Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENYAKIT KULIT (KUDIS)

Dosen Pengampu :

Sri Mulyati, SKM.M.Kes

Disusun Oleh : Kelompok 8

1. Asia Liontin Permatasari (P0516002139)


2. Riannaldi (P0516002165)
3. Tiara Cyntia Putri (P05160021070)

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PROGRAM D-III SANITASI LINGKUNGAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kepada ALLAH SWT. Atas segala taufik, hidayah, serta inayahnya
yang senantiasa tercurah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“Penyakit kulit atau biasa disebut kudis”. Penulisan makalah dilakukan sebagai bagian dari
tugas mata kuliah Survaylance Epidemiologi. Makalah ini sudah kami susun dengan
maksimal dan berkat kerja sama kelompok sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah
ini. Tanpa adanya halangan dan hambatan yang berarti. Sholawat serta salam tidak lupa juga
kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Kami berharap makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan menjadi gambaran
bagi pembaca. Kami hanya berharap agar hasil makalah ini dapat berguna bagi semua pihak
serta menjadi sesuatu yang berarti dari usaha kami. Dalam proses penyusunan makalah ini,
penulis banyak menemui hambatan dan juga kesulitan namun, berkat bimbingan, arahan,
serta bantuan dari banyak pihak. Akhirnya makalah ini dapat terselesaikan dengan lancar dan
tanpa melampaui batas waktu yang telah ditentukan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi lebih sempurnanya
hasil makalah ini.

Bengkulu, 28 September 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................1

DAFTAR ISI......................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................3

A. Latar Belakang......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................4
C. Tujuan.....................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5

A. Konsep Penyakit Kulit dan Kudis.......................................................................5


B. Pencegahan Penyakit Kulit Berbasis Lingkungan.............................................7

BAB III PENUTUP...........................................................................................................11

A. Simpulan.................................................................................................................11
B. Saran ......................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................12

SOAL..................................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Penyakit menular merupakan masalah kesehatan besar di hampir semua Negara berkembang,
Negara yang termasuk salah satunya yaitu Indonesia. Meningkatnya kasus terkait penyakit
menular, di karenakan angka kejadian dan kematiannya relatif cukup tinggi dalam waktu
yang singkat. Berbagai macam penyakit menular salah satunya penyakit kudis atau scabies.

Penyakit kudis atau skabies adalah suatu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit tungau
Sarcoptes scabei yang berupaya membentuk terowongan dibawah kulit dan ditularkan lewat
kontak langsung manusia. Parasit tungau Sarcoptes scabei merupakan parasit obligat yang
semua siklus hidupnya berproses pada manusia. Masa inkubasi pajanan pertama berlangsung
tiga sampai enam minggu, sedangkan masa inkubasi pajanan berikutnya terjadi lebih cepat,
yaitu satu sampai tiga hari.

Tanda gejala yang langsung dirasakan oleh penderita skabies adalahgatal.Rasa gatal semakin
hebat pada waktu malam hari atau ketika cuaca panas serta penderita berkeringat.Hal ini
berlangsung akibat meningkatnya aktivitas tungau bila suhu tubuh meningkat. Penyakit
skabies bukan merupakan penyakit yang mematikan akan tetapi penyakit skabies ini dapat
mempengaruhi kenyamanan aktifitas dalam menjalani kehidupan sehari-hari diantaranya
penderita mudah lelah dan gelisah karena rasa gatal pada malam hari sehingga tidur menjadi
terganggu, perasaan malu karena timbulnya skabies dapat mempengaruhi penampilannya,
penderita merasa terganggu dalam proses belajar, prestasi belajar menurun(Afraniza, 2011).

II. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan dalam latar belakang masalah maka kami akan
merumuskan pemasalahan yang diajukan antara lain sebagai berikut :

1. Konsep penyakit kulit atau kudis


2. Pencegahan penyakit kulit berbasis lingkungan

III. Tujuan
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Survaylance Epidemiologi tentang penyakit tidak
menular.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Konsep Penyakit Kulit atau Kudis

a. Pengertian Penyakit Kulit


Penyakit kulit adalah kelainan kulit yang diakibat adanya jamur, kuman, parasit, virus
maupun infeksi yang dapat menyerang siapa saja. Penyakit kulit dapat menyerang
seluruh atau sebagian tubuh tertentu dan dapat membahayakan kondisi kesehatan
penderita jika tidak ditangani dengan serius.

