Disusun oleh:
2B
18061
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat
kesehatan, iman, dan ilmu pengetahuan kepada umat manusia. atas dasar nikmat tersebut
itulah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gangguan pada sistem Integumen
dan Sistem Immune“ tepat pada waktunya.
Dalam penulisan makalah ini saya banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, saya dalam kesempatan kali ini mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulisan makalah ini sehingga kami mempresentasikannya.
Saya sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal itu dikarenakan
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan saya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang positif dan bersifat membangun dari dosen, rekan mahasiswa, dan para
pembaca sekalian. Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kesalahan.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang disebut
sebagai sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luas.Sistem ini
terdiri atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan sebaseous),
dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal).
Sistem integumen terdiri dari organ terbesar dalam tubuh, kulit. Ini sistem organ yang
luar biasa melindungi struktur internal tubuh dari kerusakan, mencegah dehidrasi,
menghasilkan vitamin dan hormon. Hal ini juga membantu untuk memberikan perlindungan
dari radiasi ultraviolet yang berbahaya. Kulit adalah organ sensorik dalam hal ini memiliki
reseptor untuk mendeteksi panas dan dingin, sentuhan, tekanan dan nyeri. Komponen kulit
termasuk rambut, kuku, kelenjar keringat, kelenjar minyak, pembuluh darah, pembuluh getah
bening, saraf dan otot. Mengenai anatomi sistem yang menutupi, kulit terdiri dari lapisan
jaringan epitel (epidermis) yang didukung oleh lapisan jaringan ikat (dermis) dan lapisan
yang mendasari (hypodermis atau subcutis).
Sistem imunitas (pertahanan tubuh) adalah sistem yang berperan penting dalam
menjaga kesehatan tubuh kita. Sistem imunitas manusia terdiri atas organ limfatik primer
(sumsum tulang merah, kalenjar timus) dan organ limfatik sekunder (limpa, nodus limfa,
tonsil). Didalam tubuh, sistem tersebut dapat mengenali dan membedakan antara materi asing
yang berasal dari luar tubuh (debu, virus dan mikroba) dengan materi dari dalam tubuh.
Mekanisme pertahanan tubuh manusia dibedakan atas respons non-spesifik dan respons
spesifik.
B. Rumusan Masalah
Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang disebut
sebagai sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luar. Sistem ini
terdiri atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan sebaseous),
dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal).
Integumen merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin “integumentum“, yang berarti
“penutup”. Sesuai dengan fungsinya, organ-organ pada sistem integumen berfungsi menutup
organ atau jaringan dalam manusia dari kontak luar.
Sistem Integumen pada manusia terdiri dari kulit, kuku, rambut, kelenjar keringat,
kelenjar minyak dan kelenjar susu. Sistem integumen mampu memperbaiki sendiri (self-
repairing) & mekanisme pertahanan tubuh pertama (pembatas antara lingkungan luar tubuh
dengan dalam tubuh).
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total berat
tubuh sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah
terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang ada
di lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan bila
terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction), getaran (vibration) dan
mendeteksi perubahan-perubahan fisik di lingkungan luar, sehingga memungkinkan
seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli yang tidak nyaman. Kulit membangun sebuah
barier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar, dan turut
berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh vital.
Lapisan paling atas dari kulit,tidak mengandung pembuluh darah dan syaraf.
Sel mendapat makanan melalui proses difusi dari jaringan dibawah nya .bagian
terluat terdiri dari Stratum korneum,Strartum lusidum,startum gronolusum,startum
spinosum,dan strartum balae
2) Lapisan dermis
a. Pars papilare ,bagian yang menonjol ke epidermis berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah yang menyongkong dan memberin nutrisi pada epidermis.
b. Pars retikulare ,bagian bawah yang menonjol kearah subkutis .Terdiri atas
serabu-serabut kolagen,elastin dan retikulum.
3) Lapisan subkutis
Bantalan untuk kulit, isolasi untuk mempertahankan suhu tubuh, dan tempat
penyimpanan energi.
c. Fungsi Kulit
1) Fungsi proteksi
2) Fungsi absorbsi
Sifat permiable-selektif kulit menyerap bahan-bahan tertemtu seperti gas dan zat yang
larut dalam lemak, sedangkan air dan elektroloit sukar masuk melalui kulit.
3) Fungsi Ekskresi
Kelenjar kulit mengeluarkan sisa metabolisme dalam bentuk sebum dan keringat,
sebum dan keringat dapat merangsang pertumbuhan bakteri pada pemukaan kulit.
