilakukan tes terhadap spesimen guna
menentukan penyakit-penyakit tersebut yaitu dengan menggunakan dahak atau sputum.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian sputum ?

2. Apa saja jenis pemeriksaan sputum ?

3. Bagaimana cara pemeriksaan sputum ?

4. Apa saja hal hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan sputum ?

5. Bagaimana interpretasi pemeriksaan sputum ?

1.3 Tujuan Makalah

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sputum

2. Mengetahui jenis-jenis pemeriksaan sputum

3. Mengetahui cara pemeriksaan sputum

4. Mengetahui hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan sputum

5. Memahami interpretasi pemeriksaan sputum

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Sputum


Sputum adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari paru-paru, bronkus dan
trakea yang mungkin dibatukkan dan dimuntahkan atau ditelan. Kata “sputum” yang
dipinjam langsung dari bahasa Latin “meludah,” disebut juga dahak (Kamus Kesehatan,
2011).
Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut
biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian (Dorland,1992). Sputum yang dikeluarkan
oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume dan konsistennya
karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik
pada pembentukan sputum itu sendiri. Pemeriksaan sputum diperlukan jika diduga
terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa saluran pernafasan berespons terhadap
inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit. Sputum berbeda dengan sputum yang bercampur
dengan air liur. Cairan sputum lebih kental dan tidak terdapat gelembung busa diatasnya,
sedangkan cairan sputum yang bercampur air liur encer dan terdapat gelembung busa di
atasnya. Sputum diambil dari saluran nafas bagian bawah sedangkan sputum yang
bercampur air liur diambil dari tenggorokan.

2.2 Proses Terbentuknya Sputum


Sputum diproduksi oleh Trakheobronkhial tree yang secara normal memproduksi
sekitar 3 ons mucus setiap hari sebagai bagian dari mekanisme pembersihan normal
(Normal Cleaning Mechanism) tetapi produksi sputum akibat batuk adalah tidak normal
(Rohani, 2007). Sputum ialah materi yang di ekspetorasi dari saluran nafas bawah oleh
batuk, yang tercampur bersama ludah (Hudoyo, 2009).
Orang dewasa normal bisa memproduksi mukus sejumlah 100 ml dalam saluran napas
setiap hari. Mukus ini digiring ke faring dengan mekanisme pembersihan silia dari epitel
yang melapisi saluran pernapasan. Keadaan abnormal produksi mukus yang berlebihan
(karena gangguan fisik, kimiawi atau infeksi yang terjadi pada membran mukosa),
menyebabkan proses pembersihan tidak berjalan secara normal sehingga mukus ini banyak
tertimbun. Bila hal ini terjadi membran mukosa akan terangsang dan mukus akan

6
dikeluarkan dengan tekanan intra thorakal dan intra abdominal yang tinggi, dibatukkan
udara keluar dengan akselerasi yg cepat beserta membawa sekret mukus yang tertimbun
tadi. Mukus tersebut akan keluar sebagai sputum.
Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber,
warna, volume dan konsistensinya, kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara
spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri (Price Wilson,
2011).

2.3 Klasifikasi Sputum

Sputum yang dikeluarkan oleh seorang pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber,
warna, volume, dan konsistensinya, karena kondisi sputum biasanya memperlihatkan
secara spesifik proses kejadian patologik pada pembentukan sputum itu sendiri.

Kasifikasi bentukan sputum dan kemungkinan penyebabnya menurut price wilson :

1. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan, kemungkinan berasal


dari sinus, atau saluran hidung, bukan berasal dari saluran napas bagian bawah.
2. sputum banyak sekali & purulen → proses supuratif (eg. Abses paru)
3. Sputum yg terbentuk perlahan & terus meningkat → tanda bronkhitis/ bronkiektasis.
4. Sputum kekuning-kuningan → proses infeksi.
5. Sputum hijau → proses penimbunan nanah. Warna hijau ini dikarenakan adanya
verdoperoksidase yg dihasikan oleh PMN dlm sputum. Sputum hijau ini sering
ditemukan pada penderita bronkiektasis karena penimbunan sputum dalam bronkus
yang melebar dan terinfeksi.
6. Sputum merah muda & berbusa → tanda edema paru akut.
7. Sputum berlendir, lekat, abu-abu/putih → tanda bronkitis kronik.
8. Sputum berbau busuk → tanda abses paru/ bronkhiektasis.

