Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

BLOK INTEGUMEN

Pemeriksaan Mikrobiologi Kulit

Nama : Made Ngurah Jiyesta Wibawa

NIM : 019.06.0055

Kelompok : Kelas A/ Kelompok sesi II

Modul : Integumen

Dosen : Diani Sri Hidayati, M.Si dan

dr. I Nyoman Cahyadi TS, S.Ked

LABORATORIUM TERPADU I
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah
Pemeriksaan Mikrobiologi Kulit dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas mengenai hasil praktikum Mikrobiologi meliputi
pengamatan langsung menggunakan mikroskop yang dibagi menjadi beberapa
kelompok. Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari
berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ibu Diani Sri Hidayati, M.Si dan dr. I Nyoman Cahyadi TS, S.Ked sebagai
dosen fasilitator yang senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam
pelaksanaan praktikum.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami
dalam pengamatan.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas untuk
menyusun makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram,23 November 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 1

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4

1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 4

1.2 Tujuan Praktikum .................................................................................. 4

1.3 Manfaat Praktikum ................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 5

2.1 Infeksi pada Kulit ........................................................................................ 5

2.1.1 Jamur ..................................................................................................... 5

2.1.2 Bakteri.................................................................................................... 6

2.2 Pengelolaan Spesimen ................................................................................. 8

2.3 Teknik Pemeriksaan Mikrobiologi ............................................................ 9

2.3.1 Pemeriksaan dengan KOH .................................................................. 9

2.3.2 Pemeriksaan dengan Pewarnaan Gram ........................................... 10

BAB III METODE PRAKTIKUM .................................................................... 11

3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................... 11

3.2 Alat dan Bahan .............................................................................................. 11

3.2.1 Pemeriksaan Kerokan Kulit (dengan KOH) .................................... 11

3.2.2 Pemeriksaan dengan Pewarnaan Gram ........................................... 11

3.3 Cara Kerja ................................................................................................. 12

3.3.1 Pemeriksaan Kerokan Kulit (dengan KOH) .............................. 12

3.3.2 Pemeriksaan dengan Pewarnaan Gram...................................... 12

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 14

4.1 Hasil ............................................................................................................ 14

Laporan Mikrobiologi “Integumen” 2


4.2 Pembahasan ............................................................................................... 15

4.2.1 Pemeriksaan Kerokan Kulit Untuk Mendiagnosis Infeksi Jamur. 15

4.2.2 Pewarnaan Gram ................................................................................ 17

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 20

5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 21

Laporan Mikrobiologi “Integumen” 3


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam mikrobiologi diberikan pengertian dasar tentang sejarah penemuan
mikroba, macam-macam mikroba di alam, struktur sel mikroba dan fungsinya,
metabolisme mikroba secara umum, pertumbuhan mikroba dan faktor lingkungan,
mikrobiologi terapan di bidang lingkungan dan pertanian. Kata mikrobiologi
berasal dari bahasa Yuniani, yaitu micros berarti kecil, bio berarti hidup, dan
logos berarti ilmu. Jadi mikrobiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
organisme hidup yang berukuran mikroskopis. Organisme yang dipelajari dalam
mikrobiologi yaitu mikroorganisme, yang meliputi bakteri, virus, jamur, protozoa.
Mikroorganisme adalah sebuah organisme hidup yang terlalu kecil untuk dilihat
dengan mata telanjang. Maka untuk melihatnya dibutuhkan suatu alat yang dapat
memperbesar ukuran, alat tersebut adalah mikroskop. Mikroorganisme dapat
ditemukan di mana pun dan sangat berperan dalam semua kehidupan di muka
bumi (Syahrurachman, Agus., dkk. 2002).

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun manfaat dari pelaksanaan praktikum ini adalah agar mahasiswa
mengetahui cara serta dapat melakukan tindakan pengambilan specimen yang
akan diperiksa untuk menunjang diagnosis pemeriksaan infeksi pada kulit.

