Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH

PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI

DISUSUN UNTUK PEMENUHAN TUGAS KELOMPOK KDK

SEMESTER 1

Dosen Pembimbing : Rosa Delima E.,SKp.,M.Kes

Disusun Oleh:

1. Shazrina Dwi Ristivianny : P0712020004

2. Naila Ruchama : P07120220014

3. Lisa Natalia Nababan : P07120220024

4. Qinanti Wulansari : P07120220034

5. Ratna Widyawati : P07120220045

POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI SARJANA TERAPAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
hidayah-Nya telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Kebutuhan Eliminasi”.

Makalah Kebutuhan Eliminasi disusun guna memenuhi tugas pada mata


kuliah Konsep Dasar Keperawatan program studi Sarjana Terapan Keperawatan
dan Profesi Ners. Penulis berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan
bagi pembaca dan penulis sendiri tentang bidang yang ditekuni yaitu pengkajian
asuhan keperawatan. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang menbantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Yogyakarta, 28 September 2020

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG.................................................................................3
B. RUMUSAN MASALAH.............................................................................4
C. TUJUAN PENULISAN..............................................................................5
D. MANFAAT PENULISAN..........................................................................5
BAB II.....................................................................................................................6
PEMBAHASAN.....................................................................................................6
A. Pengertian Eliminasi...................................................................................6
B. Fisiologi Dalam Eliminasi...........................................................................6
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi..........................................7
D. Masalah-Masalah pada Gangguan Eliminasi.........................................11
BAB III..................................................................................................................13
RENCANA PENGKAJIAN................................................................................13
A. Pengkajian.................................................................................................13
B. Hal-hal yang terdapat dalam pengkajian...............................................13
1. Eliminasi Urine......................................................................................13
• Identitas pasien............................................................................................13
• Identitas penanggung jawab pasien.............................................................13
• Riwayat kesehatan.......................................................................................13
• Anamesis Keperawatan...............................................................................13
• Pemeriksaan Fisik.......................................................................................13
• Periksa urin klien........................................................................................13
• Tinjau informasi dari hasil pemeriksaan diagnostik...................................14
2. Eliminasi Fekal..........................................................................................20
 Identitas pasien............................................................................................20
 Identitas penanggung jawab pasien.............................................................20

2
 Riwayat keperawatan..................................................................................20
 Pemeriksaan fisik........................................................................................20
 Periksa feses klien.......................................................................................20
 Tinjau informasi dari hasil pemeriksaan diagnostik...................................21
BAB IV..................................................................................................................30
ASUHAN KEPERAWATAN NY. TN DENGAN GANGGUAN
KEBUTUHAN ELIMINASI...............................................................................30
1. PENGKAJIAN..........................................................................................30
2. RIWAYAT KESEHATAN..........................................................................31
3. PENGKAJIAN FISIK.................................................................................35
4. ANALISA DATA..........................................................................................35
5. Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan Prioritas. 38
6. INTERVENSI KEPERAWATAN..............................................................40
7. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI......................................................45
BAB IV..................................................................................................................51
PENUTUP.............................................................................................................51
A. Kesimpulan................................................................................................51
B. Saran..........................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................52

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kebutuhan eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Menurut
Abraham Maslow (1970 dalam Goble,1970) kebutuhan dasar manusia ada lima
tingkatan. Tingkat paling mendasar adalah hal-hal yang paling penting untuk
mempertahankan hidup yaitu kebutuhan fisiologi seperti udara, air, dan makanan.
Tingkat kedua mencakup kebutuhan keselamatan dan keamanan yang meliputi
keselamatan fisik dan psikologi. Tingkat ketiga merupakan kebutuhan dicintai dan
dimiliki. Tingkat keempat adalah kebutuhan dihargai dan harga diri yang

4
mencakup rasa percaya diri, kebergunaan, pencapaian dan nilai diri. Tingkat
terakhir adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri. (Mongan, 2014).

Eliminasi urin merupakan salah dari proses metabolik tubuh. Zat yang tidak
dibutuhkan, dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan pencernaan. Paru-
paru secara primer mengeluarkan karbondioksida, sebuah bentuk gas yang
dibentuk selama metabolisme pada jaringan. Hampir semua karbondioksida
dibawa keparuparu oleh sistem vena dan diekskresikan melalui pernapasan. Kulit
mengeluarkan air dan natrium. Eliminasi urine secara normal bergantung pada
satu pemasukan cairan dan sirkulasi volume darah, jika salah satunya menurun,
pengeluaran urin akan menurun.Pengeluaran urin juga berubah pada seseorang
dengan penyakit ginjal, yang mempengaruhi kuantitas, urin dan kandungan
produk sampah didalam urin. Usus mengeluarkan feses dan beberapa cairan dari
tubuh. Pengeluaran feses melalui evakuasi usus besar biasanya menjadi sebuah
pola pada usia 30 sampai 36 bulan. (Perry & Potter. 2005) Eliminasi urine adalah
pengeluaran sisa-sisa metabolisme dalam tubuh berupa cairan melalui saluran
perkemihan atau urogenetalia. Kebutuhan eliminasi urine merupakan kebutuhan
tubuh mengeluarkan bahan buangan cair secara berkala atau secara fisiologi.
(Mongan, 2014) Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawat harus
memahami eliminasi normal dan faktor-faktor yang meningkatkan atau
menghambat eliminasi. Asuhan keperawatan yang mendukung akan menghormati
privasi dan kebutuhan emosional klien. Tindakan dirancang untuk meningkatkan
eliminasi normal juga harus meminimalkan rasa ketidaknyamanan ( Potter &
Perry, 2015).

Eliminasi fekal adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh berupa


feses (bowel). Defekasi adalah pengeluaran feses dari anus dan rektum. Hal ini
juga disebut bowel movement. Frekuensi defekasi pada setiap orang sangat
bervariasi dari beberapa kali perhari sampai 2 atau 3 kali perminggu. Banyaknya
feses juga bervariasi setiap orang. Ketika gelombang peristaltik mendorong feses
kedalam kolon sigmoid dan rectum, saraf sensoris dalam rektum dirangsang dan
individu menjadi sadar terhadap kebutuhan untuk defekasi. Eliminasi yang teratur

5
dari sisa-sisa produksi usus penting untuk fungsi tubuh yang normal. Perubahan
pada eliminasi dapat menyebabkan masalah pada gastrointestinal dan bagian
tubuh yang lain. Karena fungsi usus tergantung pada keseimbangan beberapa
factor, pola eliminasi dan kebiasaan masing-masing orang berbeda. Klien sering
meminta pertolongan dari perawat untuk memelihara kebiasaan eliminasi yang
normal. Keadaan sakit dapat menghindari mereka sesuai dengan program yang
teratur. Mereka menjadi tidak mempunyai kemampuan fisik untuk menggunakan
fasilitas toilet yang normal. Lingkungan rumah bisa menghadirkan hambatan
untuk klien dengan perubahan mobilitas, perubahan kebutuhan peralatan kamar
mandi. Untuk menangani masalah eliminasi klien, perawat harus mengerti proses
eliminasi yang normal dan factor-faktor yang mempengaruhi eliminasi. Eliminasi
produk sisa pencernaan yang teratur merupakan aspek penting untuk fungsi
normal tubuh. Perubahan eliminasi dapat menyebabkan masalah pada sistem
gastrointestinal dan sistem tubuh lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dibuat rumusan masalah


sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan kebutuhan eliminasi dan apa saja jenisnya?
2. Bagaimana fisiologis dan eliminasi?
3. Apa saja factor yang mempengaruhi eliminasi?
4. Apa saja masalah-masalah yang dapatmuncul pada eliminasi urine dan
eliminasi fekal?
5. Bagaimana pengkajian terhadap gangguan kebutuhan eliminasi?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Mengetahui definisi dan jenis kebutuhan eliminasi
2. Mengetahui fisiologis dalam eliminasi
3. Mengetahui beberapa factor yang mempengaruhi eliminasi
4. Mengetahui masalah-masalah apa saja yang berkaitan dengan eliminasi
fekal maupun urin

6
5. Untuk menjelaskan pengkajian terhadap gangguan kebutuhan eliminasi
D. MANFAAT PENULISAN
Penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca
mengenai pemenuhan kebutuhan eliminasi beserta perencanaan pengkajian
keperawatan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Eliminasi
Menurut kamus bahasa Indonesia, eliminasi adalah pengeluaran,
penghilangan, penyingkiran, penyisihan.Dalam bidang kesehatan,
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa
urin atau bowel (feses).
Eliminasi pada manusia digolongkan menjadi 2 macam, yaitu:
1. Defekasi