7
2.4 Jenis Pemeriksaan Sputum
1. Pewarna gram :
Pemeriksaaan dengan pewarnaan gram dapat memberikan informasi tentang jenis
mikroorganisme untuk menegakkan diagnosis presumatif.
2. Kultur Sputum :
Pemeriksaan kultur sputum dilakukan untuk mengidentifikasi organisme spesifik guna
menegakkan diagnosis definitif.
3. Sensitifitas :
Pemeriksaan sensitivitas berfungsi sebagai pedoman terapi antibiotik dengan
mengidentifikasi antibiotik yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat
dalam sputum.
4. Basil tahan asam (BTA) :
Pemeriksaan BTA dilakukan untuk menentukan adanya Mycobacterium tuberculosa,
yang setelah dilakukan pewarnaan bakteri ini tidak mengalami perubahan warna oleh
alkohol asam
5. Sitologi :
Pemeriksaan sitologi ditujukan untuk mengidentifikasi adanya keganasan (karsinoma)
pada paru - paru. Sputum mengandung runtuhan sel dari percabangan trakheobronkhial;
sehingga mungkin saja terdapat sel - sel malignan. Sel - sel malignan menunjukkan
adanya karsinoma, tidak terdapatnya sel ini bukan berarti tidak adanya tumor atau tumor
yang terdapat tidak meruntuhkan sel.
6. Tes Kuantitatif :
Pengumpulan sputum selama 24 sampai 72 jam. Pemeriksaan kualitatif harus sering
dilakukan untuk menentukan apakah sekresi merupakan saliva, lendir, pus, atau bukan.
Jika bahan yang diekspektorat berwarna kuning-hijau biasanya menandakan infeksi
parenkim paru (pneumonia). Untuk pemeriksaan kualitatif, klien diberikan wadah
khusus untuk mengeluarkan sekret. Wadah ini ditimbang pada akhir 24 jam. Jumlah
serta karakter isinya dicatat dan diuraikan.

2.5 Cara Pemeriksaan Sputum


1. Perlengkapan :
a. Wadah spesimen steril dengan penutup,
b. Sarung tangan disposable (bila membantu klien),
c. Disinfektan dan alat pengusap, atau sabun cair dan air,

8
d. Handuk kertas,
e. Label yang berisi lengkap,
f. Slip permintaan laboratorium yang terisi lengkap,
g. Obat kumur.

2. Persiapan tentukan metode pengumpulan dan kumpulkan peralatan yang sesuai

3. Pelaksanaan :
Jelaskan kepada klien apa yang akan Anda lakukan, mengapa hal tersebut perlu
dilakukan dan bagaimana klien dapat bekerja sama. Diskusikan bagaimana hasilnya
akan digunakan untuk perawatan atau terapi selanjutnya. Berikan informasi dan
instruksi berikut pada klien :
a. Tujuan pemeriksaan, perbedaan antara sputum dan saliva, dan cara mendapatkan
spesimen sputum,
b. Jangan menyentuh bagaian dalam wadah spesimen,
c. Untuk mengeluarkan sputum langsung ke dalam wadah sputum,
d. Untuk menjaga bagian luar wadah tidak terkena sputum, bila memungkinkan,
e. Cara memeluk bantal secara kuat pada insisi abdomen bila klien merasa nyeri saat
batuk,
f. Jumlah sputum yang diperlukan (biasanya 1-2 sendok the (5-10 ml) sputum cukup
analisis),
g. Cuci tangan dan observasi prosedur pengendalian infeksi lain yang sesuai.

4. Berikan privasi klien

5. Berikan bantuan yang diperlukan untuk mengumpulkan spesimen :


a. Bantu klien mengambil posisi berdiri atau duduk (misal : posisi Fowler-tinggi atau-
semi atau pada tepi tempat tidur atau kursi). Posisi ini memungkinkan ventilasi dan
ekspansi paru yang maksimum.
b. Minta klien untuk memegang bagian luar wadah sputum, atau, untuk klien yang tidak
dapat melakukannya, pasang sarung tangan dan pegang bagian luar wadah tersebut
untuk klien.

