Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION LBM 2


BLOK INTEGUMEN
“ADA APA DENGAN KAKIKU”

OLEH :

Made Ngurah Jiyesta Wibawa


019.06.0055
Kelompok 1/ Kelas A

Tutor : dr. Aulia Mahdaniyati, S.Ked

PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah SGD
(Small Group Discussion) LBM 2 yang berjudul “ADA APA DENGAN
KAKIKU” dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini membahas mengenai hasil SGD lembar belajar mahasiswa


(LBM) 2 yang berjudul “ADA APA DENGAN KAKIKU” meliputi seven jumps
step yang dibagi menjadi dua sesi diskusi. Penyusunan makalah ini tidak akan
berjalan lancar tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. dr. Aulia Mahdaniyati, S.Ked sebagai dosen fasilitator SGD 1 yang


senantiasa memberikan saran serta bimbingan dalam pelaksanaan
SGD.
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami
dalam berdiskusi.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas untuk
menyusun makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak
sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 17 Oktober 2021

Penyusun

LBM 2 “Ada Apa Dengan Kakiku” 2


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
1.1 Skenario ................................................................................................... 4

1.2 Data Kasus .............................................................................................. 4

1.3 Deskripsi Masalah dan Pembahasan Skenario.................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 7


2.1 Pembahasan Diagnosis Banding ................................................................ 7

2.2 Pembahasan Diagnosis Kerja ................................................................... 10

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 15


3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 16

LBM 2 “Ada Apa Dengan Kakiku” 3


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Skenario

Ada Apa Dengan Kakiku


Seorang perempuan dengan usia 23 tahun, bekerja sebagai pedagang
songket di pantai Kuta dan terbiasa tidak menggunakan alas kaki, datang
memeriksakan diri ke Puskesmas dengan keluhan sejak 3 hari yang lalu di tungkai
kanan luka melepuh dan memanjang yang tidak diketahui awal munculnya. Luka
tersebut muncul secara tiba-tiba disertai rasa nyeri dan kemerahan. Menurut anda,
apakah yang terjadi pada pasien tersebut ?

1.2 Data Kasus

Identitas Pasien
Nama : -
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

Data Dasar
a. Data Subyektif
Pada anamnesis yaitu didapatkan pasien mengeluhkan tungkai kanan luka
melepuh dan memanjang yang tidak diketahui awal munculnya. Luka tersebut
muncul secara tiba-tiba dan disertai rasa nyeri dan kemerahan. Pasien memiliki
kebiasaan tidak menggunakan alas kaki.
b. Data objektif
Status Dermatologi :
Lokasi : tungkai, lengan, bokong
Efloresensi atau UKK (Ujud Kelainan Kulit) : eritematosa versikular
Ukuran lesi : lebar 3 mm dengan panjang 15- 20 cm
Bentuk lesi : linear dan serpiginosa
Susunan lesi : tunggal atau multipel

LBM 2 “Ada Apa Dengan Kakiku” 4


Distribusi lesi : membentuk terowongan
Batas lesi : aktif, meninggi

1.3 Deskripsi Masalah dan Pembahasan Skenario

Berdasarkan hasil diskusi maka kelompok kami merumuskan beberapa


permasalahan yang penting untuk dikaji dan di diskusikan bersama untuk
menduga suatu diagnosis yang diambil dari keluhan pasien diantaranya yaitu
penyebab dari keluhan yang dialami pasien dimana keluhan utama nya adalah
tungkai kanan luka melepuh dan memanjang dimana hal tersebut disebabkan oleh
banyak faktor baik itu karena infeksi ataupun trauma. Apabila faktor
penyebabnya adalah trauma, dapat disebabkan akibat radiasi cahaya matahari, api,
panas dan bahan kimia yang akan menghasilkan manifestasi klinis berupa kulit
melepuh karena penglupasan lapisan kulit baik itu epidermis bahkan bisa juga
sampai lapisan dalam seperti dermis. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi
rusak dan permeabilitas meninggi. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan
oedem dan menimbulkan bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan
berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar
menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya
cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan
dari keropeng luka bakar derajat tiga.
Sedangkan apabila kulit melepuh karena adanya infeksi atau infestasi cacing
maka dapat memberikan gambaran yang berbeda dimana hal ini biasanya
disebabkan oleh infestasi cacing yang masuk ke dalam lapisan kulit. Larva akan
bergerak beberapa milimeter setiap hari pada kulit. Kebanyakan larva tidak dapat
menyerang jaringan yang lebih dalam dan mati dalam 2-8 minggu tetapi larva
tertentu dapat menembus mukosa, bergerak lebih dalam ke lemak subkutan
maupun masuk ke sirkulasi. Larva ini bermigrasi 3,5-5 cm per hari. Infeksi
mungkin kronis. Tipe 2 merupakan cacing tambang pada manusia, yaitu A.
duodenale dan Necator americanus menyebabkan pruritus yang hebat. Jenis larva
migrans ini juga dikenal sebagai "ground itch". Larva ini dapat bermigrasi ke paru
dan saluran pencernaan di mana akan berubah menjadi cacing dewasa.