7
Buang air besar atau defekasi adalah suatu tindakan atau proses makhluk
hidup untuk membuang kotoran atau tinja yang padat atau setengah-padat
yang berasal dari sistem pencernaan (Dianawuri, 2009).
2. Miksi
Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung kemih
terisi. Miksi ini sering disebut buang air kecil.
B. Fisiologi Dalam Eliminasi
 Fisiologi Defekasi

Rektum biasanya kosong sampai menjelang defekasi. Seorang yang


mempunyai kebiasaan teratur akan merasa kebutuhan membung air besar
kira-kira pada waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh
refleks gastro-kolika yang biasanya bekerja sesudah makan pagi. Setelah
makanan ini mencapai lambung dan setelah pencernaan dimulai maka
peristaltik di dalam usus terangsang, merambat ke kolon, dan sisa
makanan dari hari kemarinnya, yang waktu malam mencapai sekum mulai
bergerak. Isi kolon pelvis masuk ke dalam rektum, serentak peristaltik
keras terjadi di dalam kolon dan terjadi perasaan di daerah perineum.
Tekanan intra-abdominal bertambah dengan penutupan glottis dan
kontraksi diafragma dan otot abdominal, sfinkter anus mengendor dan
kerjanya berakhir (Pearce, 2002).

 Fisiologi Miksi

Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi


urine adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra. Proses ini terjadi
dari dua langkah utama yaitu : Kandung kemih secara progresif terisi
sampai tegangan di dindingnya meningkat diatas nilai ambang, yang
kemudian mencetuskan langkah kedua yaitu timbul refleks saraf yang
disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang berusaha mengosongkan
kandung kemih atau jika ini gagal, setidak-tidaknya menimbulkan
kesadaran akan keinginan untuk berkemih.

8
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi eliminasi
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi defekasi antara lain:
1. Umur
Umur tidak hanya mempengaruhi karakteristik feses, tapi juga
pengontrolannya. Anak-anak tidak mampu mengontrol eliminasinya
sampai sistem neuromuskular berkembang, biasanya antara umur 2 – 3
tahun. Orang dewasa juga mengalami perubahan pengalaman yang dapat
mempengaruhi proses pengosongan lambung. Di antaranya adalah atony
(berkurangnya tonus otot yang normal) dari otot-otot polos colon yang
dapat berakibat pada melambatnya peristaltik dan mengerasnya
(mengering) feses, dan menurunnya tonus dari otot-otot perut yagn juga
menurunkan tekanan selama proses pengosongan lambung. Beberapa
orang dewasa juga mengalami penurunan kontrol terhadap muskulus
spinkter ani yang dapat berdampak pada proses defekasi.
2. Diet
Makanan adalah faktor utama yang mempengaruhi eliminasi feses.
Cukupnya selulosa, serat pada makanan, penting untuk memperbesar
volume feses. Makanan tertentu pada beberapa orang sulit atau tidak bisa
dicerna. Ketidakmampuan ini berdampak pada gangguan pencernaan, di
beberapa bagian jalur dari pengairan feses. Makan yang teratur
mempengaruhi defekasi. Makan yang tidak teratur dapat mengganggu
keteraturan pola defekasi. Individu yang makan pada waktu yang sama
setiap hari mempunyai suatu keteraturan waktu, respon fisiologi pada
pemasukan makanan dan keteraturan pola aktivitas peristaltik di colon.
3. Cairan
Pemasukan cairan juga mempengaruhi eliminasi feses. Ketika
pemasukan cairan yang adekuat ataupun pengeluaran (cth: urine, muntah)
yang berlebihan untuk beberapa alasan, tubuh melanjutkan untuk
mereabsorbsi air dari chyme ketika ia lewat di sepanjang colon.
Dampaknya chyme menjadi lebih kering dari normal, menghasilkan feses
yang keras. Ditambah lagi berkurangnya pemasukan cairan memperlambat

9
perjalanan chyme di sepanjang intestinal, sehingga meningkatkan
reabsorbsi cairan dari chyme.
4. Tonus Otot
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk
defekasi. Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi
pergerakan chyme sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak
efektif pada peningkatan tekanan intraabdominal selama proses defekasi
atau pada pengontrolan defekasi. Otot-otot yang lemah merupakan akibat
dari berkurangnya latihan (exercise), imobilitas atau gangguan fungsi
syaraf.
5. Faktor Psikologi
Dapat dilihat bahwa stres dapat mempengaruhi defekasi. Penyakit-
penyakit tertentu termasuk diare kronik, seperti ulcus pada collitis, bisa
jadi mempunyai komponen psikologi. Diketahui juga bahwa beberapa
orang yagn cemas atau marah dapat meningkatkan aktivitas peristaltik dan
frekuensi diare. Ditambah lagi orang yagn depresi bisa memperlambat
motilitas intestinal, yang berdampak pada konstipasi.
6. Gaya Hidup
Gaya hidup mempengaruhi eliminasi feses pada beberapa cara.
Pelathan buang air besar pada waktu dini dapat memupuk kebiasaan
defekasi pada waktu yang teratur, seperti setiap hari setelah sarapan, atau
bisa juga digunakan pada pola defekasi yang ireguler. Ketersediaan dari
fasilitas toilet, kegelisahan tentang bau, dan kebutuhan akan privacy juga
mempengaruhi pola eliminasi feses. Klien yang berbagi satu ruangan
dengan orang lain pada suatu rumah sakit mungkin tidak ingin
menggunakan bedpan karena privacy dan kegelisahan akan baunya.
7. Obat-Obatan
Beberapa obat memiliki efek samping yang dapat berpengeruh
terhadap eliminasi yang normal. Beberapa menyebabkan diare; yang lain
seperti dosis yang besar dari tranquilizer tertentu dan diikuti dengan
prosedur pemberian morphin dan codein, menyebabkan

10
konstipasi.Beberapa obat secara langsung mempengaruhi eliminasi.
Laxative adalah obat yang merangsang aktivitas usus dan memudahkan
eliminasi feses. Obat-obatan ini melunakkan feses, mempermudah
defekasi. Obat-obatan tertentu seperti dicyclomine hydrochloride (Bentyl),
menekan aktivitas peristaltik dan kadang-kadang digunakan untuk
mengobati diare.

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi miksi

1. Jumlah air

Jumlah air yang diminum Semakin banyak air yang diminum jumlah
urin semakin banyak. Apabila banyak air yang diminum, akibatnya
penyerapan air ke dalam darah sedikit, sehingga pembuangan air
jumlahnya lebih banyak dan air kencing akan terlihat bening dan encer.
Sebaliknya apabila sedikit air yang diminum, akibatnya penyerapan air ke
dalam darah akan banyak sehingga pembuangan air sedikit dan air kencing
berwarna lebih kuning .

2. Jumlah garam

Jumlah garam yang dikeluarkan dari darah Supaya tekanan osmotik


tetap, semakin banyak konsumsi garam maka pengeluaran urin semakin
banyak.

3. Konsentrasi hormon insulin

Jika konsentrasi insulin rendah, orang akan sering mengeluarkan


urin. Kasus ini terjadi pada orang yang menderita kencing manis.

4. Hormon antidiuretik (ADH)

Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian belakang. Jika


darah sedikit mengandung air, maka ADH akan banyak disekresikan ke
dalam ginjal, akibatnya penyerapan air meningkat sehingga urin yang
terjadi pekat dan jumlahnya sedikit. Sebaliknya, apabila darah banyak

11
mengandung air, maka ADH yang disekresikan ke dalam ginjal berkurang,
akibatnya penyerapan air berkurang pula, sehingga urin yang terjadi akan
encer dan jumlahnya banyak.

5. Suhu lingkungan

Ketika suhu sekitar dingin, maka tubuh akan berusaha untuk


menjaga suhunya dengan mengurangi jumlah darah yang mengalir ke kulit
sehingga darah akan lebih banyak yang menuju organ tubuh, di antaranya
ginjal. Apabila darah yang menuju ginjal jumlahnya samakin banyak,
maka pengeluaran air kencing pun banyak.

6. Gejolak emosi dan stress

Jika seseorang mengalami stress, biasanya tekanan darahnya akan


meningkat sehingga banyak darah yang menuju ginjal. Selain itu, pada
saat orang berada dalam kondisi emosi, maka kandung kemih akan
berkontraksi. Dengan demikian, maka timbullah hasrat ingin buang air
kecil.

