Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH ANATOMI, FISIOLOGI, KIMIA, FISIKA, DAN BIOKIMIA

SISTEM INTEGUMEN

OLEH
KELOMPOK

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN ALIH JENJANG SEKOLAH TINGGI


ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

TAHUN AJARAN

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah yang berjudul Anatomi,
Fisiologi, Kimia, Fisika, dan Biokimia Sistem Integumen ini dapat selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Gianyar, 05 April 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………………………………
KATA PENGANTAR………………………………………………………………… 2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..…… 3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….. 4
A. Latar Belakang……………………………………………………………………. 4
B. Rumusan Masalah………………………………………………………………… 5
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan…………………………………………………… 5
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………... 6
A. Integumen.………………………………………………………………………… 6
B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Integumen………………………………………………..6
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………. 29
A. Kesimpulan……………………………………………………………………….… 29
B. Saran……………………………………………………………………………….... 29
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 30

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seluruh tubuh manusia bagian terluar terbungkus oleh suatu sistem yang disebut sebagai
sistem integumen. Sistem integumen adalah sistem organ yang paling luas.Sistem ini terdiri atas
kulit dan aksesorisnya, termasuk kuku, rambut, kelenjar (keringat dan sebaseous), dan reseptor
saraf khusus (untuk stimuli perubahan internal atau lingkungan eksternal).

Sistem integumen terdiri dari organ terbesar dalam tubuh, kulit. Ini sistem organ yang
luar biasa melindungi struktur internal tubuh dari kerusakan, mencegah dehidrasi, lemak toko
dan menghasilkan vitamin dan hormon. Hal ini juga membantu untuk mempertahankan
homeostasis dalam tubuh dengan membantu dalam pengaturan suhu tubuh dan keseimbangan air.
Sistem integumen adalah garis pertama pertahanan tubuh terhadap bakteri, virus dan mikroba
lainnya. Hal ini juga membantu untuk memberikan perlindungan dari radiasi ultraviolet yang
berbahaya. Kulit adalah organ sensorik dalam hal ini memiliki reseptor untuk mendeteksi panas
dan dingin, sentuhan, tekanan dan nyeri. Komponen kulit termasuk rambut, kuku, kelenjar
keringat, kelenjar minyak, pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan otot. Mengenai
anatomi sistem yg menutupi, kulit terdiri dari lapisan jaringan epitel (epidermis) yang didukung
oleh lapisan jaringan ikat (dermis) dan lapisan subkutan yang mendasari (hypodermis atau
subcutis).

Selain kulit, ada pula rambut dan kuku yang termasuk kedalam sistem integumen.
Rambut adalah organ seperti benang yang tumbuh di kulit terutama. Rambut muncul dari
epidermis (kulit luar), walaupun berasal dari folikel rambut yang berada jauh di bawah dermis.
Serta pada kuku tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk
saat mulai tumbuh dari ujung jari. Kulit ari pada pangkal kuku berfungsi melindungi dari
kotoran. Fungsi utama kuku adalah melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf, serta
mempertinggi daya sentuh. Secara kimia, kuku sama dengan rambut yang antara lain terbentuk
dari keratin protein yang kaya akan sulfur.

4
1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Integumen

1.2.2 Anatomi dan Fisiologi Sistem Integumen

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dan manfaat penulisan makalah ini adalah :

1.3.1 Untuk memenuhi tugas mata kuliah dari dosen.

1.3.2 Untuk lebih mendalami ilmu tentang anatomi, fisiologis, kimia, fisika, dan biokimia sistem
integumen.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Integumen

2.1.1 Pengertian Integumen

Kata integumen berasal dari bahas latin “integumenum” yang berarti “penutup”.
Sistem integumen atau biasa disebut kulit adalah sistem organ yang membedakan,
memisahkan, melindungi, dan menginformasikan manusia terhadap lingkungan sekitarnya
dan merupakan organ yang paling luas, dimana orang dewasa luasnya mencapai lebih
dari 19.000 cm. Sistem integumen merupakan sistem organ yang luar biasa melindungi
struktur internal tubuh dari kerusakan, mencegah dehidrasi, dan menghasilkan
vitamin dan hormon. Hal ini juga membantu untuk mempertahankan homeostasis dalam
tubuh dengan membantu dalam pengaturan suhu tubuh dan keseimbangan air. Sistem
integumen adalah garis pertama pertahanan tubuh terhadap bakteri, virus, dan mikroba
lainnya. Hal ini juga membantu untuk memberikan perlindungan dari radiasi ultraviolet yang
berbahaya. Kulit adalah organ sensorik dalam hal ini memiliki reseptor untuk mendektesi
panas dan dingin, sentuhan, tekanan dan nyeri. Komponen kulit termasuk rambut, kuku,
kelenjar keringat, kelenjar minyak, pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan otot.
Mengenai anatomi sistem yang menutupi, kulit terdiri dari lapisan jaringan epitel
(epidermis) yang didukung oleh lapisan jaringan ikat (dermis) dan lapisan subkutan yang
mendasari (hypodermis atau subcutis) (Jonyo,U.A, 2012).

2.1.2 Anatomi Fisiologi Sistem Integumen

1. Kulit
Kulit mempunyai berbagai fungsi yaitu sebagai berikut:
a. Pelindung (Proteksi)
Epidermis terutama lapisan tanduk berguna untuk menutupi jaringan jaringan
tubuh di sebelah dalam dan melindungi tubuh dari pengaruh-pengaruh luar
seperti luka dan serangan kuman. Lapisan paling luar dari kulit dapat menahan

