Anda di halaman 1dari 95

FISIOLOGI

SISTEM
PERKEMIHAN

Drs. Asep Sumpena, S.Kep.,


Ners.,M.Pd
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
TEMPAT / TANGGAL LAHIR : GARUT, 22 MARET 1966
ALAMAT : JL. SALUYU INDAH XVII NO 124 RIUNG BANDUNG
 
Riwayat Pekerjaan :
Riwayat Pendidikan : RS. Khusus Ginjal Ny RA Habibie Tahun 1989 – Sekarang
Lulus Tahun  Unit HD Tahun 1989 - 2000
 Pendidikan & Pelatihan (DIKLAT) Tahun 2000 – Sekarang
Diploma Keperawatan PPNI Bandung 1989 Riwayat Pelatihan :
S1 FKIP Biologi UNPAS Bandung 1994 Pelatihan Ginjal Intensif RSCM Tahun 1990
S2 Manajemen Pendidikan UPI Bandung 2003 Pelatihan CAPD ( Singapore Hospital ) Tahun 1991 & 1994
S1 Keperawatan Institute Kesehatan Rajawali 2020 Pelatihan HD dan CAPD ( Belanda ) Tahun 1997
Profesi Ners IKES RAJAWALI 2021 Riwayat Organisasi :
Ketua PD.PPGII ( IPDI ) JABAR Tahun 1995 – 1998
Ketua Pengurus Pusat IPDI Tahun 1998 – 2001

Bandung, 25 Februari 2023


Drs. Asep Sumpena,S.Kep.,Ners. M.Pd
PENGERTIAN SPK
 Sistemperkemihan
Merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat
yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan
menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh.

 Zat-zat
yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut
dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
FUNGSI SISTEM
PERKEMIHAN

1. Keseimbangan transportasi air dan zat terlarut


2. Mengatur keseimbangan asam basa
3. Menyimpan nutrien
4. Membentuk urin
5. Mensekresi hormon yang membantu mengatur tekanan darah,
erithropoietin dan metabolisme kalsium
6. Ekskresi zat buangan
SUSUNAN SISTEM
PERKEMIHAN
a. Dua ginjal (ren) →
menghasilkan urin
b. Dua ureter → membawa
urin dari ginjal ke vesika
urinaria (kandung kemih)
c. Satu vesika urinaria (VU)
→ tempat urin dikumpulkan
d. Satu urethra → urin
dikeluarkan dari vesika
urinaria.
GINJAL (REN)
 Bentuk ginjal seperti biji kacang.

 Ginjal terletak pd dinding posterior


abdomen di belakang peritoneum
pada kedua sisi vertebra torakalis
ke-12 s.d vertebra lumbalis ke-3

 Ginjal kanan sedikit lebih rendah


dr ginjal kiri, karena adanya lobus
hepatis dexter yang besar

 Ginjal berbentuk seperti biji kacang dan


permukaan medialnya yang cekung disebut
hilus renal yaitu tempat masuk dan keluarnya
saluran seperti pembuluh darah, pembuluh
getah bening, saraf dan ureter.
 Ginjal memfiltrasi ±1700 liter darah/ 24 jam.
 Satu ginjal memiliki ± 1 juta nefron.

 Kegiatan nefron dalam mengontrol regulasi :

1. Filtrasi air dan zat terlarut dari darah


2. Reabsorpsi secara selektif zat-zat yang terlarut untuk
dikembalikan kedalam darah → menjaga
keseimbangan konsentrasi dalam darah
3. Ekresi produk buangan kedalam urine
ANATOMI GINJAL
Lapisan-lapisan pembungkus ginjal :
1. Bagian dalam : capsula renalis yang
berlanjut dengan lapisan permukaan ureter
2. Bagian tengah : capsula adiposa yang
merupakan jaringan lemak untuk melindungi
ginjal dari trauma
3. Bagian luar : Fascia renalis (jaringan
ikat) yang membungkus ginjal dan
menghubungkannya dg dinding abdomen
posterior.