7. Minuman alkohol dan kafein

Alkohol dapat menghambat pembentukan hormon antidiuretika.


Seseorang yang banyak minum alkohol dan kafein, maka jumlah air
kencingnya akan meningkat.

D. Masalah-Masalah pada Gangguan Eliminasi


 Masalah-masalah dalam eliminasi urin :
a) Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih
dan ketidak sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
b) Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau
permanen otot sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine
dari kandung kemih.

12
c) Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada
malam hari (nocturnal enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih
dalam semalam
d) Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
e) Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih.
f) Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal,
seperti 2.500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.
g) Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine
• Masalah eliminasi fekal yang sering ditemukan yaitu:
a) Konstipasi, merupakan gejala, bukan penyakit yaitu menurunnya
frekuensi BAB disertai dengan pengeluaran feses yang sulit, keras,
dan mengejan. BAB yang keras dapat menyebabkan nyeri rektum.
Kondisi ini terjadi karena feses berada di intestinal lebih lama,
sehingga banyak air diserap.
b) Impaction, merupakan akibat konstipasi yang tidak teratur,
sehingga tumpukan feses yang keras di rektum tidak bisa
dikeluarkan. Impaction berat, tumpukan feses sampai pada kolon
sigmoid.
c) Diare, merupakan BAB sering dengan cairan dan feses yang tidak
berbentuk. Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat
cepat. Iritasi di dalam kolon merupakan faktor tambahan yang
menyebabkan meningkatkan sekresi mukosa. Akibatnya feses
menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan
menahan BAB.
d) Inkontinensia fecal, yaitu suatu keadaan tidak mampu mengontrol
BAB dan udara dari anus, BAB encer dan jumlahnya banyak.
Umumnya disertai dengan gangguan fungsi spingter anal, penyakit
neuromuskuler, trauma spinal cord dan tumor spingter anal
eksternal. Pada situasi tertentu secara mental pasien sadar akan
kebutuhan BAB tapi tidak sadar secara fisik. Kebutuhan dasar
pasien tergantung pada perawat.

13
e) Flatulens, yaitu menumpuknya gas pada lumen intestinal, dinding
usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram.
Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus).
Hal-hal yang menyebabkan peningkatan gas di usus adalah
pemecahan makanan oleh bakteri yang menghasilkan gas metan,
pembusukan di usus yang menghasilkan CO2.
f) Hemoroid, yaitu dilatasi pembengkakan vena pada dinding rektum
(bisa internal atau eksternal). Hal ini terjadi pada defekasi yang
keras, kehamilan, gagal jantung dan penyakit hati menahun.
Perdarahan dapat terjadi dengan mudah jika dinding pembuluh
darah teregang. Jika terjadi infla-masi dan pengerasan, maka pasien
merasa panas dan gatal. Kadang-kadang BAB dilupakan oleh
pasien, karena saat BAB menimbulkan nyeri. Akibatnya pasien
mengalami konstipasi.

BAB III

RENCANA PENGKAJIAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar
dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan
dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy,
1995).

14
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat
tahap kegiatan, yang meliputi ; pengumpulan data, analisis data,
sistematika data dan penentuan masalah. Adapula yang menambahkannya
dengan kegiatan dokumentasi data.
Pengumpulan dan pengorganisasian data harus menggambarkan dua hal,
yaitu : status kesehatan klien dan kekuatan – masalah kesehatan yang
dialami oleh klien.
Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif adalah
kumpulan data yang berisikan status kesehatan klien, kemampuan klien
untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya terhadap dirinya sendiri
dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.
Data fokus keperawatan adalah data tentang perubahan-perubahan atau
respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya, serta hal-hal
yang mencakup tindakan yang dilaksanakan kepada klien.
B. Hal-hal yang terdapat dalam pengkajian
1. Eliminasi Urine
• Identitas pasien
• Identitas penanggung jawab pasien
• Riwayat kesehatan
• Anamesis Keperawatan
• Pemeriksaan Fisik
• Periksa urin klien
• Tinjau informasi dari hasil pemeriksaan diagnostik

1. Identitas pasien
Identitas pasien berupa nama pasien, tempat dan tanggal lahir pasien,
umur, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, status, dan
alamat pasien.
2. Identitas yang bertanggung jawab terhadap pasien
Identitas yang bertanggung jawab berupa nama, tempat dan tanggal
lahir, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan,

15
status, alamat, dan status pihak yang bertanggung jawab dengan
pasien.
3. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan keperawatan adalah data yang dikumpulkan tentang
tingkat kesejahteraan klien (saat ini dan masa lalu), riwayat keluarga,
perubahan dalam pola kehidupan, riwayat sosial budaya, kesehatan
spiritual, dan reaksi mental serta emosi terhadap penyakit. Riwayat
keperawatan dikumplkuan selama wawancara dan merupakan langkah
pertama dalam melakukan pengkajian.
• Keluhan utama
Keluhan apa yang menyebabkan pasien datang ke rumah sakit.
 Penyakit saat ini
Jika ada suatu penyakit, perawat mengumpulkan data yang penting
dan berkaitan tentang berkaitan gejala. Perawat menentukan kapan
gejala mulai timbul secara mendadak atau bertahap, dan apakah
gejala selalu timbul atau hilang dan timbul. Pada bagian tentang
riwayat penyakit saat ini, perawat mencatat informasi spesifik
seperti letak, intensitas dan kualitas gejala. Berguna juga
mempelajari harapan klien tentang pemberi perawatan kesehatan.
Harapan yang demikian memberikan perawat informasi tentang
persepsi klien mengenai pola penyakit atau perubahan dalam gaya
hidup.
 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Informasi yang dikumpulkan tentang riwayat masa lalu
memberikan data tentang pengalaman perawatan kesehatan klien.
Perawat mengkaji apakah klien pernah di rawat di RS atau pernah
menjalani operasi. Juga penting dalam merencamakan asuhan
keperawatan adalah deskripsi tentang alergi, termasuk reaksi alergi
terhadap makanan, obat-obatan.
Perawat juga mengidentifikasi kebiasaan dan pola gaya hidup.
Penggunaan tembakau, alkohol, kafein, obat-obatan, atau medikasi

16
yang secara rutin digunakan dapat membuat klien berisko terhadap
penyakit hepar dan lain-lain.
 Riwayat Keluarga
Tujuan dari riwayat keluarga adalah untuk mendapatkan data
tentang hubungan kekeluargan langsung dan hubungan darah.
Sasarannya adalah untuk menentukan apakah klien berisko
terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial dan untuk
mengidentifikasi area tentang promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit. Riwayat keluarga juga memberikan informasi tentang
struktur keluarga, interaksi, dan fungsi yang mungkin berguan
dalam merencanakan asuhan.
4. Anamnesis Keperawatan
Anamnesis adalah suatu teknik pemeriksaan paling awal yang dilkukan
lewat percakapan atau wawancara antara tenaga kesehatan dengan
pasien,baik secara langsung atau melalui orang lain yang paling
mengetahui tentang kondisi kesehatan pasien. Anamnesa bertujuan
untuk mendapatkan data kesehatan dan permasalahn medis pasien
sehingga dapat memperkirakan diagnosa atau permasalahan medis
yang dihadapi pasien. Fokus anamnesis keperawatan :
a) Pola berkemih
Tanyakan pola berkemih harian termasuk frekuensi dan
waktu,volume normal berkemih,dan perubahan yang timbul.
Contoh pertanyaan:
1) Berapa kali anda BAK dalam sehari?
2) Apakah air kencing anda saat BAK sedikit atau banyak
setiap harinya?
3) Berapa kali anda BAK pada malam hari?
b) Gejala Perubahan Perkemihan
Tanyakan klien tentang gejala yang berhubungan dengan
perkemihan. Perhatikan apakah klien menyadari factor yang

17
memperburuk gejala selain itu tanyakan tindakan klien saat ia
mengalami gejala tersebut. Contoh pertanyaan :
1) Apakah anda terasa nyeri saat berkemih?
2) Apakah ada perasaan ingin berkemih terus?
3) Apakah ada darah saat anda berkemih?
c) Faktor yang mempengaruhi perkemihan
Faktor yang mempengaruhi perkemihan antara lain
usia,lingkungan, riwayat pengobatan, tonus otot, keseimbangan
cairan, prosedur operatif atau diagnostic yang sedang dijalani
klien, dan kondisi penyakit. Awasi kebutuhan yang terkait
dengan perubahan normal pada proses penuaan yang menjadi
predisposisi untuk masalah eliminasi. Perhatikan pola buang air
besar karena konstipasi sering mengganggu pola eliminasi
urine normal. Perhatikan masalah pada lingkungan rumah dan
pelayanan kesehatan.
5. Pemeriksaan fisik
Pengkajian fisik dan pengumpulan data laboratorium dan diagnostik
mencakup pengumpulan objektif, informasi yang dapat diamati yang
tidak dikaburkan oleh persepsi klien. Pemeriksaan fisik adalah
mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran lainnya serta pemeriksaan
semua bagian tubuh dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi.
Sepanjang pemeriksaan fisik, data di ukur terhadap standar, yang
merupakan peraturan yang telah di tetapkan atau dasar pembanding
dalam pengukuran atau penilaian kapasitas, kuantitas, kandungan dan
nilai dari objek dalam kategori yang sama.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, perawat menyiapkan
klien,lingkungan, dan peralatan yang di perlukan. Perawat
menginpormasikan klien tentang proses pemeriksaan fisik, secara
spesifik tentang tujuan, peran perawat, peran klien, dan perkiraan
waktu yang di butuhkan.

