Anda di halaman 1dari 3

Nama : Intan Ihya Ilawati

NIM : P07120220033

Prodi : STr Keperawatan & Profesi Ners (smt 2)

Matkul : Farmakologi

1. Obat Analgetik
a. Nama Obat : IBUPROFEN
b. Farmakokinetik
- Absorpsi : melalui lambung
- Distribusi : seluruh jaringan tubuh , terutama tekonstrentrasi dalam cairan sinovial
- Metabolism : di dalam hati
- Eliminasi : bebas / terkonjugasi (urine, feses, keringat, ASI, ludah)
c. Farmakodinamik
Ibuprofen menghambat sintesis prostaglandin sehingga dengan demikian efektif
dalam meredakan inflamasi dan nyeri. Obat-obat ini memiliki mula kerja, waktu
untuk mencapai kadar puncak, dan lama kerja yang semuanya singkat. Obat ini
memerlukan waktu beberapa hari agar efek antiinflamasinya jelas terlihat. Ada
banyak interaksi obat yang berkaitan dengan Ibuprofen. Obat ini dapat menambah
efek koumarin, sulfonamid, sefalosporin, dan fenitoin. Jika dipakai bersama aspirin,
efeknya dapat berkurang. dapat terjadi hipoglikemia jika Ibu Ibuprofen dipakai
bersama insulin atau obat hipoglikemik oral. Resiko terjadi toksisitas tinggi jika
Ibuprofen dipakai bersama-sama dengan menghambat kalsium
d. Efek samping

Perut kembung, Mual dan muntah, Diare atau malah sembelit, Sakit maag, Demam,
Sakit kepala, Perubahan mood.

Gejala alergi obat, seperti gatal-gatal, wajah tampak bengkak, dan sesak napas,
Muntah darah atau BAB berdarah, Leher kaku, Gangguan fungsi ginjal yang ditandai
dengan pembengkakan di tungkai dan frekuensi BAK yang berkurang, Gangguan
irama jantung.

e. Interaksi obat
AINS dan penghambat selektif COX-2: berpotensi menimbulkan efek adiktif.
Glikosida jantung: menurunkan kecepatan filtrasi glomerulus dan meningkatkan
konsentrasi plasma glikosida jantung. Kortikosteroid: meningkatkan risiko ulkus atau
perdarahan lambung. Antikoagulan (warfarin): meningkatkan efek dari antikoagulan.
Antiplatelet dan golongan SSRI (klopidogrel, tiklopidin): meningkat risiko
perdarahan lambung. Asetosal: meningkatkan risiko efek samping. Anti hipertensi:
menurunkan efek anti hipertensi. Diuretik: meningkatkan risiko nefrotoksik. Litium:
mempercepat eliminasi litium. Metotreksat: mengurangi bersihan metotreksat.
Siklosporin dan takrolimus: meningkatkan risiko nefrotoksik. Zidovudin:
meningkatkan risiko gangguan hematologi. Kuinolon: meningkatkan risiko kejang.
Aminoglikosida: menurunkan eksresi aminoglikosida. Mifepriston: jangan gunakan
AINS selama 8 – 12 hari setelah terapi mifepriston karena dapat mengurangi efek
mifepriston. Ginkgo biloba: meningkatkan risiko perdarahan
2. .Obat Antibiotik
a. Nama obat : ETAMOXUL SULFAMETHOXAZOLE TRIMETHOPRIM
b. Farmakokinetik
- Absorpsi : Mudah terserap baik dari saluran cerna (plasma)
- Distribusi : tersebar luas ke dalam jaringan dan cairan tubuh, melintas plasenta
dan memasuki ASI
- Metabolisme : melalui proses perubahan senyawa tidak toksik dan mudah larut
sehingga mudah diekskresi dan menjadi hidroksilamina melalui oksidasi.
- Eliminasi : Diekskresi melalui urine
c. Farmakodinamik
Etamoxul merupakan kombinasi 2 macam kemoterapin yakni Trimethorprim dan
Sulfamethoxazole dengan perbandingan 1:5 yang memberikan efek bakterisid dengan
spektrum luas. Etamoxul menghambat Biosintesis asam folinate mikroorganisme pada
tahap yang berbeda secara beruntun. Apabila kedua zat aktif tersebut dipergunakan
masing-masing biasanya hanya memberi hasil yang bakteriostatik. Etamoxul
seringkali efektif terhadap mikroorganisme yang resisten terhadap sulfametoxazol
tunggal. Eta mosul invitro efektif terhadap kuman kuman gram positif dan negatif
termasuk Staphylococcus, Streptococcuc, e-coli, Haemophilus influenzae, Proteus,
Salmonella, Shigella, Klebsiella dan Enterobacter. Etamoxul juga mempunyai khasiat
sebagai anti protozoa misalnya terhadap pnemocystis dan nocardia. Trimethoprim dan
Sulfamethoxazole diabsorpsi dan dieliminasi dengan kecepatan yang sama. Setelah
pemberian oral konsentrasi Puncak bagian darah tercapai setelah 1 sampai 4 jam
dengan paruh waktu 12 jam. Etamoxul diekskresikan melalui ginjal
d. Efek Samping
Mual, muntah, ruam kulit, leukopenia trombositopenia, agranulositosis, anemia
aplastic, diskrasia darah. Pada penggunaan jangka Panjang pernah dilaporkan adanya
megaloblastik anemia dan hal ini dapat ditolerir dengan pengbatan asam folinat.
Walaupun sifatnya jarang dapat terjadi reaksi hipersensitivitas yang fatal pada kulit
atau darah seperti sindrom Steven Johnson, toxic epidermal, necrosys fulminant,
hepatic necrosis dan diskrasia darah lainnya.
e. Interaksi Obat
 Etamoxul dapat menambah efek dari anti koagulan dan memperpanjang waktu
paruh phenytoin juga dapat mempengaruhi besarnya dosis obat-obat
hypoglikemia.
 Pernah dilaporkan adanya megaloblastic anemia apabila Etamoxul diberikan
Bersama-sama dengan obat yang dapat menghambat pembentukan folat misalnya
pirimetamin.
 Pemberian Bersama dengan diuretic terutama thiazid dapat meningkatkan
kemungkinan terjadinya trombositopenia.

Anda mungkin juga menyukai