SISTEM PENCERNAAN
GASTROENTERITIS AKUT
Disusun Oleh :
ALISA NURSYABANA 21003
DESI FITRIANI 21008
ENDAH APRILIA 21010
MUHAMAD DIFA D.P 21028
MUHAMMAD RIZA 21029
TRIA BESTARY G. 21050
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik isi
maupun susunannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi
Penulis
Daftar Isi
Halaman
KATA PENGANTAR....................................................................................
..........................................................................................................................
DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
A. Latar Belakang..........................................................................
........................................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................
C. Tujuan ......................................................................................
1. Tujuan umum......................................................................
2. Tujuan khusus.....................................................................
D. Manfaat......................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental,
spiritual maupun social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara social dan ekonomis. Tingginya kejadian
gastroenteritis akut menurut Survei Lingkungan disebabkan oleh
perilaku hidup yang tidak sehat ditunjukan oleh data jamban sehat
yang masih rendah sehingga menurunkan sanitasi lingkungan.
Gastroenteritis Akut disebabkan oleh kuman yang menyebar melalui
makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi. faktor
lingkunganpun bisa mempengaruhi seperti kurangnya sarana air
bersih, sarana pembuangan tinja yang tidak memenuhi sarana
Kesehatan (Marina, 2019).
GEA adalah radang pada lambung dan usus yang memberikan
gejala diare, dengan atau tanpa disertai muntah dan sering sekali
disertai peningkatan suhu tubuh. Diare yang dimaksud adalah buang
air besar berkali -kali (dengan jumlah melebihi 4x, dan feses yang
cair, dapat disertai dengan darah atau lendir) (Muttaqin Arif dan Sari
Kumala, 2013).
Gastroenteritis harus diobati sesegera mungkin. Karena
gastroenteritis akut memiliki dampak yaitu terjadinya kekurangan
volume cairan yang disebabkan oleh infeksi atau makanan yang
terkontaminasi dan lambung mengalami iritasi sehingga kuman masuk
dan usus bekerja tidak sempurna, dari sini terjadi infeksi bakteri yang
menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan
GEA dan membuat frekuensi BAB meningkat, yang mengakibatkan
hilangnya cairan dan elektrolit yang berlebihan. Gastroenteritis akut
jika tidak segera diatasi akan menyebabkan syok hipovolemik bahkan
komplikasi berat yang akan menyebabkan kematian, yang disebabkan
oleh defisiensi sirkulasi akibat disparitas (ketidak seimbangan) atara
volume darah dan ruang vaskuler (Mutaqqin, 2013)
B. Rumusan Masalah
Uraian latar belakang tersebut membuat penulis merasa tertarik
mengangkat rumusan masalah sebagai berikut “ Gangguan
kebutuhan Eliminasi Patologi Sistem Pencernaan Gastroenteritis
Akut” dengan pertanyaan :
1. Bagaimana Konsep Dasar Penyakit Gastroenteritis Akut?
2. Bagaimana Konsep Keperawatan pada Penyakit Gastroenteritis
Akut?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu memahami Konsep Dasar Penyakit Gastroenteritis
Akut beserta konsep Keperawatan pada penyakit Gastroenteritis
Akut
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mendefinisikan mengenai bagaimana Konsep Dasar
Penyakit Gastroenteritis Akut dan konsep Keperawatan pada
penyakit Gastroenteritis Akut
b. Dapat menjelaskan dengan jelas bagaimana Konsep Dasar
Penyakit Gastroenteritis Akut beserta konsep Keperawatan
pada penyakit Gastroenteritis Akut
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan pengetahun penulis mengenai Gangguan
kebutuhan Eliminasi Patologi Sistem Pencernaan Gastroenteritis
Akut dan mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat selama
menempuh Pendidikan dengan melakukan asuhan keperawatan
pada kasus gastrointestinal akut.