LBM 2 “Ada Apa Dengan Kakiku” 5


Berdasarkan keterangan pasien yang terbiasa tidak menggunakan alas kaki
maka hal ini menunjukkan kemungkinan pasien terinfeksi cacing atau parasit yang
didapatkan di tanah. Cacing tambang hewan dewasa berada di usus kucing atau
anjing dan telurnya dilepaskan ke lingkungan melalui feses. Telur ini matang di
tanah. Tanah dan pasir mempunyai kondisi yang hangat, lembab, dan teduh
merupakan kondisi yang bagus untuk telur tersebut menetas menjadi larva yang
dapat menembus kulit manusia. Berjalan tanpa alas kaki berisiko tinggi karena
larva dapat menembus lapisan kulit epidermis.
Pasien mengaku luka tersebut muncul secara tiba- tiba disertai nyeri dan
kemerahan, hal ini dapat disebabkan oleh manifestasi yang ditimbulkan dari larva
tersebut dimana gambaran khas penyakit ini berupa papula, urtikaria,
papulovesikel, dan pruritus di tempat penetrasi larva. Pruritus akan menghilang
saat larva masuk ke pembuluh darah dan bermigrasi ke mukosa usus. Namun,
beberapa cacing dapat menyebabkan gejala sistemik sekunder, saat larva
memasuki pembuluh darah dan bermigrasi ke mukosa usus larva tersebut
mengeluarkan protease dan hyaluronidase yang memfasilitasi penetrasi dan
migrasi melalui epidermis.

ADA APA DENGAN KAKIKU

Infeksi akibat parasit, cacing,


serangga

Skabies Cutaneus Larva Migran Pediculosis

LBM 2 “Ada Apa Dengan Kakiku” 6


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pembahasan Diagnosis Banding


Skabies Pedikulosis Corporis Creeping Eruption
Definisi penyakit kulit akibat Pediculosis corporis ini sering peradangan berbentuk linear
infestasi dan sensitisasi disebut penyakit vagabound. atau berkelok- kelok,
tungau Sarcoptes Scabiei Hal ini disebabkan kutu tidak menimbul dan progresif,
jenis manusia dan melekat pada kulit, namun disebabkan oleh invasi larva
produknya pada tubuh. melekat pada serat pakaian cacing tambang yang berasal
dan hanya melekat ke kulit dari anjing dan kucing.
untuk menghisap darah. Cara Pada beberapa sumber lain
penyebaran dapat melalui menyebutan dengan nama
pakaian maupun kontak Creeping eruption, creeping
langsung. verminous dermatitis,
sandworm eruption,
plumbers’s itch, duck
hunter’s itch.

Etiologi Sarcoptes scabiei jenis Pedialus humarus var. larva yang berasal dari cacing
manusia; tergolong famili Carporis Pediculus humarus tambang binatang anjing dan
artropoda kelas var.carporis mempunyai 2 kucing., yaitu Ancylostoma
araknida, ordo akarina, jenis kelamin, iaitu jantan dan braziliense dan Ancylostoma
famili sarkoptes. betina berukuran panjang 1,2 caninum.
– 4,2 mm dan lebar kira –
kira 1⁄2 panjangnya,
sedangkan yang jantanlebih
kecil.