6
suhu tubuh, menahan luka-luka kecil, mencegah zat kimia dan bakteri masuk
ke dalam tubuh serta menghalau rangsangan-rangsangan fisik seperti sinar
ultraviolet dari matahari.
b. Penerima rangsang
Kulit sangat peka terhadap berbagai angsangan sensorik yang
berhubungan dengan sakit, suhu panas atau dingin, tekanan, rabaan, dan
getaran. Kulit sebagai alat perasa dirasakan melalui ujung-ujung saraf sensasi.
c. Pengatur Panas (Termoregulasi)
Kulit mengatur suhu tubuh melalui dilatasi dan kontruksi pembuluh
kapiler serta melalui yang keduanya di pengaruhi saraf otonom. Tubuh yang
sehat memiliki suhu tetap kira-kira 98,6 derajat farenheit atau sekitar 36,5 derajat
celcius. Pengatur panas adalah salah satu fungsi kulit sebagai organ antara
tubuh dan lingkungan, panas akan hilang dengan penguapan menjadi keringat.
d. Pengeluaran (ekskresi)
Kulit mengeluarkan zat-zat tertentu yaitu keringat dari kelenjar-kelenjar keringat
yang dikeluarkan melalui pori-pori keringat dengan membawa garam, yodium dan zat
kimia lainnya. Air yang dikeluarkan melalui kulit tidak saja disalurkan melalui
keringat tetapi juga melalui penguapan air transepidermis sebagai pembentukan
keringat yang tidak disadari.
e. Penyimpanan
Kulit dapat menyimpan lemak di dalam kelenjar lemak.
f. Penyerapan terbatas
Kulit dapat menyerap zat-zat tertentu, terutama zat-zat yang larut dalam
lemak dapat diserap ke dalam kulit. Hormon yang terdapat pada krim muka
dapat masuk melalui kulit dan mempengaruhi lapisan kulit pada
tingkatan yang sangat tipis. Penyerapan terjadimelalui muara kandung
rambut dan masuk ke dalam saluran kelenjar palit (sebacea), merembes
melalui dinding pembuluh darah ke dalam peredaran darah kemudian ke
berbagai organ tubuh lainnya.
g. Penunjang penampilan

7
Fungsi yang terkait dengan kecantikan yaitu keadaan kulit yang tampak halus,
putih dan bersih akan dapat menunjang penampilan.Fungsi lain dari kulit
yaitu kulit dapat mengekspresikan emosi seseorang seperti kulit memerah,
pucat maupun konstraksi otot penegak rambut.
2.1.3 Pembagian Kulit
Kulit terbagi menjadi 3: (Puspasari, S.F, 2017)
a. Epidermis
Epidermis merupakan bagian kulit paling luar. Ketebalan epidermis berbeda-beda
pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya
pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1
milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis
disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional
epidermis memperoleh zat-zat makanan dan cairan antar sel dari plasma yang
merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis.

Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu:

1. Lapisan tanduk (stratum corneum)


Merupakan lapisan epidermis yang paling atas, dan menutupi semua
lapisan epidermis lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel
pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan
sangat sedikit mengandung air.
Pada telapak tangan dan telapak kaki jumlah baris keratinosit jauh lebih
banyak, karena di bagian ini lapisan tanduk jauh lebih tebal.
Lapisan tanduk ini sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein
yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia. Lapisan
ini dikenal dengan lapisan horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah
terlepas dan digantikan oleh sel yang baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel
biasanya hanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit akan terasa sedikit kasar sampai
muncul lapisan baru.
Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup,
menjadikan kulit ari memiliki selfrepiaringcapacity atau kemampuan memperbaiki

8
diri. Bertambahnya usia dapat menyebabkan proses keratinisasi berjalan lebih
lambat. Ketika usia mencapai sekitar 60 tahunan, proses keratinisasi, membutuhkan
waktu sekitar 45-50 hari, akibatnya lapisan tanduk yang sudah menjadi lebih kasar,
lebih kering, lebih tebal, timbul bercak-bercak putih karena melanosit lambat
bekerja dan penyebaran melanin tidak lagi merata serta tidak lagi cepat
digantikan oleh lapisan tanduk baru. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat
kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air dari
lapis lapis kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit, tetapi
lapisan tanduk memiliki daya serap air yang cukup besar.
2. Lapisan bening (stratum lucidum)
Disebut juga lapisan barrier, terletak tepat di bawah lapisan tanduk, dan dianggap
sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri
dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen
sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada
telapak tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi bermula darilapisan bening.
3. Lapisan berbutir (stratum granulosum)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung
butir-butir di dalam protoplasmanya, berbutir kasar dan berinti mengkerut. Lapisan ini
tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki.
4. Lapisan bertaju (stratum spinosum)
Disebut juga lapisan malphigi, terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan
dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika
sel-sel lapisan saling berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel
berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju
normal, tersusun menjadi beberapa baris.
Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal), dan
makin ke arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Diantara sel-sel taju
terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk peredaran cairan jaringan
ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang
lebih dalam, banyak yang berada dalam salah satu tahap mitosis. Kesatuan-kesatuan

9
lapisan taju mempunyai susunan kimiawi yang khas; inti-inti sel dalam bagian basal
lapis taju mengandung kolesterol dan asam amino.
5. Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)
Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak
(silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel
torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis
yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis
cukup besar terhadap pengaturan metabolisme demo-epidermal dan fungsi-fungsi
vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermisbertambah banyak melalui mitosis
dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel
tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau
melanosit) pembuat pigmen melanin kulit.

Dalam jaringan ini terdapat tipe-tipe sel epidermis di antaranya:

1. Keratinocytes
Subtansi terbanyak dari sel-sel epidermis, karena keratinocytes selalu
mengelupas pada permukaaan epidermis, maka harus selalu digunakan.
Pergantian dilakukan oleh aktivitas mitosis dari lapisan basal (di malam hari). Selama
perjalanannya ke luar (menuju permukaan. Keratinocyes berdeferensiasi menjadi
keratin filamen dalam sitoplasma. Proses dari basal sampai korneum selama 20-30
hari. Karena proses cytomorhose dari keratinocytes yang bergerak dari basal ke
korneum, lima lapisan dapat diidentifikasi. Yaitu basal, spimosum, granulosum,
losidum dan kornium.
2. Melanocytes
Didapat dari ujung saraf, memproduksi pigment melanin yang memberikan
warna coklat pada kulit. Bentuknya silindris, bulat dan panjang. Mengandung
tirosinase yang dihasilkan oleh REG, kemudian tirosinase tersebut diolah oleh
Aparatus Golgi menjadi oval granules (melanosomes). Ketika asam amino tirosin
berpindah ke dalam melanosomes, melanosomes berubah menjadi melanin. Enzim
tirosinase yang diaktifkan oleh sinar ultra violet.. Kemudian melanin meninggalkan