1.3 Manfaat Praktikum


1.3.1 Mahasiswa mampu memahami cara pengambilan bahan pemeriksaan
infeksi kulit yang disebabkan oleh bakteri, virus dan jamur.
1.3.2 Mahasiswa mampu melakukan pewarnaan Gram untuk menunjang
diagnosis infeksi bakteri dan jamur pada kulit.
1.3.3 Mahasiswa mampu membuat preparat KOH untuk menunjang diagnosis
infeksi jamur pada kulit.

Laporan Mikrobiologi “Integumen” 4


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Infeksi pada Kulit


Kulit, yang meliputi dan melindungi tubuh, merupakan garis pertahanan
tubuh pertama terhadap patogen. Sebagai barier fisik, hampir tidak mungkin suatu
pathogen dapat menembus kulit yang utuh. Namun demikian mikroba dapat
masuk melalui lesi kulit yang tidak nampak, sehingga beberapa mikroba dapat
menembus kulit utuh. Kulit adalah tempat yang tidak ramah bagi kebanyakan
mikroorganisme karena sekresi kulit bersifat asam dan sebagian besar kulit
kelembabannya sangat rendah. Beberapa bagian dari tubuh, seperti aksila dan
daerah sela-sela kaki, memiliki kelembaban yang cukup tinggi untuk memberi
kesempatan populasi bakteri relatif besar berada pada daerah-daerah tersebut. Di
area yang lebih kering seperti kulit kepala, biasanya jumlah mikroorganisme
ditemukan dalam jumlah yang kecil. Beberapa mikroba yang berkolonisasi pada
kulit dapat menyebabkan penyakit. Infeksi mikroba pada kulit biasanya ditularkan
melalui kontak dengan individu yang terinfeksi dan apabila kulit ditembus oleh
mikroorganisme maka dapat terjadi infeksi. Infeksi kulit dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, dan parasit (Sri A. S. 2018.).

2.1.1 Jamur
Di dalam dunia mikrobia, jamur termasuk divisio Mycota (fungi). Mycota
berasal dari kata mykes (bahasa Yunani), disebut juga fungi (bahasa Latin). Ada
beberapa istilah yang dikenal untuk menyebut jamur, (a) mushroom yaitu jamur
yang dapat menghasilkan badan buah besar, termasuk jamur yang dapat dimakan,
(b) mold yaitu jamur yang berbentuk seperti benang-benang, dan (c) khamir yaitu
jamur bersel satu. Jamur merupakan jasad eukariot, yang berbentuk benang atau
sel tunggal, multiseluler atau uniseluler. Sel-sel jamur tidak berklorofil, dinding
sel tersusun dari khitin, dan belum ada diferensiasi jaringan. Jamur bersifat
khemoorganoheterotrof karena memperoleh energi dari oksidasi senyawa organik.
Jamur memerlukan oksigen untuk hidupnya (bersifat aerobik). Habitat (tempat
hidup) jamur terdapat pada air dan tanah. Cara hidupnya bebas atau bersimbiosis,

Laporan Mikrobiologi “Integumen” 5


tumbuh sebagai saprofit atau parasit pada tanaman, hewan dan manusia
(Kharisman Ibnu, dkk, 2013.).

Jamur benang terdiri atas massa benang yang bercabang-cabang yang


disebut miselium. Miselium tersusun dari hifa (filamen) yang merupakan benang-
benang tunggal. Badan vegetatif jamur yang tersusun dari filamen-filamen disebut
thallus. Berdasarkan fungsinya dibedakan dua macam hifa, yaitu hifa fertil dan
hifa vegetatif. Hifa fertil adalah hifa yang dapat membentuk sel-sel reproduksi
atau spora-spora. Apabila hifa tersebut arah pertumbuhannya keluar dari media
disebut hifa udara. Hifa vegetatif adalah hifa yang berfungsi untuk menyerap
makanan dari substrat. Berdasarkan bentuknya dibedakan pula menjadi dua
macam hifa, yaitu hifa tidak bersepta dan hifa bersepta. Hifa yang tidak bersepta
merupakan ciri jamur yang termasuk Phycomycetes (Jamur tingkat rendah). Hifa
ini merupakan sel yang memanjang, bercabang-cabang, terdiri atas sitoplasma
dengan banyak inti (soenositik). Hifa yang bersepta merupakan ciri dari jamur
tingkat tinggi, atau yang termasuk Eumycetes (Kharisman Ibnu, dkk, 2013.).