9
c. Minta klien untuk bernapas dalam dan kemudian membatukan sekresi. Inhalasi yang
dalam memberikan udara yang cukup untuk mendorong sekresi keluar dari jalan
udara ke dalam faring
d. Pegang wadah sputum sehingga klien dapat mengeluarkan sputum ke dalamnya,
pastikan sputum tidak kontak dengan bagian luar wadah. Memasukan sputum ke
dalam wadah akan mencegah penyebaran mikroorganisme ke tempat lain
e. Bantu klien untuk mengulang batuk sampai terkumpul jumlah sputum yang cukup
f. Tutup wadah segera setelah sputum berada di dalam wadah. Menutup wadah akan
mencegah penyebaran mikroorganisme secara tidak sengaja ke tempat lain
g. Bila sputum mengenai bagian luar wadah, bersihkan bagian luar dengan disinfektan.
Beberapa institusi menganjurkan untuk membersihkan seluruh bagian luar wadah
dengan sabun cair dan air dan kemudian mengeringkannya dengan handuk kertas
h. Lepas dan buang sarung tangan.

6. Pastikan klien merasa nyaman :


a. Bantu klien untuk membersihkan mulutnya dengan obat kumur, bila dibutuhkan.
b. Bantu klien mengambil posisi nyaman yang memungkinkan ekspansi paru secara
maksimal, bila diperlukan.

7. Beri label dan bawa spesimen ke laboratorium :


a. Pastikan informasi yang benar tertulis pada label dan slip permintaan laboratorium.
Tempelkan label dan lampirkan permintaan laboratorium pada wadah spesimen.
Identifikasi dan/atau informasi yang tidak akurat pada wadah spesimen dapat
membuat kesalahan diagnosis atau terapi.
b. Atur agar spesimen dikirim segera ke laboratorium atau di dinginkan. Kultur bakteri
harus segera dimulai sebelum organisme yang mengkontaminasi tumbuh dan
berkembang baik sehingga memberikan hasil positif palsu.

8. Dokumentasikan semua informasi yang relevan :


Dokumentasikan pengumpulan spesimen sputum pada catatan klien.
Pendokumentasian meliputi jumlah, warna, konsistensi (kental, lengket, atau encer),
adanya hemoptisis (darah pada sputum), bau sputum, tindakan yang perlu dilakukan
untuk mendapatkan sputum (mis., drainase postural), jumlah sputum yang dihasilkan
secara umum, adanya ketidaknyamanan yang dialami klien.

10
2.6 Hal - hal Yang Perlu Diperhatikan saat Pemeriksaan Sputum
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan
untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar.Waktu yang diperlukan untuk
pengambilan sputum adalah 3 kali pengambilan sputum dalam 2 kali kunjungan, yaitu :
● Sputum sewaktu (S) hari -1
➢ Kumpulkan sputum spesimen pertama pada saat pasien berkunjung
➢ Beri pot sputum pada saat pasien pulang untuk keperluan pengumpulan sputum
pada hari berikutnya.

● Sputum pagi (P) hari -2


Keesokan harinya ketika pasien datang lagi dengan membawa sputum pagi (sputum
kedua setelah bangun tidur)

● Sputum sewaktu (S) hari -2


Yaitu saat pasien tiba di laboratorium, penderita diminta mengeluarkan sputumnya lagi.
Pengambilan sputum pada pasien tidak boleh menyikat gigi. Agar sputum mudah
dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang banyak pada malam sebelum
pengambilan sputum. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh untuk berkumur-
kumur dengan air dan pasien harus melepas gigi palsu (bila ada). Sputum diambil dari
batukkan pertama (first cough). Cara membatukkan sputum dengan Tarik nafas dalam
dan kuat (dengan pernafasan dada) batukkan kuat sputum dari bronkus trakea mulut
wadah penampung. Wadah penampung berupa pot steril bermulut besar dan berpenutup
(Screw Cap Medium).

Periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang dibatukkan adalah air liur/saliva,
maka pasien harus mengulangi membatukkan sputum. Sebaiknya, pilih sputum yang
mengandung unsur-unsur khusus seperti : darah dan unsur-unsur lain. Bila sputum susah
keluarkan lakukan perawatan mulut Perawatan mulut dilakukan dengan obat glyseril
guayakolat (expectorant) 200 mg atau dengan mengonsumsi air teh manis saat malam
sebelum pengambilan sputum.