Jaringan flexibel memungkinkan ginjal


bergerak dengan lembut saat diafragma
bergerak waktu bernafas, mencegah
penyebaran infeksi dari ginjal ke yang lain.
FUNGSI GINJAL

1. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat


toksis atau racun
2. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan
3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari
cairan tubuh
4. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein
ureum, kreatinin dan amoniak
NEFRON
 Nefron merupakan unit fungsional pada
ginjal.
 Masing-masing ginjal memiliki sekitar 1
juta nefron, nefron terdiri lima
komponen :
1. Kapsula bowman dan glomerulus →
tempat terjadinya filtrasi
2. Tubulus proksimal → tempat reabsorpsi
dan beberapa sekresi
3. Lengkung henle → tempat pengenceran
dan pemekatan urin terjadi
4. Tubulus distal → reabsorpsi dan lebih
banyak sekresi.
5. Duktus kolektifus → pemekatan urin
dan menyalurkan urin ke renal pelvis.
TAHAP PEMBENTUKAN URIN
Proses Filtrasi
 Terjadi penyerapan darah, yang
tersaring adalah bagian cairan darah
kecuali protein.
 Cairan yang tersaring ditampung oleh
simpai bowmen yang terdiri dari
glukosa, air, sodium, klorida, sulfat,
bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus
ginjal. cairan yang di saring disebut
filtrate gromerulus.
TAHAP PEMBENTUKAN URIN

Proses Reabsorbsi
 Pada proses ini terjadi penyerapan kembali
sebagian besar dari glikosa, sodium,
klorida, fospat dan beberapa ion
bikarbonat.
 Prosesnya terjadi secara pasif (obligator
reabsorbsi) di tubulus proximal.
 Sedangkan pada tubulus distal terjadi
kembali penyerapan sodium dan ion
bikarbonat bila diperlukan tubuh.
 Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi
fakultatif) dan sisanya dialirkan pada
papilla renalis.
TAHAP PEMBENTUKAN URIN

Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali
yang terjadi di tubulus distal
dialirkan ke papilla renalis
selanjutnya diteruskan ke luar.
URIN (AIR KEMIH)
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
1. Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari
pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya.
2. Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi
keruh.
3. Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan
sebagainya.
4. Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
5. Berat jenis 1,015-1,020.
6. Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari
pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi
reaksi asam).
KOMPOSISI AIR KEMIH,
TERDIRI DARI:
1. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
2. Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein,
asam urea, amoniak dan kreatinin.
3. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat
dan sulfat.
4. Pagmen (bilirubin dan urobilin).
5. Toksin.
6. Hormon.
HORMON DAN NUTRIEN DI GINJAL

1. Vitamin D penting dalam proses reabsorpsi kalium dan fosfat di usus


halus. Vitamin D memasuki tubuh dalam bentuk inaktif dari diet atau
dari perubahan kolesterol dengan bantuan sinar ultraviolet di kulit.
Aktivasi vitamin terjadi melalui 2 tahap: yang pertama di hati dan
yang kedua di ginjal. Pada tahapan yang terjadi di ginjal distimulasi
oleh hormon paratiroid sebagai respon dari penurunan kadar kalisum
plasma.

2. Eritropoietin yang merangsang sumsum tulang memproduksi sel


darah merah sebagai respon adanya hipoksia jaringan. Proses yang
merangsang pengeluaran eritropoietin di ginjal adalah penurunan
kadar oksigen sel ginjal.
ANATOMI URETER