2.1.2 Bakteri
Bakteri merupakan mikrobia prokariotik uniselular, termasuk kelas
Schizomycetes, berkembang biak secara aseksual dengan pembelahan sel. Bakteri
tidak berklorofil kecuali beberapa yang bersifat fotosintetik. Cara hidup bakteri
ada yang dapat hidup bebas, parasitik, saprofitik, patogen pada manusia, hewan
dan tumbuhan. Habitatnya tersebar luas di alam, dalam tanah, atmosfer (sampai ±
10 km diatas bumi), di dalam lumpur, dan di laut. Bakteri mempunyai bentuk
dasar bulat, batang, dan lengkung. Bentuk bakteri juga dapat dipengaruhi oleh
umur dan syarat pertumbuhan tertentu. Bakteri dapat mengalami involusi, yaitu
perubahan bentuk yang disebabkan faktor makanan, suhu, dan lingkungan yang
kurang menguntungkan bagi bakteri. Selain itu dapat mengalami pleomorfi, yaitu
bentuk yang bermacam-macam dan teratur walaupun ditumbuhkan pada syarat
pertumbuhan yang sesuai (Kharisman Ibnu, dkk, 2013.).

Laporan Mikrobiologi “Integumen” 6


Sebagian besar dari mikrobiota normal kulit adalah bakteri gram positif
batang pleomorfik disebut yaitu difteroid. Beberapa difteroid, seperti
Propionibacterium acnes, yang bersifat anaerobik biasanya menghuni folikel
rambut. Pertumbuhannya dibantu oleh sekresi kelenjar minyak (sebum), yang
merupakan timbulnya suatu akne. Bakteri ini menghasilkan asam propionat, yang
membantu mempertahankan pH rendah kulit, umumnya antara 3 dan 5. Bakteri
difteroid lain, seperti Corynebacterium xerosis tumbuh secara aerob dan
menempati permukaan kulit. Malassezia furfur, yang merupakan ragi mampu
tumbuh pada sekresi kulit berminyak dan dianggap bertanggung jawab atas
kondisi kulit yang dikenal sebagai ketombe. (Bibel dan Lovell, 1976). Mikroba
lainnya, seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, dan
Pseudomonas aeruginosa, mungkin ditemukan berkolonisasi sementara pada kulit
dalam kondisi normal (Kharisman Ibnu, dkk, 2013.).

Bakteri Gram negatif terdapat hanya sebagian kecil dibandingkan bakteri


kulit yang lain. Beberapa bakteri gram-negatif, terutama Acinetobacter, juga
ditemukan berkolonisasi di kulit. Bakteri-bakteri tersebut banyak terdapat di
daerah lembat yaitu di intertriginosa, seperti sela-sela jari kaki dan aksila, bukan
pada kulit kering. Keadaan kering merupakan factor utama mencegah
perkembangbiakan bakteri Gram-negatif pada kulit intak. Enterobacter,
Klebsiella, Escherichia coli, dan Proteus spp. adalah organisme Gram-negatif
dominan ditemukan pada kulit. Acinetobacter spp juga terjadi pada kulit individu
normal di daerah intertriginosa yang lembab (Kharisman Ibnu, dkk, 2013.).