b. Gejala Penyakit Kulit

Menurut hasil penelitian (Maharani, 2015), untuk mendiagnosis penyakit kulit dan
untuk melakukan penanganan terapeutik, makan harus dapat dikenali perubahan pada
kulit yang dapat diamati secara klinis yaitu efloresen. Efloresensi kulit dapat berubah
pada waktu berlangsungnya penyakit. Untuk mempermudah diagnosis, ruam kulit
dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu efloresen primer dan sekunder. Efloresen
primer terdapat pada kulit normal, sedangkan efloresen sekunder berkembang pada
kulit yang berubah.
a) Eflorsen primer
1) Bercak (macula), adalah perubahan warna kulit
2) Urtica, adalah bentol-bentol pada kulit yang berwarna merah muda
sampah putih dan disebabkan oleh udem.
3) Papula, bentuknya sebesar kepala jarum pentul sampai sebesar kecang
hujau terjadi karena penebalan epidermis secara lokal.
4) Tuber (nodus), mirip dengan papula, akan tetapi tuber jauh lebih besar.
5) Vesikel, memiliki ukuran sebesar kepala jarum pentul sampai sebesar
biji kapri merupakan rongga beruang satu atau banyak yang berisi
cairan.
6) Bulla, mirip dengan vesikel tetapi agak besar dan biasanya beruang
satu.
7) Pustule, merupakan vesikel yang berisi nanah, biasanya terdapat pada
kulit yang berubah karena radang.

8) Urtika, penonjolan di atas kulit akibat edema setempat dan dapat


hilang perlahan-lahan, misalnya pada dermatitis medikamentosa dan
gigitan serangga.
9) Tumor, penonjolan di atas permukaan kulit berdasrakan pertumbuhan
sel.
10) Kista, penonjolan di atas permukaan kulit berupa kantong yang berisi
cairan serosa.
11) Plak, peninggian di atas permukaan kulit, permukaannya rata atau
berisi zat padat.
12) Abses, kumpulan nanah dalam jaringan.
b) Eflorsen sekunder
1) Ketombe (squama)
2) Crusta, terbentuk akibat mengeringnya eksudar, nanah, darah.
3) Erosion, kerusakan kulit permukaan yang ada dalam epidermis.
4) Ulcus, disebabkan oleh hilangnya komponen kulit pada bagian yang
lebih dalam, epidermis, dan kelengkapannya juga rusak.
5) Likenifikasi, penebalan kulit sehingga garis lipatan tampak lebih jelas.
6) Ekskoriasi, kerusakan kulit sampai ujung stratum papilaris sehingga
kulit tampak merah disertai bintik-bintik pendarahan. Ditemukan pada
dermatitis kontak dan ektima.
7) Keloid, hipertropi yang pertumbuhannya melampaui batas.
8) Rhagade, kerusakan kulit dalam bentuk celah misalnya ada telapak
tangan, ujung bibir, atau diantara jari kaki.
9) Hiperpigmentasi, penimbunan pigmen berlebihan sehingga kulit
tampak lebih hitam dari sekitarnya.
10) Hipopigmentasi, kelainan yang menyebabkan kulit menjadi lebih putih
dari sekitarnya.
11) Atrofi, terjadinya pengecilan semua lapisan kulit, rambut tidak ada
kulit berkerut dan mudah diangkat dari lapisan dibawahnya.
12) Abses, kantong berisi nanah di dalam jaringan.

a. Contoh penyakit kulit


Salah satu contoh penyakit kulit adalah Skabies atau kudis.
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi tungau
Sarcoptes Scabiei varian hominis yang menyerang kulit, parasit ini menggali parit-
parit di dalam epidermis sehingga menimbulkan gata-gatal dan merusak kulit
penderita. Penyakit ini dapat ditemukan pada orang – orang miskin yang hidup
dengan kondisi hyegine di bawah standar sekalipun juga sering terdapat di antara
orang – orang yang bersih.
Gejala klinis akibat tungau skabies ini adalah timbulnya rasa gatal-gatal pada kulit
yang terkena, terutama pada malam hari (pruritus noktura) sehingga mengganggu
ketenangan tidur. Rasa gatal timbul akibat dari reaksi alergi terhadap eksresi dan
sekresi yang keluar dari tubuh tungau, biasanya gejala ini muncul satu bulan setelah
serangan tungau didahului dengan munculnya bintik-bintik merah pada kulit (rash).
Diagnosis dilakukan dengan menemukan parasit tungau skabies ini pada kulit melalui
kerokan kulit. Kerokan kulit yang diperiksa dibawah mikroskop akan menunjukkan
adanya parasit Sarcoptes scabiei yang spesifik bentuknya.