 Ureter memiliki panjang sekitar 25-30


cm.
 Ureter berfungsi mentransport urin dari
ginjal ke kandung kemih.
 Terdiri dari tiga lapis yaitu epitel mukosa
pada bagian dalam, otot polos pada bagian
tengah dan jaringan ikat pada bagian luar.
ANATOMI KANDUNG KEMIH
 Kandung kemih terletak dibelakang simpisis
pubis, berfungsi menampung urin untuk
sementara waktu.
 Terdapat segitiga bayangan yang terdiri atas 3
lubang yaitu 2 lubang ureter dan satu lubang
uretra pada dasar kandunng kemih yang disebut
dengan trigonum/trigon.
 Lapisan dinding kandung kemih (dari dalam
keluar): lapisan mukosa, submukosa, otot polos
dan lapisan fibrosa.Lapisan otot disebut dengan
otot detrusor. Otot longitudinal pada bagian
dalam dan luar dan lapisan sirkular pada bagian
tengah.
 Ukuran kandung kemih berbeda-beda. Pada
usia dewasa kandung kemih mampu
menampung sekitar 300-500 ml urin. Pada
keadaan tertentu kandung kemih dapat
menampung dua kali lipat lebih jumlah
keadaan normal
ANATOMI URETRA

 Uretra merupakan saluran yang


mengeluarkan urin keluar tubuh.
 Uretra terbentang dari dasar kandung
kencing ke orifisium uretra eksterna.
 Pada laki-laki panjangnya sekitar +
20 cm sedangkan pada wanita
panjangnya sekitar + 3-5 cm.
PERSYARAFAN KANDUNG KEMIH
 Persyarafan utama kandung kemih adalah nervus pelvikus yang
berhubungan dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis
terutama berhubungan dengan medulla spinalis segmen S2 dan S3.
 Serat sensorik mendeteksi derajat regangan pada dinding kandung
kemih.
 Saraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat
parasimpatis.
 Selain nervus pelvikus terdapat dua tipe persyarafan lain yang
penting untuk kandung kemih yaitu serat otot lurik yang berjalan
melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus
MIKSI / BERKEMIH
 Pengeluaran urin diatur oleh refleks mikturisi dengan penjelasan
sebagai berikut:

1. Sejumlah urin (sekitar 200-300 ml) akan menyebabkan regangan


pada kandung kencing.
2. Regangan akan merangsang reseptor regangan, sinyal akan
diteruskan melalui syaraf afferen kenervus pelvikus di medulla
spinalis.
3. Di medulla spinalis sinyal akan diteruskan ke nervus motorik
parasimpatis dan melalui interneuron di bawa ke hipotalamus yang
akan dihantarkan ke otak sehingga manusia mempersepsikan
keinginan untuk BAK.
4. Sinyal dari nervus motorik parasimpatis akan dibawa oleh saraf
efferen ke otot detrusor dan menstimulasi otot tersebut untuk
berkontraksi.

5. Kontraksi otot detrusor menyebabkan semakin meningkatnya


tekanan di kandung kemih, tetapi urin tidak keluar sampai
spingter internal dan eksternal relaksasi (Relaksasi spingter uretra
internal dan eksternal ini di bawah kontrol volunter).

6. Ketika volume urin di kandung kemih meningkat sampai dengan


500 ml akan meningkatkan rangsangan pada reseptor regangan
sehingga sensasi semakin kuat.
7. Refleks yang dihasilkan cukup kuat untuk membuka spingter
uretra internal terbuka sehingga spingter uretra eksternal
terangsang relaksasi dan terjadilah pengeluaran urin.

8. Diakhir proses miksi kurang dari 10 ml urin akan tetap berada


di kandung kemih.
ADA BERAPA JUMLAH HARIMAU
DI GAMBAR INI
ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN
GANGGUAN SISTEM
PERKEMIHAN
DRS. ASEP SUMPENA, S.KEP,NERS.,M.Pd
Sistem perkemihan
Sistem perkemihan terdiri dari :
1. Ginjal