Adapun jenis infeksi pada kulit dibagi menjadi dua yaitu infeksi primer dan
infeksi sekunder. Infeksi primer ditandai dengan perjalanan dan morfologi
karakteristik, yang diawali oleh organisme tunggal dan biasanya sering terjadi
pada kulit normal. Penyebab paling sering adalah Staphylococcus aureus,
Streptococcus pyogenes, dan bakteri coryneform. Bentuk infeksi tersering berupa
impetigo, folikulitis, furunkel, dan erithrasma. Infeksi sistemik juga dapat
menimbulkan manifestasi di kulit. Organisme ini biasanya masuk melalui jalan
masuk di kulit intak seperti gigitan serangga. Banyak infeksi sistemik melibatkan
gejala- gejala pada kulit yang disebabkan baik oleh patogen atau toksin yang

Laporan Mikrobiologi “Integumen” 7


dijadilkan; contoh adalah campak, varicella, gonococcemia, dan staphylococcal
scalded skin syndrome. Jamur dermatofita memiliki afinitas yang kuat pada sel-sel
keratin sehingga dapat menginvasi jaringan keratin pada kuku, rambut, dan kulit.
Infeksi sekunder berasal kulit yang telah ada lesi sebelumnya, dengan adanya
faktor risiko atau predisposisi dengan gambaran klinis dan perjalanan infeksi yang
bervariasi. Sebagai contoh adalah infeksi yang terjadi pada intertrigo dan sela jari
kaki. Manifestasi klinis bervariasi dari satu penyakit dengan penyakit lainnya.
Kebanyakan tanda-tanda infeksi kulit berupa eritema, edema, dan tanda-tanda
peradangan lainnya. Dapat terjadi akumulasi fokal pus berupa furunkel atau cairan
membentuk vesikel dan bula, tetapi lesi juga dapat berupa scale tanpa adanya
peradangan yang jelas (Kharisman Ibnu, dkk, 2013.).

2.2 Pengelolaan Spesimen


Secara umum terdapat beberapa cara pengambilan dan transportasi
specimen, yaitu dengan cara usap, aspirat, biopsy, pengambilan specimen darah,
kerokan kulit, dan slit skin smear. Yang mana pada praktikum ini dilakukan
pengambilan specimen dengan teknik kerokan kulit dan slit skin smear. Adapun
jenis specimen tergantung dari jenis lesi dan pathogenesis penyakit. Berikut ini
merupakan tabel mengenai jenis-jenis specimen pada infeksi kulit.

Tabel 1. Jenis- jenis specimen berdasarkan lesi dikulit

Laporan Mikrobiologi “Integumen” 8


2.3 Teknik Pemeriksaan Mikrobiologi

2.3.1 Pemeriksaan dengan KOH


Pemeriksaan dengan menggunakan larutan KOH adalah teknik
pemeriksaan sederhana dengan menggunakan mikroskop cahaya. Solutio KOH
yang alkalis dapat menyebabkan penghancuran sel-sel corneocyte. Dengan
pembersihan atau penghancuran tersebut memungkinkan untuk melihat dibawah
mikroskop bahan-bahan exogenous non protein misalnya hypha, spora dan serabut
fiberglass sehingga dapat teridentifikasi dengan baik. Adapun intepretasi hasil
pemeriksaan dengan KOH yaitu sebagai berikut.

a. Hypha dermatophytes
Bentuknya seperti benang panjang lurus atau berlekuk yang seringkali
bercabang-cabang. Diameternya uniform, warna terang dengan tepi agak gelap.
b. Hypha dan budding spores Candida
Disebut juga pseudo-hypha yang seringkali sukar di bedakan dengan hypha
dari dermatohytes. Bentuknya seperti benang yang panjang. Lurus atau bengkok.
Bentukan sel bulat atau oval dan budding.

Laporan Mikrobiologi “Integumen” 9


c. Hypha dan spora T. Versicolor
Bentuknya berupa benang-benang pendek-pendek dan panjang disertai
dengan spora yang berkelompok dengan ukuran yang sama. Kombinasi ini
seringkali disebut spagetti dan meatballs (Mutiawati, Vivi Keumala. 2016).