18
Ø Urutan Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara sistematis seperti halnya pada
tinjauan sistem dalam riwayat kesehatan. Komponen pengkajian ini
biasanya dimulai dengan data tentang berat dan tinggi badan klien dan
tanda-tanda vital. Berikutnya pemeriksa menulis pernyataan umum
tentang persepsi klien dan tingkat kesehatan klien. Informasi terakhir
adalah pemeriksaan tubuh dari atas kepala ke ujung kaki. Pemeriksaan
mencatat data objektif yang didapatkan, dengan menggunakan bahasa
yang jelas, ringkas, dan sesuai dalam menguraikan setiap sistem yang
diperikasa.
• Keadaan umum :
 Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
 GCS  :
 Verbal: baik :5/bingung :4/bisa membentuk kata tapi tidak bisa
membentuk kalimat :3/bisa mengeluarkan suara yang tidak
memiliki arti :2/ tidak bersuara :1
 Psikomotor: menurut perintah :6/ dapat melokalisir rangsang nyeri:
5/ menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak: 4/menjauhi
rangsang nyeri: 3/ ekstensi spontan: 2/ tidak ada gerakan: 1.
 Mata : Spontan menbuka mata: 4/ membuka mata dengan perintah
suara: 3/ membuka mata dengan rangsang nyeri: 2/ tidak membuka
mata dengan rangsang apapun: 1.
• Tanda-tanda Vital :
 Nadi
 Suhu
 TD
 RR
Ø Teknik Pemeriksaan Fisik
Perawat menggunakan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskulortasi
untuk memeriksa klien secara menyeluruh. Setiap teknik

19
membutuhkan prinsip teretentu yang harus diikuti untuk memastikan
pengumpulan data yang akurat. Struktur primer yang perlu diperiksa
adalah kulit dan membran mukosa, ginjal, kandumg kemih, meatus
uretra.
a) Kulit dan membran mukosa
Lakukan inspeksi : Perhatikan turgor kulit dan mukosa mulut.
Periksa perineum untuk melihat adanya ruang bengkak, iritasi,
dan gangguan integritas.
b) Ginjal
Lakukan palpasi : memalpasi saat melakukan pemeriksaan
abdomen. Mengidentifikasi apakah ada tumor atau nyeri
inflamasi.
Lakukan auskultasi : mendeteksi suara yang timbul akibat
aliran turbulensi melalui arteri yang menyempit.
c) Kandung Kemih
Lakukan inspeksi : Melihat adanya pembengkakan atau
tampilan cembung abdomen bawah.
Lakukan palpasi : Lakukan perlahan pada abdomen bagian
bawah.
Lakukan perkusi : menimbulkan bunyi yang redup.
d) Meatus Uretra
Lakukan inspeksi : Apakah ada sekret, inflamasi, nodul, lesi,
atau keadaan atropi jaringan vagina pada daerah genetalia
wanita. Perhatikan kebersihan, apakah ada lesi, terderness, atau
adanya pembesaran skrotum pada genetalia pria.
6. Pemeriksaan Urine
Pemeriksaan urin dilakukan dengan pengambilan specimen di
laboratorium. Metode pengambilan didasarkan pada tingkat
perkembangan klien dan jenis specimen yang dibutuhkan. Pemeriksaan
urine melibatkan pengukuran asupan dan keluaran cairan klien serta
pengamatan karakteristik urin klien.

20
a) Asupan dan keluaran
Tinjau konsumsi air klien setiap harinya. Contoh pertayaan :
Berapa gelas atau berapa liter anda minum air per harinya?
b) Karateristik urin
Lakukan uji lab yang berujuan memeriksa warna, kejernihan,
dan bau urin.
 Warna
1) Urin normal : pucat- gelap, lebih pekat pada pagi hari.
Jika klien mengkonsumsi banyak cairan urin jadi lebih
encer.
2) Perdarahan dari ginjal : Urin berwarna merah gelap
3) Perdarahan kandung kemih : Urin berwarna merah
terang
4) Gangguan fungsi hati : urin berwarna oren gelap
 Kejernihan
1) Urin normal : Transparan. Jika ditampung lama akan
menjadi keruh
2) Penyakit ginjal : urin tampak keruh dan berbusa
3) Adanya bakteri dan sel darah putih : urin berwarna
pekat dan keruh
 Bau

Semakin pekat urin baunya akan semakin kuat. Contoh

Klien diabetes mellitus atau kelaparan : Bau urin manis seperti


buah.

Adapun metode pemeriksaan urin :

1) Urinalis
2) Gravitasis spesifik
3) Kultur urin
7. Riwayat Diagnostik Keperawatan

21
• Tujuan: Untuk menentukan dasar masalah pada pasien.

Contoh: Jenis permasalahan apa yang anda keluhkan?

• Tujuan: Identifikasi tanda-tanda dan gejala ada pasien.

Contoh: Apakah anda mengalami urgensi (merasa seolah-olah anda


harus segera berkemih) atau gejala lain seperti pusing, sakit kepala,
nyeri abdomen?

• Tujuan: Mengetahui onset dan durasi pasien terkait elimiasi.

Contoh: Kapan anda pertama kali menyadari masalah tersebut?

• Tujuan: Ajukan pertanyaan terkait tingkat keparahan yang dialami.

Contoh: Berapa kali dalam sehari anda BAK?

• Tujuan: Mengetahui factor predisposisi.

Contoh: Apakah anda mengalami penyakit fisik yang mungkin


mempengaruhi pola kemih normal anda?

• Tujuan: Ajukan pertanyaan pada klien terkait efek dari gangguan


masalah eliminasi yang dialami.

Contoh: Bagaimana gejala tersebut mempengaruhi hidup anda?

2. Eliminasi Fekal

 Identitas pasien
 Identitas penanggung jawab pasien
 Riwayat keperawatan
 Pemeriksaan fisik
 Periksa feses klien
 Tinjau informasi dari hasil pemeriksaan diagnostik

1) Identitas pasien

22
Identitas pasien berupa nama pasien, tempat dan tanggal lahir pasien,
umur, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, status, dan
alamat pasien.
2) Identitas yang bertanggung jawab terhadap pasien
Identitas yang bertanggung jawab berupa nama, tempat dan tanggal
lahir, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan,
status, alamat, dan status pihak yang bertanggung jawab dengan
pasien.
3) Riwayat keperawatan
Riwayat keperawatan adalah data yang dikumpulkan tentang tingkat
kesejahteraan klien (saat ini dan masa lalu), riwayat keluarga,
perubahan dalam pola kehidupan, riwayat sosial buda, kesehatan
spiritual, dan reaksi mental serta emosi terhadap penyakit. Riwayat
keperawatan dikumpulkan selama wawancara dan merupakan langkah
pertama dalam melakukan pengkajian.
 Tentukan pola eliminasi normal klien
Contoh : Berapa kali anda BAB dalam sehari?
 Deskripsi klien terhadap karakteristik fekal yang biasanya
Apakah bentuk feses anda yang terakhir kali?(lembek, keras,
normal, dan warnanya)
Apakah saat BAB fese disertai darah?
 Identifikasi rutinitas yang dilakukan untuk mendukung pola
eliminasi normal. Contohnya mengonsumsi minuman hangat,
memakan makanan tertentu atau BAB pada waktu tertentu.
Contoh : Apakah anda sering mengonsumsi makan berserat?
Apakah anda sering minum air hangat?
 Pengkajian penggunaan alat bantu artifisial di rumah
Apakah klien mengunakan enema, laksatif, atau makanan
tambahan yang mebentuk bungkal sebelum BAB?
Seberapa sering anda menggunakan enema atau alat bantu lain?
 Keberadaan dan status pengalihan usus