2. Ureter

3. Vesika urinaria

4. Uretra
PENGKAJIAN
Manifestasi klinik disfungsi renal dan urinarius :
 Rasa nyeri

 Perubahan eliminasi urin

 Gejala gastrointestinal

 Gejala lain pada setiap sistem tubuh


Rasa nyeri
 Nyeri urogenital tidak selalu terdapat pada penyakit ginjal

 Bisa terjadi akibat adanya obstruksi dan distensi

 Nyeri ginjal

 Nyeri kolik

 Nyeri vesika

 Nyeri prostat

 Nyeri testis/epididimis

 Nyeri penis
Perubahan pada eliminasi urin :
 Sering berkemih
 Urgensi
 Rasa panas pada saat berkemih
 Hesitancy
 Nocturia
 Inkontinensia
 Enuresis
 Polyuri
 Hematuri
 Proteinuri
 Pneumaturia
 Hematospermia
 Cloudy urin
Riwayat kesehatan
 Anamnesis yang meliputi : Keluhan utama, riwayat penyakit lain
yang pernah dideritanya maupun pernah diderita oleh keluarganya
dan riwayat penyakit yang diderita saat ini
 Nyeri
 Riwayat infeksi traktus urinarius mencakup terapi atau perawatan
yang dialami, gejala panas, riwayat pengunaan kateter
 Gejala kelainan urinasi : disuri, hesitancy, inkontinensia
 Adakah riwayat : hematuri, nokturi, renal kalkuli, kelainan yang
mempengaruhi fungsi ginjal

 Untuk wanita : persalinan, infeksi vagina


 Pajanan dengan zat-zat toksin

 Riwayat merokok

 Penggunaan obat atau alkohol


Pemeriksaan fisik
 Dilakukan secara menyeluruh

 Fokus pada sistem urinary

 Pemeriksaan ginjal

 Pemeriksaan buli-buli

 Pemeriksaan genetalia eksterna

 Rectal toucher

 Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan laboratorium
 Urinalisis

 Pemeriksaan darah rutin

 Faal ginjal

 Elektrolit

 Faal hepar, faal pembekuan

 Tumor marker

 Analisis semen

 Analisis batu

 Kultur urin

 Sitologi urin

 PA
Pemeriksaan radiologi
 Foto polos abdomen

 PIV

 Uretrografi

 RPG

 APG

 USG

 Ct Scan

 Sintigrafi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan b.d penurunan filtrasi glomerulus dan
retensi cairan
2. Resiko infeksi b.d gangguan sistem imun dan pertahanan tubuh
3. Cemas b.d diagnosis keganasan dan kemungkinan metastase
4. Nyeri b.d inflamasi, sumbatan dan abrasi saluran kemih oleh
pindahnya batu
5. Gangguan eliminasi urin b.d sumbatan aliran urin oleh batu
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
7. Ketidakefektifan perfusi ginjal berhubungan dengan trauma
8. Resiko kerusakan integritas kulit
9. Kurang pengetahuan
ADA BERAPA WAJAH
PADA GAMBAR INI
GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN
INFEKSI SALURAN KEMIH
Pengertian
ISK adalah berkembangbiaknya mokroorganisme di dalam saluran
kemih, yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus
atau mokroorganisme lain.

Insidensi
Hampir 10juta yang datang ke dokter untuk memeriksakan
kesehatannya adalah pasien infeksi saluran kemih. Wanita 50 kali lebih
banyakdaripada laki-laki. 1 dari 5 wanita mengalami ISK

Etiologi
ISK disebabkan oleh mikroorganisme patogenik misalnya bakteri E.
Coli, streptokokus, stafilokokus, pseudomonas, dan lain-lain
INFEKSI SALURAN KEMIH
Faktor Resiko
Ketidakmampuan atau kegagalan kandung kemih untuk
mengosongkan isinya secara sempurna
 Penurunan daya tahan tubuh
Peralatan yang dipasang pada saluran perkemihan seperti kateter dan
prosedur sitoskopi

Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang berhubungan dengan ISK bervariasi. Separuh
dari klien yang ditemukan adanya bakteri dalam urin tidak menunjukan
gejala.
INFEKSI SALURAN KEMIH
Tanda dan gejala ISK bagian bawah :
• nyeri dan rasa panas ketika berkemih
• spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
• hematuria
• nyeri punggung dapat terjadi

Tanda dan gejala ISK bagian atas :