10
badan melanicytes dan menuju ke sitoplasma dari sel-sel dalam lapisan stratum
spinosum. Dan pada akhirnya pigmen melanin didegradasi oleh keratinocytes.
3. Merkel Cells
Banyak terdapat pada daerah kulit yang sedikit rambut (fingertips, oral
mucosa, daerah dasar folikel rambut). Menyebar di lapisan stratum basal yang
banyak mengandung keratinocytes.
4. Langerhans Cells
Disebut juga dendritic cells karena sering bekerja di daerah lapisan stratum
spinosum. Merupakan sel yang mengandung antibodi. Banyaknya 2% –4 %
dari keseluruhan sel epidermis. Selain itu, juga banyak terdapat di bagian dermis
pada lubang mulut, esophagus, dan vagina. Fungsi dari langerhans cells adalah
untuk responisasi terhadap imun karena mempunyai antibodi.
b. Dermis (Korium)
Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat
keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit
(Sebacea) atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan
otot penegak rambut (muskulus arektor pili).
Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus
membelah dalam membentuk batang rambut. Kelenjar palit yang menempel di
saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit
melalui muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95
% kulit jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat
diperkirakan antara 1 -2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta
yang paling tebal terdapat di telapak tangan dan telapak kaki. Susunan dasar kulit
jangat dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel.
Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat, memungkinkan
membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing saraf perasa
memiliki fungsi tertentu, seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit,
sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa juga memungkinkan segera bereaksi
terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat
takut atau sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel di kandung rambut, akan

11
mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk berdiri. Kelenjar palit yan
menempel di kandung rambut memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit
dan batang rambut. Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung rambut.
Kelenjar keringat menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan kulit
melalui pori-pori kulit.
Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis yang dapat
membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat protein ini yang
disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan penunjang, karena
fungsinya dalam membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan
kelenturan kulit.
Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis dan
mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang menyebabkan kulit
berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi. Perlu diperhatikan bahwa luka yang
terjadi di kulit jangat dapat menimbulkan cacatpermanen, hal ini disebabkan kulit
jangat tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki
kulit ari. Di dalam lapisan kulit jangat terdapat dua macam kelenjar yaitu:
a) Kelenjar keringat (Sudorifera)
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu
saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit membentuk
pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan
lebih banyak terdapat dipermukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di
bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu
membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama
dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua
jenis kelenjar keringat yaitu:
1. Kelenjar keringat ekrin
Kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang
mengandung 95-97 persen air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam,
sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolism
seluler. Kelenjar keringat ini terdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan
dan telapak kaki sampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua

12
juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang
dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan
salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada
rambutnya.
2. Kelenjar keringat apokrin
Hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin dan
daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental,
berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang. Sel kelenjar
ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau.
Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel
rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya
sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai
aktif setelah usia akil baligh dan aktivitas kelenjar ini dipengaruhi oleh
hormon.
3. Kelenjar palit (Sebacea)
Kelenjar palit terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan
kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke
dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang
meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjarpalit membentuk sebum
atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar
palit terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka.Pada umumnya,
satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar palit atau kelenjar sebasea
yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjar palit atau
kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit
kepala. Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar palit atau
kelenjar sebasea membesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit badan
termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak dari kelenjar palit atau
kelenjar sebaseaberlebihan, maka kulit akan lebih berminyak sehingga
memudahkan timbulnya jerawat.
c. Hipodermis / Subcutis

13
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan
limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang
dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat
bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organ-organ tubuh
bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan.
Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh,
paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia
menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun. Bagian
tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, lemaknya berkurang sehingga kulit
akan mengendur serta makin kehilangan kontur.
Kulit tipis menutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola manus dan planta pedis
yang merupakan kulit tebal. Epidermisnya tipis sedangkan ketebalan kulitnya
tergantung dari daerah di tubuh. Pada dasarnya memiliki susunan yang sama dengan kulit
tebal, hanya terdapat beberapa perbedaan:
1. Epidermis sangat tipis,terutama stratum spinosum menipis.
2. Stratum granulosum tidak merupakan lapisan yang kontinyu.
3. Tidak terdapat stratum lucidium.
4. Stratum corneum sangat tipis.
5. Papila corii tidak teratur susunannya.
6. Lebih sedikit adanya glandula sudorifera.
7. Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea.
2.1.4 Derivat Kulit
a) Rambut
Rambut merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari
invaginasi epitel epidermis. Rambut ditemukan diseluruh tubuh kecuali pada telapak
tangan, telapak kaki, bibir, glans penis, klitoris dan labia minora. Pertumbuhan
rambut pada daerah-daerah tubuh seperti kulit kepala, muka, dan pubis sangat
dipengaruhi tidak saja oleh hormon kelamin-terutama androgen-tetapi juga oleh
hormon adrenal dan hormon tiroid. Setiap rambut berkembang dari sebuah invaginasi
epidermal, yaitu folikel rambut yang selama masa pertumbuhannya mempunyai
pelebaran pada ujung disebut bulbus rambut. Pada dasar bulbus rambut dapat

14
dilihat papila dermis. Papila dermis mengandung jalinan kapiler yang vital bagi
kelangsungan hidup folikel rambut.
Rambut terdapat di seluruh kulit kecuali telapak tangan kaki dan bagian
dorsal dari falang distal jari tangan, kaki, penis, labia minora dan bibir.
Terdapat 2 jenis rambut:
1. Rambut terminal (dapat panjang dan pendek)
2. Rambut velus (pendek, halus dan lembut).
Rambut mempunyai 4 fungsi yaitu:
1. Melindungi kulit dari pengaruh buruk, seperti alis mata melindungi mata
dari keringat agar tidak mengalir ke mata, bulu hidung (vibrissae)
untuk menyaring udara.
2. Pengatur suhu
3. Pendorong penguapan keringat
4. Indera peraba yang sensitif.