Manifestasi Pruritus noktuma, artinya Umumnya ditemukan Masuknya larva ke kulit


Klinis gatal pada malam hari yang kelainan berupa bekas- bekas biasanya disertai rasa gatal

LBM 2 “Ada Apa Dengan Kakiku” 7


disebabkan oleh aktivitas garukan pada badan dan panas. Mula- mula akan
tungau lebih tinggi pada karena gatal baru berkurang timbul papul, kemudian
suhu yang lebih lembab dan dengan garukan yang lebih diikuti bentuk yang khas,
panas. intensif. Kadang-kadang yakni lesi berbentuk linear
timbul infeksi sekunder atau berkelok- kelok,
Penyakit ini menyerang dengan pembesaran kelenjar menimbul dengan diameter 2-
sekelompok manusia, getah bening regional. 3 mm, serta panjang 15-20
misalnya dalam sebuah cm dan berwarna kemerahan.
keluarga, sehingga seluruh Adanya lesi papul yang
keluarga terkena infeksi, di eritomatosa ini menunjukkan
asrama, atau pondokan. bahwa larva tersebut telah
berada di kulit selama
Adanya terowongan beberapa jam atau hari.
(kunikulus) pada tempat-
tempat predileksi yang Perkembangan selanjutnya
berwama putih atau keabu- papul merah ini menjalar
abuan, berbentuk garis lurus seperti benang berkelok-
atau berkelok, rata- rata kelok, polisiklik,
panjang 1 cm, pada ujung serpinginosa, menimbul, dan
terowongan ditemukan membentuk terowogan
papul atau vesikel. (burrow), mencapai panjang
beberapa cm. Rasa gatal
Menemukan tungau biasanya lebih hebat pada
merupakan hal yang paling malam hari. Selain itu juga
menunjang diagnosis dapat menimbulkan lesi
vesicular dan bula.

Tempat predileksi adalah di


tungkai, telapak kaki,
pinggang panggul, pundak,
plantar, tangan, anus, bokong,
dan paha, juga bagian tubuh

LBM 2 “Ada Apa Dengan Kakiku” 8


di mana saja yang sering
berkontak dengan tempat
larva berada. Satu lesi yang
muncul juga dapat
berhubungan beberapa
saluran tempat masuknya
cacing tersebut.
Efloresensi Papula dan vesikel miliar Erosi bekas garukan. Garis merah berkelok-kelok,
sampai lentikular disertai merupakan kumpulan papula
ekskoriasi (scratch mark). atau vesikel.
Jika terjadi infeksi sekunder
tampak pustula lentikular.
Lesi yang khas adalah
terowongan (kanalikulus)
miliar, tampak berasal dari
salah satu papula atau
vesikel, panjang kira-kira 1
cm, berwarna
putih abu- abu.
Factor 1. Tinggal secara 1. Usia 1. Jarang menggunakan
Resiko berkelompok (padat kelompok umur 3-11 tahun. alas kaki
penduduk) menjadi sarana 2. Jenis Kelamin 2. Tidak menjaga
perkembangan scabies. Anak perempuan lebih sering kebersihan kaki.
terkena penyakit pediculosis
capitis.
3. Menggunakan tempat
tidur/bantal bersama .
4. Menggunakan sisir
/aksesoris rambut bersama
5. Panjang rambut
Orang yang memiliki rambut
panjang lebih sering terkena

LBM 2 “Ada Apa Dengan Kakiku” 9


kutu kepala

6. Frekuensi cuci rambut/


mandi
7. Ekonomi
(Mary Elizabeth Wilson. 2008.)

Cutaneous Larva Migrains Pediculosis Corporis

Scabies

2.2 Pembahasan Diagnosis Kerja


Berdasarkan hasil pembahasan dari kelompok kami dari semua differensial
diagnosis, sesuai dengan manifestasi klinis yang paling dominan adalah pada
“Cutaneous Larva Migrains”, akan dijelaskan dalam tabel berikut :

LBM 2 “Ada Apa Dengan Kakiku” 10


Data Skenario Infeksi parasit, cacing, serangga
Skabies Cutaneus Pediculosis
Larva Migran corporis
Perempuan 23 tahun +/- +/- +/-
Tidak menggunakan alas kaki - + -
Tungkai kanan melepuh dan + + +/-
memanjang
Nyeri +/- + +
Kemerahan +/- + +

Epidemiologi
Cutaneus larva migrans (CLM) terdistribusi secara luas dan hampir dapat
ditemukan di wilayah tropic dan sub tropic, terutama bagian tenggara Amerika
Serikat, Caribia, Africa, Amerika tengah dan selatan, India dan Asia tenggara.
Beberapa aktivitas dapatmeningkatkan resiko infeksi, terutama yang berhubungan
dengan tanah yangterkontaminasi dengan kotoran hewan, seperti bermain di
lapangan, berjalan tanpa alas kaki di pantai, dan pekerjaan di bawah tanah yang
harus dilakukan dengan posisi merangkak. Selain itu pekerja yang yang dalam
kesehariannya terutama pekerja di bidang pertanian yang tidak menggunakan
sepatu memiliki resiko yang lebih besar terkena CLM.Selain itu, juga dilaporkan
kasus juga terjadi pada daerah timur tengah. Dimana tempat yang panas dan
kelembapan yang cukup merupakan tempat yang baik baik persebaran infeksi
cacing ini (Anand. Sowmya. 2013., F. Conde, Jeniifer. Feldman, Steven et all.
2007).