• demam
• menggigil
• nyeri panggul dan pinggang
• nyeri ketika berkemih
• malaise
• pusing
• mual dan muntah
INFEKSI SALURAN KEMIH
Pemeriksaan Diagnostik
1.Kultur urine : untuk menentukan kriteria infeksi
 Hitung koloni : sekitar 100.000 CFU per mm urine dari urin
tampung aliran tengah atau dari spesimen dalam kateter.
Adanya bakteri dalam spesimen yang dikumpulkan melalui
aspirasi jarum suprapubik ke dalam kandung kemih

2. Pemeriksaan urinalisis : adanya hematuria

3. IVP, sitoskopi, USG


INFEKSI SALURAN KEMIH
Penatalaksanaan
Pengobatan ISK bertujuan untuk membebaskan saluran kemih dari
bateri dan mencegah atau mengendalikan infeksi berulang. Ada
beberapa metode pengobatan ISK yang lazim dipakai yaitu :

1. Pengobatan dosis tunggal, yaitu obat diberikan 1 kali


2. Pengobatan jangka pendek, yaitu 1-2 minggu
3. Pengobatan jangka panjang, yaitu 3-4 minggu
4. Pengobatan profilaktik, yaitu 1kali sehari dalamwaktu 3-6 bulan

Dalam pendekatan klinis pengobatan ISK, pemilihan antibiotik adalah


penting. Antibiotik yang sering digunakan adalah ampisilin,
trimetoprim-sulfametoksasol, sefotaksim dan amikasin
INFEKSI SALURAN KEMIH

Patofisiologi
Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada
faeces  naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih
menempel pada permukaan mukosa  melekat
dan mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari
pembilasan melalui berkemih  mekanisme pertahan penjamu 
cetusan inflamasi.
INFEKSI SALURAN KEMIH

Bagian-bagian yang sering mengalami ISK adalah :


oSistisis : infeksi pada kandung kemih
oUretritis : infeksi pada uretra
oPielonefritis : infeksi pada ginjal, tubulus dan jaringan interstisiel
ginjal
oAbses renal : infeksi lokal pada korteks ginjal
oAbses perinefrik : infeksi ginjal yang meluas ke jar. Lemak di sekitar
ginjal
oGlomerulonefritis : infeksi pada glomerulus ginjal
RETENSI URINE
Pengertian
Retensi urine adalah suatu keadaan penumpukan urine di kandung
kemih dan tidak mempunyai kemampuan untuk mengosongkannya
secara sempurna

Etiologi
Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinalis
Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang
Intravesikal berupa pembesaran prostat, kekakuan leher vesika, batu
kecil dan tumor
Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran prostat, kelainan
patologi uretra, trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih
RETENSI URINE
Tanda dan gejala
Urine mengalir lambat
Terjad poliuria yang makin lama makin parah karena pengosongan
akndung kemih tidak efisien
Terjadi distensi abdomen akibat dilatasi kandung kemih
Terasa ada tekanan, kadang terasa nyeri dan merasa ingin BAK

Penatalaksanaan
Kateterisasi uretra
Dilatasi ureta dengan boudy
Drainage suprapubik
RETENSI URINE

Patofisiologi
Sisitem saraf simpatis  bladder bertekanan rendah  peningkatan
resistensi saluran kemih peningkatan tekanan otot dileher kandung
kemih dan proksimal uretra

Bladdder penuh  hambatan aliran saraf simpatis pada kandung


kemih  otot sfingter terbuka sedikit  aliran urine minimal 
pengosongan bladder tidak sempurna
INKONTINENSIA URINE
Pengertian
Merupakan eliminasi urin dari kandung kemih yang tidak terkendali
atau terjadi diluar keinginan