2.3.2 Pemeriksaan dengan Pewarnaan Gram


Pewarnaan Gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri
menjadi dua kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif,
pengelompokkan ini didasarkan pada sifat kimia dan fisik dinding sel mereka.
Metode pewarnaan ini diberi nama berdasarkan penemunya, Denmark Hans
Christian Gram (1853–1938). Beliau mengembangkan teknik ini pada tahun 1884
untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Pada
metode pewarnaan Gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri
Gram positif dan Gram negatif berdasarkan dari reaksi atau sifat bakteri terhadap
pewarna tersebut (Mutiawati, Vivi Keumala. 2016).

Laporan Mikrobiologi “Integumen” 10


BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah :
Hari/Tanggal : Selasa, 23 November 2021
Waktu : 15.10 – 16.50 WITA
Tempat : Laboraturium Terpadu 1, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam
Al-Azhar.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Pemeriksaan Kerokan Kulit (dengan KOH)

1. Obyek glass
2. Cover/ deck glass
3. Bunsen
4. Pipet tetes
5. Skalpel atau obyek glass untuk mengambil kerokan
6. Mikroskop
7. Kalium hidroksida (KOH)l0% untuk pemeriksaan langsung.
8. Kapas Alkohol 70%

3.2.2 Pemeriksaan dengan Pewarnaan Gram

1. Obyek glass
2. Bunsen
3. Mikroskop
4. Bak Pewarnaan
5. Oil imersi
6. Pensil warna
7. Biakan murni bakteri
8. Kristal violet (Gram I)
9. Iodin atau Lugol (Gram II)

Laporan Mikrobiologi “Integumen” 11


10. Alkohol 95%(Gram III)
11. Safranin (Gram IV)
12. Aquadest
13. Tissue.

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Pemeriksaan Kerokan Kulit (dengan KOH)
1. Bersihkan objek glass & scalpel dengan alkohol 70%
2. Kulit yg diduga terinfeksi jamur dibersihkan terlebih dahulu dengan
kapas alcohol 70%
3. Bagian tepi yg aktif dari lesi dikerok dengan ujung obyek glass or
scalpel. Jika tidak ada kelainan, ambil kerokan kulit dari sela jari kaki.
4. Letakkan kerokan kulit pada permukaan obyek glass yg sudah dilabel,
kemudian teteskan l tetes KOH l0%, kemudian tutup dengan cover
glass.
5. Biarkan pada suhu ruang beberapa saat atau lewatkan sediaan sediaan
diatas nyala api dua atau tiga kali.
6. Amati di bawah mikroskop adanya sel epitel dan kemungkinan adanya
hifa, spora ataupun sel jamur pada perbesaran lensa obyektif 4x, l0x, dan
40x.

3.3.2 Pemeriksaan dengan Pewarnaan Gram


1. Bersihkan objek glass dengan melewatkan di atas bunsen atau lampu
spiritus beberapa kali.
2. Secara aseptis mengambil l ose biakan, letakkan di atas objek glass,
ratakan seluas ± 2 cm, kering anginkan.
3. Fiksasi di atas nyala lampu spiritus beberapa kali.
4. Teteskan 2-3 tetes larutan Gram I pada preparat dan diamkan selama l
menit.
5. Cuci dengan air mengalir sampai cat tercuci semua, kering anginkan.

Laporan Mikrobiologi “Integumen” 12


6. Teteskan 2-3 tetes larutan Gram II dan mendiamkan selama l menit.
Cuci dengan air mengalir sampai cat tercuci semua, kering anginkan.
7. Lunturkan dengan larutan Gram III sampai lapisan tampak pucat (± 30
detik), dan langsung cuci dengan air mengalir lalu kering anginkan.
8. Teteskan cat Gram IV dan biarkan selama l menit. Cuci dengan air
mengalir dan kering anginkan.
9. Mengeringkan bagian bawah kaca objek dengan tissue, amati di bawah
mikroskop mulai dari perbesaran lemah, sedang dan kuat.
10. Gambar dan beri keterangan bakteri yang tampak serta memperhatikan
bentuk, warna dan reaksi pengecatan.