4) Fungsi Persepsi
Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik didermis dan subkutis yang peka
terhadap rangsangan peka terhadap rangsangan panas, dingin dan tekanan.
Sel pembentuk pigmen disebut melatosit,dengan bantuan sinar matahari dan beberapa
enzim dalam tubuh, melanosit akan diubah menjadi melonosom, selanjutnya diubah
lagi menjadi melanin, jumlah melanin inilah yang akan menentukan warna kulit.
A. PENGKAJIAN
1. Anamnesis
3. Urutan waktu perkembangan perubahan kulit atau gejala sistemk yang berkaitan.
d. Riwayat pengobatan atau terpapar zat : obat apa saja yang pernah dikonsumsi atau
pernakah terpapar faktor-faktor yang tidak lazim.terkena zat-zat kimia atau bahan
iritan lain seperti memakai sabun mandi baru, minyak wangi atau kosmetik yang
baru, terpapar sinar matahari.
e. Riwayat pekerjaan atau aktifitas sehari-hari
f. Bagaimana pola tidur klien, lingkungan kerja klien untuk mengetahui apakah klien
berkontak dengan bahan-bahan iritan, gaya hidup klien (suka begadang, minum-
minuman keras olahraga atau rekreasi, pola kebersihan klien)
2. Pemeriksaan Kulit
Periksa seluruh permukaan kulit dibawah cahaya yang baik. inspeksi dan palpasi
setiap area.
Perhatikan :
3. Pemeriksaan Rambut
Pemeriksaan rambut dilakukan untuk menilai adanya warna, kelebatan, distribusi, dan
karakteristik rambut lainnya. Dalam keadaan normal, rambut menutupi semua bagian
tubuh kecuali telapak tangan kaki, dan permukaan labia sebelah dalam. Rambut yang
kering, rapuh, dan kekurangan pigmen dapat menunjukkan adanya kekurangan gizi.
Rambut yang jarang atau tumbuh kurang subur dapat menunjukkan adanya malnutrisi,
penyakit hipotiroidisme, efek obat dan lain-lainnya.
4. Pemeriksaan Kuku
Perhatikan
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Biopsi kulit
Mendapatkan jaringan untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik dengan cara
eksisi dengan scalpel atau alat penusuk khusus ( skin punch) dengan mengambil
bagian tengah jaringan.
Indikasi
Pada nodul yang asal nya tidak jelas untuk mencegah malignitas. Dengan warna
dan bentuk yang tidak lazim.pembentukan lepuh.
2) Patch test
Untuk mrngenali substansi yang menimbulkan alergi pada pasien dibawah plester
khusus (exclusive putches).
Iindikasi
- Dermatitis, gejalak kemerahan, tonjolan halus, gatal- gatal. Reaksi + lemah.
- Blister yang halus, papula dan gatal –gatal yang hebat reaksi + sedang.
- Blister/bullae, nyeri, ulserasi reaksi + kuat.
b. IMUNITAS
Imunitas mengarah pada kemampuan tubuh untuk melawan invasi organisme
dan toksin, sekaligus mencegah kerusakan jaringan dan organ. Untuk
melaksanakan fungsi ini secara efisien, sistem imun menggunakan 3 (tiga)
strategi dasar, yaitu:
Barier fisik, seperti kulit dan membran mukosa mencegah invasi hampir
semua organisme ke dalam tubuh. Organisme yang melakukan penetrasi pada
barier yang pertama akan mencetuskan respon peradangan dan kekebalan. Kedua
respon meliputi sel – sel (semua variasi dari sel primitif dalam sumsum tulang
belakang).
Tipe Imunitas
1. IgA, IgG, dan IgM melindungi terhadap invasi bakteri dan virus
2. IgD bertindak sebagai reseptor antigen dari sel B
3. IgE menyebabkan respon alergi
b) Imunitas Cell-mediated
Kekebalan jenis ini melindungi tubuh dari infeksi bakteri, virus, dan
jamur. Juga menolak transplantasi sel dan tumor. Respon imun ini
diperankan oleh makrofag yang memproses antigen yang kemudian
diarahkan ke sel T.
c. Pengkajian
Pengkajian riwayat kesehatan difokuskan pada mendeteksi tanda dan gejala
yang paling umum dari gangguan sistem imun: perdarahan abnormal,
limfadenopati (hipertrofi jaringan limfoid, seringkali disebut pembengkakan
kelenjar), keletihan, kelemahan, demam dan nyeri sendi. Berfokus pada masalah
sistem imun, tetapi pertahankan pendekatan holistik dengan meminta keterangan
tentang sistem yang lain dan tentang kekhawatiran yang berhubungan dengan
kesehatan. Masalah sistem imun dapat desebabkan oleh masalah sistem lain, atau
dapat merusak aspek-aspek kehidupan klien.
Contoh pertanyaan pada pola sehat dan sakit membantu perawat mengidentifikasi
masalah kesehatan aktual atau potensial yang berhubungan dengan imun.
Pertanyaan pada kelompok pola peningkatan dan perlindungan kesehatan
membantu perawat menentukan bagaimana gaya hidup dan perilaku klien dapat
mempengaruhi sistem imun. Pertanyaan pada kelompok pola peran dan hubungan
membantu perawat menentukan bagaimana masalah imun mempengaruhi gaya
hidup dan hubungan klien dengan orang lain.
4. Pemeriksaan Fisik
Efek dari gangguan sistem imun biasanya sulit untuk diidentifikasi dan
dapat berdampak pada semua sistem tubuh. Berikan perhatian khusus pada
kulit, rambut, kuku, dan membran mukosa.
a. Inspeksi
1) Observasi terhadap pallor, cyanosis, dan jaundice. Juga cek adanya
erithema yang mengindikasi inflamasi lokal dan plethora.
2) Evaluasi integritas kulit. Catat tanda dan gejala inflamasi atau infeksi,
seperti kemerahan, pembengkakan, panas, tenderness, penyembuhan
luka yang lama, drainage luka, induration (pengerasan jaringan) dan
lesi.
3) Cek adanya rash dan catat distribusinya
4) Observasi tekstur dan distribusi rambut, catat adanya alopecia.
5) Inspeksi kuku terhadap warna, tekstur, longitudinal striations,
onycholysis, dan clubbing.
6) Inspeksi membran mukosa oral terhadap plak, lesi, oedem gusi,
kemerahan, dan perdarahan
7) Inspeksi area dimana pasien melaporkan pembengkakan kelenjar atau
‘lump’ terutama abnormalitas warna dan pembesaran nodus lymp
yang visible
8) Observasi respirasi, ritme, dan energi yang dikeluarkan saat
melakukan upaya bernafas. Catat posisi pasien saat bernafas.
9) Kaji sirkulasi perifer. Inspeksi adanya Raynaud’s phenomenon
(vasospasme arteriol intermiten pada jari tangan atau kaki dan
terkadang telinga dan hidung)
10) Inpeksi inflamasi pada anus atau kerusakan permukaan mukosa
b. Palpasi
1) Palpasi nadi perifer, dimana seharusnya simetris dan reguler
2) Palpasi abdomen, identifikasi adanya pembesaran organ dan
tenderness
3) Palpasi joint, cek pembengkakan. Tenderness, dan nyeri
4) Palpasi nodus lymph superfisial di area kepala, leher, axilla,
epitrochlear, inguinal dan popliteal. Jika saat palpasi reveals
pembesaran nodus atau kelainan lain, catat lokasi, ukuran, bentuk,
permukaan, konsistensi, kesimetrisan, mobilitas, warna, tenderness,
suhu, pulsasi, dan vaskularisasi dari nodus.
c. Perkusi
Perkusi anterior, lateral, dan posterior dari thorax. Bandingkan satu sisi
dengan sisi lainnya. Bunyi dull mengindikasikan adanya konsolidasi
yang biasa terjadi pada pneumonia. Hiperesonan (meningkatnya bunyi
perkusi) dapat dihasilkan oleh udara yang terjebak seperti pada asthma
bronchial.
d. Auskultasi
1) Auskultasi diatas paru untuk mengecek suara tambahan yang
abnormal. Wheezing bisa ditimbulkan oleh asthma atau respon
alergi. Crackles disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan seperti
pneumonia.
2) Auskultasi bunyi jantung diatas precordium. Auskultasi normal
reveals hanya bunyi jantung 1 dan 2.
3) Auskultasi abdomen untuk bunyi bowel. Gangguan autoimmun yang
menyebabkan diare, bunyi bowel meningkat. Scleroderma
(pengerasan dan penebalan kuit dengan degenerasi jaringan
konektif) dan gangguan autoimmun lainnya yang menyebabkan
konstipasi, bunyi bowel menurun
5. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk klien dengan tanda dan gejala gangguan imun, berbagai pemeriksaan
diagnostic dapat memberikan petunjuk mengenai kemungkinan penyebab
gangguan.
a. Aglutinin, Febrile/Cold
Nilai normal
Febrile aglitinin : tidak ada penggumpalan pada titer ≤ 1:180
Cold aglutinin : tidak ada penggumpalan pada titer ≤ 1:16
d. Aldolase
Tipe tes : darah yang didapat ddari vena pungsi sebanyak 7 ml
Nilai normal
Dewasa : 3.0 – 8.2 Sibley-Lehninger U/dl atau 22 – 59 mU dalam suhu
370c (SI unit)
Anak : sekitar 2 kali nilai dewasa
Bayi : 4 kali nilai dewasa
i. Cryoglobulin
Tipe tes : darah pungsi vena perifer 10 ml
Nilai normal : tidak terdeteksi adanya cryoglobulin
IgA:
Dewasa : 85-385 mg/dl
Anak:
4-12 tahun: 25-350 mg/dl
2-3 tahun : 18-150 mg/dl
1 tahun : 15-110 mg/dl
6-9 bulan : 8-80 mg/dl
2-5 bulan : 4-80 mg/dl
1 bulan : 1-4 mg/dl
IgM:
Dewasa :55-375 mg/dl
Anak:
9-12 tahun: 50-250 mg/dl
1-8 tahun : 45-200 mg/dl
6-9 bulan : 35-125 mg/dl
2-5 bulan : 25-100 mg/dl
1 bulan : 20-80 mg/dl
IgD dan IgE : minimal
o. Lymphocyte immunophenotyping
Tipe tes : darah pungsi vena 10 ml dalam sodium heparin, 5 ml dalam
EDTA
Nilai normal
Sel Prosentase (%) Jumlah sel/μl
Sel T 60-95 800-2500
Thelper (CD4) 60-75 600-1500
T suppressor (CD8) 25-30 300-1000
Sel B 4-25 100-450
Natural killer cell 4-30 75-500
CD4/CD8 rasio >1.0
Sistem Integumen pada manusia terdiri dari kulit, kuku, rambut, kelenjar keringat,
kelenjar minyak dan kelenjar susu. Sistem integumen mampu memperbaiki sendiri (self-
repairing) & mekanisme pertahanan tubuh pertama (pembatas antara lingkungan luar tubuh
dengan dalam tubuh).
Kulit merupakan pembuluh sdarh,saraf,kelenjar yang tidak berujung,semuanya
memilii potensi untuk terserang penyakit.Luas kulit orang dewasa 1,5m2 dengan berat kira-
kira 15% dari berat badan secara mikroskopis.struktur kulit terdiri dari 3 lapisan ,yaitu:
lapisan epidermis,dermis,subkutis.
Sistem imunitas (pertahanan tubuh) adalah sistem yang berperan penting dalam
menjaga kesehatan tubuh kita. Sistem imunitas manusia terdiri atas organ limfatik primer
(sumsum tulang merah, kalenjar timus) dan organ limfatik sekunder (limpa, nodus limfa,
tonsil). Didalam tubuh, sistem tersebut dapat mengenali dan membedakan antara materi asing
yang berasal dari luar tubuh (debu, virus dan mikroba) dengan materi dari dalam tubuh.
Mekanisme pertahanan tubuh manusia dibedakan atas respons non-spesifik dan respons
spesifik.
Respons non-spesifik meliputi pertahanan fisik dan kimia terhadap agen infeksi dan
tidak dipengaruhi oleh infeksi sebelumnya. Artinya, respons tersebut tidak memiliki memori
terhadap infeksi sebelumnya. Mekanisme pertahanan tubuh non-spesifik ini merupakan lini
pertama pertahanan umum untuk mencegah masuknya dan meminimalisasi jalan masuk
mikroba dan antigen yang masuk kedalam tubuh manusia.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa Brahm U. Pendit. EGC.
Jakarta.
Lewis, Sharon Mantik et al. 2004. Medical Surgical Nursing Vol. 2. Mosby Year Book. St.
Louis, Missouri.
Nurrachmah, Elly. 2010. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: Salemba Medika
Sneltzen, Suzanne C. & Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.
http://rheno-biology.blogspot.com/2010/11/sistem-integumen-manusia.html
http://feryanggri.blogspot.com/2012/04/anatomi-fisiologi-kulit.html
http://dokterrosfanty.blogspot.com/
http://irfanw-elekxz-irfan.blogspot.com/2012/04/anatomi-sistem-integumen-manusia.html