2. Bagi Mahasiswa
a. Sebagai materi untuk menguji kemampuan mahasiswa dalam
menerapkan teori yang diperoleh dalam perkuliahan dengan
kenyataan yang ada dilapangan.
b. Dapat dijadikan sebagai pembanding atau literature dimasa
yang akan datang dalam Menyusun laporan serta referensi.
c. Studi kasus ini diharapkan dapat disajikan sebagai bahan
kajian mahasiswa dalam melaksanakan dan membuat asuhan
keperawatan sehingga menjadikan studi kasus ini sebagai
sumber dalam membuat studi kasus selanjutnya.
3. Bagi Dosen
Sebagai acuan pembelajaran mengenai mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah I
BAB II
TINJAUAN TEORI
1) Mulut
Mulut merupakan suatu organ untuk jalan masuknya
sistem pencernaan. Di bagian dalam mulit dilapisi oleh
selpaut lendir yang berada di saluran kelenjar liur di pipi,di
bawah lidah dan dibawah rahang mengalir kedalam mulut.
mempunyai nama lain yaitu rongga bukal atau rongga oral
mempunyai beberapa fungsi, meliputi :
a) Menganalisis material makanan sebelum menelan
b) Proses mekanis dari gigi, lidah, dan permukaan
palatum
c) Lubrikasi oleh sekresi saliva
d) Digesti pada beberapa material karbohidrat dan
lemak
e) Berhubungan dengan tiga pasang kelenjar saliva
(parotis,submandibularisnsublingualis) yang mensekresikan
Saliva untuk membasahi makanan selama mengunyah. Di
belakang dan dibawah mulut terdapat tenggorokan atau
faring (Diyono dan Sri Mulyanti, 2013).
2) Faring
Merupakan saluran alat pencernaan yang terdiri dari
suatu rongga yang memanjang dari dasar tengkorak ke
esofagus. Dengan mempunyai epiglotis yang berupa suatu
penutup berjaringan ikat yang menutup trakea tuk
mencegah aspirasi makanan. Berfungsi untuk membawa
makanan dari rongga mulut ke esofagus. Terdiri atas
nasofaring, orofaring, dan laringofaring (Nuari Afrian,
Nian, S.Kep., Ns., 2015).
3) Esofagus
Merupakan saluran berotot dengan panjang sekitar
25 cm dan berdiameter sekitar 2 cm. Fungsi utama dari
esofagus adalah membawa bolus makanan dan cairan dari
faring menuju lambung.Esofagus mempunyai sebuah
sfingter bernama sfingter krikofaringeal yang berada di tepi
atasnya,berelaksasi agar makanan dapat masuk ke esofagus.
Dengan adanya gerakan peristaltic yang dapat mendorong
makanan menuju ke lambung (Diyono dan Sri Mulyanti,
2013).
4) Lambung/ Gaster
Lambung merupakan suatu struktur berbentuk
kantong yang dapat kolaps.Terletak di bagian kiri atas
abdomen tepat di bawah diafragma. Secara anatomis
lambung terbagi atas fundus, badan, dan antrum pilorikum
atau pilorus. Lambung memiliki dua sfingter yaitu sfingter
kardia (melindungi jalan masuk ke lambung) dan sfingter
pylorus (menjaga jalan keluar ke duodenum).
Fungsi dari lambung meliputi :
a) Pencernaan protein : pada lambung, pencernaan protein
dilakukan oleh pepsin dan sekresi HCL
b) Sintesis dan pelepasan gastrin : dipengaruhi oleh
protein yang dimakan, peregangan antrum, alkalinisasi
antrum, dan rangsangan vagus.
c) Sekresi faktor intrinsik : memungkinkan absorbsi
vitamin B2 dari usus halus bagian distal
d) Sekresi mukus : berfungsi sebagai pelumas sehingga
makanan lebih mudah diangkut
e) Berperan sebagai tempat penyimpanan makanan
sementara
f) Memulai pencernan dengan memecah makanan
menjadi kimus,suatu zat semi cair
g) Memindahkan isi lambung kedalam usus lambung
(Mutaqqin, 2013).