Etiologi
Perubahan anatomi dan fungsi organ kemih : melemahnya otot dasar
panggul, kebiasaan mengejan yang salah, batuk kronis
Adanya kontraksi abnormal dari dinding kandung kemih
Gangguan saluran kemih bagian bawah
Produksi urine meningkat
Gagal jantung kongestif
INKONTINENSIA URINE
Tipe – tipe inkontinensia urine
Inkontinensia akibat stress : merupakan eliminasi urine di luar
keinginan melalui uretra sebagai akibat dari peningkatan mendadak pada
tekanan intra abdomen
Urge incontinence : terjadi bila pasien merasakan dorongan atau
keinginan untuk urinasi tetapi tidak mampu menahannya cukup lama
sebelum mencapai toilet
Overflow incontinence : ditandai oleh eliminasi urin yang sering dan
kadang-kadang terjadi hampir terusmenerus dari kandung kemih
Inkontinensia fungsional : merupakan inkontinensia dengan fungsi
saluran kamih bagian bawah yang ututh tetapi ada faktor lain
Inkontinensia urine campuran : yang mencakup ciri-ciri
inkontinensia yang baru disebutkan.
INKONTINENSIA URINE
Penatalaksanaan
obat-obatan antikolinergik dan antispamodik (bladder relaxant) atau
agonis kolinergik.
Pembedahan :
•perbaikan vagina
•Suspensi kandung kemih pada abdomen dan elevasi kolum
vesika urinaria
•Sfingter artifisial yang dimodifikasi dengan menggunakan balon
karet silikon
Untuk mengontrol inkontinensia stres : aplikasi stimulasi
elektronik pada dasar panggul dengan bantuan pulsa generator
miniatur yang dilengkapi elektrode yang dipasang pada sumbat
intra-anal
UROLITIASIS
Pengertian
Adanya batu pada saluran kemih yang bersifat diopatk, dapat
menimbulkan statis dan infeksi, mengacu pada adanya batu pada
traktus rinarius

Epidemiologi
Ljunghell dan Hedstrand dalam laporannya yang dilakukan dengan
kuesioner retrospektif di swedia mendapatkan angka prevalensi
13,7%.
Penderita batu ginjal yang berobat ke RS setiap 10.000 penduduk
oSwedia : 1,9
oFinlandia : 3,0
Suwito dari semarang mendapatkan angka prevalensi batu saluran
kemih 51,9 per 10.000 penduduk
UROLITIASIS

Etiologi
Masih belum dapat dipastikan, secara umum disebabkan :
Faktor infeksi, penyeba tersering bakteri E. Coli
Peningkatan vitamin D
Diet yang salah
Kekurangan minum atau dehidrasi
Hiperparathiroidisme, penyakit metabolik bawaan
Tirah baring yang lama
Faktor lingkungan, terutama faktor perolehan air minum
UROLITIASIS

Manifestasi klinis
Tergantung dari : Biasanya terjadi :
Ukuran batu Nyeri
Lokasi batu Demam
Obstruksi aliran urine Menggigil
Pergerakan batu Disuria
infeksi Mual dan muntah
UROLITIASIS

Pemeriksaan diagnostik
Radiografi ginjal, ureter dan kandung kemih
IVP untuk mengetahui sumbatan dan keparahannya
Kultur urine : adanya bakteri dan sel darah putih meningkat
BUN serum dan kreatinin : meningkat bila terjadi kerusakan ginjal
Urinalisa : hematuria mikroskopik, sel darah putih, perubahan pH,
kristal kalsium, asam urat atau sistin yang menunjukan batu
UROLITIASIS
Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan :
Menghilangkan batu
Menentukan jenis batu
Mencegah kerusakan nefron
Mengendalikan infeksi
Mengurangi obstruksi yang terjadi

1.Pengurangan nyeri
2.Pengangkatan batu
3.Terapi nutrisi
UROLITIASIS
Patofisiologi

Teori terbentuknya batu

1.Teori inti matriks : terbentuknya batu memerlukan substansi


organik sebagai inti yang terdiri dari mukopolisakarida dan
mukoprotein yg mempermudah proses kristalisasi