23
Jika klien memiliki ostomy kaji frekuensi drainase fese, karakter
fese, penampilan dan keadaan stoma.
 Perubahan nafsu makan
Apakah anda mengalami penurunan berat badan?
 Riwayat diet
Apakah anda sedang menjalani program diet atay sejenis untuk
pengurangan berat badan?
Apakah anda makan teratur?(tiga kali sehari)
Makanan apa saja yang anda konsumsi setiap hari?
 Deskripsi asupan cairan setiap hari
Kira-kira berapa asupan yang anda konsumsi?
 Riwayat pembedahan dan penyakit yang mempengaruhi sistem
pencernaan
Apakah anda pernah melakukan operasi?
Apakah anda memilki riwayat keluarga dengan penyakit asam
lambumg atau sejenisnya?
 Riwayat medikasi
Apakah anda menggunakan medikasi seperti laksatif, antasida,
suplemen zat bsi, dan analgesic?
 Keadaan emosional
Selama pengkajian observasi emosi klien yaitu, nada suara dan
sikap yang mempengaruhi perilaku klien.
Apakah anda amengalami stress?
 Riwayat latihan
Apakah and amelakukan aktivitas baik ringan maupun berat
perharinya. Tolong jelaskan!
 Riwayat nyeri atau ketidaknyamanan
Apakah terdapat nyeri pada bagian perut?
 Riwayat social
Jika klien berbagi ruangan dengan orang lain berapa banyak kamar
mandi yang ada disana?

24
Apakah anda memiliki kamar mandi sendiri atau masih berbagi
kamar mandi?
Jika klien tinggal sendirian
Apakah anda mampu ke toilet dengan aman?
Siapa yang dapat membantu anda dan bagaimana?
 Mobilitas dan ketangkasan
Mobilitas dan ketangkasan perlu dievaluasi sehingga dpaat
membantu menentukan apakah klien membutuhkan alat bantu atau
bantuan dari orang lain.
 Penyakit saat ini
Jika ada suatu penyakit, perawat mengumpulkan data yang penting
dan berkaitan tentang berkaitan gejala. Perawat menentukan kapan
gejala mulai timbul secara mendadak atau bertahap, dan apakah
gejala selalu timbul atau hilang dan timbul. Pada bagian tentang
riwayat penyakit saat ini, perawat mencatat informasi spesifik
seperti letak, intensitas dan kualitas gejala.
Berguna juga mempelajari harapan klien tentang pemberi
perawatan kesehatan. Harapan yang demikian memberikan perawat
informasi tentang persepsi klien mengenai pola penyakit atau
perubahan dalam gaya hidup.
 Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Informasi yang dikumpulkan tentang riwayat masa lalu
memberikan data tentang pengalaman perawatan kesehatan klien.
Perawat mengkaji apakah klien pernah di rawat di RS atau pernah
menjalani operasi. Juga penting dalam merencamakan asuhan
keperawatan adalah deskripsi tentang alergi, termasuk reaksi alergi
terhadap makanan, obat-obatan.
Perawat juga mengidentifikasi kebiasaan dan pola gaya hidup.
Penggunaan tembakau, alkohol, kafein, obat-obatan, atau medikasi
yang secara rutin digunakan dapat membuat klien berisko terhadap
penyakit hepar dan lain-lain.

25
 Riwayat Keluarga
Tujuan dari riwayat keluarga adalah untuk mendapatkan data
tentang hubungan kekeluargan langsung dan hubungan darah.
Sasarannya adalah untuk menentukan apakah klien berisiko
terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial dan untuk
mengidentifikasi area tentang promosi kesehatan dan pencegahan
penyakit. Riwayat keluarga juga memberikan informasi tentang
struktur keluarga, interaksi, dan fungsi yang mungkin berguan
dalam merencanakan asuhan.
4) Pemeriksaan Fisik
Pengkajian fisik dan pengumpulan data laboratorium dan diagnostik
mencakup pengumpulan objektif, informasi yang dapat diamati yang
tidak dikaburkan oleh persepsi klien. Pemeriksaan fisik adalah
mengukur tanda-tanda vital dan pengukuran lainnya serta pemeriksaan
semua bagian tubuh dengan menggunakan teknik inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi.
Sepanjang pemeriksaan fisik, data di ukur terhadap standar, yang
merupakan peraturan yang telah di tetapkan atau dasar pembanding
dalam pengukuran atau penilaian kapasitas, kuantitas, kandungan dan
nilai dari objek dalam kategori yang sama.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, perawat menyiapkan
klien,lingkungan, dan peralatan yang di perlukan. Perawat
menginpormasikan klien tentang proses pemeriksaan fisik, secara
spesifik tentang tujuan, peran perawat, peran klien, dan perkiraan
waktu yang di butuhkan.
Ø Urutan Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara sistematis seperti halnya pada
tinjauan sistem dalam riwayat kesehatan. Komponen pengkajian ini
biasanya dimulai dengan data tentang berat dan tinggi badan klien dan
tanda-tanda vital. Berikutnya pemeriksa menulis pernyataan umum
tentang persepsi klien dan tingkat kesehatan klien. Informasi terakhir

26
adalah pemeriksaan tubuh dari atas kepala ke ujung kaki. Pemeriksaan
mencatat data objektif yang didapatkan, dengan menggunakan bahasa
yang jelas, ringkas, dan sesuai dalam menguraikan setiap sistem yang
diperikasa.
• Keadaan umum :
 Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen /
sopor/koma
 GCS  :
 Verbal: baik :5/bingung :4/bisa membentuk kata tapi tidak bisa
membentuk kalimat :3/bisa mengeluarkan suara yang tidak
memiliki arti :2/ tidak bersuara :1
 Psikomotor: menurut perintah :6/ dapat melokalisir rangsang
nyeri: 5/ menolak rangsangan nyeri pada anggota gerak:
4/menjauhi rangsang nyeri: 3/ ekstensi spontan: 2/ tidak ada
gerakan: 1.
 Mata : Spontan menbuka mata: 4/ membuka mata dengan perintah
suara: 3/ membuka mata dengan rangsang nyeri: 2/ tidak
membuka mata dengan rangsang apapun: 1.
• Tanda-tanda Vital :
 Nadi
 Suhu
 TD
 RR
Ø Teknik Pemeriksaan Fisik

Perawat menggunakan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskulortasi untuk


memeriksa klien secara menyeluruh. Setiap teknik membutuhkan prinsip
teretentu yang harus diikuti untuk memastikan pengumpulan data yang
akurat. Struktur primer yang perlu diperiksa adalah mulut, abdomen, dan
rectum.

a) Mulut

27
Inspeksi : Amati gigi, lidah dan gusi klien. Tanyakan apakah
klien bisa mengunyah atau tidak. Lihat ada luka atau tidak.
Contoh : Apakah anda bisa mengunyah atau menelan dengan
baik?
b) Abdomen
Inspeksi : Kontur, bentuk, kesimetrisan, warna kulit, luka,
stoma, lesi, gerakan peristaltik pada abdomen. Normalnya tidak
ada gerakan peristaltic yang terlihat.
Auskultasi : Menggunakanan stetoskop. Normalnya bising
seperti suara orang kelaparan di semua kuadran. Abnormal jika
bising hiperaktif, hipoaktif, bising keras gemerincing, bising
keras yang ramai.
Palpasi : Memalpasi abdomen apakah ada massa dan area yang
mengalami nyeri abdomen. Contoh : Apakah ada nyeri?
Perkusi : Lesi, cairan, atau gas pada abdomen. Suaranya sonor.
Gas atau flatulens memberikan bunyi timpani. Massa, tumor,
dan cairan memberikan bunyi tumpul. Contoh : Apakah anda
merasa kesakitan?
c) Rektum
Inspeksi : Lesi, perubahan warna, inflamasi, dan hemoroid.
5) Pemeriksaaan Laboratorium
Metode pengambilan didasarkan pada tingkat perkembangan klien dan
jenis specimen yang dibutuhkan. Pemeriksaan feses melibatkan
pengukuran asupan dan keluaran cairan klien serta pengamatan
karakteristik feses klien.
Uji Spesimen Feses
- Pemeriksaan dan nilai normal
a) Bilirubin total : 0,1-1 mg/dl
b) Alkali fosfat : 30-38 ImU/ml
c) Amilase : 56-190 unit internasional/L
d) Antigen karsinoembrionik/CEA : < 5 mg/ml

28
- Visualisasi langsung
a) Endoskopik, kolonoskopi : Lesi, perdarahan, polip, tumor,
inflamasi, ulkus, hernia.
- Visualisasi tidak langsung
a) Film sinar-x disertai medium kontras : tumor, ulsersi,
inflamasi, atau keadaan abnormal lainnya.