5) Usus halus
Menurut(Diyono dan Sri Mulyanti, 2013) kimus
atau chyene adalah perubahan bentuk fisik dari bolus yang
merupakan hasil dari pencernaan di lambung. Bagian yang
paling banayak berfungsi dalam dalam menyerap bahan
makanan yang sudah di proses oleh enzyme-enzime, yaitu
proses pencernaan usus halus yang terdiri dari :
a) Usus dua belas jari (duodenum)
Duedenum merupakan tempat yang paling
dekta dengan lambung,namun harus netral dari asam
lambung. Kebocoran asam lambung ke dalam
duodenum sangat memudahkan terjadinya inflamasi
duedenum dan dapat menjadi hal yang serius bila
kerusakan berupa ulkus (ulkus duodenum). Karena
itulah makanan dalam duedenum menjadi muara dari
empedu dan getah pankreas yang bersifat basa sehingga
dapat menetralisasi asam lambung yang sampai ke
duodenum (Diyono dan Sri Mulyanti, 2013).
b) Jejenum
Bagian kedua dari usus halus
diantara duedenumdan ileum adalah jejenum. Panjang
usus halus anatara 2-4 meter, 1-2 meter adalah bagian
jejenum pada orang dewasa. Permukaan dari dalam
jejenum terdapat memebran mucus dan jonjot usus (vili),
yang memeperluas permukaan pada usus. Sedikit sulit
membedakan ileum dan jejenum secara makroskopis,
tetapi secara histologis dapat dibedakan dengan
sedikitnya sel goblet dan plak peyer (Nuari Afrian, Nian,
S.Kep., Ns., 2015).
c) Ileum
Ileum atau usus penyerapan adalah usus
halus bagian terakhir, terletak setelah duodenum dan
jejenum dilanjutkan dengan usus buntu dengan Panjang
sekitar 2-4 m. pH pada ileum yaitu 7-8 dengan netral atau
sedikit basa, yang fungsinya menyerap vitamin B12 dan
garam empedu (Nuari Afrian, Nian, S.Kep., Ns., 2015).
6) Pankreas
Fungsi pankreas yaitu melepaskan enzyme
kedalam duedenum dan melepaskan hormone ke dalam
darah. Enzim-enzim pencernaan dihasilkan oleh sel-sel asini
dan mengalir melalui berbagai saluran ke ductus
pankreastikus. Pankreas melepaskan enzim untuk menerna
protein,karbohidrat dan lemak. Enzim pancreas yang paling
penting untuk mencerna protein yaitu
tripsin,kimotripsin,karboksipolipeptidase.
Terdapat tiga hormone yang dihasilkan oleh pancreas :
a) Insulin , yang fungsinya menurunkan kadar gula dalam
darah.
b) Glucagon, yang fungsinya menikan kadar gula dalam
darah.
c) Hormon, yang fungsinyamenghalangi pelepasan kedua
hormone lainnya (insulin dan glucagon) adalah
somatostatin (Nuari Afrian, Nian, S.Kep., Ns., 2015).
7) Hepar
Secara anatomis hepar terdiri atas dua lobus
kanan dan kiri, yang mempunyai dua vaskularisasi besar, yaitu
vena portae sebagai tempat mengumpulnya aliran vena usus dan
arteri hepatica yang berfungsi sebgai penyuplai nutrisi untuk
hati, menyimpan adipose melalui metabolisme trigliserida, asam
lemak, dan kolestrol. Bila terjadi hipoglikemi, maka akan terjadi
ktabolisme zat-zat tersebut yang kemudian akan terbentuk keton
yang berfungsi dalm daur kreb untuk membentuk energi yang
tidak menyertakan sistem saraf. (Muttaqin Arif dan Sari
Kumala, 2013).
8) Kandung Empedu
Dari hati empedu mengalir melalui duktus hepatikus
kiri dan kanan. Ductus sistikus adalah saluran yang berasal dari
kandung empedu untuk menentukan saluran empedu umum.