Laporan Mikrobiologi “Integumen” 13


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Praktikum Mikrobiologi Kulit

No. Gambar Keterangan


1. Preparat Contoh
Bakteri gram negatif

2. Pemeriksaan dengan
KOH

Data Pasien :
Nama : Y.T (19 tahun)
Tanggal lahir : 12
Desember 2001

Hasil pemeriksaan :
Tidak ditemukan spora
jamur, hifa.

Laporan Mikrobiologi “Integumen” 14


3. Pemeriksaan Kultur
Gram (dengan media
kultur yang sudah
ada)

Data Pasien :
X

Hasil pemeriksaan :
Tn. A positif terinfeksi
BTA, dengan ditemukan
bakteri gram negatif

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pemeriksaan Kerokan Kulit Untuk Mendiagnosis Infeksi Jamur


Pemeriksaan langsung dengan KOH 10% merupakan pemeriksaan
sederhana yang membutuhkan waktu relative cepat untuk mendeteksi adanya
jamur. Pemeriksaan langsung dengan KOH dapat berhasil bila jumlah jamur
cukup banyak. Pada pemeriksaan ini memiliki beberapa kelemahan yaitu
sensitivitas yang bervariasi 65-85% atau lebih rendah, sering tidak konsisten,
membutuhkan tenaga laboratorik terampil dan berpengalaman dalam hal prosedur
pembacaan preparat. Pemeriksaan ini membutuhkan tiga kali pemeriksaan
mikroskopik pada pasien dengn hasil laboratorik yang awalnya negative untuk
menginterprestasikan keberadaan elemen jamur.

Pada praktikum kali ini, dilakukan pemeriksaan pada Ny. L yang berumur
60 tahun. Lesi diambil di daerah lipatan payudara pasien. Dimana pasien
mengeluhkan pada lipat payudara terasa sangat gatal. Keluhan dirasakan sudah 3
bulan dan semakin meluas. Pada pemeriksaan fisik terlihat eritema, lesi sel satelit
(Hen and Chicken Configuration). Dari hasil pengamatan microskop ditemukan
blastospora yang pertumbuhan dan gerakannya masih aktif. Hal tersebut
menunjukkan pasien positif terinfeksi oleh jamur Candida albicans Dari kasus

Laporan Mikrobiologi “Integumen” 15


tersebut, dapat disimpulkan Ny. L terdiagnosis penyakit Candidosis Intertriginosa.
Hal tersebut ditandai dengan keluhan pasien yaitu gatal, gambaran UKK dengan
adanya lesi satelit dengan pola Hen and Chicken Configuration. Selain itu
Candidosis Intertriginosa disebabkan oleh Candida albicans.

Candidosis merujuk pada berbagai bentuk infeksi yang disebabkan oleh


Candida albicans atau oleh anggota lain dari genus Candida. Organisme ini
umumnya menginfeksi kulit, kuku, membrane mukosa, dan traktus
gastrointestinal namun mereka juga dapat menyebabkan penyakit sistemik.
Penyakit ini terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua umur, baik laki-
laki maupun perempuan.

Candida albicans adalah sel ragi bertulang tipis, gram positif, tidak memiliki
kapsul, berbentuk oval hingga bulat dengan ukuran 3 – 4 μm. Candida albicans
juga membentuk pseudohifa ketika tunas-tunasnya terus bertumbuh, tetapi gagal
melepaskan diri sehingga menghasilkan rantai-rantai sel panjang yang bertakik
atau menyempit pada lokasi penyekatan di antara sel. Candida albicans bersifat
dimorfik, selain ragi dan pseudohifa Candida albicans juga dapat menghasilkan
hifa sejati. Candida albicans berkembang biak dengan cara memperbanyak diri
dengan spora yang tumbuh dari tunas yang disebut dengan blastospora.

