OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah SGD
(Small Group Discussion) LBM 2 yang berjudul “ADA APA DENGAN
KAKIKU” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penyusun
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
Identitas Pasien
Nama : -
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Data Dasar
a. Data Subyektif
Pada anamnesis yaitu didapatkan pasien mengeluhkan tungkai kanan luka
melepuh dan memanjang yang tidak diketahui awal munculnya. Luka tersebut
muncul secara tiba-tiba dan disertai rasa nyeri dan kemerahan. Pasien memiliki
kebiasaan tidak menggunakan alas kaki.
b. Data objektif
Status Dermatologi :
Lokasi : tungkai, lengan, bokong
Efloresensi atau UKK (Ujud Kelainan Kulit) : eritematosa versikular
Ukuran lesi : lebar 3 mm dengan panjang 15- 20 cm
Bentuk lesi : linear dan serpiginosa
Susunan lesi : tunggal atau multipel
PEMBAHASAN
Etiologi Sarcoptes scabiei jenis Pedialus humarus var. larva yang berasal dari cacing
manusia; tergolong famili Carporis Pediculus humarus tambang binatang anjing dan
artropoda kelas var.carporis mempunyai 2 kucing., yaitu Ancylostoma
araknida, ordo akarina, jenis kelamin, iaitu jantan dan braziliense dan Ancylostoma
famili sarkoptes. betina berukuran panjang 1,2 caninum.
– 4,2 mm dan lebar kira –
kira 1⁄2 panjangnya,
sedangkan yang jantanlebih
kecil.
Scabies
Epidemiologi
Cutaneus larva migrans (CLM) terdistribusi secara luas dan hampir dapat
ditemukan di wilayah tropic dan sub tropic, terutama bagian tenggara Amerika
Serikat, Caribia, Africa, Amerika tengah dan selatan, India dan Asia tenggara.
Beberapa aktivitas dapatmeningkatkan resiko infeksi, terutama yang berhubungan
dengan tanah yangterkontaminasi dengan kotoran hewan, seperti bermain di
lapangan, berjalan tanpa alas kaki di pantai, dan pekerjaan di bawah tanah yang
harus dilakukan dengan posisi merangkak. Selain itu pekerja yang yang dalam
kesehariannya terutama pekerja di bidang pertanian yang tidak menggunakan
sepatu memiliki resiko yang lebih besar terkena CLM.Selain itu, juga dilaporkan
kasus juga terjadi pada daerah timur tengah. Dimana tempat yang panas dan
kelembapan yang cukup merupakan tempat yang baik baik persebaran infeksi
cacing ini (Anand. Sowmya. 2013., F. Conde, Jeniifer. Feldman, Steven et all.
2007).
Etiopatogenesis
Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang binatang
anjing dan kucing., yaitu Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum. Di
Asia Timur umumnya disebabkan oleh gnatostoma babi dan kucing. Pada
beberapa kasus ditemukan Enchinococcus, Strongyloides sterconalis, Dermatobia
maxiales, dan Lucilia caesar. Selain itu dapat pula disebabkan oleh larva dari
beberapa jenis lalat, misalnya Castrophilus (the horse bot fly) dan cattle fly.
Penatalaksanaan
a. Topical
- Salep albendazol 10% oles 3x (7- 10 hari)
- Salep thiabendazol 10- 15% oles 3x (5- 7 hari)
b. Sistemik
- Tiabendazol (mintezol) 50 mg/kgBB/hari 2 kali sehari selama 2- 4
hari
- Albendazol 400 mg dosis tunggal, 3- 7 hari berturut- turut
- Ivermektin 200 ug/kg do tunggal
c. Kombinasi
Diagnosa Banding
Dengan melihat adanya terwongan harus dibedakan dengan scabies, pada
scabies terowongan yang terbentuk tidak akan sepanjang seperti penyakit ini. Bila
melihat bentuk yang polisiklik sering dikacaukan dengan dermatofitosis. Pada
permulaan lesi berupa papul, karena itu sering diduga insects bite. Bila invasi
larva yang multiple timbul serentak, papul-papul lesi dini sering menyerupai
herpes zoster stadium permulaan (Anand. Sowmya. 2013).
- Skabies
- Pediculosis corporis
Komplikasi
Dari beberapa penelitian, juga didapatkan beberapa penemuan lain yang
berhubungan dengan keadaan sistemik, seperti wheezing, batuk, urtikaria,
peripheral eosinophilia (Loefneer Syndorome, larva dapat penetrasi hingga bagian
paru-paru menyebabkan pulmonary eosinophiilia dan batuk lama), infiltrat pada
paru-paru, peningkatan imunoglobulin E yang mana ditemukan pada beberapa
pasien yang terdiagnosis cutaneus larva migrans (Black, Michael. Grovee, David
et all. 2010., Arcer, Michael. 2009).
Preventif /KIE
Dapat dicegah dengan menghidari kontak kulit langsung dengan tanah yang
terkontaminasi kotoran hewan.Ketika mengunjungi negara tropis, terutama
wilayah pantai dan area berpasir, area lembab, disarankan menggunakan sepatu
yang menutup seluruh bagian kaki. Serta menghindari duduk dan tidur di area
berpasir meskipun menggunakan handuk sebagai alas (Black, Michael. Grovee,
David et all. 2010., Arcer, Michael. 2009).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pasien di
skenario memiliki diagnosis “Cutaneous Larva Migrains” dimana hal ini dapat
ditentukan dari manifestasi klinis pada pasien berupa tungkai melepuh dan
memanjang yang merupakan manifestasi klinis dari infestasi cacing. Faktor
pendukung yaitu kebiasaan pasien yang tidak menggunakan alas kaki merupakan
etiologi dari infestasi ground itch pada cutaneuos larva migrains.
Oleh karena itu diperlukan upaya preventif, curative dan rehabilitative untuk
memberikan prognosis yang baik pada pasien, dimana penatalaksanaan yang
dapat dilakukan adalah dengan pemberian obat topical, sistemik dan kombinasi
yang disesuaikan dengan keadaan pasien seperti pemberian salep topical
albendazol dan thiabendazol apabila sudah menyerang sistemik maka diberikan
obat sistemik, atau dapat diberikan pengobatan kombinasi dengan crytherapy.
Selain itu peran imunisasi juga berperan penting sebagai upaya preventif.