Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

BLOK RESPIRASI II
“Pemeriksaan Sputum Melalui Pewarnaan BTA”

DISUSUN OLEH :

NAMA : Aditya Cahya Ariadi

NIM : 022.06.0001

KELOMPOK :IA
BLOK : RESPIRASI II

DOSEN : dr. I Nyoman Cahyadi TS, M.Biomed


Diani Sri Hidayati, S,Si., M.Si
Sabariah, S.Pd.,M.Biomed

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan hasil Laporan Praktikum Mikrobiologi Blok Respirasi
II tepat pada waktunya. Dalam penyusunan Laporan Praktikum “Mikrobiologi Pemeriksaan
Sputum Melalui Pewarnaan BTA”, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan didalam penyusunannya. Hal ini disebabkan karena terbatasnya kemampuan dan
pengetahuan yang penulis miliki, penulis menyadari bahwa tanpa adanya bimbingan dan
petunjuk dari semua pihak tidaklah mungkin hasil Laporan Praktikum Mikrobiologi ini dapat

diselesaikan sebagaimanamestinya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkanterimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

• Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan denganbaik.

• dr. I Nyoman Cahyadi TS, M.Biomed, Diani Sri Hidayati, S.Si., M.Si, Sabariah,
S.Pd.,M.Biomed, selaku fasilitator dalam Praktikum Kelompok 1, atas segala masukan,
bimbingan dan kesabaran dalam menghadapiketerbatasan penulis.

• Seluruh anggota Praktikum Kelompok 1 yang telah membantu dan memberikan masukan
dalampenyusunan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
yang sifatnya konstruktif demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, penulis berharap semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi berbagaipihak.

Mataram, 28 Januari 2024

Aditya Cahya Ariadi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I PEMBAHASAN ................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................................................... 3
1.3 Manfaat ..................................................................................................................... 3
BAB II ............................................................................................................................. 4
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 4
BAB III ............................................................................................................................ 7
METODE PENILITIAN ............................................................................................... 7
3.1 Waktu dan Tempat .................................................................................................. 7
3.2 Alat dan Bahan ......................................................................................................... 7
3.3 Cara Kerja ................................................................................................................ 7
BAB IV ............................................................................................................................ 15
HASIL dan PEMBAHASAN ......................................................................................... 15
4.1 Hasil ............................................................................................................................ 15
4.2 Pembahasan ............................................................................................................... 15
BAB V PENUTUP........................................................................................................... 17
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 18

ii
BAB I
PEMBAHASAN
1.1 Latar Belakang
Sistem respirasi manusia merupakan suatu susunan yang sangat kompleks. Setiap sel
dan jaringan yang menyusunnya memiliki fungsi, dan peranannya tersendiri. Strukturnya
yang begitu rumit menjadikan sistem ini begitu istimewa untuk menopang kehidupan
manusia. Tujuan dari sistem respirasi adalah untuk memperoleh oksigen dari udara ke
jaringantubuh dan membuang karbondioksida, pertukaran gas ini sangat penting. Seluruh sel
tubuh membawa oksigen dari respirasi sel untuk memproduksi energi yang dibutuhkan dan
dimanfaatkan manusiauntuk melakukan aktivitasnya sehari-hari. Aktivitas sehari-hari dapat
berupa aktivitas fisik, yang merupakan setiap gerakan tubuh yang diakibatkan kerja otot
rangka yang meningkatkan pengeluaran tenaga serta energi. Aktivitas ini mencakup
aktivitas yang dilakukan di rumah, di sekolah, di tempat kerja, aktivitas dalam keluarga
atau rumah tangga, aktivitas yang dilakukan selama perjalanan, atau aktivitas lainnya,
yang dapat mengisi waktu senggang sehari-hari. Saat melakukan aktivitas fisik, alangkah
baiknya asupan energi yang masuk harus sebanding dengan energi yang
dikeluarkantubuhPada saat melakukan berbagai aktivitas, tubuh manusia akan mengalamai
beberapa perubahan fisiologis, ketika perubahan tersebut terjadi, maka terjadi sebuah
proses homeostasis yang akan bertugas menjaga kondisi tubuh manusia agar tetap dalam
keadaan normalnya. Proses homeostasis tubuh akan melibatkan beberapa senyawa,
molekul, sel, jaringan, organ hingga sistem organ. Salah satu bentuk respons sistem
organ terhadap perubahan yang terjadi pada saat melakukan aktivitas fisik yaitu sistem
respirasi. Sistem respirasi akan mengirim sinyal kepada pusat pernapasan untuk
meningkatkan laju pernapasan dan kedalaman pernapasan yang bertujuan meningkatkan
pasokan oksigen ke jaringan tubuh. Salah satu aktivitas fisik yang dilakukan manusia
adalah latihan. Ketika manusia melakukam latihan, maka pada tubuhnya akan terjadi
beberapa perubahan yaitu perubahan biokimiawi, sistem sirkulasi dan respirasi, serta
komposisi badan, kadar kolestrol dan trigliserida tekanan darah.