Laporan Mikrobiologi “Integumen” 16


4.2.2 Pewarnaan Gram
Pada praktikum pewarnaan gram ini dilakukan pengambilan lesi pada
Anak KT yang berumur 6 tahun. Dimana pada pemeriksaan fisik ditemukan bula
pada bagian wajah berisi pus yang kendur dan mudah pecah. Serta adanya krutas
yang berwarna kekuningan. Keluhan lainnya yang dirasakan berupa batuk, pilek.
Pada pewarnaan gram digunakan empat jenis cat gram dalam prosesnya. Cat gram
I yaitu kristal violet. Kristal violet merupakan reagen yang berwarna ungu. Kristal
violet ini merupakan pewarna primer (utama) yang akan memberi warna pada
mikroorganisme target. Kristal violet bersifat basa sehingga mampu berikatan
dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam. Dengan perlakuan seperti itu, sel
mikroorganisme yang transparan akan terlihat berwarna (ungu). Pemberian kristal
violet pada mikroorganisme gram positif akan meninggalkan warna ungu muda.
Kristal violet yang diteteskan didiamkan selama 1 menit bertujuan agar cat atau
pewarna ini dapat melekat sempurna pada dinding sel.
Cat gram II yaitu lugol yang merupakan pewarna Mordan, yaitu pewarna
yang berfungsi memfiksasi pewarna primer yang diserap mikroorganisme target
atau mengintensifkan warna utama. Pemberian lugol pada pengecatan Gram
dimaksudkan untuk memperkuat pengikatan warna oleh mikroorganisme.
Kompleks zat lugol terperangkap antara dinding sel dan membran sitoplasma
organisme gram positif, Cat gram III ialah alkohol sebagai peluntur warna primer.
Tercuci tidaknya warna dasar tergantung pada komposisi dinding sel, bila
komponen dinding sel kuat mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci
sedangkan bila komponen dinding sel tidak kuat menelan warna dasar, maka
warna akan tercuci. Pemberian alkohol pada pengecatan ini dapat mengakibatkan
terjadinya dua kemungkinan yaitu mikroorganisme akan tetap berwarna ungu atau
menjadi tidak berwarna. Dimana alkohol akan melarutkan lapisan lipid pada
dinding sel. Pada mikoorganisme gram negatif yang dinding selnya tersususn atas
lapisan lipid yang tebal akan larut dalam alkohol. Cat gram IV yaitu safranin
sebagai pewarna sekunder atau pewarna tandingan. Dimana zat ini berfungsi
untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah
perlakuan dengan alkohol. Dengan kata lain, safranin memberikan warna pada
mikroorganisme non target. Pewarnaan safranin masuk ke dalam sel dan

Laporan Mikrobiologi “Integumen” 17


menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada bakteri gram negatif sedangkan
pada bakteri gram positif dinding selnya terdehidrasi dengan perlakuan alkohol,
pori – pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga
pewarna safranin tidak dapat masuk dan menimbulkan sel berwarna ungu pada
organisme gram positif.

Berdasarkan hasil pengamatan dibawah mikroskop menunjukkan hasil An.