Karakteristik feses

Karakteristik Normal Abnormal


Warna Anak-anak : kuning a) Putih atau berwarna
Dewasa : coklat tanah liat
b) Hitam atau pekat
c) Merah
d) Pucat disertai lemak
e) Mukus berkilat
f) Mukus berdarah
Bau Tajam Perubahan yang tidak
tampak
Konsistensi Berbentuk, lembek cair, keras
Frekuensi a) Anak- Anak- anak : > 6 kali/hari
anak(ASI) : 4-6 atau < 1 kali selama 1-2 hari
kali/hari Dewasa : > 3 kali/hari atau
b) Anak-anak(susu) < 1 kali seminggu
: 1-3 kali/hari
c) Dewasa : 1
kali/hari atau 2-3
kali seminggu

Jumlah 150 g/hari ( dewasa)


Bentuk Bergantung pada Meruncing seperti pensil
diameter rectum
Isi Makanan yang tidak Darah, pus, benda asing,

29
dicerna, bakteri mati, mucus, cacing, lemak
lemak, pigmen empedu, berlebihan.
sel yang melapisi
mukosa usus, air

6) Pemeriksaan diagnostik keperawatan


Tanda dan gejala
 Mual atau muntah : Awitan, durasi, gejala yang berhubungan,
karakter, paparan
Contoh :
1) Apakah anda merasa ingin muntah atau mual?
2) Kapan mual atau muntah dimulai?
3) Bagaimana warna muntahannya?
4) Apakah ada gejala lain seperti pusing, sakit kepala, nyeri abdomen,
atau kehilangan berat badan?
5) Apakah anda memiliki anggota keluarga yang mengalami gejala
yang sama?
 Indigesti : Awitan, karakter, lokasi, gejala yang berhubungan,
faktor yang mempengaruhi.

Contoh ;

1) Apakah anda merasa tidak nyaman di area bahu ataau lengan?


2) Apa anda merasa kembung setelah makan?
 Diare : Awitan, durasi, gejala yang berhubungan, factor yang dapat
mengatasi diare, paparan
Contoh :
1) Berapa kali anda BAB per hari?
2) Apakah bentuknya encer?
3) Apakah anda mengalami demam, panas, kehilangan berat
badan atau nyeri abdomen?
4) Apakah anda menggunakan obat-obatan baru-baru ini?

30
5) Apakah anda stress?
6) Apakah anda keluar kota dalam waktu dekat ini?
 Konstipasi : Awitan, karakter, gejala yang berhubungan, faktor
yang mengurangi.
1) Kapan anda merasa tidak nyaman pada usus anda?
2) Apakah sembelit terjadi baru-baru ini atau sudah pernah
mengalami sebelumnya?
3) Apakah anda mengejan saat BAB?
4) Apakah anda merasakan nyeri saat BAB?
5) Apakah anda merasa kalau BAB tidak tuntas?
6) Apakah anda menggunakan obat pencahar seperti vegeta atau
dulcolax?

Riwayat Medis

1) Apakah anda memiliki riwayat masalah pencernaan


sebelumnya?
2) Apakah anda pernah menjalani operasi atau sempat
mengalami trauma?
3) Apakah anda memiliki masalah seperti pernafasan, ginjal
atau penyakit jantung?

Efek yang dialami klien

1) Bagaimana gejala ini mempengaruhi anda?


2) Apakah gejala tersebut menganggu aktivitas anda?

31
BAB IV

ASUHAN KEPERAWATAN NY. TN DENGAN GANGGUAN


KEBUTUHAN ELIMINASI

1. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 20 September 2020
Jam : 08.30
No. CM : 9626
Tanggal Pengkajian : 23 September
Jam : 09.00
Diagnosis Medis : Konstipasi

A. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny. TN
TTL : 12 Januari 1990
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia
Status : Menikah
Alamat : Jalan Indramayu, Sukanegara Antapani, Bandung
B. Yang bertanggung jawab
Nama : Tn. AB
TTL : 11 Desember 1984
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : S2
Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia

32
Status : Menikah
Alamat : Jalan Indramayu, Sukanegara Antapani, Bandung
Hubungan dengan klien : Suami

2. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pada perut, seminggu belum BAB.
2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan alasan masuk rumah sakit karena sudah tidak dapat
menahan nyeri pada perut. Sebelum terjadinya gangguan, pasien normal
BAB sekali dalam sehari. Namun setelah terjadinya gangguan pasien
mengatakan belum BAB dalam seminggu sehingga menyebabkan nyeri
pada perut bagian bawah. Pasien mengatakan feses yang dikeluarkan
terakhir kali keras dan berwarna kecoklatan. Pasien mengatakan bagian
anus terluka karena kurangnya elastisitas anus sehingga saat BAB perih
dan mengeluarkan darah. Pasien mengatakan tidak makan makanan yang
berserat seperti buah dan sayur serta jarang minum air putih. Pasien tidak
menggunakan enema, laksatif, atau makanan tambahan untuk membentuk
bungkal karena menganggap hanya penyakit biasa. Pasien mengatakan
tidak sedang dalam program diet, tetapi pasien juga mengatakan
kehilangan berat badan karena telat makan dan sering begadang. Pasien
mengatakan sering mengkonsumsi makanan siap saji karena untuk
menghemat waktu. Pasien mengatakan belum pernah melakukan operasi.
Pasien mengatakan sedang mengalami stress karena kerjaan yang
menumpuk. Pasien mengatakan jarang melakukan aktifitas fisik dan lebih
serin duduk.

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Pasien mengatakan sebelumnya pernah mengalami demam dan sakit
kepala ringan. Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat di RS.

33
Pasien tidak memilki riwayat alergi obat, makanan, dan debu. Pasien
mengatakan sering minum kopi.

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan dan
penyakit menular.
5. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
a. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum sakit          : Pasien mengatakan makan 2x sehari, dengan porsi
habis, minum 5 gelas (air putih dan kopi)
Saat sakit              : Pasien mengatakan makan 2x sehari, habis ½
porsi, minum 4 gelas ( air putih dan kopi), pasien
mengatakan tidak nafsu makan.

b. Pola Eliminasi
o BAB
Sebelum sakit       : Pasien mengatakan BAB dua hari 1x, dengan
konsistensi feses keras, berwarna kecoklatan tidak
disertai darah.
Saat sakit : Pasien mengatakan seminggu terakhir ini tidak
BAB. Pasien mengatakan ketika ingin BAB susah
untuk mengeluarkan tinjanya sehingga pasien
merasa sakit saat mengedan. Rasa sakit yang
dirasakan tidak tertahankan.
o BAK
Sebelum sakit       : Pasien mengatakan BAK 4x dalam sehari, urine
berwarna kekuningan dan berbau pesing.
Saat sakit : Pasien mengatakan BAK 3x dalam sehari, urine
berwarna kekuningan dan berbau pesing.

c.Pola aktivitas dan latihan

34
1)   Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total

2)  Latihan
Sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelum sakit dapat
melakukan kegiatan yang ringan dengan
madiri.
Saat sakit : Pasien mengatakan tidak dapat
melakukan kegiatan yang ringan
akibat merasa nyeri pada perut bagian bawah
saat bergerak. Pasien mengatakan tidak
nyaman saat beraktivitas.
6. Pemeriksaan Diagnostik Keperawatan
 Endoskopi
Penggunaan laksatif dalam jangka waktu lama, dan lesi pada mukosa
kolon dapat ditentukan
 Foto Polos Abdomen
Dapat terlihat adanya kolon yang penuh dengan feses, impaksi feses,
dan pseudo obstruksi.
 Pemeriksaaan Laboratorium
Uji Spesimen Feses
Pemeriksaan dan nilai normal
a) Bilirubin total : 0,1-1 mg/dl
b) Alkali fosfat : 30-38 ImU/ml

35
c) Amilase : 56-190 unit internasional/L
d) Antigen karsinoembrionik/CEA : < 5 mg/ml