1
Imun tubuh sendiri yang mengalamikerusakan, sehingga perlindungantubuh menjadi lemah.
Hal inilah yang kemudian menjadi dasar penulisan laporan kali ini untuk mengidentifikasi
mikroorganisme penyebab infeksi tuberkulosis melalui pemeriksaan sputum dengan metode
Ziehl Neelsen/BTA). Infeksi sistem pernapasan dapat terbagi menjadi infeksi saluran
napas atas dan bawah. Infeksi tersebut dapat diakibatkan oleh bakteri, virus, ataupun jamur.
Tuberkulosis merupakan salah satu infeksi sistem pernapasan yang penting di Indonesia.
Pemeriksaan mikrobiologi yang bisa dilakukan untuk menunjang diagnosis infeksi sistem
pernapasan berupa pemeriksaan mikroskopik, biakan, identifikasi, dan uji kepekaan
antimikroba. Pengambilan spesimen untuk pemeriksaan mikrobiologi harus dilakukan
dengan cara yang benar dan interpretasi hasil pemeriksaan harus dilakukan dengan hati-
hati mengingat pada saluran napas banyak terdapat flora normal. Pada praktikum ini, akan
dipelajari pemeriksaan mikrobiologi untuk mengidentifikasi mikroorganisme penyebab
infeksi Tuberkulosis, melalui pemeriksaan dahak/sputum langsung menggunakan metode
pewarnaan/pengecatan basil tahan asam (BTA). Pengecatan BTA adalah salah satu teknik
pengecatan differensial yang dikerjakan di laboratorium mikrobiologi untuk kepentingan
identifikasi bakteri terutama untuk genus mycobacterium. Metode pengecatan BTA
yangumum dilakuakan adalah dengan metode Ziehl-Neelsen (ZN).Genus Mycobacterium
merupakan bakteri berbentuk batang yang sukar atau tidak jelas apabila diwarnai dengan
pengecatan Gram. Mycobacterium mempunyai dinding sel (cell wall) yang tebal dan
mengandung lipid terutama asam mikolat. Hal ini mengakibatkan hasil reaksi positif saat
dilakukan pengecatan BTA. Dinding sel mycobacterium yang terdiri atas lapisan
peptidoglikan dan senyawa lipid terutama asam mikolat yang memiliki sifat mudah
menyerap sehingga jika diwarnai dengan carbol fuchsin maka dinding sel tersebut akan
meresap zat warna dengan baik ketika dipanaskan dan sulit dilunturkan dengan asam
alkohol. Hasil yang terlihat setelah dilakukan pengecatan BTA yaitubta positif akan berwarna
merah. Hal ini diakibatkan oleh lapisan peptidoglikan dan lipid yang mengandung asam
mikolat pada dinding sel akan menyerap dan menahan carbol fuchsin walaupun telah
dlakukan proses decolourise dengan asam alkohol. Sedangkan dilakukan proses decolourise
dengan asam alkohol. Sehingga BTA negatif akan berwarna biru.