Empedu memiliki dua fungsi penting yaitu :
a) Membantu pencernaan dan penyerapan lemak
b) Empedu dapat membuang limbah tertentu didalam tubuh
terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel
darah merah dan kelebihan kolestrol
Secara spesifik empedu berperan dalam berbagai proses
berikutnya :
a) Garam di dalam empedu berfungsi untuk meningktakan
kelarutan pada lemak, kolestrol dan vitamin yang larut
dalam lemak untuk membantu proses penyerapan.
b) Garam di dalam empedu juga berfungsi untuk
merangsang pelepasan air oleh usus besar untuk
membantu menggerakan isi empedu
c) Bilirubin (pigmen utama dari empedu) sel darah merah
yang dihancurkan dibuang kedalam empedu sebagai
limbah.
d) Adapun obat dan limbah lainnya yang dibuang dalam
empedu dan selanjutnya dibuang dari tubuh
e) Berbagai protein yang berperan dalam fungsi empedu
dibuang di dalam empedu (Nuari Afrian, Nian, S.Kep.,
Ns., 2015).
9) Usus besar
Atau kolon ini panjangnya sekitar 90-150 cm berjalan dari
ileum ke rectum. Usus besar memanjang dari katup ileosekal
(katup antara ileum usus halus dan segmen pertama dari usus
besar) hingga anus. Bagian pertama kolon adalah sekum, di
mana merupakan bagian yang paling lebar. Kolon berjalan dari
sekum ke atas menjadi kolon menaik (ascending), melintasi
abdomen atas atau melintang (transverse), dan menurun
(descending) ke sigmoid dan dilanjutkan ke rectum.
Fungsi kolon yaitu menyerap air, vitamin, natrium, dan
klorida, serta mengeluarkan kalium, bikarbonat, mukus,
menyimpan feses serta mengeluarkannya, dan juga merupakan
tempat pencernaan karbohidrat dan protein tertentu ().
10) Appendiks
Umbai cacing atau appendiks ialah organ tambahan
pada usus buntu. Jika terdapat infeksi terdapat organ ini,maka
disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Umbai cacing ini
terbentuk dari caecum (Nuari Afrian, Nian, S.Kep., Ns., 2015).
11) Rektum dan Anus
Rektum merupakan sebuah ruangan yang berawal
dari usus besar(setelah kolon sigmoid)bdan berakhir di anus.
Biasanya rectum ini kosong jika tinja berada dan tersimpan di
kolon desenden. Jika kolon ini penuh,maka timbul rasa ingin
BAB. Pada orang dewasa dan anak anak masih dapat menahan
rasa ingin tersebut,namun lain hal dengan bayi, karena
kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk
menunda BAB tersebut
Anus merupakan lubang yang di ujung saluiran
pencernaan,yang dimana limbah keluar dari tubuh,suatu cicin
berotot (Sfingter Ani) yang berperan menjaga agar anus tetap
tertutup (Sumiyati, Dina Dewi Anggraini, Lia Kartika, Maria
Maxmila Yoche Arkianti, Rano Indradi Sudra, Adventina
Delima Hutapea, Marlynda Happy Nurmalita Sari, Christie
Lidya Rumerung, Riama Marlyn Sihombing, Annisaa Fitrah
Uara, 2021).
B. Fisiologi
Sistem pencernaan dimulai dari mulut
dimana makanan dikunyah secara mekanik dan menghancurkan
makanan. Di dalam mulut, makanan yang bercampur dengan
saliva yang mengandung pytialin (amilase) yang merubah
karbohidrat menuju maltose protein dan lemak hanya dipecah
secara fisik tidak diubah secara kimiawi. Saliva mempermudah
makanan proses mengunyah dan menelan yang mengantarkan
sampai esofagus dan Gerakan peristaltik mendorong sampai ke
lambung.