11
Teknik lain untuk mengeluarkan sputum bila sputum juga tidak bisa didahakkan,
sputum dapat diambil secara:

a. Aspirasi transtracheal (transtracheal aspirasi atau cuci transtracheal).

Teknik untuk mengumpulkan sampel dari eksudat bronkial untuk pemeriksaan


histologis dan mikrobiologi. Sebuah jarum dimasukkan melalui kulit di atasnya trakea
dan melalui ligamentum krikotiroid. Sebuah kateter dimasukkan ke dalam trakea dan
diteruskan ke tingkat bifurkasi trakea (Depkes RI,2011).

Injeksi Transtracheal dilakukan untuk memblokir saraf laring berulang untuk


laringoskopi terjaga, serat optik dan atau intubasi retrograd. Penghapusan tanggapan
gag refleks atau hemodinamik untuk laringoskopi atau bronkoskopi. Digunakan untuk
membantu menghindari Valsava seperti tegang yang dapat mengikuti yang lain
"terjaga" intubasi (pasien dibius dan ventilasi spontan).

b. Bronchial lavage (Bronchoalveolar lavage)

Bronchoalveolar lavage (BAL) merupakan prosedur medis dimana bronkoskop


dilewatkan melalui mulut atau hidung ke paru-paru dan cairan yang disemprotkan ke
bagian kecil dari paru-paru. Biasanya dilakukan untuk mendiagnosa penyakit paru-
paru. Secara khusus, umumnya digunakan untuk mendiagnosa infeksi pada orang
dengan masalah sistem kekebalan tubuh, pneumonia pada orang pada ventilator,
beberapa jenis kanker paru-paru, dan jaringan parut pada paruparu (penyakit paru
interstitial). cara paling umum untuk sampel komponen cairan lapisan epitel (ELF) dan
untuk menentukan komposisi protein saluran udara paru, dan sering digunakan dalam
penelitian imunologi sebagai sarana sel sampling atau tingkat patogen di paru-paru.

Contoh ini termasuk sel T dan tingkat populasi virus influenza.

c. Lung biopsy

Biopsi paru adalah prosedur untuk mendapatkan sampel kecil jaringan paru-paru untuk
pemeriksaan (Depkes RI,2011). Jaringan biasanya diperiksa di bawah mikroskop, dan
dapat dikirim ke laboratorium mikrobiologi untuk kultur. Pemeriksaan mikroskopis
dilakukan oleh ahli patologi. Biopsi adalah pengambilan jaringan tubuh untuk
pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan jaringan tersebut bertujuan untuk mendeteksi
adanya penyakit atau mencocokkan jaringan organ sebelum melakukan transplantasi

12
organ. Resiko yang dapat ditimpulkan oleh kesalahan proses biopsi adalah infeksi dan
pendarahan. Jaringan yang akan diambil untuk biopsi dapat berasal dari bagian tubuh
manapun, di antaranya kulit, perut, ginjal, hati , dan paru- paru.

2.7 Faktor - Faktor Penyebab Terjadinya Sputum


Dahak/ lendir diproduksi oleh selaput mukosa. Jika produksi dahak terlalu banyak,
dahak tersebut akan menempel di bagian tenggorokan sehingga tenggorokan sealu
berdahak padahal kondisi tubuh tidak dalam keadaan flu. Adapun beberapa faktor yang
dapat memicu peningkatan produksi sputum adalah :
a) Peradangan di saluran pernapasan atau daerah sekitarnya
b) Tenggorokan terkena infeksi atau alergi terhadap zat asing
c) Adanya gangguan pada lambung
d) Radang sinusitis
e) Tubuh kekurangan cairan

2.8 Interpretasi Pemeriksaan Sputum Pada Penyakit TBC


Interpretasi untuk penyakit TBC, berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA), TB
paru dibagi atas :
1. Tuberkulosis paru BTA (+) :
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif
b. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
c. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif
2. Tuberkulosis paru BTA (-) :
a. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan
kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif
b. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M.
tuberculosis positif