2
Gambar. HasilPewarnaanZiehl-Neelsen Pada Sputum, Mycobacterium Tuberculosis
(Panah) BerwarnaMerah Dengan LatarBelakang Biru.
Pemeriksaan sediaan dahak langsung dengan pewanaan ZN, menunjukkan secara
semi kuantitatif jumlah kuman tuberculosis dalam dahak dengan ukuran skala IUATLD.
Biasanya diambil dahak pada pagi hari dan jika perlu diperiksa selama 3 hari berturut-turut

yaitu Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS).

1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip-prinsip dasar pengecatan BTA
2. Mahasiswa dapat mendomenstrasikan pengecatan BTA
3. Mahasiswa melakukan interpretasi hasil pengecatan BTA

1.3 Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip-prinsip dasar pengecatan BTA
2. Mahasiswa dapat mendomenstrasikan pengecatan BTA
3. Mahasiswa melakukan interpretasi hasil pengecatan BTA

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pewarnaan diferensial merupakan pewarnaan yang memakai lebih dari satu macam
zat warna, seperti pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam. Sedangkan pewarnaan
khusus adalah pewarnaan yang digunakan untuk mewarnai bagian-bagian sel atau bakteri
tertentu yang sukar diwarnai dengan memakai pewarnaan biasa. Pewarnaan khusus
digunakan untuk mewarnai bagian-bagian sel kuman atau kuman tertentu yang sukar

diwarnai. (Kemenkes RI, 2022)


Bakteri tahan asam adalah bakteri yang mengandung lemak sangat tebal sehingga
tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, namun harus dengan pewarnaan tahan
asam. Golongan bakteri ini dikenal dengan bakteri tahan asam (BTA) karena dapat
mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Bakteri tahan
asam merupakan jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan anilin biasa
kecuali dengan menggunakan fenol dan dengan pemanasan. Bakteri ini mempunyai dinding
sel berlilin karena mengandung sejumlah besar materi lipoidal oleh sebab itu bakteri ini
hanya dapat diwarnai dengan pewarnaan BTA (Acid-Fast Stain). Ketika proses pewarnaan,
bakteri tahan asam ini melawan dekolorisasi dengan asam sehingga bakteri tersebut disebut
bakteri tahan asam. Kelompok bakteri ini umumnya bersifat patogen pada manusia misalnya
Mycobacterium tuberculosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat diisolasi dari
sputum penderita TBC. (Kemenkes RI, 2022)

Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi menular yang menyerang paru


disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penularannya melalui percikan dahak yang
ditularkan dari penderita TB paru BTA positif disaat batuk,bersin atau berbicara saat
berhadapan dengan orang lain. Udara yang mengandung percik renik atau droplet akan
terhirup orang lain dan menginfeksike dalamparuparukemudian dapat menyebarkebagian
tubuh lain melalui peredaran darah pembuluh limfe atau langsung ke organ terdekat. Pasien
TB paru dengan BTA positif sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak,
satu penderita TB paru BTA (+) berpotensi menularkan kepada 10- 15 orang per tahu
sehingga kemungkinan setiapkontak dengan penderita akantertular. (Kemenkes RI, 2022)

4
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang langsing, lurus atau berbentuk
filament.
Bakteri ini bersifat aerobik, tidak membentuk spora, non motil, tahan asam, dan

4
merupakan bakteri gram positif. Tetapi ketika mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan
gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka
mycobacteria dikenal sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Mycobacterium tuberculosis
termasuk gram positif, berbentuk batang panjang atau pendek, tidak berspora, tidak
berkapsul, pertumbuhan sangat lambat (2-8 minggu), suhu optimal 37-38⁰C yang merupakan
suhu normal manusia. Pertumbuhannya membutuhkan tambahan makanan seperti darah, egg
yolk, serum, dan bahan kimiatertentu. (Kemenkes RI, 2022) Terdapat dua jenis tuberkulosis
yaitu tuberkulosis laten dan tuberkulosis aktif. Tuberkulosis laten yaitu manusia
pembawa bakteri tidak mengalami sakit dan tidak menularkan bakteri M. tuberculosis
kepada orang lain, sedangkan tuberkulosis aktif yaitu penderita yang terinfeksi mengalami
sakit dan menularkan bakteri M. tuberkulosis kepada orang lain melalui droplet. (Kemenkes
RI, 2022) Bakteri tahan asam dapat diamati dengan mengunakan teknik pewarnaan
Ziehl Neelson, Kinyoun Gabber, dan Fluorochrom. Pengambilan sputum (sekret paru-paru
atau ludah) untuk analisis tuberculosis dapat dilakukan setiap saat yang terdiri atas 3
jenis

