disusun oleh
2018
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah swt yang Maha Pengasih, penulis panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya yang terlah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan Makalah ini yang berjudul
Konsep Penyakit Gangguan Sistem Integumen.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar penulis dapat memperbaikinya. Akhir kata penulis berhapa semoga Makalah
Konsep Penyakit Gangguan Sistem Integumen ini dapat memberikan inspiarasi
maupun manfaat bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Kulit adalah organ tubuh paling luar dan membatasinya dari lingkungan
hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1.5 m2 dengan berat kira-kira 15 % berat
badan. Kulit juga sangat kompleks , elastis dan sensitive, bervariasi pada keadaan
iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung pada lokasi tubuh. Kulit juga memiliki
fungsi sebagai pengatur suhu tubuh, sekresi kelenjar, dan hubungan sensorik
dengan lingkungan luar. Setiap stuktur kulit memiliki potensi untuk terkena
penyakit. Gangguan kulit dapat hanya terbatas pada kulit saja atau dapat juga
menjadi petunjuk dari suatu penyakit sistemik
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagai sistem organ tubuh yang paling luas, kulit tidak bisa terpisahkan
dari keredupan manusia. Kulit membangung sebuah barrier yang memisahkan
organ-organ internal dengn lingkungan luar, dan turut berpatisipasi dalam banyak
fungsi tubuh yang vital. Kulit tersambung dengan membran mukosa pada ostium
eksterna sistem digestivus, respiratorius, dan urogenitalis. Karna kelainan kulit
mudah terlihat keluhan dermatologik umumnya menjadi alasan utama mengapa
pasien menjadi pelayanan kesehatan.
1. Anatomi Kulit
Kulit tersusun atas tiga lapisan yaitu epidermis, dermis dan jaringan
subkutan. Setiap lapisan akan berdiferensiasi (menjasi masak dan memiliki fungsi
yang lebih spesifik).
Dermis bersifat elastik dan keras dermis disusun oleh jaringan ikat dan
matriks mengandung serat kolagen yang bertautan dengan serat elastik. Struktur
serat elastik terjadi saat kulit terlalu merenggang, menyebabkan striae yang
permanen atau atau strech mark (tanda sisa regangan). Tanda ini dapat ditemukan
pada orang hamil dan orang obesitas. Struktur di dalam dermis meliputi pembuluh
darah, pembuluh limfe, ujung saraf sensoris (somatik), klenjar keringat dan
duktusnya, rambut, otot pilli arektor dan kelenjar sebasea.
a. Pembuluh Darah
Reseptor sensoris (ujung saraf khusus) yang peka terhadap sentuhan, suhu,
tekanan, dan nyeri tersebar luas di dermis. Impuls saraf yang dibangkitkan
dirseptor sensoris di dermis, dihantarkan ke medulla spinalis oleh saraf sensoris
(kutaneus somatik), kemudian kearea sensoris di serebrum dimana sensasi
dipersepsikan.
c. Kelenjar keringat
Kelenjar keringat tersebar luas dikulit dan paling banyak ditelapak tangan,
telapak kaki, aksila, dan lipat paha. Kelenjar ini terdiri atas sel epitelium. Badan
kelenjar terletak tergelung di jaringan subkutan sebagian duktus keringat
terhubung dengan permukaan kulit di cekungan atau pori-pori kecil dan duktus
lainnya terhubung dengan polikel rambut.
d. Rambut
e. Pilli Arektor
Pilli arektor merupakan berkas kecil serat otot polos yang mlekeat pada
folokel rambut. Otot distimulus oleh serat saraf simpatik saat berespons terhadap
ketakutan dan dingin. Rambut yang berdiri menyerapp udara yang bekerja sebagai
lapisan insulator (penyekat/ insulator). Mekanisme ini merupakan mekanisme
pemanasan yang efisien jika disertai menggigil, yakni kontraksi involunter otot
rangka.
f. Kelenjar sebasea
Kelenjar ini terdiri atas sel epitelium sekretorik yang berasal dari jaringan
yanng sama dengan folekel rambut. Kelenjar sebasea hanya menyekresikan
subtansi minyak (sebum) ke folekel rambut dan berada diseluruh kulit tubuh
kecuali telapak tangan dan kaki. Kelenjar ini plaing banyak di kulit kepala, wajah,
aksila, dan lipatan paha.
g. Kuku
Kuku berasal dari sel yang sama seperti epidermis dan rambut serta terdiri
atas lempengan keratin bertanduk yang keras. Kuku melindungi ujung jari tangan
dan kaki. Akar kuku yang melekat pada kulit, dilapisi oleh kutikula dan
membentuk area pucat hemisper yang disebut lunula. Lempeng kukku merupakan
bagian yang terpapar yang tumbuhu dari area germinatif epidermis yang disebut
dasar kuku.
2. Fungsi kulit
a. Proteksi, Kulit membentuk lapisan anti air, yang disusun oleh epitelium
berkreatin, yang melindungi struktur yang lebih dalam dan lebih lunak
sebagai mekanisme pertahanan spesifik, kuku bekerja sebagai barier terhadap
ivasi mikroba, Zat kimia, agen fisik (misalnya trauma ringan dan cahaya UV
serta dehidrasi).
b. Regulasi suhu tubuh, suhu tubuh tetap konstan 36,8 C di berbagai rentang
suhu lingkungan. Saat laju metabolisme meningkat, suhu tubuh meningkat,
dan saat laju suhu metabolisme tubuh menurun, suhu tubuh menurun.
c. Produksi panas, sebagian energi dilepaskan dalam sel saat akifitas metabolik
dalam bentuk panas dan organ tubuh yang paling aktif menghasilhkan panas
yang tinggi. Organ yang terlibat meliputi, otot, hati, dan organ pencernaan
pada saat melakukan gerakan peristaltik dan saat reaksi kimia terlibat dalam
pencernaan.
d. Pengeluaran panas, sebagian besar panas hilang dari tubuh terjadi pada
kulit. Sebagian kecil panas hilang melalui udara, urin, dan feses yang
dikeluarkan. Panas yang hilang melewaati kulit dipengaruhi oleh perbedaan
suhu tubuh yang terpapar udara,dan jenis pakaian yang di gunakan.