Etiopatogenesis
Penyebab utama adalah larva yang berasal dari cacing tambang binatang
anjing dan kucing., yaitu Ancylostoma braziliense dan Ancylostoma caninum. Di
Asia Timur umumnya disebabkan oleh gnatostoma babi dan kucing. Pada
beberapa kasus ditemukan Enchinococcus, Strongyloides sterconalis, Dermatobia
maxiales, dan Lucilia caesar. Selain itu dapat pula disebabkan oleh larva dari
beberapa jenis lalat, misalnya Castrophilus (the horse bot fly) dan cattle fly.

LBM 2 “Ada Apa Dengan Kakiku” 11


Biasanya larva ini merupakan stadium ketiga siklus hidupya. Nematoda hidup
pada hospes, ovum terdapat pada kotoran binatang dan karena kelembapan
berubah menjadi larva yang mampu mengadakan penetrasi ke kulit. Larva ini
tinggal di kulit berjalan-jalan tanpa tujuan sepanjang dermoepidermal, setelah
beberapa jam atau hari akan timbul gejala di kulit. Namun dalam case report yang
dilakukan oleh Michael Arter disebutkan bahwa larva mungkin dapat dorman
selama beberapa bulan setelah infeksi (Supples, Suzanne. Gupta, Shobbit et all
2013)
Manusia dapat terinfeksi dari parasite ini ketika berkativitas di lingkungan
yang terkontaminasi dengan kotoran hewan. Larva cacing ini mampu bertahan di
tanah selama berminggu-minggu. Ketika memasuki siklus hidup ke tiga, cacing
ini mampu penetrasi ke dalam kulit manusia dan migrasi beberapa centi meter
selama beberapa hari di anatara lapisan stratum germinativum dan stratum
corneum. Hal ini dapat menginduksi reaksi inflamsi eosinophil. Sebagian cacing
ini tidak dapat meniginvasi ke bagian yang lebih dalam dan akan mati dalam
beberapa hari dan bulan (Vano Galvan, Sergio. Gil-Mosquera et all. 2009).
Infeksi bakteri juga dapat terjadi dalam berapa kasus. Hal ini diakibatkan
dari hasil garukan yang dilakukan oleh pasien sendiri. Biasanya terjadi pada orang
dengan status ekonomi yang rendah dan sebagai penyebab dari morbiditas
(Anand. Sowmya. 2013).

Penatalaksanaan
a. Topical
- Salep albendazol 10% oles 3x (7- 10 hari)
- Salep thiabendazol 10- 15% oles 3x (5- 7 hari)
b. Sistemik
- Tiabendazol (mintezol) 50 mg/kgBB/hari 2 kali sehari selama 2- 4
hari
- Albendazol 400 mg dosis tunggal, 3- 7 hari berturut- turut
- Ivermektin 200 ug/kg do tunggal
c. Kombinasi

LBM 2 “Ada Apa Dengan Kakiku” 12


- Crytherapy CO2 (dry ice), N2, liquid, kloretil (Neseema, Kapadia.
Borhany, Tesneem. Forooqui, Maria. 2013).

Diagnosa Banding
Dengan melihat adanya terwongan harus dibedakan dengan scabies, pada
scabies terowongan yang terbentuk tidak akan sepanjang seperti penyakit ini. Bila
melihat bentuk yang polisiklik sering dikacaukan dengan dermatofitosis. Pada
permulaan lesi berupa papul, karena itu sering diduga insects bite. Bila invasi
larva yang multiple timbul serentak, papul-papul lesi dini sering menyerupai
herpes zoster stadium permulaan (Anand. Sowmya. 2013).
- Skabies
- Pediculosis corporis

Komplikasi
Dari beberapa penelitian, juga didapatkan beberapa penemuan lain yang
berhubungan dengan keadaan sistemik, seperti wheezing, batuk, urtikaria,
peripheral eosinophilia (Loefneer Syndorome, larva dapat penetrasi hingga bagian
paru-paru menyebabkan pulmonary eosinophiilia dan batuk lama), infiltrat pada
paru-paru, peningkatan imunoglobulin E yang mana ditemukan pada beberapa
pasien yang terdiagnosis cutaneus larva migrans (Black, Michael. Grovee, David
et all. 2010., Arcer, Michael. 2009).