sputum, yaitu :
• Sputum pagi : sputum yang dikeluarkan oleh penderita pada saat bangunpagi.
• Spot sputum : sputum yang dikeluarkan pada saat itu.
• Collection sputum : sputum yang keluardan ditampung selama 24 jam
Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen, yakni dengan memakai zat warna carbol fuchsin
0,3%, asam alkohol 3%, dan methylene blue 0,3%. Pada pemberian warna pertama, yaitu
carbol fuchsin, BTA bersifat mempertahankannya. Carbol fuchsin adalah fuksin basa yang
dilarutkan dalam larutan fenol 5%. Larutan ini memberikan warna merah pada sediaan
dahak. Fenol digunakan sebagai pelarut untuk membantu pemasukan zat warna ke dalam sel
bakteri sewaktu proses pemanasan. Tujuan pemanasan untuk melebarkan pori-pori lemak
BTA sehingga carbol fuchsin dapat masuk sewaktu BTA dicuci dengan larutan pemucat,
yaitu asam alcohol sehingga zat warna pertamatidak mudah dilunturkan. Bakteri selanjutnya
dicuci dengan air mengalir untuk menutup pori-pori dan menghentikan pemucatan. BTA
akan tampak berwarna merah, sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan melarutkan
carbol fuchsin dengan cepat sehingga sel bakteri tidak berwarna. Setelah penambahan zat

warna kedua yaitu methylene blue, bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru. Menurut
5
Entjang (2003), pada pewarnaan bakteri dengan metode ZiehlNeelsen dapat
mengelompokkan bakteri menjadi dua, yaitu :
a. Bakteri yang berwarna merah dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen disebut bakteri

tahan asam (acid fast).


b. Bakteri yang berwarna biru dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen disebut bakteri

tidaktahan asam (non acid fast).


Metode Ziehl-Neelsen dapat digunakan karena cukup sederhana dan memiliki
sensitivitas serta spesifitas yang cukup tinggi. Larutan kimia yang digunakan yaitu carbol
fuchsin 0,3%, asam alkohol 3% , serta methylene blue 0,3% yang masing-masing

mempunyai fungsi antara lain :


1. Asam alkoholberfungsi sebagai peluntur.
2. Carbol fuchsin digunakan untuk membuka lapisan lilin agar menjadi lunak
sehingga cat
dapat menembus masukke dalam selbakteri M. tuberculosis.
3. Methylen blue berperan sebagai cat lawan dan pada pemberian methylen blue
pada bakteri akantetap berwarnamerah dengan latarbelakang biru atauhijau.

6
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Rabu, 17 Januari 2024

Waktu : 15.10- 16.50


Tempat : Laboratorium Terpadu 1

3.2 Alat dan Bahan


1. Ose ataukapas steril
2. Gelas obyek & cover glass
3. Lampu bunsen/spiritus
4. Bahanyang akan diperiksa (sputum)
5. Rak pengecatan
6. Kran/sumber air
7. Carbol Fuchsin 0,3%
8. HCl Alkohol 3%
9. Metylene Blue 0,3%
10. Pinset ataupenjepit
11. Pensil warna
12. Tissue

3.3 Cara Kerja


Cara Membuat Sediaan Dahak
a. Spesimen dahak dengan bagianyang purulent di dalam air liur.

7
b. Ambil contohuji dahak pada bagianyang purulen dengan lidi.

7
c. Apuskan dahak di atas kaca sediaan pada permukaan yang sama dengan nomor

identitas.
d. Apusan bentuk oval 2x3 cm kemudian ratakan dengan gerakan spiral kecil-kecil.

e. Jangan membuat gerakan spiral bila sediaan dahak sudah kering karena akan

menyebabkan aerosol.
f. Keringkan di dalam suhukamar.
g. Lidi langsung dibuang ke dalambotolberisi disinfektan.

Kualitas Sediaan
Sediaan dahak yang berkualitas harus memenuhi 6 persyarata berikut :
1. Kualitas sputum/dahak (mikroskopis)
Spesimen dahak berkualitas baik jika ditemukan :
 Leukosit ≥25/lapang pandang dengan pembesaran 10x10
 Makrofagpadapembesaran 10x100

2. Ukuran
 Baik : Tersebar rata dalam bentuk spiral atau lingkaran kecil-kecil.
Berukuran 2x3 cm.

8
8
 Kurang Baik : Ukuranterlalukecil dantidak rata, atau ukuranterlalu besar

dantidak rata.

3. Kerataan
 Baik : Sediaan harus rata, tidak boleh ada daerah kosong.

9
4. Ketebalan
 Sebelumpewarnaan

Contoh sediaanyang benar,


Contoh sediaanyang Contoh sediaanyang
tulisan di Koran masih terlalu tipis, tulisan
terlalutebal, tulisan di
terbaca secara samar
korantidak terbaca di Koranterbaca
dengan mudah

Setelah pewarnaan

5. Pewarnaan
 Baik

10
10
6. Kebersihan

 Sediaanyang baik tampakbersih.


 Sediaan yang kurang baik terlihat endapan kristal, sisa zat warna dan
kotoran/debris

Pewarnaan Metode Ziehl Neelsen


a. Letakkan sediaan dengan bagian apusan menghadap ke atas pada rak yang
ditempatkan di atas bak cuci atau baskom, antara satu sediaan dengan sediaan

lainnyamasing-masing berjarang kurang lebih 1 jari.


b. Genangi seluruh permukaan sediaan dengan carbol fuchsin. Saring zat warna

setiap kali akan melakukan pewarnaan sediaan.


c. Panasi dari bawah dengan menggunakan sulut api setiap sediaan sampai keluar

uap, jangan sampai mendidih.

d. Dinginkan selama minimal 5 menit.


e. Bilas sediaan dengan airmengalir secara hati-hati dari ujung kaca sediaan. Jangan

ada percikan ke sediaan lain.


11
f. Miringkan sediaan menggunakan penjepit kayu ataupinset untuk membuang air.

g. Genangi dengan asam alcohol sampai tidak tampak warna merah carbol fuchsin.
Jangan sampai ada percikan ke sediaan lain.

h. Genangi permukaan sediaan dengan methylene blue selama 20-30 detik.

i. Bilas sediaan dengan airmengalir. Jangan ada percikan ke sediaan lain.

j. Miringkan sediaan untuk mengalirkan sisa methylene blue.


k. Keringkan sediaan padarak pengering. Jangan keringkan dengan kertas tissue.

12
Cara Pembacaan
a. Mencari lebih dahulu lapang pandang dengan lensa okuler 10x dan lensa

objektif 10x.
b. Meneteskan 1 tetes minyak emersi di atas preparate (aplikator minyak emersi

tidak boleh menyentuhkaca sediaan!).


c. Mencari Basil Tahan Asam (BTA) berbentuk batang berwarnamerah.
d. Memeriksa sedikitnya 100 lapang pandang dengan cara menggeser sediaan
menurut arah horizontal.

Gambar. SkemaArah PembacaanKaca Obyek PadaPemeriksaan BTA

Interpretasi Hasil
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Diseases), yaitu
pembacaan hasil yang digunakan oleh Departemen Kesehatan RI dalambuku Pedoman Nasional

Penanggulangan Tuberkulosis tahun 2008 dapat dilihat padatabel di bawah.


Tabel Pembacaan Hasil BTA Sesuai Skala IUATLD

Terlihat Secara Mikroskopik Pelapor


Tidak ditemukan BTA minimal dalam 100 lapang BTA negative

13
Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang. 3

+
Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang. Ulang Tulis jumlah BTA

yang
Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang 1
Ditemukan 1- 10 BTA dalam 1 lapang pandang. 2

13
14
BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil

Gambar. Sediaan Pewarnaan BTA

Gambar di atas merupakan hasil pewarnaan basil tahan asam (BTA) metode Ziehl-
Neelsen yang dilihat di bawah mikroskop dengan pembesaran 100x. Terlihat bakteri yang
tidak tahan asam berwarna biru, sedangkan bakteri tahan asam tidak terlihat. Umumnya

bakteritahan asam tampak berbentuk basil warnamerah.