Kehilangan panas tubuh dapat terjai melalui mekanisme evaporasi, radiasi,
konduksi dan konveksi.
e. Pengendalian suhu tubuh, pusat pengatur suhu di hipotalamus berespons
terhadap suhu darah yang beredar. Pusat ini mengendalikan suhu tubuh
melalui stimulasi saraf otonom kelenjar keringat saat suhu tubuh meninkat.
f. Pembentukan Vitamin D, subtansi berbahan dasar lipid di kulit adalah 7-
Dehidrocolesterol dan sinar UV dari matahari mengubahnya menjadi Vitamin
D.subtansi ini tersebar di darah dan digunakan bersam kalsium dan sulfat,
dalam pembentukan dan pemeliharaan tulang.
g. Sensasi kuran, reseptor sensori terdiri atas ujung saraf dilapisan dermis yang
peka terhadap sentuhan, tekanan, suhu dan nyeri.stimulasi membangkitkan
impulssaraf di saraf sensoris yang dihantarkan kekonrtek serebri. Sebagian
area yang memiliki resepror sensoris lebih banyak dari area lainnya
menyebabkan area tersebut sensitif (peka), misal pada bibir dan ujung jari.
h. Ekskresi, kulit merupakanorgan ekskresi minor bagi sebgian zat, meliputi:
1) Natriun klorida pada keringat. Keringat berlebihan dapat menyebabkan
kadar natrium darah yangrendah (hiponatremia).
2) Urea, khususnya pada saat fungsi ginjal terganggu.
3) Subtansi aromatik, misal bawang putih dan rempah – rempah lainnya.
B. Pemulihan Luka
1. Kondisi yang diperlukan untuk penyembuhan luka
a. Faktor sistemik, faktor ini meliputi status nutrisi dan kesehatan umum yang
baik. Infeksi, gangguan imunitas, misal diabetes melitus dan kangker dapat
mengurang kecepatan penembuhan luka.
b. Faktor lokal, faktor lokal yang mempengaruhi penyembuhan luka meliputi
suplai darh yang baik untuk memberikan suplai oksigen dan nutrien serta
mengeluarkan produk sisa juga bebas dari konstaminasi, misal benda asing
atau zat kimia toksik.
2. Penyebuhan Primer
2. Pemeriksaan Fisik
Warna kulit bervariasi antara orang yang satu dengan lainnya, dan berkisar
dari warna gading hingga cokelat gelap. Kulit bagian tubuh yang terbuka,
khususnya di kawasan yang beriklim panas dan banyak cahaya matahari,
cenderung lebih berpigmen daripada bagian tubuh lainnya. Efek vasodilatasi yang
ditimbulkan oleh demam, sengatan mtahari dan inflamasi akan menimbulkan
bercak merah muda atau kemerahan pada kulit. Pucat merupakan keadaan tidak
adanya atau berkurangnya tonus serta vaskularitas kulit yang normal dan paling
jelas terlihat pada konjungtiva.
3. Evaluasi Diagnostik
Luka bakar dapat timbul akibat kulit tepajan ke suhu tinggi, syok listrik,
atau bahan kimia . luka bakar diklasifikasikan berdasarkan kedalaman dan luas
daerah yang terbakar.
Luka bakar derajat keempat meluas ke otot, tulang dan jaringan dalam.
b. Luas Luka Bakar
Luas luka bakar mengacu pada persentase luas luka bakar derajat kedua
atau lebih ( tidak termasuk derjat pertama dibanding dengan permukaan tubuh.
Untuk menetukan luas luka bakar , tubuh di bagi menjadi presentase realatif luas
permukaan. Sebagai contoh lengan atas bawah dianggap memiliki luas 9% dari
ruas permukaan tubuh, tungkai depan dan belakang 18% torso depan dan
belakang 18 %, kepala 9% dan daerah genital 1%. Persentase luas tubuh yang
terbakar dijumlahkan sehingga di dapat persentase total. Luka bakar luas
didefinifikan sebagai luka bakar yang mengenai 25% sampai 40% luas permukaan
tubuh seorang dewasa , dan antara 15% sampai 25% luas permukaan tubuh anak .
luka bakar yang luasnya lebih dari 40% pada orang dewasa atau 25 % pada anak
berkaitan dengan angka kematiian yang tinggi.
Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel
tubuh. Semua sistem terganggu , terutama sistem kardiovaskular. Karena setiap
orang memerlukan aliran darah yang adekuat, maka perubahan fungsi
kardiovaskular memiliki dampak luas pada daya tahan hidup dan pemulihan
pasien. Sel juga berubah.
Segera setelah luka bakar yang luas, muncul edema jaringan yang terkena
dan area disekitarnya. Hal ini terjadi karena pecah nya kapiler dan kebocoran
cairan plasma dan protein kedalam ruang interstisium. Edema meningkatkan
tekanan pada jaringan , keparahan hipoksia, dan kersukan yang patal. Terjadi
pelepasan sitokinin, prostraglandin, leukotrin, dan histamine yang meningkatkan
permeabilitas kapiler. Sel darah putih menuju area tersebut, terutama neutrophil,
yang menghasilkan radikal oksigen bebas dan berkontribusi terhadap re-perfusi
jaringan yang cedera.
Setelah beberapa jam ,edema menyebar di sekitar daerah yang terkena luka
bakar seiring dengan kemampuan kapiler untuk berfungsi sebagai sawar difusi
yang hilang. Edema dapat terjadi pada daerah yang tidak terkena luka bakar akibat
peningkatan transien permeabilitas kapiler terhadap air dan protein. Peninbunan
cairan dalam ruang intersium di seluruh tubuh menyebabkan penurunan volume
darah yang bersirkulasi secara bermakna yang akhirnya menurunkan isi sekuncup
dan tekanan darah. Denyut nadi angkat meningkat yang akibatnya syok
ireversibel.
e. Gambaran klinis
1) Luka bakar derajat pertama superfisial ditandai oleh kemerahan dan
nyeri. Dapat timbul lepuh setelah 24 jam dan kemudian kulit mungkin
terkelupas.
2) Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial superfisial ditandai oleh
terjadinya lepuh (dalam beberapa menit) dan nyeri hebat.
3) Luka bakar derajat kedua ketebalan parsial dalam di tandai oleh lepuh,
atau jaringan kering yang sangat tipis yang menutupi luka yang
kemudian terkulupas . luka mungkin tidak nyeri.
4) Luka bakar derajat ketiga ketebalan penuh tampak datar, tipis , dan
kering. Dapat ditemukan koagulasi pembuluh darah. Kulit mungkin
tampak putih, merah atau hitam dan kasar.
5) Luka bakar listrik muungkin mirip dengan luka bakar panas , atau
mungkin tamoak sebagai daerah keperakan yang menjadi gembung.
Luka bakar listrik biasanya timbul di titik kontak listrik. Kerusakan
internal akibat luka bakar listrik mungkin jauh lebih parah daripada
luka yang tampak di bagian luar.
f. Penatalaksanaan
1) penderita luka bakar harus segera dijauhkan dari agen yang dapat
membakar, dan daerah kulit yang terkena harus segera di rendam
dalam air dingin untuk menghentikan kerusakan lebih lanjut.
Pemberian es harus dihindari karena dapat menurunkan aliran darah
kedaerah yang terkena dan memperburuk derajat luka bakar. Pakaian
yang digunakan tidak boleh dilepas pada luka bakar serius., karena
melepas baju yang terkena luka bakar berarti melepas kulit.
2) Edema berhubungan dengan luka bakar ketebalan parsial atau
superfisial dapat dikendalikan dengan perendaman air dingin.
Pemberian cairan intravena molekul-makro dengan volume besar
seperti albumin, dekstran, dan glukosa, dapat meningkat edema
daerah yang tidak terkena luka, tetapi tidak terjadi pada daerah yang
terkena. Heparin dapat mempertahankan aliran darah pada daerah
yang terkena tetapi dapat juga menimbulkan edema.
3) Penderita luka bakar luas harus mendapat pengobatan. Bayi, anak
kecil dan lansia dan penderita sakit kronis yang mengalami luka bakar
serius harus dinilai oleh dokter. Luka bakar pada tangan, wajah, dan
genital harus dinilai oleh personal medis.
4) Luka bakar derajat pertama biasanya dapat di rendam dalam air dingin
atau diberi kompres dingin dan obat anti- inflamasi dalam waktu yang
lama.
5) Luka bakar bakar derajat pertama akibat bahan kimia harus di bilas
dengam air dingin selama beberapa menit.
6) Semua luka bakar yang lebih dalam memerlukan terapi antibiotic dan
harus di evaluasi oleh personil medis. Penggunaan salep berbasis
perak dapat efektif karena perak dapat menghambat pertumbuhan
bakteri. Perak bersifat toxic namun sifat nya yang keratinosit dan
fibroblast di perlukan untuk penyembuhan luka sehingga resiko dan
keuntungan nya harus di pertimbangkan.
7) Luka bakar yang luas memerlukan pemberian cairan intrapena yang
cepat untuk mengatasi hilangnya cairan akibat kebocoran kapiler.
Untuk mempertahankan tekanan darah dan mencegah syok
ireversibel , infus pada orang dewasa dapat mencapai 30 liter dalam
24 jam. Tingginya pemberian cairan inijuga membasuh ginjal dan
mengurangi resiko gagal ginjal. Dukungan nutrisi lanjutan dan dini
diperlukan untuk penderita luka bakar luas, karena respon
metabolisme yang tinggi. Oleh karena itu diet kaya kalori dan protein
harus diberikan secara adekuat untuk mencegah pelisutan otot.
Pemberian makan enteral dapat diberikan karena dapat memberikan
kalori yang adekuat untuk penyembuhan dan melindungi mukosa
saluran cerna sehingga mengurangi kerusakan pada sawar usus.
g. Etiologi
1) Panas basah (luka bakar) yang disebabkan oleh air panas ( misalnya
teko atau minuman)
2) Luka bakar dari lemak panas akibat memasak lemak (minyak )
3) Luka bakar akibat api unggun , alat pemanggang, dana pi yang
disebabkan oleh merokok di tempat tidur.
4) Benda panas (misalnya radiator)
5) Radiasi ( misalnya terbakar sinar matahari)
6) Luka bakar listrik akibat buruknya pemeliharaan peralataan listrik.
Mungkin tidak jelas adanya kerusakan kulit, tetapi biasanya terdapat
titik masuk dan keluar. Luka bakar tersengat listrik dapat
menyebabkan aritmia jantung dan pasien ini harus mendapat
pemantauan jantung minimal selama 24 jam jam setelah cedera.
7) Luka bakar akibat zat kimia, disebabkan oleh zat asam dan basa yang
sering menghasilkan kerusakan kulit yang luas. Antidote untuk zat
kimia harus diketahui dan di gunakan untuk menetralisir efeknya.
8) Cedera inhalasi terjadi akibat pajanan gas panas, ledakan, dan luka
bakar pada kepala dan leher atau tertahan diruangan yang dipenuhi
asap.
h. Patofisiologi
Kulit adalah organ terbesar dari tubuh. Meskipun tidak aktif secara
metabolic, tetapi kulit melayani beberapa fungsi penting bagi kelangsungan hidup
dimana dapat terganggu akibat suatu luka bakar. Suatu luka bakar akan
menggangu fungsi kulit
Jenis umum sebagian besar luka bakar adalah luka bakar akibat panas.
Jaringan lunak akan mengalami cedera bila terkena suhu du atas 115 F (46 C).
luasnya kerusakan bergantung pada suhu permukaan dan lama kontak. Sebagai
contoh, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang dewasa, kontak
selama 1 detik dengan air yang panas dari shower dengan suhu 68,9 C dapat
menimbulkan luka bakar yang merusak epidermis dan dermis sehingga terjadi
cedera derajat tiga (full-thickness injury). Sebagai manifestasi dari luka bakar
panas, kulit akan melakukan pelepasan zat vasoaktif yang menyebabkan
pembentukan oksigen relative yang meenyebabkan peningkatan permeabilitas
kapiler. Hal ini menyebabkan kehilangan cairan serta plasma meningkat
2. Skabies
a. Etiologi
Skabies (Scabies, bahasa Latin = keropeng, kudis, gatal) disebabkan oleh
tungau kecil berkaki delapan (Sarcoptes scabiei), dan didapatkan melalui kontak
fisik yang erat dengan orang lain yang menderita penyakit iniseringkali
berpegangan tangan dalam waktu yang sangat lama barangkali merupakan
penyebab umum terjadinya penyebaran penyakit ini. Semua kelompok umur bisa
terkena. Penyakit ini umumnya menyerang anak-anak dan dewasa muda,
walaupun akhir-akhir ini juga sering didapatkan pada orang berusia lanjut,
biasanya di lingkungan rumah jompo. Kontak sesaat tidak cukup untuk dapat
menimbulkan penularan, sehingga siapa pun yang biasa menghadapi kasus
skabies dalam tugas pelayanan kesehatan tidak perlu takut tertular penyakit ini.
Tungau skabies betina membuat liang di dalam epidermis, dan meletakkan
telur-telurnya di dalam liang yang ditinggalkannya. Tungau skabies jantan hanya
mempunyai satu tugas dalam kehidupannya, dan sesudah kawin dengan tungau
betina serta pelaksanaan tugasnya selesai, mereka mati. Mulanya hospes (inang)
tidak menyadari adanya aktivitas penggalian terowongan dalam epidermis, tetapi
setelah 4-6 minggu terjadi reaksi hipersensitivitas terhadap tungau atau bahan-
bahan yang dikeluarkannya, dan mulailah timbul rasa gatal. Adanya periode
asimtomatis bermanfaat sekali bagi parasit ini, karena dengan demikian mereka
mempunyai waktu untuk membangun dirinya sebelum hospes membuat respons
imunitas. Setelahnya, hidup mereka menjadi penuh bahaya karena terowongannya
akan digaruk, dan tungau-tungau serta telur mereka akan hancur. Dengan cara ini
hospes mengendalikan populasi tungau, dan pada kebanyakan penderita skabies,
rata-rata jumlah tungau betina dewasa pada kulitnya tidak lebih dari selusin.
b. Gambaran Klinis
Pasien mengeluh gatal, yang secara khas terasa sekali pada waktu malam
hari. Hendaklah dicurigai adanya skabies bila seseorang mengutarakan keluhan
seperti itu.
Terdapat dua tipe utama lesi kulit pada skabiesterowongan dan ‘ruam’
skabies. Terowongan terutama ditemukan pada tangan dan kakibagian samping
jari tangan dan jari kaki, sela-sela jari, pergelangan tangan, dan punggung kaki.
Pada bayi, terowongan sering terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, dan bisa
juga terdapat pada badan, kepala, dan leher. Terowongan pada badan biasanya
ditemukan pada usia lanjut, dan bisa juga terjadi pada kepala dan leher. Masing-
masing terowongan panjangnya beberapa milimeter, biasanya berliku-liku, dan
ada vesikel pada salah satu ujung yang berdekatan dengan tungau yang sedang
menggali terowongan, dan seringkali dikelilingi eritema ringan. Terowongan-bisa
juga ditemukan pada genitalia pria, biasanya tertutupi oleh papula yang meradang,
dan papula tersebut yang ditemukan pada penis dan skrotum adalah patognomonis
untuk skabies. Bila pada seorang pria diduga terdapat skabies, hendaklah
genitalianya selalu diperiksa. ‘Ruam’ skabies berupa erupsi papula kecil yang
meradang, yang terutama terdapat di sekitar aksila, umbilikus, dan paha. Ruam ini
merupakan suatu reaksi alergi tubuh terhadap tungau.
Selain lesi primer tadi, bisa juga didapatkan kelainan sekunder seperti
ekskoriasi, eksematisasi, dan infeksi bakteri sekunder. Pada beberapa tempat di
dunia, adanya infeksi sekunder oleh lesi skabies dengan streptokokus nefrogenik
dikaitkan dengan terjadinya glomerulonefritis sesudah terjadinya infeksi
streptokokus pada kulit.
c. Patofisiologi
Kutu skabies dapat menyebabkan gejala transien pada manusia, tetapi
mereka bukan penyebab infestasi persisten. Cara penularan yang paling efisien
adalah melalui kontak langsung dan lama dengan seorang individu yang
terinfeksi. Kutu skabies dapat bertahan hingga tiga hari pada kulit manusia
sehingga media seperti tempat tidur atau pakaian merupakan sumber alternatif
untuk terjadinya suatu penularan.
Siklus hidup dari kutu berlangsung 30 hari dan dihabiskan dalam
epidermis manusia. Setelah melakukan kopulasi, kutu jantan akan mati dan kutu
betina akan membuat liang ke dalam lapisan kulit dan meletakkan total 60-90
telur. Telur yang menetas membutuhkan 10 hari untuk menjadi larva dan kutu
dewasa. Kurang dari 10% dari telur yang dapat menghasilkan kutu dewasa.
Kutu skabies kemudian bergerak melalui lapisan atas kulit dengan
mengeluarkan protease yang mendegradasi staratum korneum. Scybala (kotoran)
yang tertinggal saat mereka melakukan perjalanan melalui epidermis,
menciptakan kondisi klinis lesi yang diakui sebagai liang.
Populasi pasien tertentu dapat rentan terhadap penyakit skabies, termasuk
pasien dengan gangguan immunodefesiensi primer dan penurunan respons imun
sekunder terhadap terapi obat, dan gizi buruk. Kondisi lainnya adalah gangguan
motorik akibat kerusakan saraf yang menyebabkan ketidakmampuan untuk
menggaruk dalam menanggapi pruritus sehingga menonaktifkan utilitas
menggaruk untuk menghilangkan kutu pada epidermis dan menghancurkan liang
yang dibuat oleh
kutu betina.
d. Diagnosis
Diagnosis pasti hanya dapat ditentukan dengan ditemukannya tungau atau
telurnya pada pemeriksaan mikroskopis. Untuk melakukan hal tersebut,
terowongan harus ditemukan, dan hal ini biasanya perlu sedikit keahlian. Carilah
dengan cermat, dengan pencahayaan yang baik, di tangan dan kaki. Kaca
pembesar mungkin bisa sedikit membantu, tetapi rabun jauh adalah suatu
keuntungan. Apabila sebuah terowongan atau yang diduga terowongan dapat
diidentifikasi, lakukan kerokan dengan hati-hati pada kulit dengan menggunakan
bagian tepi skalpeluntuk melakukan hal ini dermatolog kadang-kadang
menggunakan skalpel tumpul yang dikenal sebagai skalpel ‘pisang’. Hasil
kerokan tersebut diletakkan di atas kaca mikroskop, diberi beberapa tetes kalium
hidroksida 10%, tutupi dengan kaca penutup, kemudian lihat di bawah mikroskop.
Ditemukannya tungau, telur, atau bahkan hanya cangkang telur, sudah dapat
memastikan diagnosis. Jangan berusaha untuk melakukan kerokan pada lesi yang
terdapat pada penisdapat dipahami kalau mendekatkan skalpel pada daerah ini
akan menimbulkan ketakutan, di samping pada kebanyakan kasus jarang yang
bisa berhasil menemukan tungau.
Teknik lainnya yang dapat digunakan adalah dengan apa yang dikenal
sebagai teknik ‘winkle-picker’. Bila vesikel pada ujung terowongan dibuka
dengan jarum, ujung jarum dengan hati-hati digerakkan berputar dalam vesikel
tersebut, sehingga tungau sering bisa terangkat pada ujung jarum dengan gerakan
teatrikal.
e. Pengobatan
Skabies diobati dengan memakan anak alligator dan mencuci kulit dengan
urin. (Mexican Folk Medicine). Merupakan suatu hal yang penting untuk
menerangkan kepada pasien dengan sejelas-jelasnya tentang bagaimana cara
memakai obat-obatan yang digunakan, dan lebih baik lagi bila disertai penjelasan
tertulis. Semua anggota keluarga dan orang-orang yang secara fisik berhungan
erat dengan pasien, hendaknya secara simultan diobati juga. Obat-obat topikal
harus dioleskan mulai daerah leher sampai jari kaki, dan pasien diingatkan untuk
tidak membasuh tangannya sesudah melakukan pengobatan. Pada bayi, orang-
orang lanjut usia, dan orang-orang dengan imunokompromasi, terowongan tungau
dapat terjadi pada kepala dan leher, sehingga pemakaian obat perlu diperluas pada
daerah itu. Sesudah pengobatan, rasa gatal tidak dapat segera hilang, tetapi pelan-
pelan akan terjadi perbaikan dalam 2-3 minggu, saat epidermis superfisial yang
mengandung tungau alergenik terkelupas. Obat antigatal topikal seperti krim
Eurax-Hydrocortisone (krotamion 10% dan hidrokortison 0.25%) dapat digunakan
pada tempat-tempat yang masih terasa gatal. Tidak diharuskan untuk melakukan
‘disinfeksi’ pada pakaian, karpet, dan sepraitetapi pakaian dalam dan baju tidur
perlu dicuci.
2) Krim Permetrin 5%
Bilas sesudah 8-12 jam. Pemakaian tunggal melation atau
permetrin sering efektif, tetapi dianjurkan untuk melakukan
pengobatan yang kedua 7 hari sesudahnya.
Telah disepakati tentang adanya efek toksik yang potensial dari skabisida
pada janin bila digunakan pada wanita hamil. Akan tetapi tidak didapatkan adanya
bukti yang nyata bahwa skabisida topikal yang digunakan akhir-akhir ini bisa
menimbulkan efek yang berbahaya pada wanita hamil bila penggunaannya sesuai
aturan. Karena itu, dengan tidak pernah ditemukannya keracunan pada bayi, maka
penggunaan malation atau permetrin dianggap aman.
3. Varisella
Varisella ialah suatu penyakit infeksi akut atau primer karena Varicella
Zoster yang menyerang kulit, mukosa dan selaput lendir, klinis terjadi gejala
konstitusi kelainan kulit polimorf dimuncalkan karena adanya vesikel-vesikel,
yang berlokasi di daerah sentral tubuh. Sinonimnya ialah cacar air, chicken pox.
a. Etiologi
Virus varisela zoster masuk pada tubuh manusia melalui mukosa saluran
nafas atau orofaring. Multiplikasi virus ditempat dibarengi dengan penyebaran
virus pada jumlah sedikit melalui darah juga limfe (viremia primer). Virus
dimusnahkan oleh sel sistem retikuloendotelial, merupakan tempat utama replikasi
virus selama masa inkubasi. Selama proses inkubasi sebagian virus dihambat oleh
proses pertahanan tubuh yanng terinfeksi, replikasi virus bisa mengalahkan
pertahanan tubuh yang belum berkembang, sehingga menjadi 2 minggu sesudah
infeksi terjadi viremia sekunder pada jumlah yang lebih banyak. Viremia
menyebabkan terjadinya demam dan malese anorexia juga menyalurkan virus
pada seluruh tubuh, terutama dalam kulit dan mukosa. lesi kulit yang terjadi
berupa makula, sebagian besar berkembang menjadi papula, vesikula, pustula, dan
krusta sesudah beberapa hari, vesikula biasanya terletak dibagian epidermis.
4. Kanker Kulit
Sinar matahari adalah penyebab utama kanker kulit dan insiden kanker ini
terus menerus naik selama bertahun-tahun (National Institute of Health and
Clinical Excellence, 2010). Di UK, kanker kulit adalah bentuk kanker paling
banyak kedua (Foss dan Farine, 2007). Ada tiga bentuk kanker kulit:
1) Melanoma maligna
2) Karsinoma sel basal (BCC)
3) Karsinoma sel skuomosa (SCC)
a. Melanoma Maligna
Adalah bentuk kanker kulit paling berbahaya dan berjumlah sekitar 10%
dari semua kasus kanker kulit (wolff et al., 2005). Sel tubuh yang menjadi kanker
pada melanoma maligna adalah melanosit. Melanoma biasanya berkembang
dalam nevus (juga dikenal sebagai tahi lalat); melanoma dapat menyebar dengan
cepat melalui sistem sirkulasi dan limfatik.
Jenis kanker kulit ini menyebar dengan cepat dan karena kecepatan dalam
penyebarannya, kanker kulit ini adalah jenis yang paling berbahaya. Kanker ini
lebih sering terjadi pada orang berusia muda dan berhubungan erat dengan
terbakar sinar matahari dan pemajanan lama (Foss dan Farine, 2007).
b. Faktor risiko
1) Pajanan terhadap matahari,
2) Penggunaan sunbed,
3) Jenis kelamin perempuan (bukti menunjukkan bahwa hormon dapat
berperan jika risiko tidak jelas),
4) Usia,
5) Adanya tahi lalat,
6) Berkulit cerah,
7) Riwayat luka bakar matahari, mengalami luka bakar matahari setidaknya
satu kali dan risiko meningkat jika hal ini terjadi saat anak-anak,
8) Faktor geografi (tempat orang tersebut dilahirkan),
9) Riwayat keluarga.
Ada satu faktor risiko utama untuk melanoma, misalnya matahari atau
sunbed (sinar ultra violet). Akan tetapi, ada beberapa orang yang berisiko lebih
besar dibandingkan orang lain. Lebih banyak wanita yang menderita melanoma
daripada pria; melanoma merupakan kanker ke tujuh paling sering pada wanita.
Penyakit ini jarang pada individu yang berusia dibawah 14 tahun; sesudah berusia
15 tahun, insiden meningkat terus-menerus dan insiden tertinggi adalah pada
individu yang berusia 80 tahun dan lebih. Risiko meningkat jumlah tahi lalat yang
dimiliki seseorang.
Individu dengan kulit cerah berisiko lebih besar daripada individu berkulit
gelap; namun demikian, individu berkulit gelap mungkin dan dapat terkena
melanoma maligna. Individu dengan kulit cerah dan mempunyai kecenderungan
untuk membentuk bintik-bintik di bawah matahari berisiko lebih besar seperti
pada individu yang tidak berjemur sama sekali, orang-orang tersebut biasanya
yang mengelupas sebelum jamur. Orang dengan melanoma dua kali lebih
cenderung mengalami luka terbakar matahari yang hebat sekurang-kurangnya satu
kali dalam kehidupan; luka terbakar matahari saat anak-anak bahkan lebih
merusak daripada luka terbakar matahari ketika dewasa, karena selama masa
kanak-kanak kulit paling rentan. Risiko juga berhubungan dengan geografi dan
tempat seseorang dilahirkan. Mereka yang berkulit cerah dan dilahirkan di negara
panas, misalnya Australia, mempunyai risiko lebih besar menderita melanoma
seumur hidup, berbeda dengan mereka yang tinggal di iklim lebih dingin. Kulit
akan terpajan oleh efek matahari saat orang tersebut masih muda, ketika kulit
paling rentan. Riwayat, misalnya anggota keluarga yang menderita melanoma,
menyebabkan seseorang memiliki risiko.
c. Etiologi
f. Penatalaksanaan:
1) Insiden melanoma maligna juga dapat dikurangi dengan menghindari
pajanan sinar matahari dan memakai baju pelindung. Pengunaan
tanning (penyamakan kulit) secara indoor (dalam ruangan) harus di
hindari berdasarkan hasil riset yang menunjukkan adanya hubungan
kuat antara penyamakan kulit indoor dan melanoma. Tabir surya
mungkin tidak dapat mencegah timbulnya melanoma maligna.
2) Melanoma maligna dieksisi secara bedah, dengan batas insisi yang
lebar. Dilakukan biopsi kelenjar limfe untuk menentukan apakah telah
terjadi metastasis. Biopsi kelenjar limfe sentinel (biopsi nodus
terdekat dengan kanker) telah merupakan prediktor yang efektif
terhadap metastasis dan menjadi terapi pengarah. Prognosis
bergantung pada ukuran lesi dan hasil biopsi kelenjar limfe.
Pertumbuhan nodular memiliki prognosis yang lebih buruk.
3) Pemeriksaan yang disarankan yaitu staging. Semakin dalam sel
kanker, semakin besar kemungkinan kanker telah menyebar di dalam
tubuh (Thompson et al., 2005). Pemeriksaan berikut juga mungkin
diperlukan:
a) Pemeriksaan darah,
b) Sinar X dada,
c) Pemindaian suara ultra,
d) Pemindaian tulang,
e) Pemindaian CT.
5. Dermatitis seboroik
Etiologi dan patogenesis penyakit ini masih belum diketahui dengan pasti.
Faktor predisposisinya adalah kelainan konstitusi berupa status seboroik yang
lazim didapat secara genetik. Dermatitis ini lebih sering menyerang daerah daerah
yang mengandung banyak glandula sebasea. Akan tetapi, pada kondisi terakhir
menyebutkan bahwa hipersekresi dari sebum tidak tampak pada pasien yang
terkena dermatitis seboroik apabila debandingkan dengan kelompok sehat.
Pengaruh hormonal juga sebaiknya dipertimbangkan mengingat penyakit ini
jarang terlihat sebelum pubertas.
b. Patofisiologi
1) Bayi
Penghapusan krusta dengan 3-5% asam salisilat dalam minyak
zaitun atau air, kompres minyakzaitun hangat, pemakaian
glukokortikosteroid-potensi rendah (misalnya 1% hidrokortison)
dalam bentuk krim atau lotion selama beberapa hari, antijamur topikal
seperti imidazoles dalam shampo bayi yang lembut.
2) Dewasa
Karena sifat dermatitis seborik yang bersifat kronis, dianjurkan
menggunakn terapi yang ringan dan hati-hati. Obat anti-inflamasi dan
jika diperlukan agen antimikroba atau antijamur harus digunakan.
a) Kulit kepala
Sering keramas dengan shampo yang mengandung 1-2,5%
selenium sulfida, imidazoles (misal: 2% ketokonazole). Pyrithione
seng, benzoil peroksida, asam salisilat, atau deterjen dianjurkan.
Krusta (remah) atau sisik dapat hilang oleh pemakaian semalam
glukokortikosteroid atau asam salisilat dalam air atau bila perlu
dipakai dengan cara dressing (dibungkus). Tinctire, agen
beralkohol, tonik rambut sebaiknya dihindari karena memperburuk
peradangan.
6. Akne vulgaris
Akne vulgaris merupakan kelainan folikuler umum yang mengenai folikel
pilosebasea (folikel rambut) yang rentan dan paling sering ditemukan di daerah
muka, leher, serta badan bagian atas. Akne ditandai dengan komedo tertutup
(wihtehead), komedo terbuka (blackhead), papula, pustula, nodul dan kista.
a. Patofisiologi
7. Herpes Zoester
a. Etiologi
b. Patofisiologi
Tujuan tata laksana herpes zoester adalah untuk meredakan rasa nyeri dapat
mengurangi atau menghindari komplikasi. Rasa nyeri dikendalikan dengan
pemberian analgesik karena pengendalian nyeri yang adekuat selama fase akut
akan membantu mencegah terbentuknya pola nyeri yang persisten.
Bila saraf oftalmikus cabang dari saraf trigeminus terkena, maka harus dirujuk
pada seorang dokter ahli penyakit mata karena dapat terjadi perforasi kornea
akibat infeksi tersebut. Pemberian kortikosterioid sistemik dini dapat membantu
mencegah timbulnya neuralgia post-herpetika. Asiklovir oral 800 mg 5 kali sehari
selam 10 hari dapat mempersingkat lama infeksi herpes zoester.
8. Gonore
a. Pengertian
b. Patofisiologi
Fase 4 adalah vakuola ini kemudian dibawa ke membran basal sel inang,
dimana bakteri berkembang biak setelah dibebaskan ke dalam jaringan subepitel
dengan proses eksositosis. Peptidoglikan dan bakteri LOS (Lipo Oligo Sakharida)
dilepaskan selama infeksi. Gonococcus dapat memiliki dan mengubah banyak
jenis antigen dari Neisseria LOS. LOS merangsang tumor necrosis factor, atau
TNF, yang akan mengakibatkan kerusakan sel.
c. Epidemiologi
d. Etiologi
e. Manifestasi klinis
Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah
terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa
jam kemudian akan diikuti nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis.
Penderita sering berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin
memburuk ketika penyakit ini menyebar ke uretra bagian atas. Lubang penis
tampak merah dan membengkak.
Pada wanita, gejala awal bisa timbul dalam waktu 7-21 hari setelah
terinfeksi. Penderita wanita seringkali tidak menunjukkan gejala selama beberapa
minggu atau bulan, dan diketahui menderita penyakit ini hanya setelah mitra
seksualnya tertular. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa
penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri
ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan demam. Infeksi bisa menyerang
leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra dan rektum; menyebabkan
nyeri pinggul yang dalam atau nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Nanah
yang keluar bisa berasal dari leher rahim, uretra atau kelenjar di sekitar lubang
vagina.
Bayi baru lahir bisa terinfeksi oleh gonore dari ibunya selama proses
persalinan, sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari
matanya keluar nanah. Pada dewasa, bisa terjadi gejala yang sama, tetapi
seringkali hanya 1 mata yang terkena.Jika infeksi ini tidak diobati bisa terjadi
kebutaan.
f. Penatalaksanaan
g. Urtikaria Akut
Urtikaria akut adalah suatu reaksi vaskular dari kulit berwarna merah atau
keputihan akibat edema interseluler lokal yang terbatas pada kulit atau mukosa.
Urtikaria akut merupakan kondisi yang sering mendorong psien untuk mencari
pengobatan di gawat darurat.