2. Pencegahan Penyakit kulit berbasis lingkungan

a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Penyakit Kulit Hendrik L. Blum


(1974) dalam (Notoatmodjo, 2007) menyatakan secara ringkas mengenai faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yaitu:
a) Lingkungan
Lingkungan terdiri atas tiga komponen yaitu lingkungan fisik, lingkungan
biologi dan lingkungan sosial. Lingkungan yang tidak sehat atau sanitasinya
tidak terjaga dapat menimbulkan masalah kesehatan. Lingkungan dapat
menjadi penyebab langsung, sebagai faktor yang berpengaruh dalam
menunjang terjangkitnya penyakit, sebagai medium transmisi penyakit dan
sebagai faktor yang mempengaruhi perjalanan penyakit (Maharani, 2015).
b) Perilaku
Perilaku hidup yang tidak sehat seperti membuang sampah sembarangan, tidak
mencuci tangan sebelum atau sesudah makan, buang air besar atau kecil di
sembarang tempat, mencuci atau mandi dengan air kotor merupakan perilaku
yang mengudang terjangkitnya berbagai jenis penyakit (Maharani, 2015).
c) Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan yang minim atau sulit dijangkau dapat membuat
penduduk yang sakit tidak dapat diobati secara cepat dan menularkan penyakit
pada yang lain (Maharani, 2015).
d) Genetik
Keturunan adalah faktor-faktor yang menunjukkan sejumlah sifat-sifat yang
menurun dari generasi ke generasi turunannya. Kesehatan masyarakat
dipengaruhi oleh faktor keturunan karena sebagia penyakit diturunkan dari
orang tuanya (Maharani, 2015).

Dari empat unsur diatas faktor lingkungan sangat besar kaitnya dengan kesehatan manusia.
Lingkungan yang bersih dan sehat akan menjadi penghalang tumbuhnya bibit penyakit yang
dapat menjadi penyebab manusia terjengkitnya penyakit. Mengacu pada teori simpul,(7)
maka masalah kesehatan kulit dapat dijelaskan sebagai interaksi simpul 2 yaitu komponen
lingkungan yang menjadi media transmisi dengan simpul 3 yaitu karakteristik kependudukan
yaitu perilaku manusia. Interaksi ini akan menimbulkan outcome sakit atau tidak sakit pada
suatu individu (simpul 4). Kondisi sanitasi lingkungan yang tidak sehat dapat menjadi pemicu
timbulnya masalah kesehatan kulit.

b. faktor lingkungan yang berpengaruh terhahap keluhan penyakit kulit adalah


a) ventilasi
Hasil penelitian menunjukkan ventilasi ruang keluarga merupakan variabel
yang paling dominan menyebabkan keluhan penyakit. Ventilasi erat kaitannya
dengan kualitas udara dan kesehatan. Ventilasi dapat membuat pergantian
udara dalam ruangan, intensitas cahaya dan memengaruhi tingkat kelembapan
ruangan. Adjusted OR menunjukkan odds kejadian keluhan penyakit kulit
lebih besar 6,34 kali pada rumah yang tidak memiliki ventilasi cukup
dibandingkan rumah yang memiliki ventilasi yang cukup.
b) sumber air minum
faktor risiko yang menyebabkan timbulnya masalah kesehatan kulit adalah air
minum, dan sumber air bersih sebagai variabel confounding. Pengelompokan
air minum berdasarkan air isi ulang dan non-isi ulang (air sungai, air sumur
cincin dan sumur bor, sumber mata air). Dilihat dari hasil analisis dengan nilai
OR <1. Analisis regresi logistik diperoleh hasil Adjusted OR 0,42; 95%CI
0,21 – 0,82 yang artinya odds kejadian penyakit kulit pada masyarakat yang
memiliki sumber air minum bukan air isi ulang lebih kecil 0,42 kali
dibandingkan sumber air minum isi ulang. Sumber air minum non-isi ulang
memasak air terlebih dahulu, sementara pada kelompok air minum isi ulang
tidak diolah sebelum dikonsumsi. Kualitas air yang tidak memenuhi baku
mutu dapat menimbulkan masalah kesehatan, salah satunya penyakit kulit,
dimana air yang tercemar dapat berkontak langsung dengan kulit.
c) SPAL (sistem pembuangan air limbah)
Hasil penelitian menunjukkan odds kejadian keluhan penyakit kulit lebih besar
2,51 kali pada kondisi SPAL terbuka dibandingkan dengan SPAL tertutup
Air limbah rumah tangga yang tidak dikelola secara optimal/saniter berpotensi
menimbulkan terjadinya pencemaran tanah dan berkembang biaknya vektor
serta binatang pembawa penyakit seperti kecoa, tikus, lalat dan lain
sebagainya
d) keberadaan serangga (vektor)
adjusted OR menunjukkan kejadian keluhan penyakit kulit lebih besar 2,44
kali pada pada rumah yang terdapat serangga/tanda keberadaan serangga
dibandingkan yang tidak. Gigitan atau sengatan serangga dapat menimbulkan
berbagai reaksi yang bersifat lokal, seperti ruam kulit, kemerahan, bengkak,
nyeri. Gigitan serangga ini dapat bermanifestasi sebagai lesi kulit dalam
bentuk bintik-bintik atau bercak kemerahan yang disertai dengan adanya
bengkak akibat trauma langsung, reaksi peradangan, ataupun reaksi alergi
terhadap air liur serangga.
c. Pencegahan penyakit kulit atau kudis berbasis lingkungan
a) Melakukan Pesonal Hygiene
Personal hygiene adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya yang dinyatakan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri.
Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan,
makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari. seperti :
1) Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri
2) Mandi minimal 2x sehari
3) Mandi memakai sabun
4) Menjaga kebersihan pakaian
5) Makan yang bergizi terutama sayur
6) Mencuci pakaian, sprei, sarung bantal, dan selimut secara teratur
minimal dua kali dalam seminggu.
7) Menjemur kasur dan bantal minimal 2 minggu sekali.
8) Tidak saling bertukar pakaian dan handuk dengan orang lain.
9) Hindari kontak dengan orang-orang atau kain serta pakaian yang
dicurigai terinfeksi tungau skabies.
10) Menjaga kebersihan rumah dan berventilasi cukup.
11) Cuci sisir, sikat rambut, dan perhiasan rambut dengan cara merendam
di cairan antiseptik.
12) Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat, dan
gunakan setrika panas untuk membunuh semua telurnya, atau dicuci
kering.
13) Keringkan peci yang bersih, kerudung, dan jaket. Hindari pemakaian
bersama sisir, mukena, atau jilbab.
b) Mengonsumsi air yang dimasak terlebih dahulu
c) Membuat septictank 10-15 meter dari sumber air minum agar tidak mencemari
sumber air tersebut
d) Membuat saluran air limbah sesuai aturan agar tidak memunculkan vektor dan
pencemaran air
e) Memberikan pencahayaan yang cukup dan ventilasi yang cukup agar kondisi
rumah tidak lembab.
BAB III