4.2 Pembahasan
Bakteri genus mycobacterium dan beberapa spesies nocardia pada dinding selnya
mengandung banyak zat lipoid (lemak) sehinggabersifat permiable dengan pewarnaan biasa.
Bakteri tersebut bersifat tahan asam (+) terhadap pewarnaan tahan asam. Pewarnaan tahan
asam dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa tuberkulosis. Pewarnaan
tahan asam menggunakan larutan Ziehl-Neelsen A (cat karbol fuchsin), Ziehl-Neelsen B
(alkohol asam: HCL 3% dalam metanol 95%) dan Ziehl-neelsen C (cat biru metilen). Hasil
pewarnaan maka bakteri tahan asam akan berwarnamerah dan bakteritidaktahan asam akan

berwarnabiru.
15
Adapunkelemahan dan kelebihan Ziehl Neelsenyaitu :
• Latarbelakang berwarna biruterang
• Basil merah Reagen terjangkau dan mudah didapat

• Fenol diencerkan 5% dan tidak dipanaskan karena pemanasan dilakukan pada


proses pewarnaan sedian zat warnautama maka dari itu sedikit lama waktu yang
dibutuhkan.

15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa pewarnaan BTA adalah
pewarnaan yang digunakan untuk mengidentifikasi Bakteri Tahan Asam. Pewarnaan ini
tidak spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis karena hasil pewarnaan BTA juga akan
positif terhadap genus Mycobacterium lain. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses
pengecatan BTA yaitu pada saat dekolorisasi dengan asam alkohol dimana pemberian
asam alkohol jangan sampai berlebih karena akan menyebabkan overdekolorization
sehingga sel BTA hampir sama dengan Non BTA yang menyebabkan sulit
membedakannya, tetapi jangan juga terlalu sedikit dalam memberikan alcohol
(underdecolorization) karena tidak akan melunturkan warna secara sempurna sehingga sel
Non BTA bisa saja berwrna ungu mendekati warna sel BTA. Saat pemanasan juga tidak
boleh sampai mendidih karena akan menyebabkan sel bakteri lisis. Faktor-faktor yang
memberikan perbedaan antara bakteri BTA dan non BTA ialah pada komponen dinding

selnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abbas,A. & Aster,J. (2015). Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 9. Singapore : Elsevier.
Azizah, F. (2019). Modul Praktikum Bakteriologi 1. Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

IlmuKesehatan Universitas Muhammadiyah. Surabaya.


Diani Sri Hidayati, M.Biomed, Sabariah, S.Pd., M.Biomed, dr. I Nyoman Cahyadi TS.
(2024). Panduan Praktikum Mikrobiologi. Laboratorium Terpadu I Fakultas

Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar. Mataram.


Kemenkes RI. (2022). Standar Prosedur Operasional Pemeriksaan Mikroskopis TB.
Katalog dalam Terbitan Kemenkes RI. Panduan Bagi Petugas Laboratorium

Kemenkes.
Mirawati, M., & Lestari, E. (2017). Pengaruh Pemberian Karbol Fuchsin dan
Pemanasan Sputum Sebelum Pembuatan Sediaan Terhadap Hasil Pewarnaan

BTA. JurnalIlmudan Teknologi Kesehatan, 5(1), 23-33.


Putri, A. F. (2017). Perbandingan Sensitivitas dan Spesifisitas Teknik Pewarnaan Basil

Tahan Asam Sputum dengan Metode Ziehl-Neelsendan Fluorochrome.


Setiati, S,. et al. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi VI. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. Interna Publishing.


Soleha, T. U. (2015). Ujikepekaan terhadap antibiotik. Juke Unila, 5(9), 119-123.
Tjokroprawiro, A. et al. (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II. Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga Rumah Sakit Pendidikan Dr. Soetomo

Surabaya. Surabaya: Universitas Airlangga.

18

Anda mungkin juga menyukai