Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN dan SISTEM IMUN

Disusun oleh:

Asep Muhamad Jamil

2B

18061

AKADEMI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH CIREBON

Jalan Walet No.21 Telp/Fak. 0231 – 201942 Cirebon

2020/2021
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat
kesehatan, iman, dan ilmu pengetahuan kepada umat manusia. atas dasar nikmat tersebut
itulah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gangguan pada sistem Integumen
dan Sistem Immune“ tepat pada waktunya.

Dalam penulisan makalah ini saya banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, saya dalam kesempatan kali ini mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu penulisan makalah ini sehingga kami mempresentasikannya.
Saya sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, hal itu dikarenakan
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan saya. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang positif dan bersifat membangun dari dosen, rekan mahasiswa, dan para
pembaca sekalian. Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini
terdapat banyak kesalahan.

Cirebon, 28 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
        Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang disebut
sebagai sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luas.Sistem ini
terdiri atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut,  kelenjar (keringat dan sebaseous),
dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal).
Sistem integumen terdiri dari organ terbesar dalam tubuh, kulit. Ini sistem organ yang
luar biasa melindungi struktur internal tubuh dari kerusakan, mencegah dehidrasi,
menghasilkan vitamin dan hormon. Hal ini juga membantu untuk memberikan perlindungan
dari radiasi ultraviolet yang berbahaya. Kulit adalah organ sensorik dalam hal ini memiliki
reseptor untuk mendeteksi panas dan dingin, sentuhan, tekanan dan nyeri. Komponen kulit
termasuk rambut, kuku, kelenjar keringat, kelenjar minyak, pembuluh darah, pembuluh getah
bening, saraf dan otot. Mengenai anatomi sistem yang menutupi, kulit terdiri dari lapisan
jaringan epitel (epidermis) yang didukung oleh lapisan jaringan ikat (dermis) dan lapisan
yang mendasari (hypodermis atau subcutis).

Sistem imunitas (pertahanan tubuh) adalah sistem yang berperan penting dalam
menjaga kesehatan tubuh kita. Sistem imunitas manusia terdiri atas organ limfatik primer
(sumsum tulang merah, kalenjar timus) dan organ limfatik sekunder (limpa, nodus limfa,
tonsil). Didalam tubuh, sistem tersebut dapat mengenali dan membedakan antara materi asing
yang berasal dari luar tubuh (debu, virus dan mikroba) dengan materi dari dalam tubuh.
Mekanisme pertahanan tubuh manusia dibedakan atas respons non-spesifik dan respons
spesifik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian sistem integumen dan sistem imun?


2. Bagaimana anatomi fisiologi sistem integumen dan sitem imun?
3. Bagaimana karakterisktik gangguan sistem integumen dan sistem imun?
4. Apa saja pemeriksaan fisik yang dilakukan pada gangguan sistem integumen dan
sistem imun?
5. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari gangguan sistem integumen dan sistem
imun?
C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian sistem integumen dan sistem imun


2. Mengetahui anatomi fisiologi sistem integumen dan sistem imun
3. Mengetahuin karakteristik gangguan pada sistem integumen dan sistem imun
4. Mengetahui pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik gangguan sistem
integumen dan imun
BAB 2
PEMBAHASAN

1. GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN

a. Pengertian sistem integumen

Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang disebut
sebagai sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luar. Sistem ini
terdiri atas kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut,  kelenjar (keringat dan sebaseous),
dan reseptor saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal).
Integumen merupakan kata yang berasal dari bahasa Latin “integumentum“, yang berarti
“penutup”. Sesuai dengan fungsinya, organ-organ pada sistem integumen berfungsi menutup
organ atau jaringan dalam manusia dari kontak luar.
Sistem Integumen pada manusia terdiri dari kulit, kuku, rambut, kelenjar keringat,
kelenjar minyak dan kelenjar susu. Sistem integumen mampu memperbaiki sendiri (self-
repairing) & mekanisme pertahanan tubuh pertama (pembatas antara lingkungan luar tubuh
dengan dalam tubuh).
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total berat
tubuh sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah
terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang ada
di lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan bila
terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction), getaran (vibration) dan
mendeteksi perubahan-perubahan fisik di lingkungan luar, sehingga memungkinkan
seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli yang tidak nyaman. Kulit membangun sebuah
barier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar, dan turut
berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh vital.