7. Program terapi
a. Terapi Non Farmakologi
 Konsumsi Serat
Pasien diminta untuk meningkatkan konsumsi makanan berserat
hingga 25 gram serat/hari dan minum air yang cukup ( sekitar 1,5-
2,0 L/hari). Serat bisa didapatkan dari sayur-sayuran dan buah-
buahan.
 Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik yang regular, tiga kali seminggu, selama 60 menit,
dengan target 40-60% dari target heart rate (THR)
 Kebiasaan Defekasi
Pasien diedukasi agar tidak menahan buang air besar, menghindari
mengejan, membiasakan buang air besar setelah makan (melatih
reflek post-prandial bowel movement) atau saat waktu yang
dianggap sesuai, dan menghindari obat-obatan yang dapat
menyebabkan konstipasi.
b. Terapi Farmakologis
 Stool Softener
Docusate : 240 mg per oral per hari, atau 120-200 mg diberikan
sebagai enema.
 Laksatif Lubrikan
Pemberian paraffin oil yang dimasukkan ke dalam anus.
 Laksatif Stimulan
 Tegaserod : 2 x 6 mg digunakan selama 4-6 minggu
 Bisacodyl : 5-10 mg diberikan saat malam hari, maksimal 20
mg
 Sennoside : 15-30 mg per oral 1-2 kali/hari

36
3. PENGKAJIAN FISIK
a.Keadaan umum : Composmetis E4V5M5
b.Tanda-tanda Vital : Nadi = 90x/menit
Suhu = 36,5 ̊ C
TD= 140/90 mmHg
RR = 24x/menit
c.Keadaan fisik

1. Mulut
Inspeksi : jumlah gigi lengkap, tidak ada caries, keadaan
bersih, bau, lidah pucat.
Pasien mengatakan bisa mengunyah dan menelan makanan dengan
baik
2. Abdomen
a. Inspeksi : perut buncit, tidak ada jaringan parut, tidak ada
inflamasi, terjadi pembesaran abdomen
b.  Auskultasi : Bising usus 12x/menit.
c. Perkusi : Redup
d. Palpasi : Perut terasa keras dan penuh, ada impaksi feses,
terdapat nyeri tekan dan nyeri lepas, pasien mengatakan skala nyeri
7 dari 0-10 yang diberikan.
e. Rektum
Inspeksi : tidak ditemukan lesi, hemoroid, terdapat inflamasi
rectum.

4. ANALISA DATA
Nama : Ny. TN No. CM : 9626
Umur : 30 tahun
N DATA ETIOLOGI MASALAH

37
O
1 DS : Ketidakcukupan Konstipasi
1. Pasien mengatakan sudah asupan serat
seminggu belum BAB. SDKI (D. 0049,
2. Pasien mengatakan harus SDKI (D.0049, hal hal 113)
mengejan saat BAB. 113)
3. Pasien mengatakan sulit
BAB.
4. Pasien mengatakan saat
BAB terasa sakit.
5. Pasien mengatakan feses
keluar disertai darah.
6. Pasien mengatakan sering
menahan BAB.
7. Pasien mengatakan jarang
minum air putih.
8. Pasien mengatakan sering
makan makanan cepat saji.
9. Pasien mengatakan tidak
nafsu makan.
DO :
1. Feses pasien keras dan
berwarna kecoklatan.
2. Peristaltic usus 12x/menit
3. Adanya pembesaran
abdomen.
4. Pasien tampak pucat dan
lemas.
5. Pasien tampak tidak
bersemangat.
6. Terdapat massa pada

38
rektal.
SDKI (D.0049, hal 113)
2 DS : Agen pencedera Nyeri akut
1. Pasien mengatakan perut fisiologis
terasa keras dan penuh. SDKI (D.0077, hal
2. Pasien mengatakan nyeri 172) SDKI (D.0077,
tekan dan nyeri lepas saat hal 172)
dilakukan palpasi
3. Pasien mengatakan nyeri
pada perut bagian bawah.
4. Pasien mengatakan skala
nyeri 7 dari 0-10 yang
diberikan.
5. Pasien mengatakan sedang
merasa stres.
DO :
1. Pasien tampak meringis
saat dilakukan palpasi.
2. Pasien tampak gelisah.
3. Pasien tidak mampu
menuntaskan BAB karena
terasa nyeri.
4. Pasien sering begadang.
5. Pasien menghabiskan
setengah porsi makanan
yang diberikan.
6. TD : 140/90 mmHg
Nadi : 90x/menit.
Respirasi 24x/menit
SDKI (D.0077, hal 172)

39
5. Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan Prioritas
Nama : Ny. TN No. CM : 9626
Umur : 30 tahun

NO TANGGAL / DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL / Tt


JAM JAM d
DITEMUKAN DILAKUKAN
EVALUASI
1 23 September Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera
2020, pukul fisiologis ditandai dengan pasien mengatakan
perut terasa keras dan penuh, pasien
09.00 WIB mengatakan nyeri pada perut bagian bawah,
pasien mengatakan skala nyeri 7 dari 0-10 yang
diberikan, pasien mengatakan sedang merasa
stress, pasien tampak meringis, pasien tampak
gelisah, pasien menghabiskan setengah porsi
yang diberikan, pasien tidak mampu
menuntaskan BAB karena merasa nyeri, pasien
sering begadang, TD : 140/90 mmHg, nadi :
90x/menit, respirasi : 24x/menit.

40
2 23 September Konstipasi berhubungan dengan
2020, pukul ketidakcukupan asupan serat ditandai dengan
pasien mengatakan sudah seminggu belum
09.00 WIB BAB, pasien mengatakan harus mengejan saat
BAB, pasien mengatakan sulit BAB, pasien
mengatakan saat BAB terasa sakit, pasien
mengatakan feses keluar disertai darah, pasien
mengatakan sering menahan BAB, pasien
mengatakan jarang minum air putih, pasien
mengatakan sering makan makanan cepat saji,
pasien mengatakan tidak nafsu makan, PSS
pasien keras dan berwarna kecoklatan,
peristaltic usus 12x/menit, pasien tampak pucat
dan lemas, terdapat massa pada rektal.

6. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Dx Data Tujuan dan KH Intervensi
D.007 DS : Tujuan : Observasi : O:
7 1. Pasien mengatakan Setelah dilakukan  Identifikasi lokasi, 
perut terasa keras tindakan keperawatan karakteristik,
dan penuh. selama 3x1 pertemuan durasi, frekuensi,
2. Pasien mengatakan diharapkan tingkat nyeri kualitas, intensitas 
nyeri tekan dan pasien menurun dengan nyeri
nyeri lepas saat kriteria hasil :  Identifikasi skala
dilakukan palpasi  Kemampuan nyeri 
3. Pasien mengatakan menuntaskan  Identifikasi respon
nyeri pada perut aktivitas nyeri non verbal
bagian bawah. meningkat  Identifikasi faktor
4. Pasien mengatakan  Keluhan nyeri yang memperberat
skala nyeri 7 dari menurun dan memperingan

41
0-10 yang  Ekspresi meringis nyeri
diberikan. menurun  Identifikasi 
5. Pasien mengatakan  Kesulitan tidur pengetahuan dan
sedang merasa menurun keyakinan tentang
stres.  Frekuensi nadi nyeri
DO : membaik  Identifikasi 
1. Pasien tampak  Pola nafas pengaruh budaya
meringis saat membaik terhadap respon
dilakukan palpasi.  Tekanan darah nyeri
2. Pasien tampak membaik  Identifikasi
gelisah.  Nafsu makan pengaruh nyeri 
3. Pasien tidak membaik pada kualitas
mampu hidup
 Pola tidur
menuntaskan BAB  Monitor
membaik
karena terasa nyeri. keberhasilan terapi
4. Pasien sering komplementer
SLKI (L.08066, Hal
begadang. yang sudah
145)
5. Pasien diberikan 
menghabiskan  Monitor efek
setengah porsi samping
makanan yang penggunaan
diberikan. analgetik
6. TD : 140/90 Terapeutik : 
mmHg  Berikan teknik non
Nadi : 90x/menit. farmakologis
Respirasi untuk mengurangi
24x/menit rasa nyeri (misal,
SDKI (D.0077, hal 172) TENS, hipnotis,
akupresur, terapi
musik,
biofeedback, terpai 

42
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin, T:
terapi bermain)
 Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (misal suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
 Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemulihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi :
 Jelaskan penyebab,
periode, dan E:
pemicu nyeri 
 Jelaskan strategi
meredakan nyeri
 Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan 
menggunakan