13
2.9 Penyakit Yang Disebabkan oleh Sputum
1. Adanya gangguan pada saluran pernapasan
seperti infeksi virus atau reaksi alergi pada sistem pernapasan yang ditandai dengan
dahak bening yang berlebihan
2. Bronkitis yang disebabkan virus
Bronkitis yang disebabkan oleh infeksi virus umumnya menyebabkan batuk dengan
dahak berwarna putih.
3. PPOK
Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) merupakan gangguan pada paru-paru yang
berjalan dalam jangka waktu yang lama dan menimbulkan penyempitan pada saluran
pernapasan. Kondisi ini dapat disertai batuk dengan dahak berwarna putih.
4. Penyakit asam lambung
Penyakit asam lambung (GERD) menyebabkan asam lambung naik ke tenggorokan.
Hal ini menyebabkan dinding tenggorokan teriritasi. Sebagai respons alami, dinding
tenggorokan yang teriritasi akan memproduksi lendir yang biasanya berwarna
keputihan.
5. Gagal jantung
Gagal jantung adalah kondisi ketika jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh
tubuh secara efektif. Kondisi ini dapat disertai dengan penumpukan cairan tubuh,
termasuk pada paru-paru, sehingga meningkatkan produksi dahak berwarna putih.
6. Pneumonia
Pneumonia merupakan peradangan jaringan paru-paru yang sering kali mengiringi
gangguan pernapasan lainnya. Selain batuk berdahak warna hijau atau kuning,
penderitanya juga bisa merasakan gejala lain, seperti demam, napas pendek, atau sesak
napas. Pada kondisi tertentu, dahak dapat bercampur darah.
7. Bronkitis
Bronkitis umumnya diawali dengan batuk kering yang kemudian menjadi batuk
berdahak, lalu seiring waktu menimbulkan dahak berwarna hijau atau kuning.
Bronkitis yang berdahak hijau biasanya diawali oleh infeksi virus yang kemudian
diikuti oleh infeksi bakteri.
8. Sinusitis
Dahak hijau atau kuning juga bisa disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyebabkan
peradangan pada sinus atau sinusitis. Selain keluarnya dahak ini, Anda juga mungkin

14
merasakan sejumlah gejala lain, misalnya rasa tekanan pada wajah dan hidung
tersumbat.
9. Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan infeksi bakteri yang dapat menular. Kondisi ini ditandai
dengan batuk lama (lebih dari 2 minggu) dan sering kali batuk darah. Gejala lainnya
adalah demam dan keringat di malam hari, serta penurunan berat badan.
10. Kanker paru
Dahak berwarna merah merupakan salah satu gejala kanker paru-paru. Penyakit ini
juga menimbulkan berbagai macam gangguan pernapasan, seperti nyeri dada dan
sesak napas, serta penurunan berat badan.
11. Emboli paru
Emboli paru disebabkan oleh penyumbatan darah pada arteri paru (arteri
pulmonalis). Penyumbatan darah ini umumnya disebabkan oleh gumpalan darah
yang mengalir dari bagian tubuh lain. Pada emboli paru dapat terjadi keluhan batuk
berdahak merah atau merah muda, nyeri dada, dan sesak napas.
12. Cystic fibrosis
Cystic fibrosis adalah salah satu kondisi yang bisa menyebabkan dahak menjadi
sangat kental dan lengket, sehingga mudah menjebak bakteri atau jamur dan
akhirnya berwarna cokelat. Ini merupakan penyakit paru kronis yang bersifat genetik
dan dapat sangat mengganggu kerja paru untuk bernapas.
13. Abses paru
Abses paru terjadi ketika terdapat infeksi yang menyebabkan jaringan paru-paru
meradang dan dipenuhi nanah. Selain menimbulkan batuk dengan dahak yang
kecokelatan atau mengandung darah, kondisi ini dapat juga disertai dengan bau
napas yang tidak sedap.
14. Pneumokoniosis
Ini merupakan gangguan paru-paru yang sulit disembuhkan. Kondisi ini bisa terjadi
jika Anda menghirup banyak debu industri, seperti debu asbes yang
menyebabkan asbestosis atau debu silika yang menyebabkan silicosis.
15. Infeksi jamur
Infeksi jamur hitam Exophiala dermatitidis juga dapat menyebabkan dahak
berwarna hitam. Ini adalah kondisi yang jarang terjadi, dan biasanya lebih sering
dialami oleh penderita cystic.

