Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III


TENTANG ‘INFESTATIONS’
Dosen Pengampuh : Titi I. Afelya, M.Kep., Ns., Sp.Kep.MB

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 3

Herlina M. A. Isir (2019081024006)

Enseale Matelda Lohy (2019081024012)

Rifqah Tiara Nabilah (2019081024059)

Mince Agustina Onna (2019081024030)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

JAYAPURA

2021/2022
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan YME, atas
berkat dan rahmat-NYA makalah ini dapat di buat dan disampaikan tepat pada
waktunya. Adapun penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas makalah
ini berjudul Asuhan Keperawatan Infestations.
Selain itu kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini. Kami juga berharap dengan adanya makalah ini
dapat menjadi salah satu sumber literatur atau sumber informasi pengetahuan bagi pembaca.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, kami memohon maaf jika ada hal-hal yang kurang berkenan dan
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menjadikan ini lebih
sempurna. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jayapura, 09 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……....................................................................................................................


B. Rumusan Masalah …...................................................................................................................
C. Tujuan Penulisan ……….............................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Defenisi Pedikulosis …………………........................................................................................


B. Anatomi Fisiologi Pedikulosis …………………………………………………………………
C. Etiologi Pedikulosis ……………................................................................................................
D. Klasifikasi Pedikulosis ……………............................................................................................
E. Manifestasi Klinis Pedikulosis …................................................................................................
F. Patofisiologi Pedikulosis …….…………………………………………………………………
G. Pemeriksaan Fisik Pedikulosis …………………………………………………………………
H. Pemeriksaan Penunjang dan Interpretasi ………………………………………………………
I. Pathway ……………………………….………………………………………………………..

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………
B. Saran ..…………………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Parasite adalah organisme yang hidup dari makhluk hidup lainnya. Manusia
adalah tuan rumah dari banyak parasite, yang dapat hidup di dalam tubuh atau pada kulit.
Parasite ini menggunakan tubuh manusia untuk mendapatkan makanan dan untuk
memproduksi, dan dalam tawar-menawar menyebabkan masalah kesehatan manusia yang
terinfeksi parasite terdapat di seluruh dunia dan banyak orang menderita infeksi parasite
kulit.
Sebagai contoh, sekitar 6 untuk 12 juta orang diseluruh dunia mendapatkan
kutu setiap tahun dan di Amerika Serikat. Banyak penyakit kulit yang disebabkan oleh
parasite contohnya Pedikulosis. Pedikulosis adalah penyakit yang juga disebabkan oleh
parasite obligat pediculus humanis yang menyerang pada kulit badan, kulit kepala,
rambut, dan daerah pubis. Presentase penderita Pediculosis di Indonesa 20% pada tahun
2002-2009 dalam penelitian pedikulosis di Rumah Sakit Dr.Soetomo Surabaya
menunjukan penderita pedikulosis 0.5% pada tahun 1999-2003. Perawat merupakan
bagian dari tim kesehatan yang memiliki lebih banyak kesempatan untuk melakukan
intervensi kepada pasien, sehingga fungsi dan peran perawat dapat dimaksimalkan dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap penderita seperti memenuhi kebutuhan dasar
dan meningkatkan kesehatan fisik, perawat juga dapat melakukan pendekatan spiritual,
psikologis, dan mengaplikasikan fungsi edukatornya dengan memberikan penyuluhan
kesehatan terhadap penderita sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan
penderita dan keluarga yang nantinya diharapkan dapat meminimalisir resiko maupun
komplikasi yang mungkin muncul dari pediculosis tersebut. Oleh karena itu penulis
tertarik untuk mengangkat materi pedikulosis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Pedikulosis ?
2. Apa Saja Anatomi Fisiologi ?
3. Apa Saja Etiologi Dari Pedikulosis ?
4. Apa Manifestasi Klinis Dari Pedikulosis ?
5. Bagaimana Patofisiologi Pedikulosis ?
6. Apa Saja Pemeriksaan Fisik Pada Pasien Pedikulosis ?
7. Apa Saja Pemeriksaan Penunjang ?
8. Pathway

C. Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar penyakit pada pasien Pediculosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis
1) Definisi Pedikulosis

Pedikulosis adalah infeksi kulit/rambut pada manusia yang disebabkan oleh


Pediculus tergolong family Pediculidae (Ronnny P Handoko). Sedangkan menurut
Brunner & Suddart, 2002 Pedikulosis adalah infeksi kutu yang mengenai kepala,
badan, dan pubis, mengenai daerah-daerah yang berambut.