PENUTUP

IV. SIMPULAN

Penyakit kulit adalah kelainan kulit yang diakibat adanya jamur, kuman, parasit, virus
maupun infeksi yang dapat menyerang siapa saja. Salah satu contoh penyakit kulit adalah
Skabies atau kudis. Faktor yang mempengaruhi penyakit kulit ada 4 yaitu lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik. Pencegahan penyakit kulit berbasis lingkungan
dapat dilakukan dengan cara personal hygine dan peningkatan sanitasi permukiman

V. SARAN

Setelah mengetahui tentang penyakit kulit dan apa penyebabnya, bisa dilihat bahwa
penegasan tentang pentingnya hidup sehat itu sangat penting untuk diterapkan bukan hanya
disampaikan saja. Bagaimana kita menjaga kesehatan diri kita sendiri lalu meningkatkan
kesehatan lingkungan tempat tinggal kita. Agar bisa menciptakan kondisi yang sehat aman
dan layak huni.
DAFTAR PUSTAKA

http://p2ptm.kemkes.go.id/dokumen-ptm/buku-pedoman-manajemen-ptm
repository.uinsu.ac.id/8753/1/DIKTAT EPTM dr.NOFI SUSANTI%2C M.Kes.pdf
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jkli/article/view/37072
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/880/4/4.%20Chapter-2.pdf https://repository.poltekkes-
smg.ac.id/repository/BAB%20II%20P1337420517021.pdf
SOAL

1. Penyakit kulit adalah kelainan yang diakibatkan adanya?


a. Virus
b. Infeksi
c. Jamur dan parasite
d. Kuman
e. Semua Benar

2. Efloresen primer terdapat pada kulit?


a. Kulit yang berubah
b. Kulit normal
c. Kulit tidak normal
d. Kulit tidak berubah
e. Kulit terdapat lebam

3. Factor yang dapat mempengaruhi derajat Kesehatan masyarakat?


a. Lingkungan
b. Cuaca
c. Suhu
d. Semua benar
e. Semua salah

4. Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi tungau Sarcoptes Scabiei
varian hominis yang menyerang kulit, parasit ini menggali parit-parit di dalam
epidermis sehingga menimbulkan gata-gatal dan merusak kulit penderita. Merupakan
penyakit?
a. Scabies
b. Bisul
c. Kurap
d. Cacar air
e. Herpes
5. Pencegahan penyakit kulit atau kudis berbasis lingkungan di bawah ini adalah?
a. Pesonal hygiene
b. Tidak mencuci tangan
c. Sosial distancing
d. Tidak mandi
e. Semua benar

Anda mungkin juga menyukai