b. Struktur dan fungsi integumen

Kulit merupakan pembuluh darah,saraf,dan kelenjar yang tidak berujug,semuanya


memiliki potensi untuk terserang penyakit.luas kulit orang dewasa 1,5m2 dengan berat kira-
kira 15% dari berat badan. secara mikcroskopis struktur kulit terdiri dari 3 lapisan yaitu:
1) Lapisan epidermis

Lapisan paling atas dari kulit,tidak mengandung pembuluh darah dan syaraf.
Sel mendapat makanan melalui proses difusi dari jaringan dibawah nya .bagian
terluat terdiri dari Stratum korneum,Strartum lusidum,startum gronolusum,startum
spinosum,dan strartum balae

2) Lapisan dermis

a. Pars papilare ,bagian yang menonjol ke epidermis berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah yang menyongkong dan memberin nutrisi pada epidermis.

b. Pars retikulare ,bagian bawah yang menonjol kearah subkutis .Terdiri atas
serabu-serabut kolagen,elastin dan retikulum.

3) Lapisan subkutis

Bantalan untuk kulit, isolasi untuk mempertahankan suhu tubuh, dan tempat
penyimpanan energi.

c. Fungsi Kulit

1) Fungsi proteksi

Melindungi tubuh dari trauma,benteng pertahanan terhadap gangguan kimiawi


bakteri, virus, dan jamur.

2) Fungsi absorbsi

Sifat permiable-selektif kulit menyerap bahan-bahan tertemtu seperti gas dan zat yang
larut dalam lemak, sedangkan air dan elektroloit sukar masuk melalui kulit.

3) Fungsi Ekskresi

Kelenjar kulit mengeluarkan sisa metabolisme dalam bentuk sebum dan keringat,
sebum dan keringat dapat merangsang pertumbuhan bakteri pada pemukaan kulit.
4) Fungsi Persepsi

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik didermis dan subkutis yang peka
terhadap rangsangan peka terhadap rangsangan panas, dingin dan tekanan.

5) Fungsi pengaturan suhu tubuh

kemampuan vasokontriksi pada suhu dingin sehingga meningkatkan suhu tubuh,


kemampuan vasodilatasi pada suhu panas sehingga menurunkan suhu serta
kemampuan termorigulasi melalui evaforasi atau berkeringat.

6) Fungsi pembentukan pigmen

Sel pembentuk pigmen disebut melatosit,dengan bantuan sinar matahari dan beberapa
enzim dalam tubuh, melanosit akan diubah menjadi melonosom, selanjutnya diubah
lagi menjadi melanin, jumlah melanin inilah yang akan menentukan warna kulit.

7) Fungsi pembentukan vitamin D

Dihidrosi kolestrol dapat terjadi dengan pertolongan sinar matahari sehingga


terbentuk vitamin D.

Efek Psikologis Masalah Kulit


Apabila kulit mengalami kelainan atau timbul penyakit,akan terjadi perubahan
penampilan. Perubahan penampilan tersebut dapat menimbulkan reaksi psikologis.
Sebagian besar klien dengan masalah kulit memiliki perasaan yang lebih sensitive
sehingga timbul perasaan dikucilkan. ketika hal itu terjadi,perawat tidak boleh
memperlihatkan gerakan non verbal maupun verbal yang negative.

Masalah utama kulit


Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini. Diantaranya adalah faktor
kebersihan daya tahan tuubuh manusia (imun), kebiasaan atau perilaku sehari-hari, faktor
fisik, bahan kimia, mikrobiologi serta faktor lingkungan.
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEMINTEGUMEN

A. PENGKAJIAN

1. Anamnesis

a. Tanggal dan waktu pengkajian

b. Biodata berupa: Nama, Umur (penting mengetahui angka prevelensi), Jenis


Kelamin, pekerjaan .

c. Riwayat kesehatan meliputi masalah kesehatan sekarang, riwayat penyakit dahulu,


status kesehatan keluarga ,dan status perkembangan.