2.Teori supersaturasi : terjadinya kejenuhan substansi pembentuk


batu dalam urine seperti sitin, santin, asam urat, dan kalsium oksalat
yang mempermudah terbentuknya batu
UROLITIASIS
Patofisiologi
3. Teori presipitasi-kristalisasi : perubahan pH urin
mempengaruhi solubilitas substansi dalam urin. Pada urin yg
bersifat asam akan mengendap sitin, santin, asam dan garam
urat. Pada urin yg bersifat alkali akan mengendap garam-garam
fosfat

4. Teori berkurangnya faktor penghambat : berkurangnya


faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat, polifosfat,
sitrat, magnesiun, asam mukopolisakarida akan mempermudah
terbentuknya batu pada saluran kemih
EDUKASI PASIEN DAN KELUARGA
SIAPA YANG PERLU DIEDUKASI

 Pasien dan Keluarga Terdekat

 Pasien dan keluarga yang mengalami gangguan psikologis


PERAWAT PEMBERI EDUKASI
HARUS SEPERTI APA ???
 Sebaiknya:

Di semua situasi baik verbal maupun non verbal menggunakan


prinsip pemberian edukasi yang tepat, jujur.

Memberikan pujian kepada pasien.

Mempunyai wawasan yang luas dalam menjawab pertanyaan


pasien.
KONSEP MORAL
DALAM KOMUNIKASI KEPERAWATAN

PERAWAT HARUS
1. Memiliki nilai Advokasi, Akuntabilitas, Loyalitas,Tanggung jawab

2. Menjaga informasi yang tidak boleh diberitahukan

3. Jujur, adil, peduli, rendah hati

4. Memberikan informasi yang tidak merugikan pasien

5.Mampu untuk menghibur dan memotivasi pasien di berbagai situasi


1. Komunikasi Intrapersonal
Komunikasi yang berada didalam diri yang
biasa kita sebut sebagai kata hati atau
perasaan batin.
Mis….
ketika seorang perawat melihat
seorang pasien sedang termenung,
melamun, atau menengadah
kelangit-langit,  maka perawat
akan merasakan dan mengetahui
bahwa pasien tersebut sedang
gundah, risau atau sedang
memikirkan sesuatu
2. Komunikasi Interpersonal
adalah komunikasi yang dilakukan oleh 2
orang atau lebih didalam sebuah
kelompok kecil.

2
2
DUA JENIS KOMUNIKASI YANG
DIMANIFESTASIKAN
SECARA TERAPEUTIK :

66
67
EKSPRESI WAJAH

69
2
9
Sikap empati:
Secara verbal perawat dapat mengatakan kalimat
seperti berikut:
✗ “Saya sengaja datang dan duduk di samping ibu
untuk mendengarkan keluhan ibu.”
✗ “Saya hadir disini untuk membantu ibu.”
✗ “Budi, suster mengerti Budi sedang sedih karena
berpisah dengan teman-teman di rumah.”
✗ “Anita sayang, suster duduk disini untuk
menemanimu dan mendengarkan”

7
1
Perilaku empati yang dapat ditunjukan perawat
secara nonverbal:
✗ Duduk disamping klien, mendengarkan
keluhannya sambil tetap menjaga kontak mata.
✗ Duduk disamping klien yang sedang menangis sambil
mengelus halus punggung klien tersebut.
✗ Duduk di depan klien yang sedang menangis
sambil menggenggam kedua tangan klien.
✗ Menghargai

7
2
34
7
4
7
5
7
6
Fase orientasi

Dimulai pada saat bertemu pertama kali dengan


klien

Fase kerja
Inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik

Fase terminasi
Dapat terjadi pada saat perawat mengakhiri tugas
pada unit tertentu atau saat klien akan pulang

7
7
1. MENDEKAT DAN
MEMBUNGKUK KE
ARAH
KLIEN

7
8
2. Sikap terbuka tidak
melipat tangan atau
kaki saat interaksi terjadi

3. Tetap rileks

7
9
4. EKSPRESI WAJAH
MENYENANGKAN,
TAMPAK IKHLAS

5. Mempertahankan kontak
mata yang menunjukkan
kesungguhan
untuk membantu

8
0
TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian.