KT positif terifeksi bakteri Staphylococcus aureus. Hal tersebut terlihat adanya
bakteri yang berbentuk coccus (bulat) yang berwarna ungu, hal ini menandakan
bahwa bakteri tersebut tergolong ke dalam bakteri gram positif. Dalam sistem
pewarnaan gram, bakteri akan mendapat perlakuan berupa pewarnaan dinding sel.
Bakteri yang tergolong dalam gram positif adalah bakteri yang memiliki dinding
sel multilapis. Berbeda halnya dengan dinding sel bakteri gram negatif yang
hanya terdiri dari satu lapis dan mengandung lipid serta lipoprotein. Adanya
perbedaan ketebalan dinding sel inilah yang menyebabkan perbedaan dalam
mengikat warna pada saat diberi perlakuan. Pada dasarnya, semua golongan
bakteri menyerap warna dasar yang pertama kali diberikan, namun karena tingkat
ketebalan dinding selnya berbeda maka menyebabkan pengikatan terhadap warna
dasar tersebut menjadi ikut berbeda. Bakteri gram positif akan lebih
mempertahankan warna dasar karena dinding selnya yang tebal dan menyerap
warna lebih banyak sehingga ketika dilakukan dekolorisasi, maka warna dasar
tetap bertahan. Berbeda dengan bakteri gram negatif yang hanya memiliki dinding
sel selapis, warna dasar yang diberikan akan dengan mudah luntur atau tercuci
saat dilakukan dekolorisasi. S. aureus adalah bakteri kokus Gram positif, jika
diamati di bawah mikroskop akan tampak dalam bentuk bulat tunggal atau
berpasangan, atau berkelompok seperti buah anggur. S. aureus merupakan bakteri
Gram positif. Perbedaan antara bakteri Gram positif dan negatif terletak pada
struktur dinding sel bakterinya. Dinding sel bakteri S. aureus terdiri dari
jaringan makromolekul yang disebut peptidoglikan. Hal tersebutlah yang
menandakan bahwa S. aureus termasuk ke dalam bakteri gram positif.

Pada kasus ini, jika dilihat dari usia, area predileksi lesi, gambaran UKK,
serta keluhan yang dirasakan An. KT memperlihatakan pasien terkena impetigo

Laporan Mikrobiologi “Integumen” 18


krustosa. Impetigo adalah infeksi permukaan kulit, di mana penyakit ini
merupakan salah satu bentuk pioderma (infeksi kulit akibat
bakteriStaphylococcus,Streptococcus, atau keduanya) (Fitzpatrick, Freedeberg
IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz St. 2019.).

Laporan Mikrobiologi “Integumen” 19


BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Mikrobiologi adalah salah satu cabang ilmu dari biologi, dan memerlukan
ilmu pendukung kimia, fisika dan biokimia. Mirobiologi sering disebut ilmu
praktek dari biokimia. Dalam mikrobiologi diberikan pengertian dasar tentang
sejarah penemuan mikroba, macam-macam mikroba di alam, struktur sel mikroba
dan fungsinya, metabolisme mikroba secara umum, pertumbuhan mikroba dan
faktor lingkungan, mikrobiologi terapan di bidang lingkungan dan pertanian. Pada
pemeriksaan pasien dengan kerokan kulit, didapatkan bahwa Tn. Y usia 19 tahun
tidak didapatkan adanya infeksi jamur dimana tidak didapatkan hifa, spora dan sel
jamur. Terakhir, pada praktikum pewarnaan BTA, didapatkan hasil pada preparat
yang sudah disediakan positif terinfeksi bakteri Gram negative.

Laporan Mikrobiologi “Integumen” 20


DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Geo F., et al. 2002. Jawetz, Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology.
Edisi 25. Penerbit Buku Kedokteran EGC
Fitzpatrick, Freedeberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz
St. 2019. Dermatology in General Medicine 6th Ed. New York. The Mc
Graw-Hill Companies Inc.

Kharisman Ibnu, dkk, 2013. Risalah Mikrobiologi. Asisten Mikrobiologi FK


UNS. Edisi 1
Mutiawati, Vivi Keumala. 2016. Pemeriksaan Mikrobiologi pada Candiasis
Candida albicans. Jurnal Kedokteraan Syiah Kuala. 16(1)

Sri A. S. 2018. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 7. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI

Syahrurachman, Agus., dkk. 2002. Buku Ajar Mikrobilogi Kedokteran. Edisi


Revisi. Staf Pengajar FK UI

Laporan Mikrobiologi “Integumen” 21

Anda mungkin juga menyukai