43
analgetik secara
tepat
 Ajarkan teknik non
farmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
 Kolaborasi 
pemberian
analgetik, jika
perlu

SIKI (I.08238, Hal 201)


K:

44
D.004 DS : Tujuan : Observasi : O:
9 1. Pasien mengatakan Setelah dilakukan  Periksa tanda dan  U
sudah seminggu belum tindakan keperawatan gejala konstipasi t
BAB. selama 3x1 pertemuan  Periksa pergerakan y
2. Pasien mengatakan diharapkan eliminasi usus, karakteristik p
harus mengejan saat fekal membaik dengan feses( Konsistensi,  U
BAB. kriteria hasil : bentuk, volume, dan i
3. Pasien mengatakan  Kontrol warna ) k
sulit BAB. pengeluaran feses  Identifikasi factor v
4. Pasien mengatakan meningkat resiko konstipasi f
saat BAB terasa sakit.  Keluhan defekasi ( mis. Obat-obatan,  U
5. Pasien mengatakan lama dan sulit tirah baring, dan diet o
feses keluar disertai menurun rendah serat ) p
darah.  Mengejan saat  Monitor tanda dan y
6. Pasien mengatakan defekasi menurun gejala rupture usus p
sering menahan BAB.  Masa pada rectal dana atau peritonitis  M
7. Pasien mengatakan menurun Terapeutik : d
jarang minum air  Nyeri perut  Anjurkan diet tinggi u
putih. menurun serat T:
8. Pasien mengatakan  Konsistensi feses  Lakukan massage  N
sering makan makanan membaik abdomen jika perlu u
cepat saji. e
 Frekuensi  Lakukan evakuasi
9. Pasien mengatakan
defekasi feses secara manual  M
tidak nafsu makan. t
membaik jika perlu
DO : m
 Peristaltik usus  Berikan enema atau
1. Feses pasien keras dan k
membaik irigasi jika perlu

45
berwarna kecoklatan. Edukasi :  U
2. Peristaltic usus SLKI (L.04033, Hal 23)  Jelaskan etiologi d
12x/menit masalah dan alasan p
3. Adanya pembesaran tindakan  P
abdomen.  Anjurkan peningkatan u
4. Pasien tampak pucat asupan cairan, jika f
dan lemas. tidak ada kontra E :
5. Pasien tampak tidak indikasi  U
bersemangat.  Latih buang air besar p
6. Terdapat massa pada secara teratur g
rektal.  Ajarkan cara d
SDKI (D.0049, hal 113) mengatasi konstipasi  U
atau inspaksi e
Kolaborasi :  U
 Konsultasi dengan tim m
medis tentang k
penurunan atau d
peningkatan frekuensi  U
suara usus r
 Kolaborasi K:
penggunaan obat  U
pencahar p
SIKI (I.04155) halaman p
193 p
s
 U
m

46
7. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama : Ny. TN No. CM : 9626
Umur : 30 tahun

Hari/tangg No DX Implementasi Evaluasi


al/jam
Rabu, 23 D.0049 Identifikasi skala nyeri S:
September  Pasien mengatakan nyeri tekan
2020 pukul dan nyeri lepas saat dilakukan
09.00 palpasi
 Pasien mengatakan nyeri pada
perut bagian bawah
 Pasien mengatakan skala nyeri
7 dari 0-10 yang diberikan
O:
 Pasien tampak meringis saat
dilakukan palpasi
 Pasien tampak gelisah
Rabu, 23 Berikan teknik non S :
September farmakologis untuk  Pasien mengatakan berkurang
2020 pukul mengurangi rasa nyeri rasa nyeri pada perut bagian
10.00 ( Kompres hangat ) bawah setelah dilakukan
kompres hangat
 Pasien mengatakan skala nyeri
berkurang dari 7 menjadi 5
dari yang diberikan
O:
 Pasien sudak tampak rileks
setelah diberi kompres hangat
A:
 Pemberian teknik non

47
farmakologis
P:
 Lanjutkan edukasi teknik non
farmakologis ( kompres
hangat) untuk mengurangi rasa
nyeri
Rabu, 23 Ajarkan teknik non S :
September farmakologis untuk  Pasien mengatakan mau
2020 pukul mengurangi rasa nyeri dianjurkan teknik non
13.00 farmakologis
O : Pasien faham teknik non
farmakologis yang diajarkan
A:
 Pasien memulai terapi non
farmakologis
P:
 Lanjutkan terapi non
farmakologis secara mandiri
Rabu, 23 D.0077 Periksa pergerakan usus, S :
September karakteristik feses  Pasien mengatakan sudah
2020 pukul seminggu belum BAB
09.00  Pasien mengatakan harus
mengejan saat BAB
 Pasien mengatakan feses
keluar disertai darah
O:
 Feses pasien keras dan
berwarna kecoklatan
 Peristaltic usus 12x per menit
 Terdapat massa pada fekal
 Pasien tampak pucat dan lemas

48
A:
 Telah dilakukan pemeriksaan
fisik
P:
 Lanjutkan Intervensi diet
tinggi serat
Rabu, 23 Anjurkan diet tinggi S :
September serat  Pasien mengatakan mulai
2020 pukul makan makanan berserat
10.00 O:
 Pasien menghabiskan setengah
porsi makanan yang diberikan
A:
 Dilakukan pemantauan asupan
serat pasien
P:
 Lanjutkan edukasi peningkatan
asupan cairan

Rabu, 23 Edukasi peningkatan S :


September asupan cairan  Pasien mengatakan mulai
2020 pukul minum air putih sesuai
11.00 kebutuhan cairan yang
dibutuhkan perharinya
O:
 Pasien minum 7 liter perhari
A:
 Dilakukan pemantauan asupan
cairan pasien
P : Lanjutkan kolaborasi
penggunaan obat pencahar, jika

49
perlu

50
51
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Eliminasi merupakan pengeluaran, penghilangan, penyingkiran,
penyisihan.Dalam bidang kesehatan, Eliminasi adalah proses pembuangan sisa
metabolisme tubuh baik berupa urin atau bowel (feses). Eliminasi digolongkan
menjadi dua macam yaitu defekasi dan miksi. Eliminasi dipengaruhi oleh
beberapa factor yaitu Umur, cairan, tonus otot, factor psikologi, gaya hidup, obat-
obatan.

Berdasarkan pembahasan diatas adapun simpulannya sebagai berikut:


Kebutuhan eliminasi terdiri dari atas dua, yakni eliminasi urine (kebutuhan buang
air kecil) dan eliminasi alvi (kebutuhan buang air besar) demi menjaga
homeostatis. Masalah yang sering muncul atau sering dijumpai dalam eliminasi
fekal maupun eliminasi urin adalah retensi, inkontinensia urine, enuresis,Urgency,
Dysuria, Polyuria.

B. Saran

Sebelum melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan


eliminasi perlu adanya konsep atau rancangan asuhan keperawatan sebagai data
pendukung untuk dilakukannya wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan
dokumentasi. Keluarga pasien juga dilibatkan dalam proses pengkajian. Dengan
hal ini maka hubungan saling percaya antara pasien, kelurga pasien dengan
peneliti sangatlah penting agar data yang didapatkan akurat lengkap dan sistematis
yang selanjutkan akan digunakan sebagai pembanding dalam menentukan
diagnosis keperawatan.

52
DAFTAR PUSTAKA

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Liyani, Rusida. September 2011. Konsep Dasar Kebutuhan Eliminasi. [Internet]


https://www.academia.edu/4799238/KONSEP_DASAR_KEBUTUHAN_
ELIMINASI (akses pada Senin, 28 September 2020)
Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4. Jakarta:
EGC Penerbit Buku Kedokteran.
file:///C:/Users/Lenovo%20IdeaPad/Downloads/KDK%20ke%203%20(1).pdf
(akses pada Senin, 28 September 2020)
http://kerriemearns.blogspot.com/2010/06/masalah-pada-gangguan-eliminasi.html
(akses pada Selasa, 29 September 2020)
Purwanto, Edi. 2011. Pengkajian Keperawatan Assessment In Nursing Process.
[Internet] http://s1keperawatan.umm.ac.id/files/file/PENGKAJIAN
%20KEPERAWATAN%20PSIK%20UMM%202011.pdf (akses pada, 3
Oktober 2020)
Fajarini, Nurul Ilma. Juni 2016. Tahapan Proses Keperawatan (Pengkajian).
[Internet] di https://nurulilmafajarini.wordpress.com/2016/06/23/tahapan-
proses-keperawatan-pengkajian/

53

Anda mungkin juga menyukai