• Perawat berusaha mengerti klien dengan cara mendengarkan
apa yang disampaikan klien.
 Mendengar merupakan dasar utama dalam
komunikasi.
 Dengan mendengar perawat mengetahui perasaan klien.
 Beri kesempatan lebih banyak pada klien untuk
berbicara. Perawat harus menjadi pendengar
yang aktif.

8
1
Cara untuk menjadi pendengar yang
aktif
Membuat kontak mata dengan pasien dan
berusaha menatap wajah pasien ketika pasien
berbicara

ANTARA LAIN

8
2
Berikan jawaban setiap pasien bertanya,
 misalnya dengan langsung berbicara atau hanya sekedar
menggerakkan kepala pertanda kamu mendengarkan pasien .

Hadapkan atau arahkan tubuh kepada pasien,


dan usahakan untuk tidak membelakangi pasien
ketika berbicara

8
3
2. MENUNJUKKAN
PENERIMAAN MENERIMA
TIDAK BERARTI
MENYETUJUI,
menerima berarti bersedia
untuk mendengarkan orang lain
tanpa menunjukkan keraguan
atau ketidak setujuan

Menerima informasi
bertujuan untuk mendukung
segala informasi yang di terima
dari pasien
8
4
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.

Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan


informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh
klien.

Mis:...tadi ibu mengatakan mempunyai 4 anak, siapa yg ibu


rasa paling dekat dengan ibu?

8
5
4. Mengulangi ucapan klien dengan menggunakan kata-kata
sendiri.
Melalui pengulangan kembali kata-kata klien, perawat
memberikan umpan balik bahwa perawat mengerti pesan
klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.

Mis :
Klien : “ Saya tidak bisa tidur....sepanjang
malam..”
Perawat : “ ibu/bpk ..mengalami kesulitan tidur?

8
6
5. Mengklasifikasi  menyamakan pengertian
 Klasifikasi terjadi saat perawat berusaha
untuk menjelaskan dalam kata-kata ide atau
pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien.

 Mis. : saya mungkin kurang mengikuti apa yg


ibu katakan...”
 “..apa yang dimaksud dengan......”

8
7
6.
MEMFOKUSKAN

 untuk membatasi
bahan pembicaraan
sehingga percakapan
menjadi lebih spesifik
dan dimengerti.

8
8
7. MENYATAKAN HASIL OBSERVASI.

8
9
8. Menawarkan informasi

Memberikan tambahan
informasi merupakan
tindakan penyuluhan
kesehatan untuk klien yang
bertujuan memfasilitasi
klien untuk mengambil
keputusan
9
0
 9. Diam 10. Meringkas
 akan memberikan  Meringkas pengulangan ide
kesempatan kepada utama
perawat dan klien
untuk mengorganisir.
 yang telah dikomunikasikan
secara singkat.
  memungkinkan klien
untuk berkomunikasi
dengan dirinya sendiri, 11. Memberikan penghargaan
mengorganisir pikiran  Misalnya : ibu tampak
dan memproses inform cocok sekali dengan
 baju warna itu…
12. Memberi kesempatan kepada
klien untuk memulai pembicaraan
 Memberi kesempatan kepada
klien untuk berinisiatif dalam memilih
topik pembicaraan.

9
2
13.MENGANJURKAN UNTUK  14.Menempatkan kejadian secara
MENERUSKAN PEMBICARAAN. berurutan.

MEMBERIKAN KESEMPATAN  Mengurutkan kejadian secara


KEPADA KLIEN UNTUK teratur akan membantu perawat
MENGARAHKAN HAMPIR dan klien untuk melihatnya
SELURUH PEMBICARAAN dalam suatu perspektif

Mis :  “ kapan kejadai tersebut?


“………..ya..teruskan………”
 “ apa yg terjadi sebelumnya ?...

“……..dan kemudian……….
15. MENAWARKAN
DIRI
“ Saya akan menemani ibu …
5 menit…. “

9
4

Anda mungkin juga menyukai