Lambung bertindak sebagai reservoir
dan makanan di lambung selama kurang lebih 3 jam, dengan
rentang 1-7 jam. Makanan di lepaskan oleh lambung ke dalam
usus du belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama
dari usus halus. Makanan yang masuk keduedenum bersifat asam
dan berbentuk lembek yang disebut dengan kimus. Jika di dalam
duodenum penuh, duodenum akan mengirim sinyal ke pada
lambung untuk berhenti mengalirkan. Duodenum mensekresi
hormone sekretin dan kolesistokinin, menghambat sekresi gastrin
dang menginisiasi menerima enzim pankreatik, pancreas dan
empedu dari hati. Empedu berfungsi sebagai pengemulsi lemak
agar lemak bisa bekerja sementara menunda asam lemak dan
larutan. sekresi pankreatik terdiri dari enam enzim yaitu : amilase
untuk mencerna karbohidat,lipase untuk mencerna lemak yang
sudah teremulsi, tripsin, elaktase, kimotripsin boksipeptidase
untuk menghancurkan protein. Gerakan peristaltik juga membantu
pencernaan dan penyeraan dengan cara mengaduk dan
mencampurkan zat yang dihasilkan oleh usus.
Usus halus yang terletak di bawah
duodenum, terdiri dari jejenum dan ileum. Bagian untuk
penyerapan lemak dan zat gizi lainnya. Dinding usus juga
melepaskan sejumlah kecil enzim untuk memfasilotasi
pencernaan. Di dalam usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Sekresi air di dalam saluran gastrointestinal mencapai 8,5 liter
dan sebanyak 1,5 liter asupannya diatur dalam traktus
gastrointestinal setiap harinya. Usus halus mengabsobsi 0,4 liter
dan sisanya 0,1 liter di eiminasi fekal (Nuari Afrian, Nian, S.Kep.,
Ns., 2015).
3. Etiologi
Penyebab dari gastroenteritis sangat beragam, seperti :
a. Infeksi virus
Cara transmisinya adalah fekal-oral, manusia ke
manusia, air yang terkontaminasi feses norovirus. Masa inkubasi
12-48 jam dengan gejala awal mual, diare, muntah, nyeri kepala,
dan hipertermi.
b. Infeksi bakteri
Pada kondisi di Indonesia, seperti contohnya pada musim
penghujan di mana air membawa sampah dan kotoran lainnya,
dan pada musim kemarau di mana lalat tidak dapat dihindari
disertai tiupan angin. Selain itu, persediaan air bersih yang kurang
sehingga terpaksa menggunakan air seadanya dan lupa mencuci
tangan sebelum dan sesudah makan bisa meningkatkan transmisi
bakteri.
c. Infeksi parasit
Berbagai agen parasit bisa menginvasi saluran
gastrointestinal dan memberikan respons peradangan dengan
manifestasi diare, mual, dan muntah.
d. Toksisitas makanan
Kondisi toksisitas makanan bisa memberikan
respons peradangan dengan manifestasi diare. Agen parasite
tersebut meliputi : Giardia, Amebiasis, Cryptosporidium, dan
Cyclospora.
e. Obat-Obatan
Agen obat yang berhubungan dengan peradangan
gastrointestinal meliputi, Antibiotik, Laksatif, Quinidine,
Kolinergik, Sorbitol. Beberapa agen obat tersebut memberikan
respons peradangan pada mukosa saluran gastrointestinal dan
manifestasi peningkatan diare.
f. Makanan dan Minuman
Pada saat kondisi perut kita kelaparan dalam jangka waktu
lama,lalu lambung diisi makanan dan minuman dengan jumlah
yang banyak secara bersamaan seperti makanan yang terlalu
manis,makanana yang sangat berlemak nan banyak serat.
Dapat mengakibatkan respons saluran gastrointestinal dan
yang terjadi dapat berupa imfalamasi (Muttaqin Arif dan Sari
Kumala, 2013).
4. Patofisiologi Gastroenteritis
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya
virus (Rotavirus,Adenovirus enteris,virus Norwalk), bakteri
atau toksin (salmonella,escherihia Coli). Beberapa
Mikroorganisme pathogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel
yang memproduksi enterotoksin atau sytotoksin dimana
merusak sel-sel atau melekat pada dinding usus pada GEA.