Preventif /KIE
Dapat dicegah dengan menghidari kontak kulit langsung dengan tanah yang
terkontaminasi kotoran hewan.Ketika mengunjungi negara tropis, terutama
wilayah pantai dan area berpasir, area lembab, disarankan menggunakan sepatu
yang menutup seluruh bagian kaki. Serta menghindari duduk dan tidur di area
berpasir meskipun menggunakan handuk sebagai alas (Black, Michael. Grovee,
David et all. 2010., Arcer, Michael. 2009).

LBM 2 “Ada Apa Dengan Kakiku” 13


Prognosis
Prognosis pasien dengan cutaneous larva migrans sangat baik. Pada
dasarnya merupakan suatu penyakit self limiting. Manusia merupakan tempat end-
host bagi parasit ini dan lesi akan bertahap hilang dalam 4-8 minggu namun dalam
beberapa kasus juga dapat selama 1 tahun (Black, Michael. Grovee, David et all.
2010).

LBM 2 “Ada Apa Dengan Kakiku” 14


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pasien di
skenario memiliki diagnosis “Cutaneous Larva Migrains” dimana hal ini dapat
ditentukan dari manifestasi klinis pada pasien berupa tungkai melepuh dan
memanjang yang merupakan manifestasi klinis dari infestasi cacing. Faktor
pendukung yaitu kebiasaan pasien yang tidak menggunakan alas kaki merupakan
etiologi dari infestasi ground itch pada cutaneuos larva migrains.
Oleh karena itu diperlukan upaya preventif, curative dan rehabilitative untuk
memberikan prognosis yang baik pada pasien, dimana penatalaksanaan yang
dapat dilakukan adalah dengan pemberian obat topical, sistemik dan kombinasi
yang disesuaikan dengan keadaan pasien seperti pemberian salep topical
albendazol dan thiabendazol apabila sudah menyerang sistemik maka diberikan
obat sistemik, atau dapat diberikan pengobatan kombinasi dengan crytherapy.
Selain itu peran imunisasi juga berperan penting sebagai upaya preventif.

LBM 2 “Ada Apa Dengan Kakiku” 15


DAFTAR PUSTAKA
Aisah, Siti. 2008. Creeping Eruption. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke
5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta : Balai Penerbit FK
UI. Hal 125-126
Anand. Sowmya. 2013. Cutaneous Larva Migrans : Diagnosis on Fine Needle
Aspiration. International Journal of Recent Trends in Science and
Tecnology. 9:2
Arcer, Michael. 2009. Late Presentation of Cutaneous Larva Migrans : A case
report. Case Journal 2:7533
Black, Michael. Grovee, David et all. 2010. Case Series Cutaneous Larva
Migrans in infant in the Adelaide Hills. Australasian Journal of
Dermatology (2010) 51 : 281-284
F. Conde, Jeniifer. Feldman, Steven et all. 2007. Cutaneous Larva Migrans in a
Migrant Latino Farmworker. Journal of Agromedicine, 12:2,45-48
Mary Elizabeth Wilson. 2008. Helminthic Infections. Fitzpatrick’s Dermatology
in General Medicine Seventh Edition. McGrawHill : United States Of
America. Hal 2011-2029
Neseema, Kapadia. Borhany, Tesneem. Forooqui, Maria. 2013. Use of Liquid
Nitrogen and Albendazole in Succesfully treating Cutaneous Larva
Migrans. Journal of the Collage of Physicians and Surgeons Pakistas 2013,
23(5) : 319-321
Supples, Suzanne. Gupta, Shobbit et all 2013. Creeping Eruptions: Cutaneous
Larva Migrans. Journal of Community Hospital Medicine.
Vano Galvan, Sergio. Gil-Mosquera et all. 2009. Case Report Cutaneous Larva
Migrans : A Case Report. Biomed Central 2:112.

LBM 2 “Ada Apa Dengan Kakiku” 16

Anda mungkin juga menyukai