15
2.10 Manfaat Sputum
1. Pemeriksaan sputum bersifat mikroskopik dan penting untuk diagnosis etiologi
berbagai penyakit pernapasan.
2. Pemeriksaan mikroskopik dapat menjelaskan organisme penyebab penyakit pada
berbagai pneumonia bacterial, tuberkulosa, serta berbagai jenis infeksi jamur.
3. Pemeriksaan sitologi eksfoliatif pada sputum dapat membantu diagnosis karsinoma
paru - paru. Sputum dikumpulkan untuk pemeriksaan dalam mengidentifikasi
organisme patogenik dan menentukan apakah terdapat sel - sel malignan atau tidak.
Aktifitas ini juga digunakan untuk menkaji sensitivitas (di mana terdapat peningkatan
eosinofil). Secara umum, kultur sputum digunakan dalam mendiagnosis untuk
pemeriksaan sensitivitas obat dan sebagai pedoman pengobatan.

2.11 Obat - obat untuk Sputum


• Ekspektoran
Obat pengencer dahak yang digunakan untuk mengatasi batuk berdahak dan melegakan
napas saat mengalami batuk pilek, flu, atau alergi.
1. Guaifenesin
Guaifenesin merupakan obat ekspektoran yang sering digunakan untuk mengatasi
batuk berdahak.
Merek dagang guaifenesin : Allerin Expectorant, Anakonidin, Actifed Plus
Expectorant, Benadryl Wet Cough, Bisolvon Extra.
2. Potassium Iodide
Obat ekspektoran ini digunakan untuk mengatasi batuk berdahak pada kondisi asma,
emfisema, atau bronkitis kronis. Potassium iodide tersedia dalam bentuk cairan dan
tablet.
Merek dagang potassium iodide : -
Dosis potassium iodide untuk mengatasi batuk adalah 300 – 600 mg, 3 – 4 kali sehari.
3. Amonium Klorida
Selain kedua obat di atas, amonium klorida juga memiliki efek ekspektoran, sehingga
sering digunakan sebagai campuran dalam obat batuk.
Merek dagang amonium klorida : Benacol Expectorant, Bufagan Expectorant, Etadryl
Expectorant, Inadryl, Itrabat, Obat batuk hitam (OBH), Ramadryl Expectoran.

16
• Mukolitik
Mukolitik (mucolytic) adalah salah satu jenis obat batuk yang digunakan sebagai obat
pengencer dahak yang kental agar mudah dikeluarkan.
Ada beberapa jenis obat batuk mukolitik yang tersedia, diantaranya :
ambroxol, acetylcysteine, bromhexine, dan mecysteine

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sputum (dahak) adalah bahan yang dikeluarkan dari paru dan trakea melalui mulut.
Biasanya juga disebut dengan ecpectoratorian. Pemeriksaan sputum diperlukan jika
diduga terdapat penyakit paru-paru. Membran mukosa saluran pernafasan berespons
terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit.
Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana kemungkinan
untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar. Sputum yang dikeluarkan oleh seorang
pasien hendaknya dapat dievaluasi sumber, warna, volume, dan konsistensinya karena
kondisi sputum biasanya memperlihatkan secara spesifik proses kejadian patologik pada
pembentukan sputum itu sendiri.

3.2 Saran

Pengambilan spesimen berupa sputum berguna dalam penentuan diagnosa dan untuk
mengetahui penyakit saluran pernapasan seperti tuberkulosis pulmonal, bakteri
pneumonia, bronkitis kronis, dan sebagainya. Spesimen yang telah diambil untuk sampel
kemudian diperiksa di laboratorium secara kimia klinik, hematologi, imunologi, serologi,
mikrobiologi klinik, ataupun parasitologi klinik. Sehingga apabila ada hal-hal yang
dirasakan kurang baik pada saluran pernapasan, hendaknya segera melakukan
pengecekan untuk mengetahui apakah ada gangguan atau penyakit dalam saluran
pernapasan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Depkes. (2011). Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta : Depkes RI, 2011.

Gandasoebrata, R. 1984.Penutun Laboratorium Klinik. Ed. Ke-5 Jakarta : Penerbit Dian

Rakyat.

Joen, Dedi. 2017. Sputum. Jakarta : Scribd

https://www.scribd.com/document/366454582/Makalah-Sputum

Kemenkes RI. 2020. Beragam Warna Dahak. Jakarta : Kemenkes RI

Sylvia, A Price. Lorainne, M Wilson.2011. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses

Penyakit. Jakarta. EGC.

Zulkifli Amin, Asril Bahar, 2006. Tuberkulosis Paru, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam,

Jakarta: UI

19

Anda mungkin juga menyukai