Menurut bursaids (1998) disamping menggali keluhan-keluhan diatas anamnesis harus


menyelidiki ciri lesi kulit yang membantu membuat diagnosa, yaitu:

1. Lokasi anatomis,tempat lesi pertama kali timbul,jika perlu digambar

2. Gejala dan riwayat penyakit yang berhubungan.

3. Urutan waktu perkembangan perubahan kulit atau gejala sistemk yang berkaitan.

4. Perkembangan lesi atau perubahan lesi sejak timbul pertama kali

5. Waktu terjadinya lesi,kondisi seperti apa yang menyebabkan lesi.

6. Efek terpapar bahan kimia dan pemakaian obat-obatan.

7. Efek tepapar sinar matahari

d. Riwayat pengobatan atau terpapar zat : obat apa saja yang pernah dikonsumsi atau
pernakah terpapar faktor-faktor yang tidak lazim.terkena zat-zat kimia atau bahan
iritan lain seperti memakai sabun mandi baru, minyak wangi atau kosmetik yang
baru, terpapar sinar matahari.
e. Riwayat pekerjaan atau aktifitas sehari-hari

f. Bagaimana pola tidur klien, lingkungan kerja klien untuk mengetahui apakah klien
berkontak dengan bahan-bahan iritan, gaya hidup klien (suka begadang, minum-
minuman keras olahraga atau rekreasi, pola kebersihan klien)

g. Riwayat psikososial: stress yang berkepanjangan

2. Pemeriksaan Kulit

Periksa seluruh permukaan kulit dibawah cahaya yang baik. inspeksi dan palpasi
setiap area.

Perhatikan :

· Warna : Sianosi, ikterus, kerotenemia,perubahan melamin


· Kelembapan : Lembap ,kering, berminyak
· Temperatur : Dingin, hangat
· Tekstur : Licin, kasar
· Mobilitas-kemudahan : Menurun pada idema lipatan kulit untuk
dapat  digerakkan.
· Turgor—kecepatan : Menurun pada dehidrasi lipatan kulit kembali ke
keadaan semula. perhatikan adanya lesi
· Lokasi dan distribusi : Merata Terlokalisasi anatomisnya
· Susunan dan bentuknya : Linier, berkumpul, dermatomal
· Tipe : Makula, papula, pustula, bula, tumor
·    Warna : Merah, putih, cokelat, lembayung muda

3. Pemeriksaan Rambut

Pemeriksaan rambut dilakukan untuk menilai adanya warna, kelebatan, distribusi, dan
karakteristik rambut lainnya. Dalam keadaan normal, rambut menutupi semua bagian
tubuh kecuali telapak tangan kaki, dan permukaan labia sebelah dalam. Rambut yang
kering, rapuh, dan kekurangan pigmen dapat menunjukkan adanya kekurangan gizi.
Rambut yang jarang atau tumbuh kurang subur dapat menunjukkan adanya malnutrisi,
penyakit hipotiroidisme, efek obat dan lain-lainnya.

Inspeksi dan palpasi rambut.Perhatikan

· Kuantitas : Tipis, tebal


· Distribusi : Alopesia sebagian atau total
· Tekstur : Halus, kasar

4. Pemeriksaan Kuku

Pemeriksaan kuku dilakukan dengan mengadakan inspeksi terhadap warna, bentuk,


dan keadaan kuku. Adanya jari tubuh (clubbed fingers) dapat menunjukkan penyakit
pernafasan kronis, atau penyakit jantung. Bentuk kuku yang cekung atau cembung
menunjukkan adanya cedera defisiensi besi, atau infeksi.

Inspeksi dan palpasi kuku jari tangan dan kaki

Perhatikan

· Warna : Sianosis, pucat


· Bentuk : Jari tubuh (clubbing)
·   Adanya lesi : Paronkia, onikolisis

B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1) Biopsi kulit
Mendapatkan jaringan untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik dengan cara
eksisi dengan scalpel atau alat penusuk khusus ( skin punch) dengan mengambil
bagian tengah jaringan.
Indikasi
Pada nodul yang asal nya tidak jelas untuk mencegah malignitas. Dengan warna
dan bentuk yang tidak lazim.pembentukan lepuh.
2) Patch test
Untuk mrngenali substansi yang menimbulkan alergi pada pasien dibawah plester
khusus (exclusive putches).
Iindikasi
- Dermatitis, gejalak kemerahan, tonjolan halus, gatal- gatal. Reaksi + lemah.
- Blister yang halus, papula dan gatal –gatal yang hebat reaksi + sedang.
- Blister/bullae, nyeri, ulserasi reaksi + kuat.

Penjelasan pada pasien sebelum dan sesudah pelksanaan patch test :


 Jangan menggunakan obat jenis kortison selam satu minggu sebelum tgl
pelaksanaan.
 Sample masing – masing bahan tes dalam jumlah yang sedikit dibubuhkan
pada plester berbentuk cakaram kemudian ditempel pada punggung,dengan
jumlah ynag bervariasi.( 20 – 30 bua).
 Pertahankan agar daerah punggung tetap kering pada saat plester masih
menempel.
 Prosedur dilaksanakan dalam waktu 30 menit. 2- 3 hari setelah tes plester
dilepas kemudian lokasi dievaluasi.
a) Pengerokan kulit
Sampel kulit dikerok dari lokasi lesi, jamur, yang dicurigai. Dengan
menggunakan skatpel yang sudah dibasahi dengan minyak sehingga
jaringan yang dikerok menempel pada mata pisau hasil kerokan
dipindahkan ke slide kaca ditutup dengan kaca objek dan dipriksa
dengan mikroskop.
b) Pemeriksaan cahaya wood light wood
Menggunakan cahaya UV gelombang panjang yang disebut black light
yang akan menghasilakan cahaya berpedar berwarna ungu gelap yang
khas.cahaya akan terlihat jelas pada ruangan yang gelap, digunakan
untuk memebedakan lesi epidermis dengan dermis dan hipopigmentasi
dengan hiperpigmentasi.
c) Apus Tzank
Untuk memeriksa sel – sel kulit yang mengalami pelepuhan.

2. GANGGUAN SISTEM IMUN


a. Anatomi Dan Fisiologi
Sistem imunitas (pertahanan tubuh) adalah sistem yang berperan penting
dalam menjaga kesehatan tubuh kita. Sistem imunitas manusia terdiri atas organ
limfatik primer (sumsum tulang merah, kalenjar timus) dan organ limfatik
sekunder (limpa, nodus limfa, tonsil). Didalam tubuh, sistem tersebut dapat
mengenali dan membedakan antara materi asing yang berasal dari luar tubuh
(debu, virus dan mikroba) dengan materi dari dalam tubuh. Mekanisme
pertahanan tubuh manusia dibedakan atas respons non-spesifik dan respons
spesifik.
Respons non-spesifik meliputi pertahanan fisik dan kimia terhadap agen
infeksi dan tidak dipengaruhi oleh infeksi sebelumnya. Artinya, respons tersebut
tidak memiliki memori terhadap infeksi sebelumnya. Mekanisme pertahanan
tubuh non-spesifik ini merupakan lini pertama pertahanan umum untuk mencegah
masuknya dan meminimalisasi jalan masuk mikroba dan antigen yang masuk
kedalam tubuh manusia.
Jika pertahanan lapis pertama dan kedua tidak dapat membendung serangan
bakteri atau mikroba patogen, maka kehadiran patogen tersebut akan memicu
pertahanan lapis ketiga untuk aktif. Pertahanan itu melibatkan respons spesifik
oleh sistem imun terhadap infeksi khusus sehingga memperoleh kekebalan
(imunitas). Imunitas spesifik yang diperoleh seseorang biasanya dapat bertahan
lama, bahkan seumur hidup. Imunitas spesifik melibatkan dua jenis limfosit.
Kedua limfosit dibentuk di sumsum tulang dan setelah dilepaskan di aliran darah
limfosit lebih lanjut diproses untuk membuat dua jenis sel yang secara fungsional
berbeda. Sebagian limfosit yang telah dewasa di dalam sumsum tulang berubah
menjadi limfosti B atau disebut sel B. Sebagian limfosit yang belum mencapai
tahap dewasa akan meninggalkan sumsum tulang menuju kalenjar timus dan
berubah menjadi limfosit T atau sel T.

b. IMUNITAS
Imunitas mengarah pada kemampuan tubuh untuk melawan invasi organisme
dan toksin, sekaligus mencegah kerusakan jaringan dan organ. Untuk
melaksanakan fungsi ini secara efisien, sistem imun menggunakan 3 (tiga)
strategi dasar, yaitu:

1. barier fisik dan kimiawi terhadap infeksi


2. respon peradangan
3. respon kekebalan

Barier fisik, seperti kulit dan membran mukosa mencegah invasi hampir
semua organisme ke dalam tubuh. Organisme yang melakukan penetrasi pada
barier yang pertama akan mencetuskan respon peradangan dan kekebalan. Kedua
respon meliputi sel – sel (semua variasi dari sel primitif dalam sumsum tulang
belakang).

Tipe Imunitas

Secara umum, pertahanan host terhadap substansi asing adalah sama.


Sebaliknya, mikroorganisme khusus atau molekul dapat mengaktivasi respon
imun spesifik dan mengawali keterlibatan sekumpulan sel – sel imun. Respon
spesifik ini diklasifikasikan sebagai kekebalan humoral atau cell-mediated.
Respon ini diproduksi oleh Lymphocytes (sel B dan sel T)
a) ImunitasHumoral
Dalam respon ini, invasi antigen menyebabkan sel B membelah dan
berdifferensite ke sel plasma. Akibatnya setiap sel plasma memproduksi
dan mensekresi sejumlah besar antigen spesifik imunoglobulin (Ig) ke
dalam aliran darah. Immunoglobulin terdiri dari 5 tipe – IgA, IgD, IgE,
IgG, dan IgM. Setiap tipe melaksanakan fungsi yang khusus dan berbeda:

1. IgA, IgG, dan IgM melindungi terhadap invasi bakteri dan virus
2. IgD bertindak sebagai reseptor antigen dari sel B
3. IgE menyebabkan respon alergi

b) Imunitas Cell-mediated
Kekebalan jenis ini melindungi tubuh dari infeksi bakteri, virus, dan
jamur. Juga menolak transplantasi sel dan tumor. Respon imun ini
diperankan oleh makrofag yang memproses antigen yang kemudian
diarahkan ke sel T.

c. Pengkajian
Pengkajian riwayat kesehatan difokuskan pada mendeteksi tanda dan gejala
yang paling umum dari gangguan sistem imun: perdarahan abnormal,
limfadenopati (hipertrofi jaringan limfoid, seringkali disebut pembengkakan
kelenjar), keletihan, kelemahan, demam dan nyeri sendi. Berfokus pada masalah
sistem imun, tetapi pertahankan pendekatan holistik dengan meminta keterangan
tentang sistem yang lain dan tentang kekhawatiran yang berhubungan dengan
kesehatan. Masalah sistem imun dapat desebabkan oleh masalah sistem lain, atau
dapat merusak aspek-aspek kehidupan klien.

Contoh pertanyaan pada pola sehat dan sakit membantu perawat mengidentifikasi
masalah kesehatan aktual atau potensial yang berhubungan dengan imun.
Pertanyaan pada kelompok pola peningkatan dan perlindungan kesehatan
membantu perawat menentukan bagaimana gaya hidup dan perilaku klien dapat
mempengaruhi sistem imun. Pertanyaan pada kelompok pola peran dan hubungan
membantu perawat menentukan bagaimana masalah imun mempengaruhi gaya
hidup dan hubungan klien dengan orang lain.

1. Riwayat kesehatan Sekarang


Keluhan umum yang dialami oleh pasien yang mengalami gangguan
imunologi termasuk diantaranya fatigue atau kekurangan energi, kepala terasa
ringan, sering mengalami memar, dan penyembuhan luka yang lambat.
Ajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi yang lebih detail tentang
penyakit pasien, seperti :

a Apakah anda menyadari adanya pembesaran nodus limph?


b Apakah anda pernah mengalami kelemahan atau nyeri sendi? Jika iya,
Kapan anda pertama kali merasakan keluhan tersebut? Apakah hal itu
menimpa sebagain dari tubuh anda atau keduanya?
c Pernahkah dalam waktu dekat ini anda menderita rash, perdarahan
abnormal, atau slow healing sore?
d Pernahkah anda mengalami gangguan penglihatan, demam, atau
perubahan dalam pola eliminasi.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu


Eksplorasi penyakit utama yang pernah diderita oleh pasien, penyakit
ringan yang terjadi secara berulang, kecelakaan atau cedera, tindakan operasi,
dan alergi. Tanyakan jika ia pernah mengalami tindakan/ prosedur yang
berdampak terhadap sistem imun, seperti transdusi darah atau transplantasi
organ

3. Riwayat Keluarga dan Sosial


Klarifikasi jika pasien memiliki riwayat kanker dalam keluarga atau
gangguan hematologi atau imun. Tanyakan tentang lingkungan dimana ia
bekerja dan tinggal utnuk membantu menentukan jika ia terpapar oleh bahan
kimia berbahaya atau lainnya.

4. Pemeriksaan Fisik
Efek dari gangguan sistem imun biasanya sulit untuk diidentifikasi dan
dapat berdampak pada semua sistem tubuh. Berikan perhatian khusus pada
kulit, rambut, kuku, dan membran mukosa.
a. Inspeksi
1) Observasi terhadap pallor, cyanosis, dan jaundice. Juga cek adanya
erithema yang mengindikasi inflamasi lokal dan plethora.
2) Evaluasi integritas kulit. Catat tanda dan gejala inflamasi atau infeksi,
seperti kemerahan, pembengkakan, panas, tenderness, penyembuhan
luka yang lama, drainage luka, induration (pengerasan jaringan) dan
lesi.
3) Cek adanya rash dan catat distribusinya
4) Observasi tekstur dan distribusi rambut, catat adanya alopecia.
5) Inspeksi kuku terhadap warna, tekstur, longitudinal striations,
onycholysis, dan clubbing.
6) Inspeksi membran mukosa oral terhadap plak, lesi, oedem gusi,
kemerahan, dan perdarahan
7) Inspeksi area dimana pasien melaporkan pembengkakan kelenjar atau
‘lump’ terutama abnormalitas warna dan pembesaran nodus lymp
yang visible
8) Observasi respirasi, ritme, dan energi yang dikeluarkan saat
melakukan upaya bernafas. Catat posisi pasien saat bernafas.
9) Kaji sirkulasi perifer. Inspeksi adanya Raynaud’s phenomenon
(vasospasme arteriol intermiten pada jari tangan atau kaki dan
terkadang telinga dan hidung)
10) Inpeksi inflamasi pada anus atau kerusakan permukaan mukosa

b. Palpasi
1) Palpasi nadi perifer, dimana seharusnya simetris dan reguler
2) Palpasi abdomen, identifikasi adanya pembesaran organ dan
tenderness
3) Palpasi joint, cek pembengkakan. Tenderness, dan nyeri
4) Palpasi nodus lymph superfisial di area kepala, leher, axilla,
epitrochlear, inguinal dan popliteal. Jika saat palpasi reveals
pembesaran nodus atau kelainan lain, catat lokasi, ukuran, bentuk,
permukaan, konsistensi, kesimetrisan, mobilitas, warna, tenderness,
suhu, pulsasi, dan vaskularisasi dari nodus.

c. Perkusi
Perkusi anterior, lateral, dan posterior dari thorax. Bandingkan satu sisi
dengan sisi lainnya. Bunyi dull mengindikasikan adanya konsolidasi
yang biasa terjadi pada pneumonia. Hiperesonan (meningkatnya bunyi
perkusi) dapat dihasilkan oleh udara yang terjebak seperti pada asthma
bronchial.

d. Auskultasi
1) Auskultasi diatas paru untuk mengecek suara tambahan yang
abnormal. Wheezing bisa ditimbulkan oleh asthma atau respon
alergi. Crackles disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan seperti
pneumonia.
2) Auskultasi bunyi jantung diatas precordium. Auskultasi normal
reveals hanya bunyi jantung 1 dan 2.
3) Auskultasi abdomen untuk bunyi bowel. Gangguan autoimmun yang
menyebabkan diare, bunyi bowel meningkat. Scleroderma
(pengerasan dan penebalan kuit dengan degenerasi jaringan
konektif) dan gangguan autoimmun lainnya yang menyebabkan
konstipasi, bunyi bowel menurun

5. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk klien dengan tanda dan gejala gangguan imun, berbagai pemeriksaan
diagnostic dapat memberikan petunjuk mengenai kemungkinan penyebab
gangguan.

a. Aglutinin, Febrile/Cold
Nilai normal
 Febrile aglitinin : tidak ada penggumpalan pada titer ≤ 1:180
 Cold aglutinin : tidak ada penggumpalan pada titer ≤ 1:16

b. Acquired immunodeficiency syndrome AIDS serology (AIDS screening,


HIV antibody tes, western blot tes untuk HIV dan antibody, ELISA untuk
HIV dan antibody)
Tipe tes : darah yang didapat dari pungsi vena sebanyak 7 ml
Nilai normal : tidak ada HIV antigen atau antibodi

c. Anticardiolipin antibody (aCL, ACA)


Tipe tes : darah 5-7 ml dari pungsi vena
Nilai normal
 IgG anticardiolipin antibodi <23 g/L
 IgM anticardiolipin antibodi <11mg/L

d. Aldolase
Tipe tes : darah yang didapat ddari vena pungsi sebanyak 7 ml
Nilai normal
 Dewasa : 3.0 – 8.2 Sibley-Lehninger U/dl atau 22 – 59 mU dalam suhu
370c (SI unit)
 Anak : sekitar 2 kali nilai dewasa
 Bayi : 4 kali nilai dewasa

e. Antimyocardial antibody (AMA)


Tipe tes : darah vena
Nilai normal : negative (jika positif, serum diencerkan)

f. Antinuclear antibody (ANA)


Tipe tes : darah vena pungsi 7 ml
Nilai normal : titer < 1:20
g. Complement assay
Tipe tes : darah vena pungsi 7 ml
Nilai normal
 Total komplemen 75 – 160 U/ml atau 75 – 160 U/L (SI unit)
 C3 : 55 – 120 mg/dl atau 0.55 – 1.20 gr/L (SI unit)
 C4: 20 – 50 mg/dl atau 0.20 – 0.50 g/L (SI unit)

h. C-reactive protein (CRP)


Tipe tes : darah 7 ml dengan pungsi vena periver
Nilai normal : <0.8 mg/dl

i. Cryoglobulin
Tipe tes : darah pungsi vena perifer 10 ml
Nilai normal : tidak terdeteksi adanya cryoglobulin

j. Epstein-Barr virus titer (EBV)


Tipe tes : darah pungsi vena perifer 5-10 ml
Nilai normal
 Titer ≤ 1:10 non diagnostik
 Titer 1:10 – 1:60 indikasi infeksi saat undetermin
 Titer ≥ 1:320 menunjukan infeksi aktif

k. Erythrocyte sedimentation rate (ESR)


Tipe tes : darah pungsi vena perifer 5-10 ml
Nilai normal
Metode westergren
 Pria ≤ 15 mm/jam
 Perempuan ≤ 20 mm/jam
 Anak ≤ 10 mm/jam
 Bayi 0-2 mm/jam

l. Human lymphocyte antigen (HLA)


Tipe tes : darah vena sekitar 10 ml dalam heparin.
Nilai normal : negatif

m. Human T-cell lymphotropic virus I/II antibody (HTLV)


Tipe tes : darah vena 7 ml
Nilai normal : negative

n. Imunoglobulin electrophoresis (Gamma Globulin Electrophoresis)


Tipe tes : darah pungsi vena 7 ml
Nilai normal
IgG:
Dewasa :565-1765 mg/dl
Anak:
4-12 tahun: 460-1600 mg/dl
2-3 tahun : 420-1200 mg/dl
1 tahun : 340-1200 mg/dl
6-9 bulan : 220-900 mg/dl
2-5 bulan : 200-700 mg/dl
1 bulan : 250-900 mg/dl

IgA:
Dewasa : 85-385 mg/dl
Anak:
4-12 tahun: 25-350 mg/dl
2-3 tahun : 18-150 mg/dl
1 tahun : 15-110 mg/dl
6-9 bulan : 8-80 mg/dl
2-5 bulan : 4-80 mg/dl
1 bulan : 1-4 mg/dl
IgM:
Dewasa :55-375 mg/dl
Anak:
9-12 tahun: 50-250 mg/dl
1-8 tahun : 45-200 mg/dl
6-9 bulan : 35-125 mg/dl
2-5 bulan : 25-100 mg/dl
1 bulan : 20-80 mg/dl
IgD dan IgE : minimal

o. Lymphocyte immunophenotyping
Tipe tes : darah pungsi vena 10 ml dalam sodium heparin, 5 ml dalam
EDTA
Nilai normal
Sel Prosentase (%) Jumlah sel/μl
Sel T 60-95 800-2500
Thelper (CD4) 60-75 600-1500
T suppressor (CD8) 25-30 300-1000
Sel B 4-25 100-450
Natural killer cell 4-30 75-500
CD4/CD8 rasio >1.0

p. Mononucleosis spot tes


Tipe tes : darah vena 7-10 ml
Nilai normal : 1:28 titer

q. Rheumatoid factor (RF)


Tipe tes : darah pungsi vena 7 ml
Nilai normal
Negatif (<60 U/ml dengan nephelometric testing
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Sistem Integumen pada manusia terdiri dari kulit, kuku, rambut, kelenjar keringat,
kelenjar minyak dan kelenjar susu. Sistem integumen mampu memperbaiki sendiri (self-
repairing) & mekanisme pertahanan tubuh pertama (pembatas antara lingkungan luar tubuh
dengan dalam tubuh).
Kulit merupakan pembuluh sdarh,saraf,kelenjar yang tidak berujung,semuanya
memilii potensi untuk terserang penyakit.Luas kulit orang dewasa 1,5m2 dengan berat kira-
kira 15% dari berat badan secara mikroskopis.struktur kulit terdiri dari 3 lapisan ,yaitu:
lapisan epidermis,dermis,subkutis.

Sistem imunitas (pertahanan tubuh) adalah sistem yang berperan penting dalam
menjaga kesehatan tubuh kita. Sistem imunitas manusia terdiri atas organ limfatik primer
(sumsum tulang merah, kalenjar timus) dan organ limfatik sekunder (limpa, nodus limfa,
tonsil). Didalam tubuh, sistem tersebut dapat mengenali dan membedakan antara materi asing
yang berasal dari luar tubuh (debu, virus dan mikroba) dengan materi dari dalam tubuh.
Mekanisme pertahanan tubuh manusia dibedakan atas respons non-spesifik dan respons
spesifik.

Respons non-spesifik meliputi pertahanan fisik dan kimia terhadap agen infeksi dan
tidak dipengaruhi oleh infeksi sebelumnya. Artinya, respons tersebut tidak memiliki memori
terhadap infeksi sebelumnya. Mekanisme pertahanan tubuh non-spesifik ini merupakan lini
pertama pertahanan umum untuk mencegah masuknya dan meminimalisasi jalan masuk
mikroba dan antigen yang masuk kedalam tubuh manusia.

B. SARAN

Sejalan dengan simpulan di atas, penulis merumuskan saran sebagai berikut.


Penulis dan pembaca hendaknya memahami tentang berbagai macam peranan dari sistem
imun dan sistem integumen yang akan melindungi tubuh kita dari berbagai jenis penyakit.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. 2001. Buku Saku Patofisiologi. Alih bahasa Brahm U. Pendit. EGC.
Jakarta.

Lewis, Sharon Mantik et al. 2004. Medical Surgical Nursing Vol. 2. Mosby Year Book. St.
Louis, Missouri.

Nurrachmah, Elly. 2010. Dasar-dasar Anatomi dan Fisiologi. Jakarta: Salemba Medika

Sneltzen, Suzanne C. & Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC.

Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia, edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

http://rheno-biology.blogspot.com/2010/11/sistem-integumen-manusia.html

http://feryanggri.blogspot.com/2012/04/anatomi-fisiologi-kulit.html

http://dokterrosfanty.blogspot.com/

http://irfanw-elekxz-irfan.blogspot.com/2012/04/anatomi-sistem-integumen-manusia.html

Anda mungkin juga menyukai