Dan menurut Arif Monsjoer, 2002 Pedikulosis adalah infeksi kulit dan rambut
pada manusia yang disebabkan oleh parasit obligat pediculus humanis.

Jadi, dapat disimpulkan pengertian pedikulosis yaitu infeksi yang terjadi


pada kulit manusia baik itu kulit badan, kulit kepala dan kepala serta pada daerah pubis
yang disebabkan oleh parasit obligat pediculus humanis, dan pedikulosis terdiri dari
kapitis, korporis, dan pubis.

2) Anatomi Fisilogi
Anatomi

Beberapa komponen lapisan pada kulit sebagai berikut:


a) Epidermis
Merupakan lapisan paling luar yang unsur utamanya adalah keratinosit dan sel
melanosit. Lapisan ini terus mengalami mitosis. Epidermis memiliki beberapa lapisan
sel yaitu :
◦ Stratum korneum : selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, dan mengandung
zat keratin. Zat tanduk merupakan keratin lunak yang berada dalam sel-sel keratin
keras.
◦ Stratum lusidum : terdiri dari sel yang sngat gepeng dan bening, ditemukan pada
lapisan tubuh yang berkulit tebal.
◦ Stratum granulosum : terdiri dari 2-3 lapis sel poligonal yang agak gepeng, inti
berada di tengah, dan sitoplasma berisi butiran granula keratohialin (keratin dan
hialin). Lapisan ini menghalangi masuknya zat asing ke dalam tubuh. (contoh:
bahan kimia, benda asing, kuman dan lain-lain )
◦ Stratum spinosum : terdapat banyakn sel bentuk kubus dan poliginal, inti di tengah,
dan sitoplasma berisi serat-serat yang terpaut dengan desmosom. Lapisan ini
berfungsi untuk menahan gesekan dan tekana dari luar. Terdapat di daerah yang
banyak bersentuhan atau menahan beban dan tekanan (seperti di tumit dan pangkal
telapak kaki).
◦ Stratum malfigi : berbatassan dengan dermis. Sel aktif mengalami mitosis sampai
individu meninggal dengan umur sel 15-30 hari sejak terbentuk sampai terkelupas.
b) Dermis
Tebal antara 0.5-3 mm, lebih tebal dari epidermis yang terbentuk dari komponen
jaringan pengikat. Turunan dermis terdiri dari bulu, kelenjar minyak, kelenjar lendir,
dan kelenjar keringat yang berada jauh dalam dermis. Sedangkan lapisannya terdiri
dari:
◦ Lapisan papila: mengandung lapisan pengikat longgar yang membentuk lapisan
stratum spongeosum. Lapisan ini terdiri atas serat kolagen halus, alastin, dan kulin
yang akan membentuk jaring halus yang terdapat di bawah epidermis
◦ Lapisan retikulosa: mengandung jaringan pengikat rapat dan serat kolagen, tersusun
bergelombang, sedikit serat retikulum, dan banyak mengandung serat elastin.dalam
lapisan ini terdapat sel-sel fibrosa, sel histiosit, pembulh darah, pembuluh getah
bening, saraf, kandung rambut kelenjar sebasea, kelenjar keringat, sel lemak, dan
otot penegak rambut.

c) Hipodermis / Subkuntis
Lapisan bawah kulit yang terdiri dari jaringan pengikat longgar. Seratnya longgar,
elastis, dan memiliki sel lemak. Terdapat lapisan subkuntan yang menentuka mobilitas
kulitdi atasnya. Bantalan lemak pada lapisan ini terbentuk dari lobulus lemak yang
merata di hipodermis  yang disebut dengan panikolus adiposus. Pada lapisn perut
dapat mencapai tebal 3cm. Pada jaringan subkuntan di kelopak mata, penis dan
skrotum tidak mengandung lemak.
Pada kulit ada beberapa kelenjar di dalamnya, diantaranya adalah:
a) Kelenjar Sebasea
Berasal dari rambut yang bermuara pada saluran folikel ram,but untuk melumassi
rambut dan kulit yang berdekatan. Banyak terdapat di kepala dan wajah sekitar
hidung, mulut dan telinga. Sedikit pada telapak tangan dan kaki.

b) Kelenjar Keringat
Merupakan alat utama untuk mengendalikan suhu tubuh. Sekresi aktif kelenjar
keringat berada di bawah pengendalian saraf simpatis. Kelenjar ini terdapat
diseluruh tubuh terutama pada telapak tangan dan kaki kecuali pada dasar kuku,
batas bibir, glans penis, dan gendang telinga. Terdapat 2 macam kelenjar keringat
yaitu:
◦ Kelenjar keringat ekrin dan
◦ Kelenjar keringat apokrin.

c) Kelenjar Mamae
Dikatakan sebagai kelenjar kulit menurut Syaifuddin dalam bukunya tahun 2011
karena berasal dari lapisan eksodermal.

Dan pada kulit terdapat pula bagian-bagian yang menempel, yaitu:


 Rambut
Benang keratin elastis yang berkembang dari epidermis dan tersebar di seluruh tubuh
kecuali telapak tangan dan kaki, permukaan dorsal falang distal, sekitar lubang dubur,
dan urogenital. Memiliki batang yang bebas dan akar yang tertanam dalam kulit.
Dengan struktur rambut (Syifuddin, 2011):
◦ Medula
◦ Korteks
◦ Kutikula
 Kuku
Merupakan lempeng yang membentuk pelindung pembungkus permukaan dorsal
falang jari tangan dan jari kaki yang strukturnya berhubungan dengan dermis dan
epidermis. Lempeng kuku berasal dari sisik epidermis yang menyatu erat dan tidak
mengelupas berwarna bening sehingga pembuluh kapiler darah dalam dasar kuku
kelihatan kemerahan.

Fisiologi 

Berikut ini merupakan fungsi kulit sebagai sistem integumen antara lain:
 Fungsi regulasi temperatur dan tekanan darah
Persarafan, pembuluh darah, dan kelenjar keringat dan lapisan kulit yang lebih dalam
membantu termoregulasi. Ketika kulit terpapar udara dingin, dan suhu tubuh turun,
pembuluh darah akan kontriksi sebagai respon dari sistem saraf otonom. Hal ini
menyebabkan penurunan aliran darah ke kulit dan akan mempertahankan suhu tubuh.
Sebaliknya jika suhu terlalu panas, atau saat suhu tubuh meningkat maka pembuluh
darah akan berdilatasi,  aliran darah meningkat dan menurunkan suhu tubuh, jika hal
ini tidak efektif  maka kelenjar ekrin akan meningkatkan produksi keringat sehingga
terjadi penguapan yang akan menurunkan suhu tubuh.

 Fungsi proteksi
Lapisan kult terluar melindungi tubuh dari trauma fisik, kimia, dan dari invasi bakteri
atau mikroorganisme. Sel Langerhans, sel spesifik yang terdapat pada lapisan kulit
meningkatkan respon imun tubuh dengan membantu limfosit untuk memproses
antigen yang masuk ke kulit. Melanosit. Merupakan sel kulit yang memproduksi
melanin membantu menyaring sinar UV, paparan sinar matahari yang berlebih dapat
menstimulasi produksi melanin. Kulit juga melindungu tubuh dengan mencegah
ekskresi air dan elektrolit. hal ini akan mencegah tubuh kehilangan cairan yang
berlebih.

 Fungsi ekskresi
Sebagai organ ekskresi, pada kulit terdapat kelenjar keringat. Keringat tersusun atas
air, elektrolit, urea dan asam laktat

 Fungsi persepsi
Kulit memiliki susunan saraf yang berfungsi merasakan sentuhan atau sebagai alat
peraba.

 Fungsi pembentukan vitamin D


Saat distimulasi oleh sinar ultraviolet, kulit akan mensintesis vitamin
D3 (cholecalciferol).
3) Etiologi

Kutu ini mempunyai 2 mata dan 3 pasang kaki, berwarna abu-abu dan menjadi
kemerahan jika telah menghisap darah. Terdapat 2 jenis kelamin ialah jantan dan betina,
yang betina dengan ukuran panjang 1,2 - 3,2 mm dan lebar lebih kurang ½ panjangnya,
jantan lebih kecil dan jumlahnya hanya sedikit. Siklus hidupnya melalui stadium telur,
larva, nimfa, dan dewasa. Telur (nits) diletakkan di sepanjang rambut dan mengikuti
tumbuhnya rambut, yang berarti makin ke ujung terdapat telur yang lebih matang.
Penyebabnya : Tuma parasit obligat manusia Kosmopolit tidak dipengaruhi musim
Insiden: kebersihan (orang dan lingkungan), sosial ekonomi.

Penularan penyakit ini lebih menyerang anak-anak dan cepat meluas di


lingkungan yang padat seperti asrama dan panti asuhan. Ditambah lagi jika kondisi
hygiene tidak baik (misalnya jarang membersihkan rambut). Cara penularannya melalui
perattara, misalnya sisir, kasur, topi, dan bantal yang digunakan bersama-sama.. Lebih
banyak terjadi di kaum perempuan. Infestasi kutu kepala kadang menyebar ke alis, bulu
mata dan janggut. Penularan kutu badan tidak semudah penularan kutu rambut. Kutu
badan biasanya menyerang orang-orang yang tingkat kebersihan badannya buruk dan
orang-orang yang tinggal di pemukiman yang padat. Kutu badan bisa membawa penyakit
tifus, demam parit dan demam kambuhan. Kutu kemaluan menyerang daerah kemaluan,
ditularkan pada saat melakukan hubungan seksual.

4) Manifestasi Klinis

 Rasa gatal yang hebat terutama kawasan oksiput, temporal dan pubis
 Rasa panas di sekitar kulit kepala
 Pruritis
 Erythema, iritasi dan jangkitan sekunder akibat garuan.
 Kulit kering dan bersisik dengan kawasan-kawasan yang berpigmen serta berwarna
gelap.
 Terdapat kutu atau telur kutu.
 Rambut akan bergumpal, berbau busuk akibat banyaknya pus dan krusta.
 Pembesaran kawasan kelenjar.
 Adanya kelainan di kulit berupa garis-garis bekas garuan dan tampak kemerahan yang
kecil dan khas.
5) Patofisiologi

P. Humarus var.carporis adalah penyebab dari Infeksi kulit parasitik pedikulosis.


P. Humarus var.capitis dan P. Humarus var.carporis berkembang membiak sesuai dengan
kitaran hidup kutu yaitu telur, larva, nimfa dan akhirnya menjadi dewasa. Pada masa
bertelur (telur kutu) mereka akan bersama-sama rambut dan mengikuti pertumbuhan
rambut manusia dan cara penularan mereka adalah secara hubungan atau sentuhan
langsung dan tidak langsung. Pada masa kitaran nimfa, mereka akan turun ke dasar
rambut kemudian berkembang membiak menjadi dewasa dan mengeluarkan rembesan
yang dimasukkan ke dalam kulit sewaktu menghisap darah, mengakibatkan timbulnya
rasa gatal yang hebat dan mempunyai rasa panas di kulit kepala.

Akibat menggaruk tersebut maka akan timbul kelainan kulit lain seperti hakisan,
ekskotiasi dan infeksi sekunder. Hal tersebut boleh menyebabkan berbagai komplikasi
diantaranya pioderma (infeksi kulit yang terbentuk pus) dan terdapat pembesaran
kelenjar. Pedikulosis Pubis disebabkan oleh phthirus pubis yang dalam kitaran hidupnya
mengalami morfologi iaitu telur, larva, nifpa dan tumbuh menjadi kutu dewasa. Kutu
tersebut masuk melalui kulit/folikel rambut dan menghisap darah dengan mengeluarkan
saliva yang dapat mengubah bilirubin menjadi biliverdin.

Hal tersebut menimbulkan ruam kemerahan yang mendatar pada tubuh, paha,
ketiak yang berwarna coklat kemerahan disebut juga macula cerulea sehingga
mengakibatkan rasa gatal yang hebat. Timbullah lesi yang diakibatkan dari garuan dan
adanya berwarna hitam yang terdapat pada seluar dalam akibat krusta. Pada akhirnya
mengakibatkan infeksi sekunder dengan pembesaran kawasan kelenjar limfa.

Cara Penularan :

 Pedikulosis Capitis Pada lingkungan yang padat, anak-anak, cara penularannya


melalui benda perantara, misalnya : sisir, bantal, Kasur, topi, rambut palsu, dan sprei.
 Pedikulosis Korporis Pada orang dewasa dengan hygiene yang buruk (jarang
mandi/ganti pakaian), cara penularannya dapat melalui pakaian atau kontak langsung.
 Pedikulosis Pubis Pada orang dewasa, PMS serta mengenai jenggot dan kumis, pada
anak-anak pada alis/bulu mata. Cara penularannya umumnya kontak langsung,
hubungan skes atau dengan benda seperti pakaian, handuk dan sprei.
6) Pemeriksaan Fisik

Temuan pemeriksaan fisik tergantung jenis dan lokasi dari kutu. Lokasi yang
terinfestasi akan menunjukan masalah dermatologis seperti pioderma, makula
eritematosa, maculae cerulae (makula berwarna biru-keabuan), ekskoriasi wheals, dan
puncta hemoragik. Pada beberapa kasus dapat pula ditemukan limfadenopati leher dan
konjungtivitis.
Pedikulosis kapitis derajat berat dan tidak diobati dapat menyebabkan rambut
pasien menjadi kusut karena eksudat, sehingga rentan terhadap infeksi jamur. Akibatnya,
akan terbentuk massa berbau bernama plica polonica. Masa tersebut menampung banyak
nits, dan kutu. Infestasi kutu badan kronis akan menimbulkan penebalan dan perubahan
warna kulit yang disebut “vagabond’s disease”.

7) Pemeriksaan Penunjang
 Anamnesis Riwayat keluhan penderita, riwayat adanya penyakit yang sama pada
keluarga.
 Pemeriksaan fisik ;
- Ditemukan telur/kutu dengan pemeriksaan secara seksama terutama dicari didaerah
oksiput dan temporal.
- Telur berwarna abu-abu dan berkilat
 Adanya lesi akibat garukan dan kelainan kulit ;
- Pemeriksaan Mikroskop
- Ditemukan telur kutu yang menempel pada batang rambut
- Ditemukan telur kutu dan kutu pada serat kapas pakaian
8) Pathway

.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pada materi diatas maka kesimpulan yang dapat kami ambil yaitu :
 Dalam melaksanakan perawatan kita dapat mendokumentasikan setiap klien yang
akan diberikan pengobatan.
 Setiap perawat perlu memperhatikan keadaan klien setiap saat.
 Beberapa masalah dapat didefinisikan pada klien sehubungan dengan penyakitnya.

B. SARAN
 Untuk Perawat
Perawat harus bisa memahami bagaimana cara menangani klien dengan penyakit
pedikulosis, dan melakukan pengkajian.
 Untuk Instansi
Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal sebaiknya proses
keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan.
 Untuk Klien dan Keluarga
Perawatan tidak kalah pentingnya dibanding dengan pengobatan, sebab
bagaimanapun teraturnya pengobatan yang diberikan tanpa perawatan yang
sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak akan tercapai. oleh sebab
itu perlu adanya penjelasan baik pada klien maupun keluarganya mengenai
manfaat serta pentingnya kesehatan.
 Untuk Mahasiswa.
Mahasiswa harus bisa mengetahui konsep dasar penyakit pediculus dan asuhan
keperawatan untuk menangani dan mencegah.
 Masyarakat
Agar masyarakat bisa memahami gejala dan pencegahan pada penyakit pediculosis.
DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, Arif, dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Media Aesculapius Fak.Kedokteran


UI:Jakarta
Djuanda, Adhi.1993.Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.Gaya Baru:Jakarta
Harahap,Marwali.2000.Ilmu Penyakit Kulit.Hipokrates:Jakarta
Siregar, R.S.1996.Saripati Penyakit Kulit.EGC: Jakarta
Doenges, Marilynn E.2002.Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.EGC:Jakarta
Herdman, T.Heather.2010.Diagnosis Keperawatan NANDA Internasional.EGC:Jakarta
http://ners-novriadi.blogspot.com/2012/07/pedikulodis-dan-skabies.html
Buku Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin, Prof DR. Adhi Djuanda, oleh Ronny P. Handoko,
2002
Diagnosis Keperawatan, Edisi 9, NANDA NIC NOC, Penerbit Buku Kedokteran, Judith M.
Wilkinson, Nancy R. Ahern, 2014
Jurnal Keperawatan, Sistem Integumen, Universitas Sumatera Utara
https://askep-nursing.blogspot.com/2018/04/tinjauan-pustaka-penyakit-pediculosis.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai