Anda di halaman 1dari 7

ASUHAN KEPERAWATAN

TERMINAL MUSLIM

diajukan untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah


Asuhan Keperawatan Terminal Muslim

Disusun oleh :
Dadan Noviandri (102017007)
Firda Nur Hafsari (102017015)
Lisda Farida (102017020)
Pisca Ayu Pratiwi (102017032)
Siti Hajah Aishah (102017045)

PROGRAM STUDI VOKASI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ‘AISYIYAH
BANDUNG
2019
KASUS 2 :

Seorang pasien , 45 tahun, terdiagnosa kanker payudara stadium ii, menjalani


kemoterapi Chemotherapy induced nausea and vomiting (CINV). Pasien sudah
menjalani siklus ke 2 kemoterapi dan mengeluh mual muntah. Pasien mengalami
penurunan nafsu makan karena setiap diberikan makanan selalu muntah lagi.

Kajian :

1. Lembar rencana asuhan keperawatan ( DX, NOC, NIC beserta Rasional dan
Pathway patofisiologi)

DIAGNOSA NOC NIC RASIONAL

1. Ketidakseimbanga Terapi yang digunakan 1. Anjurkan klien 1. Untuk


n nutrisi kurang yaitu terapi mual untuk makan menetralisir
dari kebutuhan muntah dengan tujuan sedikit tapi sering kekurangan
tubuh untuk mencegah nutrisi akibat
muntah efek dari dari muntah.
kemotrapi sehingga 2. Observasi asupan 2. Untuk
dapat memberikan rasa makanan mendeteksi
nyaman kepada pasien apakah asupan
dan meningkatan makan terpenuhi
keefektifan kemotrapi dan sampai pada
dengan kriteri hasil : 3. Kolaborasi pasienuntuk
1. nafsu makan dengan dokter 3. Untuk
meningkat untuk pemberian mengurangi
2. mual berkurang obat anti mual mual muntah
atau teratasi
4. Kolaborasikan
dengan tim gizi 4. Konsultasi
dalam pemberian makanan apa
diet makanan saja yang tidak
dapat
menimbulkan
muntah serta
pantangan
makanan yang
tidak boleh di
konsumsi bagi
penderita kanker
payudara
khussnya yang
menjalankan
kemotrapi
2. Jelaskan intervensi yang tepat pada pasien diatas
Menurut jurnal THT- KL Vol 9,No 2, Mei-Agustus 2016, HLM.74-83
Terapi mual muntah pasca Kemoterapi (Nindiya Shinta R, Bakti Surarso).

Jawaban :
a. Kemoterapi
Kemoterapi merupakan pengobatan kanker dengan zat atau obat
yang berguna untuk membunuh sel kanker. Obat yang diberikan disebut
sitostatika yang berarti penghambat proliferasi sel. Obat ini dapat
diberikan secara sistemik maupun regional. Kemoterapi dapat diberikan
sebagai obat tunggal maupun kombinasi beberapa obat, baik secara
intravena atau per oral. Kemoterapi bertujuan untuk menghambat
proliferasi dan menghancurkan sel kanker melalui berbagai macam
mekanisme aksi.
b. Paliatif care
Pemberian kemoterapi ini bertujuan untuk mengurangi gejala klinis
yang ditimbulkan oleh kanker. Kemoterapi dengan tujuan ini digunakan
bukan untuk mengobati penyakit kanker itu sendiri, tetapi untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien.
c. Mual muntah pasca kemotrapi
Mual muntah merupakan salah satu efek samping yang sering
terjadi pada penggunaan sitostatika. Mual muntah termasuk dalam efek
samping dini karena sering terjadi dalam satu sampai dua puluh empat
jam setelah pemberian sitostatika, meskipun juga dapat terjadi pada
waktu lebih dari dua puluh empat jam. Risiko mual muntah dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti potensi emetogenik dan regimen sitostatika
serta faktor spesifik dari pasien
d. Terapi
Chemotherapy induced nausea and vomiting diklasifikasikan
menjadi akut, lambat dan antisipatori. Terapi CINV melalui pendekatan
kompehensif yang meliputi pemberian anti emetik,suplementasi herbal,
metode akupunktur, dan intervensi biopsychobehavioral. Anti emetik
yang diberikan yaitu antagonis reseptor 5-HT3, antagonis reseptor NK-1,
antagonis dopamin,kortikosteroid,benzodiazepin, dan antihistamin.
e. Intervensi
Dalam penelitian ini melakukan Intervensi biopsychobehavioral
meliputi teknik progressive muscle relaxation (PMR), imajinasi
terbimbing, hipnosis dan latihan. Intervensi tersebut merupakan terapi
efikasi untuk mengatasi mual muntah terinduksi kemoterapi. Intervensi
ini seharusnya diberikan sebelum pasien mendapat kemoterapi pertama
dan pada awal onset gejala yang muncul pada CINV akut. Progressive
muscle relaxation meliputi latihan tegangan dan relaksasi kelompok otot
yang dapat menyebabkan relaksasi fisik dan mental. Latihan ini sendiri
dapat menurunkan derajat mual pasca kemoterapi. Latihan ini
dikombinasikan dengan pemijatan selama 20 menit selama pemberian
regimen kemoterapi, dapat menurunkan derajat mual. Imajinasi
terbimbing merupakan teknik yang bertujuan meningkatkan konsentrasi
pasien terhadap suatu obyek yang berkaitan dengan pengalaman sensorik.
Teknik ini dapat menurunkan insidensi muntah pada 24 jam pasca
kemoterapi. Kombinasi teknik tersebut dan preparat anti emetik
memberikan hasil adanya pengalaman kemoterapi positif dibandingkan
dengan kelompok yang mendapat preparat anti emetik saja. Progressive
muscle relaxation sering dikombinasikan dengan teknik imajinasi
terbimbing dapat menurunkan insiden mual muntah pada empat hari
pertama pasca kemoterapi. Distraksi kognitif dan sensitasi sistemik
dilaporkan dapat menurunkan derajat mual muntah terinduksi
kemoterapi. Hipnosis diri sendiri untuk membentuk imajinasi yang
menciptakan perasaan baik dan aman. Teknik ini dapat diberikan pada
pasien dewasa maupun anak untuk mengurangi derajat mual muntah.
Beberapa latihan aerobik juga ditemukan dapat menurunkan derajat
CINV.

3. Menurut jurnal Hubungan Dukungan Spiritual dan Dukungan Sosial dengan


Kualitas Hidup Pasien Kanker Payudara di RSUD Prof. Dr. Margono
Soekarjo. Penulis Wawan Herdiana, 2016

Dari hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas tingkat


dukungan spiritual pada pasien kanker payudara di RSUD Prof. Dr.
Margono Soekarjo baik yakni sebanyak 47,6%. Dukungan spiritual ini
adalah suatu upaya yang diberikan orang lain untuk meningkatkan
semangat hidup bagi penerimanya, bentuk dukungan spiritual yang dapat
diberikan pada pasien kanker payudara dapat dilakukan dengan berbagai
cara diantaranya dengan cara membacakan doa di samping pasien, selalu
berada di samping pasien, mengingatkan pasien untuk berdoa,
memfasilitasi pertemuan dengan rohaniawan, dan memberikan semangat
dengan dukungan spiritual yang diberikan pada pasien kanker payudara.
Seperti itu pasien akan merasa senang selain itu kebutuhan akan spiritual
pasien akan terpenuhi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Taylor (2005) bahwa kebutuhan
spiritual merupakan bagian dari keseluruhan diri manusia. Studi kualitatif
yang dilakukan oleh Narayanasamy menunjukan bahwa spiritualitas
dapat menjadi mekanisme koping dan faktor yang berkontribusi penting
terhadap proses pemulihan klien.
Penelitian yang dilakukan oleh Balboni et all. (2007) yang
mengemukakan bahwa lebih dari 88% dari populasi peneilitian
mengganggap agama itu penting, hampir setengahnya (47%)
menyebutkan bahwa kebutuhan rohani mereka hanya sedikit atau tidak
sama sekali oleh sistem medis. Dukungan spiritual oleh komunitas agama
atau sistem medis secara bermakna dikaitkan dengan kualitas hidup
pasien. Religius secara bermakna dikaitkan dengan keinginan semua
langkah-langkah untuk memperpanjang hidup. Balboni juga
menyebutkan dukungan spiritual yang dilakukan berhubungan dengan
kualitas hidup yang baik, dan religius seseorang lebih sering dijadikan
untuk memperpanjang harapan hidup.

Anda mungkin juga menyukai