Penularan Gastroenteritis biasanya melalui Fekal-oral dari satu
penderita ke penderita lainnya.
mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah
gangguan osmotik makanan yang tidak dapat disebabkan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga
usus
isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare Selain itu
menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dalam usus
sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi
diare
gangguan motilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik
dan Hippo peristaltik akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit dehidrasi yang mengakibatkan
gangguan asam basa (asidosis metabolik dan hipokalemia).
gangguan gizi (In take kurang output berlebih)
hipoglikemia, dan gangguan sirkulasi darah.
normalnya makanan atau feses bergerak sepanjang usus karena
gerakan gerakan peristaltik dan pigmentasi usus, namun akibat
terjadi infeksi oleh bakteri maka pada saluran pencernaan akan
timbul mur-mur usus yang berlebihan dan kadang
menimbulkan rasa penuh pada perut sehingga penderita selalu
ingin BAB dan berak penderita encer.
dehidrasi merupakan komplikasi yang sering terjadi
jika cairan yang dikeluarkan oleh tubuh melebihi cairan yang
masuk cairan yang keluar disertai elektrolit. mula-mula
mikroorganisme samanea escheriacoli,Febria disentri dan
enterovirus. masuk ke dalam usus di mana berkembangbiak
oksigen kemudian terjadi peningkatan peristaltik usus usus
kehilangan cairan dan elektrolit kemudian terjadi dehidrasi.
5. Pathway gastroenteritis
WOC GASTROENTERITIS
- Muntah
Dehidrasi - Mukosa kering Keasaman feses Asidosis metabolik Menimbulkan trauma
meningkat patologis
Asidosis metabolik Gangguan sirkulasi darah MK: Gangguan cairan Renjatan hipovolemik
dan hipokalemia kurang dari Iritasi area anus
Suplai O2 keotak indekuat kebutuhan PH darah menurun
Renjatan hipovolemik
- Resti kerusakan MK: Ansietas
Penurunan perfusi jaringan Ransangan pusat
integritas kulit MK: Gangguan
Shock hipovolemik pernapasan
Hipoksia integritas kulit
Penurunan kesadaran MK: Gangguan Nafas cepat dan dalam
Sesak perfusi jaringan
Kematian MK: Gangguan rasa
nyaman nyeri
akut
MK: cemas (keluarga)
MK: Gangguan pada napas MK; Gangguan pola nafas
Rangsangan Pusat
pernafasan
↓
Nafas cepat dan dalam
Diare
Muntah
↓
Mukosa kering
Resti kerusakan
integritas kulit
Gangguan Integritas
Kulit
Melabsobrpsi KH
Menghasilkan gas H2
dan CO2
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Menimbulkan trauma
patologis
Ansietas
hipertermia
Kram abdomen
Nyeri abdomen
Nyeri akut
3. Intervensi Keperawatan
a. pola nafas tidak efektif
Definisi : inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
Kategori : fisiologis
Subkategori: respirasi
No
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
1 : menurun
2. Posisi semi 1. tidak
2. cukup menurun powler terjadi
penyumbata
3 : sedang
n saat
4: cukup meningkat bernafas
4.
Edukasi
meminimalkan
1. Anjurkan sumbatan pada
a. pola nafas tidak efektif
Definisi : inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
Kategori : fisiologis
Subkategori: respirasi
No
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
asupan pernapasan
cairan 2000
ml/hari,
jika tidak 5. melancarkan
ada proses
kontraindik penghirupan
asi napas
2. Ajarkan
Teknik
1. menurunkan
batuk
kekentalan dan
efektif
berguna jika
terjadi hipoksia
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
2. ventilasi
bronkodilator,
maksimal
jika perlu
membuka area
atelaksis
1. mengurangi
gejala akibat
penyempitan
saluran
pernafasan
(Merry Diame,
a. pola nafas tidak efektif
Definisi : inspirasi dan/ atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
Kategori : fisiologis
Subkategori: respirasi
No
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
2021)
Keterangan : 1. mencegah
Terapeutik kekurangan
1 : menurun sirkulasi
1. Hindari
pemasangan perifer
2. cukup menurun
infus di area
3 : sedang keterbatasan
perfusi
4: cukup meningkat
2.mendeteksi
5 : meningkat adanya
2. Lakukan kemungkina
(PPNI, 2018)
pengukuran n atau resiko
b. perfusi perifer tidak efektif
Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat
mengganggu metabolism tubuh
Kategori : fisiologis
Subkategori: sirkulasi
No
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
(Nimas,
2022)
3.
mengetahui
3. Lakuka hidrasi adanya
tanda-tanda
dehidrasi
(Nimas,
2022)
Edukasi
1. agar
1. Anjurkan menjaga
menggunakan pormabilitas
obat penurun tubuh
tekanan darah (Nimas,
2022)
Kolaborasi
1.
1.Informasikan komunikasi
tanda dan gejala hal enting
darurat yang harus dalam
dilaporkan menentukan
tindakan
b. perfusi perifer tidak efektif
Definisi : penurunan sirkulasi darah pada level kapiler yang dapat
mengganggu metabolism tubuh
Kategori : fisiologis
Subkategori: sirkulasi
No
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
c. diare
Definisi : pengeluaran feses yang sering, lunak da tidak berbentuk
Kategori : fisiologis
Subkategori: nutrisi dan cairan
No
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
Control
pengelu 2. Identifikasi 2. mengetahui
aran Riwayat makanan yang
feses pemberian diterima pasien
makanan
Keluha
c. diare
Definisi : pengeluaran feses yang sering, lunak da tidak berbentuk
Kategori : fisiologis
Subkategori: nutrisi dan cairan
No
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
n 3. Monitor
defekas warna,
3. untuk memonitor
i lama volume,
dan mengkaji
dan konsistensi
perubahan tinja
sulit tinja
Mengej 4. Monitor
an saat tanda dan 4. mencegah
defekas gejala terjadinya
i hypovolemi kekurangan cairan
a (Nimas, 2022)
Konsist
ensi
feses 5. Monitor 5. untuk
Frekuen jumlah mengumpulkan data
si pengeluaran pasien untuk
defekas diare mengatur
i keseimbangan
cairan
Peristalt
ik usus
Terapeutik
1. rute terbaik
Keterangan :
1. Berikan dalam pemberian
1 meningkat asupan obat pada pasien
cairan oral diare
2 cukup meningkat
2. Ambil 2. mengetahui
3 sedang sampel feses Tindakan yang akan
untuk kultur, diberikan (Nimas,
4 cukup menurun
jika perlu 2022)
5 menurun
c. diare
Definisi : pengeluaran feses yang sering, lunak da tidak berbentuk
Kategori : fisiologis
Subkategori: nutrisi dan cairan
No
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
Edukasi
1. mengkaji mkanan
1. Anjurkan pantangan pasien
menghindari
makanan (Nimas, 2022)
pembentuk
gas,pedas
dan
mengandung
laktosa
1. menurunkan
Kolaborasi motilitas untuk
menghilangkan
1. Kolaborasi
kram dan diare
pemberian
obat anti
motilitas
2. tindakan berbagi
informasi
2. Kolaborasi meningkatkan
pemberian derajat Kesehatan
obat pasein (Nimas,
pengeras 2022)
feses
d. resiko gangguan integritas kulit
Definisi : beresiko mengalami kerusakan kulit
Kategori : lingkungan
Subkategori: keamanan dan proteksi
No
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
Perawatan
integritas kulit
Setelah dilakukan Observasi
Tindakan keperawatan
selama x jam, 1. Identifikas
diharapakan i penyebab
Integritaskulit dan gangguan
jaringan menimngkat integritas
dengan kriteria hasil kulit
Indicator a T Terapeutik
Kerusakan 2. Bersihkan
jaringan perineal
D.013 dengan air
Kerusakan hangat
9
lapisan terutama
kulit selama
periode
Keterangan :
diare
1 meningkat
Edukasi
2. cukup meningkat
1. Anjurkan
3 sedang minum air
yang
4 cukup menurun cukup
5 menurun Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
e. gangguan integritas kulit
Definisi : kerusakan kulit
Kategori : lingkungan
Subkategori: kemanan dan proteksi
No
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
Anjurkan
meningkatkan
e. gangguan integritas kulit
Definisi : kerusakan kulit
Kategori : lingkungan
Subkategori: kemanan dan proteksi
No
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
asupan nutrisi
f. ansietas
Definisi :
Kategori : psikologis
Subkategori: integritas ego
No
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
1. meningkat
3. membantu
3. sedang
3. Anjurkan menyesuaikan
4. cukup menurun mengambil kenyamanan
posisi
5. menurun
nyaman
4.untuk
4. anjurkan rileks mengurangi
distraksi
g. hipertermia
Definisi :
Kategori : lingkungan
Subkategori: keamanan dan proteksi
No
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
indikator a T
g. hipertermia
Definisi :
Kategori : lingkungan
Subkategori: keamanan dan proteksi
No
TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
DX
2. cukup meningkat
Gelisah
nyeri nya
2. mengalihkan
dan memenuhi
2. fasilitasi istirahat dan
istirahat pasien
tidur
1. memberikan
Edukasi
informasi terkait
1. jelaskan penyebab nyeri yang
pemicu nyeri dirasakan pasien
Kolaborasi
4. Implementasi
Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan,
implementasi yang dilakukan berdasarkan dari rencana tindakan pada
diagnosa yang mungkin muncul yaitu pada diagnosa
(probelem) diantaranya (intervensi utama). Berdasarkan rencana yang
dilakukan diantaranya meliputi tindakan mandiri dan kolaborasi dengan
Perawat, melakukan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan,
bekerjasama dengan pasien Dalam melakukan dan memenuhi kebutuhan
keperawatan pasien, memberikan Pendidikan Kesehatan yang sesuai dengan
kebutuhan pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan pada pasien dengan gastroenteritis akut meliputi
evaluasi/catatan perkembangan yang dialami oleh pasien setelah diberikan
implementasi keperawatan dengan Mengevaluasi dan melihat
perkembangan hasil yang telah dilakukan oleh perawat kepada pasien.
HARI/
No. IMPLEMENTA
TANGGA EVALUASI PARA
DX L& SI F
WAKTU
3. Mencatat Keluhan
warna, defekasi
volume, lama
konsisten dan sulit
si tinja
Mengej
4. Mencatat an saat
dan defekasi
HARI/
No. IMPLEMENTA
TANGGA EVALUASI PARA
DX L& SI F
WAKTU
memeriks Konsist
a tanda ensi
dan feses
gejala
hypovole Frekuen
mia si
defekasi
Peristalt
5. Mengece ik usus
k jumlah
pengeluar
an diare A: diare teratasi
P : hentikan intervensi
keperawatan
Terapeutik
3. memberi
kan
asupan
cairan
oral
4. mengece
k dan
mengamb
il sampel
feses
untuk
kultur,
jika perlu
Edukasi
HARI/
No. IMPLEMENTA
TANGGA EVALUASI PARA
DX L& SI F
WAKTU
2. memberit
ahu
untuk
menghin
dari
makanan
pembentu
k
gas,pedas
dan
mengand
ung
laktosa
Kolaborasi
1.melaku
kan
kolaboras
i dengna
nakes
lain
untuk
pemberia
n obat
anti
motilitas
2.
melakuka
n
Kolabora
si
pemberia
HARI/
No. IMPLEMENTA
TANGGA EVALUASI PARA
DX L& SI F
WAKTU
n obat
pengeras
Feses
BAB III
PENUTUP
1. kesimpulan
merupakan radang pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare,
dengan atau tanpa disertai muntah dan sering sekali disertai peningkatan suhu
tubuh. Diare yang dimaksud adalah buang air besar berkali -kali.
2. saran
Diharapkan pada makalah gastroenteritis ini menjadi acuan referensi
atau GEA
Daftar Pustaka
Pencernaan. Kencana.
Dr. Lyndon Saputra. (2014). Organ System: Visual Nursing, Gastrointestinal (M.
Publisher.
Salemba Medika.
Medika.
Sumiyati, Dina Dewi Anggraini, Lia Kartika, Maria Maxmila Yoche Arkianti,
Menulis.