Terdapat 2 fase rambut:

1. Fase pertumbuhan (Anagen)


Kecepatan pertumbuhan rambut bervariasi rambut janggut
tercepat diikuti kulit kepela. Berlangsung sampai dengan usia 6 tahun.
90 % dari 100.000 folikel rambut kulit kepala normal mengalami fase
pertumbuhan pada satu saat.
2. Fase Istirahat (Telogen)
Berlangsung 4 bulan, rambut mengalami kerontokan 50 –100
lembar rambut rontok dalam tiap harinya. Gerak merinding jika
terjadi trauma stress, disebut Piloereksi. Warna rambut ditentukan
oleh jumlah melanin Pertumbuhan rambut pada daerah tertentu dikontrol
oleh hormon seks (rambut wajah, janggut, kumis, dada, punggung, di
kontrol oleh H. Androgen. Kuantitas dan kualitas distribusi ranbut
ditentukan oleh kondisis Endokrin. Hirsutisme (pertumbuhan rambut
yang berlebihan pada S. Cushing (wanita).
b) Kuku

15
Kuku tersusun atas protein yang mengeras disebut keratin. Fungsinya
sebagai pelindung ujung jari tangan dan jari kaki. Lempeng kuku (LK) berbentuk
empat persegi panjang, keras, cembung ke arah lateral dan dorsal, transparan,
terletak di dorsalo paling distal. LK terbentuk dari bahan tanduk yang tumbuh ke arah
dorsal untuk waktu yang tidak terbatas. Kecepatan tumbuh kuku jari tangan: lebih
kurang 0,1 mm/ hari, kuku jari kaki 1/3-1/2 kecepatan kuku jari tangan. Tebal kuku
tangan bervariasi 0,5 mm-0,75mm, danpada kaki dapat mencapai 1,0 mm. LK terdiri
dari tiga lapisan horizontal yang masing-masing adalah:
1. Lapisan dorsal tipis yang dibentuk oleh matriks bagian proksimal (1/3 bagian).
2. Lapisan intermediet yang dibentuk oleh matriks bagian distal (2/3 bagian).
3. Lapisan ventral yang dibentuk oleh lapisan tanduk dasar kuku dan hiponikium
yang mengandung keratin lunak.
Lunula atau bulan sabit terletak di proksimal LK. Lunula merupakan ujung
akhir matriks kuku. Warna putih lunula disebabkan epitel yang lebih tebal dari epitel
kasar kuku dan kurang melekatnya epitel dibawahnya sehingga transmisi warna
pembuluh drah kurang dipancarkan. Daerah di bawah LK disebut hiponikium. Alur
kuku dan lipatkuku merupakan batas dan pelindung kuku. Lipat kuku proksimal
merupakan perluasan epidermis, bersama kuku yang melindungi matriks kuku. Produk
akhirnya adalah kutikel. Pada matriks kuku terdapat sel melanosit.

Bagian-bagian kuku:

1) Matriks kuku: merupakan pembentuk jaringan kuku yang baru.


2) Dinding kuku (nail wall): merupakan lipatan-lipatan kulit yang menutupi bagian
pinggir dan atas.
3) Dasar kuku (nail bed): merupakan bagian kulit yang ditutupi kuku.
4) Alur kuku (nail groove): merupakan celah antara dinding dan dasar kuku.
5) Akar kuku (nail root): merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi dinding
kuku.
6) Lempeng kuku (nail plate): merupakan bagian tengah kuku yang dikelilingi dinding
kuku.

16
7) Lunula: merupakan bagian lempeng kuku berwarna putih dekat akar kuku berbentuk
bulan sabit, sering tertutup oleh kulit.
8) Eponikium: merupakan dinding kuku bagian proksimal, kulit arinya menutupi bagian
permukaan lempeng kuku.
9) Hiponikium: merupakan dasar kuku, kulit ari di bawah kuku yang bebas (free edge)
menebal.
2.2 Patofisiologi Sistem Integumen
2.2.1 Sistem Integumen
1) Peradangan pada Kulit
Radang kulit merupakan reaksi alergi berupa ruam dan juga gatal pada
kulit. Namun jangan takut karena penyakit ini tidak menular, tetapi biasanya
diturunkan melalui keluarga. Sifat dari penyakit ini berulang sehingga lebih sulit
untuk disembuhkan secara total. Jika radang kulit ini terjadi pada anak-anak, biasanya
setelah dewasa akan sembuh dengan total.
Ada baiknya mengetahui penyebab radang kulit. Hal ini
dimaksudkan ketika penyakit ini datang bisa lebih mudah mencari obat untuk
menyembuhkan radang kulit.Penyebab radang kulit diantaranya karena
penggunaan kosmetik yang tidak sesuai, alergi terkena bahan-bahan perhiasan
imitasi, alergi terkena kain yang bersifat kasar, alergi dengan detergen ataupun
cairan untuk mencuci lainnya, penggunaan jam tangan, alergi terhadap penggunaan
ponsel bahkan alergi terhadap makanan tertentu.
Gejala yang ditimbulkan jika radang kulit ini hadir di kulit adalah akan timbul
rasa yang sangat gatal yang dilanjutkan dengan timbulnya lepuhan dikulit yang
berwarna merah. Lepuhah inidapat pecah dan akan mengeluarkan cairan. Bila cairan
ini dibiarkan akan mengering dan akan menimbulkan kerak pada kulit.Jika gejala
radang pada kulit sudah hadir maka hindari kontak dengan alergen (bahan yang
menyebabkan alergi). Biasanya akan timbul kebingungan untuk mengingat bahan
yang menyebabkan alergi. Namun yang bisa Kita perhatikan dimana letak radang
kulit yang timbul. Jika terjadi muka, kemungkinan disebabkan pemakaian kosmetik
yang tidak sesuai. Namun jika terjadi pada pergelangan tangan tempat dimana
biasanya menggunakan jam tangan, kemungkinann karena tekananan pemakaian

17
jam tangan tersebut.Gejala radang yang ditemukan di daerah tempat pemakaian
kosmetik bisa jadi disebabkan karena pemakaian perhiasan tersebut. Namun jika
terjadi pada tangandan jari-jari bisa jadi disebabkan karena penggunana deterjen
ataupun penggunaan cairan untuk mencuci lainnya. Selain itu jika rasa gatal ini
timbul, hindari untuk menggaruknya. Sebaiknya gunakan krim pelembab.Hal ini
mencegah kulit mengering yang rentanmenimbulkan rasa gatal. Obat anti alergi juga bisa
menyembuhkan radang kulit. Jika sudah sangat mengganggu dan untuk menghindarkan
terjadinya infeksi alangkah baiknya untuk memeriksakan kepada dokter agar
diberikan penanganan untuk menyembuhkan radang kulit dengan lebih baik.
2) Penyakit Peradangan Pada Kulit
Dermatitis adalah suatu kondisi umum yang biasanya tidak mengancam jiwa
atau menular. Tapi kondisi ini dapat membuat seseorang merasa tidak nyaman dan
percaya diri. Langkah perawatan diri dan obat-obatan dapat membantu mengobati
penyakit dermatitis.
Pengertian dermatitis adalah istilah umum yang menggambarkan suatu
peradangan pada kulit. Ada berbagai jenis dermatitis, termasuk dermatitis seboroik
dan dermatitis atopik (eksim). Meskipun gangguan tersebut dapat memiliki banyak
penyebab dan terjadi dalam berbagai bentuk, gambaran klinis yang ditimbulkan
antara lain bengkak, memerah dan kulit gatal.
Dermatitis adalah istilah yang luas yang mencakup berbagai gangguan
yang semua mengakibatkan ruam, merah gatal. Beberapa jenis dermatitis hanya
mempengaruhi bagian tertentu dari tubuh, sedangkan yang lain dapat terjadi di
mana saja. Beberapa jenis dermatitis memiliki penyebab yang diketahui, sedangkan
yang lainnya tidak. Namun, penyakit dermatitis selalu berhubungan dengan kulit
yang bereaksi terhadap kekeringan berat, menggaruk, zat iritasi, atau alergen.
Biasanya, substansi yang datang dalam kontak langsung dengan kulit, tetapi
kadang-kadang substansi juga datang karena ditelan (seperti alergi makanan). Dalam
semua kasus, menggaruk terus menerus atau menggosok akhirnya dapat menyebabkan
penebalan dan pengerasan kulit.
Dermatitis mungkin merupakan reaksi singkat untuk substansi. Dalam kasus
seperti itu dapat menghasilkan gejala-gejala, seperti gatal dan kemerahan, hanya

18
beberapa jam atau hanya satu atau dua hari. Dermatitis kronis bertahan selama
jangka waktu tertentu. Tangan dan kaki sangat rentan terhadap dermatitis kronis,
karena tangan sering kontak dengan zat-zat asing dan kaki berada di bagian bawah
yang kondisinya hangat lembab sehingga penggunaan kaoskaki dan sepatu dapat
mendukung pertumbuhan jamur.
Dermatitis kronis dapat mewakili salah satu kontak, jamur, atau penyakit
kulit lainnya yang tidak cukup di diagnosis atau diobati, atau mungkin salah satu
dari beberapa kelainan kulit kronis yang tidak diketahui asalnya. Karena dermatitis
kronis menghasilkan retak dan lecet di kulit, semua jenis dermatitis kronis dapat
menyebabkan infeksi bakteri. Terdapat berbagai jenis penyakit dermatitis, namun
dermatitis kontak dan dermatitis atopik merupakan jenis yang paling sering
ditemukan.
3) Infeksi pada Kulit
Penyakit infeksi kulit adalah penyakit yang paling umum, terjadi pada
orang-orang dari segala usia. Sebagian besar pengobatan infeksi kulit membutuhkan
waktu lama untuk menunjukkan efek. Masalahnya menjadi lebih mencemaskan jika
penyakit tidak merespon terhadap pengobatan. Tidak banyak statistik yang
membuktikan bahwa frekuensi yang tepat dari penyakit kulit, namun kesan umum
sekitar 10-20 persen pasien mencari nasehat medis jika menderita penyakit pada
kulit. Matahari adalah salah satu sumber yang paling menonjol dari kanker kulit
dan trauma terkait. Penyakit kulit untuk sebagian orang terutama wanita akan
menghasilkan kesengsaraan, penderitaan, ketidakmampuan sampai kerugian
ekonomi. Selain itu,mereka menganggap cacat besar dalam masyarakat. Namun akibat
kemajuan teknologi dan perkembangan ilmu kedokteran bekas luka kulit dapat
berhasil dilepas dengan perencanaan plastik, terapi laser, pencangkokan kulit dan
lain sebagainya. Gejala-gejala penyakit pada kulit dapat menjadi parah jika tidak
diobati, kadang-kadang bahkan menyakitkan. Beberapa penyakit radang kulit dapat
menyebabkan jaringan parut dan pengrusakan. Gejala-gejala penyakit kulit pun perlu
dirawat untuk mengontrol tingkat keparahan dan perkembangannya.
2.2.2 Macam-Macam Penyakit Infeksi Pada Kulit
A. Eksim (ekzema)

19
Ditandai dengan kulit kemerah-merahan, bersisik, pecah-pecah, terasa
gatalterutama pada malam hari, timbul gelembung kecil yang berisi air atau
nanah, bengkak, melepuh, berwarna merah, sangat gatal dan terasa panas. Penyebabnya
karena alergi terhadap rangsangan zatkimia tertentu, maupun kepekaan
terhadapmakanan tertentu seperti udang, ikan laut, alkohol, dan vetsin.
B. Kudis scabiez
- Gejala: timbul gatal hebat di malam hari, terutama di sela-sela jari tangan, di
bawah ketiak, pinggang, alat kelamin, sekeliling siku, aerole (sekeliling puting
payudara), dan permukaan depan pergelangan. Kudis mudah menular ke orang lain baik
secara langsung maupun tidak langsung (handuk atau pakaian).
- Pencegahan: kudis lebih sering terjadi di daerahyang hygiene yangkurang bersih dan
memelihara kebersihan tubuh adalah wajib bila ingin terhindar dari penyakit kulit.
C. Kurap penyebab jamur
- Gejala: kulit menjadi tebal dan timbul lingkaran-lingkaran, bersisik, lembab,
berair, dan terasa gatal. kemudian timbul bercak keputihan.
- Pencegahan: jaga kebersihan kulit terutama di area tengkuk, leher, dan kulit kepala.
D. Bisul (Furunkel)
Bisul disebabkan karena adanya infeksi bakteri Stafilokokus aureus pada kulit
melalui folikel rambut, kelenjarminyak, kelenjar keringat yang
kemudianmenimbulkan infeksi lokal. Faktor yang meningkatkan risiko terkena bisul
antara lainkebersihan yang buruk, luka yang terinfeksi, pelemahan diabetes,
kosmetika yangmenyumbat pori dan pemakaian bahan kimia.
E. Campak (Rubella)
Gejala dari penyakit ini adalah demam, bersin, pilek, sakit kepala, badanterasa lesu,
tidak nafsu makan, dan radang mata. Setelah beberapa hari dari gejala tersebut timbul
ruam merah yang gatal, bertambah besar, tersebar ke beberapa bagian tubuh.
F. Kusta
Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang di sebabkan oleh Mycobacterium lepra
yang interseluler obligat, yang pertama menyerangsaraf tepi, selanjutnya
dapatmenyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem endotelial,
mata,otot, tulang, dan testis.

20
G. Lepra
- Gejala: biasanya gejala awalnya kulit terlihat mengkerut bahkan jika penyakit tersebut
sudah akut kumannya perlahan-lahan akan memakan kulit dan daging.
H. Cacar air (Frambusia)
Penyakit kulit ini disebabkan oleh sejenis virus bakteri Trypanosoma. Penyakit ini
sangat menular terutama melalui udara, pakaian, tempattidur dan keropeng
penderita. Keterangan: dari jauh kulit yang terkena Frambusia mirip dengan buah
frambus yang berbintil-bintil ranum.
I. Panu
Panu adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh jamur, penyakit panu ditandai
dengan bercak yang terdapat pada kulit disertai rasa gatal pada saat berkeringat.
Bercak-bercak ini bisa berwarna putih, coklat, serta pengobatannya dengan cairan
asam benzoat,dan asam salisilat atau (Anonymus, 2010).
2.2.3 Macam-Macam Alergi Kulit
 Alergi kulit jenis Dermatitis Atopik (Eksim)
Dermatitis atopik sering terjadi pada anak-anak, walaupun pada dewasa
muda juga biasa terjadi dan bisa terus ke dalam kehidupan dewasa. Ruam
dermatitis atopik terjadi di mana seseorang terkena goresan. Pada bayi, ruam
terjadi di pipi dada, dan kulit kepala. Anak yang lebih besar dan dewasa biasanya
memiliki ruam di kulit lipatan siku dan di belakang lutut, meskipun mungkin
juga terjadi pada wajah, leher, tangan, kaki dan punggung. Ruam ini merah, sering
serpih atau merembes, dan lepuh kecil atau benjolan. Sering terjadi excoriations atau
daerah alergi kulit yang rusak dari agresifitas garukan.
 Alergi kulit jenis Urtikaria (Hives) dan Angioedema (Pembengkakan)
Urtikaria adalah sebuah ruam gatal yang dapat terjadi pada semua usia.
Ruam ini muncul sebagai akibat pengangkatan benjolan merah dari berbagai
bentuk dan ukuran, dan biasanya berlangsung selama beberapa menit hingga
berjam-jam. Pembengkakan kadang-kadang sejalan dengan urtikaria yang biasa
disebut angioedema (biasanya pembengkakan pada bibir, mata, dan tangan dan kaki).
Angioedema biasanya tidak gatal atau merah, ia cenderung untuk membakar,

21
menyengat atau menyebabkan sensasi kesemutan. Parah pembengkakan ini
kemampuan untuk bernapas bisa berbahaya dan bahkan mengancam jiwa.
 Alergi kulit jenis Kontak Dermatitis
Kontak dermatitis ini disebabkan dari kontak kulit yang dapat menjadi alergi
kulit dengan zat yang menyebabkan reaksi seperti ruam. Orang bereaksi terhadap
berbagai bahan kimia, termasuk kosmetik, pewarna rambut, logam, obat topical,
dan sebagainya. Contoh dari dermatitis kontak adalah ruam dari poison ivy,
yang sangat gatal dan muncul sebagai lepuh cairan dan kerak setelah kontak dengan
tanaman (Puspasari, 2017).
2.2.4 Luka dan Eksudat
Kulit yang merupakan lapisan terluar yang menutupi seluruh tubuh sangat
rawan terkena kerusakan. Kulit yang mengalami kerusakan mudah mengalami
regenerasi atau perbaikan, tetapi jika kerusakan lebih dalam dari lapisan dermis,
biasanya tempat yang rusak akan diisi oleh jaringan ikat. Kerusakan pada kulit ini
umumnya disebut dengan luka.
2.2.4.1 Luka
Luka dapat diartikan sebagai rusaknya struktur jaringan normal, baik di dalam
atau di luar tubuh (Stevens, 1999). Ada beberapa cara untuk membuat klasifikasi luka.
Namun yang umum, luka dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Berdasarkan proses penyembuhan, dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
a. Healing by primary intention
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukaan bersih, biasanya
terjadi karena suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang.
Penyembuhan luka berlangsung dari bagian internal ke eksternal.
b. Healing by secondary intention
Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan
akan berlangsung mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada
dasar luka dan sekitarnya.
c. Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sering
disertai dengan infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual.

22
2. Berdasarkan usia luka (wound age) atau lama penyembuhan bisa dibedakan
menjadi dua yaitu:
a. Luka akut
Luka dikatakan akut jika penyembuhan yang terjadi dalam
jangka waktu 2-3 minggu atau luka dengan masa penyembuhan sesuai
dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati atau diharapkan.
Luka akut biasanya terjadi pada individu yang normal, sehat, dan dapat
dilakukan penutupan luka secara primer atau dibiarkan menyembuh
secara sekunder. Sebagian besar luka yang terjadi akibat trauma pada
organ atau jaringan dapat dikategorikan sebagai luka akut.
b. Luka kronik
Luka kronik adalah segala jenis luka yang tidak ada tanda-tanda
untuk sembuh dalam jangka lebih dari 4-6 minggu. Luka kronik adalah
luka yang tidak sembuh dalam waktu yang diharapkan. Hal yang penting
adalah pada luka kronik proses penyembuhan melambat atau berhenti
dan luka tidak bertambah kecil atau tidak bertambah dangkal. Meskipun
dasar luka tampak merah, lembab, dan sehat tetapi bila proses
penyembuhan luka tidak mengalami kemajuan maka dikategorikan
sebagai luka kronik.
Pada luka kronik terjadi kegagalan untuk mencapai penyembuhan
yang diharapkan dalam waktu tertentu untuk menghasilkan pemulihan
integritas anatomi dan fungsi. Penyembuhan luka kronik biasanya
berkepanjangan dan tidak lengkap.
Luka kronik terjadi karena kegagalan proses penyembuhan luka
akibat ada kondisi patologis yang mendasarinya. Luka kronik tidak akan
sembuh bila penyebab yang mendasarinya tidak dikoreksi. Seringkali
luka kronik mengalami rekurensi. Beberapa kondisi patologis tersebut
adalah penyakit vaskuler, oedema, diabetes mellitus, malnutrisi, dan
tekanan (pressure).
Luka insisi bisa dikategorikan luka akut jika proses
penyembuhan berlangsung sesuai dengan kaidah penyembuhan normal

23
tetapi bisa juga dikatakan luka kronis jika mengalami keterlambatan
penyembuhan (delayed healing) atau jika menunjukkan tanda-tanda
infeksi.
3. Berdasarkan waktu terjadinya luka
a. Luka kontaminasi
Luka kontaminasi yakni luka yang belum melewati batas
waktu kontaminasi atau golden periode (kurang dari 6 jam).
Pembagian luka ini berdasarkan waktu kontaminasi (golden periode)
yaitu 6-8 jam.
b. Luka infeksi
Luka infeksi yakni luka yang sudah melewati batas waktu
kontaminasi atau golden periode (lebih dari 6 jam), dimana setelah waktu
6-8 jam setelah terjadi luka maka bakteri yang ada telah mencapai
koloni tertentu dan mengadakan invasi ke dalam jaringan sekitar luka
atau pembuluh darah. Pada kondisi ini luka disebut sebagai luka infeksi.
Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul seperti
hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon stres simpatis,
perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, dan kematian sel.
Perbaikan jaringan yang mengalami jejas atau mati sangat penting
bagi kelangsungan hidup. Begitu terjadi jejas, hospes meresponnya
dengan mengeliminasi agen penyebab jejas, mengisolasi kerusakan,
dan mempersiapkan sel-sel yang masih hidup untuk mengadakan
replikasi. Hal inilah yang disebut dengan penyembuhan luka.
Penyembuhan (healing) adalah perbaikan yang meliputi
kombinasi regenerasi dan pengendapan jaringan ikat (fibrosis atau parut).
Regenerasi adalah pertumbuhan sel atau jaringan yang menggantikan
struktur yang hilang; umumnya regenerasi melibatkan proliferasi jenis sel
yang sama kendati sel sel induk (stem cells) dapat berproliferasi dan
berdiferensiasi untuk menggantikan sel-sel yang mati. Regenerasi
memerlukan kerangka jaringan ikat yang utuh.
Penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase diantaranya:

24
a. Fase Inflamasi: Hemostasis dengan menghentikan pendarahan
yang berlebihan, vasodilatasi terjadi migrasi netrofil untuk melawan
infeksi, netrofil menarik makrofag membantu mengeluarkan debris,
dan makrofag menarik fibroblast ke daerah luka untuk mulai sintesa
kolagen.
b. Fase Proliferasi: Fibroblast terlihat di daerah luka dan memulai
sintesis kolagen, pembentukan jaringan granulasi terdiri dari
lengkung-lengkung kapiler (angiogenesis) yang membentuk lipatan-
lipatan serabut kolagen.
c. Fase Maturasi: Reorganisasi matrik jaringan konektif, fibril-fibril
kolagen konsolidasi menjadi lebih tebal dan serabut yang lebih padat,
sel-sel menjadi lebih kuat dan kencang. Dalam waktu 24 jam
sesudah jejas, sel-sel fibroblast dan sel-sel endotel pembuluh darah
mulai berproliferasi membentuk jaringan granulasi yang merupakan
suatu tanda utama kesembuhan. Istilah jaringan granulasi berasal dari
gambarannya yang lunak, granular, dan berwarna merah muda pada
permukaan luka. Secara histologi, pada jaringan ini terdapat sel-
sel fibroblas yang tengah berproliferasi disertai sejumlah pembuluh
darah baru didalam matriks yang longgar. Tabel 2.1 menunjukkan
fase-fase penyembuhan luka beserta sel-sel yang yang berperan.
Tabel 2.1 Fase Penyembuhan Luka (Gruendemann, 2005)

Penyembuhan Luka
Stadium Waktu Kejadian Sel-sel
Peradangan/inflamas - 0-2 jam - Hemostasis - Trombosit
i (0-4 hari) - 0-4 jam - Fagositosis - Eritrosit
- Leukosit
- Neutrofil
- Makrofag
Proliferasi (2-22 - 1-4 hari - Epitelisasi - Keratinosit
hari) - 2-7 hari - Neuvaskularisasi - Endotel
- 2-22 hari - Sintesis kolagen - Fibroblast
- 2-20 hari - Kontraksi - Miofibroblas

25
Pematangan (21 hari Remodeling - Fibroblas
– 2 tahun) Kolagen

2.2.4.2 Eksudat

Cairan yang mengandung sel yang keluar dari pembuluh darah selama fase inflamasi
penyembuhan luka dan menumpuk dijaringan atau permukaan jaringan dinamakan eksudat
(Kozier, 2009). Cairan dari pembuluh darah yang dapat keluar sampai ke jaringan tubuh
bergantung kepada permeabilitas kapiler dan tekanan antar dinding kapiler. Umumnya, sekitar
90% cairan di reabsorbsi ke kapiler dan sisanya sekitar 10% kembali ke peredaran utama
melalui sistem limpatik. Sehingga, dalam keadaan normal, cairan yang keluar dari
pembuluh darah seimbang dengan reabsorbsinya. Namun, saat terjadi luka, mediator
inflamasi seperti histamin meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga sel darah putih dapat
keluar dan pembuluh darah mengeluarkan banyak cairan. Cairan yang berlebih ini masuk ke
luka dan membentuk eksudat. Proses terjadinya eksudat seperti terlihat dalam Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Proses Terjadinya Eksudat (A World Union of Wound Healing Societies,
2007)

Komposisi eksudat terdiri dari air, elektrolit, nutrisi, mediator inflamasi, sel darah,
protein, dan growth factors (Romanelli et.al, 2010). Komponen penyusun eksudat beserta
fungsinya dapat dilihat pada Tabel 2.2. Jumlah eksudat tergantung pada luas luka. Luka yang
menimbulkan eksudat besar antara lain jenis luka healing by secondary intention, luka bakar
yang berubah kronik, dan ulcers (Wound Essentials, 2008).

Tabel 2.2 Komposisi Eksudat (White et.al, 2006)

Komponen Fungsi
Fibrin dan Platelet Proses penggumpalan darah

26
Polymorphonuclearcytes (PMNs) Sistem imun, memproduksi growth factors
Limfosit Sistem imun
Makrofag Sistem imun, memproduksi growth factors
Mikroorganisme Faktor penyebab infeksi
Protein plasma, albumin, globulin, fibrinogen Mempertahankan tekanan osmotik, sistem
imun, transpor makromolekul
Asam laktat Memproduksi metabolism sel
Glukosa Sumber energi sel
Garam anorganik Buffering
Growth factors Protein untuk aktivitas penyembuhan
Sel mati Tidak berfungsi
Enzim proteolitik Enzim yang mengurangi jumlah protein,
termasuk serine, cysteine, aspartic proteases,
dan matrix metalloproteinases (MMPs)

Sifat dan jumlah eksudat bervariasi sesuai dengan jaringan yang terlibat, intensitas
dan durasi inflamasi, serta adanya mikroorganisme. Ada beberapa tipe eksudat, antara lain
: serosa, purulen, sanguinosa (hemoragik), serosanguinosa, dan purosanguinosa yang disajikan
dalam Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Jenis Drainase (Cairan) Luka (Kozier, 2009)

Jenis Drainase Luka


Tipe eksudat Deskripsi Unsur pokok
Serosa Encer, jernih Serum, sedikit sel
Purulen Lebih kental karena ada Leukosit, debris jaringan mati
nanah; warna bervariasi yang cair, dan bakteri yang
(misal: sedikit biru, hijau, hidup dan mati.
atau kuning). Warna mungkin
bergantung pada organisme
penyebabnya.
Sanguinosa (Hemoragik) Merah gelap atau terang. Sel darah merah
Eksudat sanguinosa yang
terang mengindikasikan
perdarahan segar, sedangkan
eksudat sanguinosa yang
gelap menunjukkan
27
perdarahan yang sudah lama.
Serosanguinosa Cairan jernih dan ada sedikit Sel darah merah dan Serum.
darah. Biasanya terlihat pada
insisi bedah.
Purosanguinosa Nanah dan darah. Sering Leukosit, debris jaringan mati
terlihat pada luka baru yang yang cair, bakteri, dan sel
terinfeksi. darah merah.

Eksudat biasanya terjadi akibat dari infeksi luka. Sekalipun jaringan nekrotik dan
jaringan yang tampak jelas terinfeksi telah diangkat dari bidang luka, luka dapat terus
menghasilkan eksudat dalam jumlah banyak yang dapat menembus balutan non-oklusif dan
meningkatkan resiko infeksi luka. Eksudat dapat juga mengikis tepi luka jika jaringan
sekitarnya menjadi terendam air. Volume eksudat berkurang pada waktunya, tetapi sampai
stadium tersebut diperlukan balutan yang bisa menyerap dan tidak melekat.

28
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahwa didalam tubuh manusia terdapat berbagai macam sistem yang beragam yang masing-
masing mempunyai fungsi, struktur dan tata letak yang berbeda-beda. Termasuk didalamnya
sistem integumen, yang sangat berperan dalam melindungi sistem-sistem yang berada didalam
tubuh. Karena sistem integumen terletak pada luar tubuh. Selain itu juga masih banyak fungsi
dari sistem integumen sendiri, diantaranya yaitu menjaga suhu normal tubuh. Mencegah
patogen-patogen masuk kedalam tubuh. Maka bisa disimpulkan bahwa sistem integumen
merupakan ketahanan pertama atau awal dari pengaruh buruk keadaan diluar tubuh.

3.2 Saran

Pada pembaca dan masyarakat agar membaca lebih lanjut tentang anatomi, fisiologi, kimia,
fisika, dan biokimia sistem integumen.

29
Daftar Pustaka

http://lifestyle-ongky816.blogspot.com/sistem -integumen-kulit.html

http://wwwdocstoc.com/docs/58180799/ANATOMI-DAN-FISIOLOGI-SISTEM-
INTEGUMEN-(KULIT)

Syaifuddin. 2012 Anatomi fisiologi untuk keperwatan dan kebidanan penerbit buku kedokteran
EGC: Jakarta.

Syamsuri.istamar.dkk.2007. ipa biologi.Semarang.Erlangga.

Evelyn C. Pearce.2009 Anatomi dan Fisologi untuk ParaMedis.oleh percetakan PT. Gramedia,
Jakarta.

30

Anda mungkin juga menyukai