Pasien dengan lesi urtikaria akut dapat muncul dilokasiyang berbeda dan
akan hilang tanpa bekas,sering dalam hitungan jam. Pada 50% pasien yang
mengalami utrikaria akut, biasanya penyebab tertentu dapat diidentifikasi. Suatu
episode urtikaria akut dapat dikaitkan dengan penyebab atau terdapat suatu
paparan (misalnya: kontak lansung, pemberian obat baik rute oral, atau intravena).
Jika dikondisikan utrikaria ini masih tetap selama lebih 24 jam, penting untuk
memperhitungkan adanya suatu kondisi yang lebih parah seperti kondisi vasikular
utrikarial atau pemphigoid.
h. Etiologi
Penyebab pasti masih belum jelas, tatapi 40-50% kasus urtikaria dapat
diketahui penyebabnya. Penyebab yang diidentifikasi sehingga infeksi saluran
pernafasan atas adalah 39,5% dari total kasus, analgesik 9%, dan intoleransi
makanan 0,9%. Urtikaria terkait dengan timbulnya gangguan autonimi atau
keganasan (misalnya: lupus erimateous sistemik, limfoma) dapat menjadi kondisi
urtikaria kronis.
i. Patofisiologi
Pelepasan histamin oleh senyawa lain oleh sel mast dan basofil
menyebabkn munculnya urtikaria. Dengan mediasi suatu imun yang meningkat
imunoglobulin F dan mengikat unuk FcERI IgE-kompleks reseptor untuk
mengaktifkan sel mast. Aktivasi sel mast dari reseptor FcERI menyebabkan suatu
degranulasi vesikel intraslurel yang mengandung histamin, C4 leukotriene,
D2prostaglandin dan mediator chemotatic lain yang menarik eosinofil dan
neutrofil kedalam dermis. Histamin ini akan memberikan manifestasi pelepasan
kemokin sehingga terjadi extravasasi cairan ke dermis (edema).
k. Etiologi
l. Manifestasi klinis
Pada pria, gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah
terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa
jam kemudian akan diikuti nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis.
Penderita sering berkemi dan merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin
memburuk ketika penyakit ini menyebar ke uretra bagian atas. Lubang penis
tampak merah dan membengkak.
Pada wanita, gejala awal bisa timbul dalam waktu 7-21 hari setelah
terinfeksi. Penderita wanita seringkali tidak menunjukkan gejala selama beberapa
minggu atau bulan, dan diketahui menderita penyakit ini hanya setelah mitra
seksualnya tertular. Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Tetapi beberapa
penderita menunjukkan gejala yang berat, seperti desakan untuk berkemih, nyeri
ketika berkemih, keluarnya cairan dari vagina dan demam. Infeksi bisa menyerang
leher rahim, rahim, saluran telur, indung telur, uretra dan rektum; menyebabkan
nyeri pinggul yang dalam atau nyeri ketika melakukan hubungan seksual. Nanah
yang keluar bisa berasal dari leher rahim, uretra atau kelenjar di sekitar lubang
vagina.
Pada pemeriksaan dengan anaskop akan tampak lendir dan cairan di dinding
rektum penderita. Melakukan hubungan seksual melalui mulut (oral sex) dengan
seorang penderita gonore bisa menyebabakn gonore pada tenggorokan (faringitis
gonokokal). Biasanya infeksi ini tidak menimbulkan gejala, tetapi kadang
menyebabkan nyeri tenggorokan dan gangguan menelan. Jika cairan yang
terinfeksi mengenai mata maka bisa terjadi infeksi mata luar (konjungtivitis
gonore).
Bayi baru lahir bisa terinfeksi oleh gonore dari ibunya selama proses
persalinan, sehingga terjadi pembengkakan pada kedua kelopak matanya dan dari
matanya keluar nanah. Pada dewasa, bisa terjadi gejala yang sama, tetapi
seringkali hanya 1 mata yang terkena.Jika infeksi ini tidak diobati bisa terjadi
kebutaan.
9. Impetigo
a. Etiologi
b. Patofisiologi
c. Manifestasi klinis
d. Penatalaksanaan
1) Pengobatan topikal
a) Muporicin (bactroban) 2% dalam bentuk ointment diberikan pada
kulit yan terinfeksi 3 kali sehari diberikan selama 7 – 14 hari
b) Retapamulin (Altabax) 2% dalam bentuk ointmen diberikan pada
kulit yang terinfeksi 2 kali sehari selama 5 hari
c) Fusidic acid 2% dalam bentuk krim dioleskan pada kulit yang
terinfeksi 3 kali sehari diberikan selama 7 – 12 hari.
2) Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik atau oral antibiotik dapat diberikan pada
penderita impetigo dengan gambaran bula yang besar atau ketika obat
topikal tidak memberikan efek atau tidak berhasil.
a) Oxacycline dengan dosis 200 – 500 mg diberikan 4 kalil sehari
selama 5 – 7 hari.
b) Azithromycin dengan dosis awal 500 mg pada hari pertama
pemberian dan 250 mg untuk 4 hari selanjutnya
c) Amoxicillin dengan dosis untuk anak <3 bulan diberikan 300 mg/
kg per hari, .3 bulan 25 – 45 mg/ kg.
d) Cephalexin dengan dosis untuk anak-anak 25 – 50 mg/ kg per hari
dengan dosis terbagi dalam 6 – 12 jam
e) Clindamycin dengan dosis untuk anak-anak 10 – 25 mg/ kg per
hari dengan dosis terbagi dalam 8 – 12 ja
f) Dicloxacilin dengan dosis uuntuk anak-anak 12,5 – 25 mg/ kg per
hari dengan dosis terbagi dalam 12 jam, hanya untuk anak-anak
>8 tahun
g) Trimethopin dengan dosis untuk anak-anak 8 – 10 mg dengan
dosis terbagi dalam 12 jam.
3) Membersihkan dan menghilangkan krusta dengan menggunakan air
yang hangat dan sabun, 2 – 3 kali sehari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan