Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG DERMATITIS

MAKALAH

Disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Medikal

Oleh:
Kelas E/ Kelompok 15
Ervinda Desiana Eka Putri 162310101244
Augustha Eridmes Sabru 162310101317

DosenPembimbingNs. Siswoyo, M.Kep

PROGRAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Keperawatan Medikal dengan Judul

“LAPORAN PENDAHULUAN TENTANG DERMATITIS”


Yang disusun oleh:

Kelompok 15

Telah disetujui untuk diseminarkan dan dikumpulkan pada:

Hari/tanggal : Senin, 03 Desember 2018

Makalah ini disusun dengan pemikiran sendiri, bukan hasil jiplakan atau
reproduksi ulang makalah yang telah ada.

Mengetahui, Penyusun

Dosen Pembimbing

(Ns.Siswoyo, M.Kep) Ervinda Desiana Eka Putri


.NIP. 19840102 201504 1 002 NIM : 162310101244

ii
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
mata kuliah Keperawatan Medikal dengan judul “Laporan Pendahuluan tentang
Dermatitis” ini dengan baik.
Dalam menyelesaikan tugas makalahini, kami mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Ns. Jon Hafan S, M. Kep, Sp. Kep. MB. selaku dosen Penanggung Jawab
Mata Kuliah (PJMK) Keperawatan Medikal
2. Ns. Siswoyo, M.Kep selakudosenpembimbingMata Kuliah Keperawatan
Medikal
3. Semua pihak yang telah membantu sampai terselesaikannya tugas makalah
ini.
Kami menyadari bahwa tugas makalah ini banyak kekurangannya, baik
dalam penulisannya maupun dalam isinya, untuk itu kami menerima kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini. Semoga
dengan terselesaikan tugas ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan
bermanfaat pula untuk Keperawatan Bedah kedepannya.

Jember, 03 Desember 2018

Penyusun

3
DAFTAR ISI

PRAKATA ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 1
1.1 Anatomi FisiologiSistem Endokrin dan Pankreas .................... 1
1.2 DefinisiDermatitis ........................................................................ 5
1.3 Etiologi .......................................................................................... 6
1.4 Klasifikasi ..................................................................................... 7
1.5 ManifestasiKlinis .......................................................................... 11
1.6 Patofisiologi................................................................................... 12
1.7 PemeriksaanPenunjang ............................................................... 13
1.8 PenatalaksanaanMedis ................................................................ 13
1.9 Pathway ......................................................................................... 18
Konsep Asuhan Keperawatan Dermatitis ................................................... 19
Pengkajian........................................................................................... 19
Diagnosa .............................................................................................. 22
Intervensi............................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I. TINJAUAN PUSTAKA

1 ANATOMI FISIOLOGI KULIT


Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan merupakan
proteksi terhadap organ-organ yang terdapat dibawahnya dan membangun
sebuah barrier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar
dan turut berpartisipasi dalam banyak fungsi tubuh yang vital.Luas kulit orang
dewasa 1,5 -2 m2 dengan berat kira-kira 15 % dari berat badan manusia Tebal
bervariasi antara ½ - 3 mm. Kulit sangat kompleks, elastis dan sensitif
bervariasi pada keadaan iklim, umur, sex, ras dan juga bergantung pada lokasi
tubuh

Kulit dapat bergerak dan meregang tergantung pada :


•Tebal kulit
•Jumlah lipatan kulit
•Elastisitas kulit
•Perlekatan kulit dengan jaringan dibawahnya
•Umur individu.
Lapisan Kulit
•Epidermis
•Dermis
•Jaringan subcutan.
EPIDERMIS
Terdiri dari 5 lapisan (stratum) berturut-turut dari atas ke bawah :

5
•Stratum corneum
•Stratum lucidum
•Stratum garanulosum
•Stratum spinosum/ spongiosum
•Stratum basale
1. Stratum Corneum
Lapisan paling luar terdiri dari sel-sel gepeng dan tidak berinti lagi, sudah
mati dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin. Makin keatas makin
halus dan lama-lama terlepas dari kulit berupa sisik-sisik yang sangat halus.
Diperkirakan, tubuh melepaskan 50-60 milyar keratinosit (korneosit) setiap
hari
2. Stratum Lucidum
Hanya terdapat pada kulit yang tebal. Mikroskop elektron menunjukkan
bahwa sel-selnya sejenis dengan sel-sel yang berada di stratum corneum.
3. Stratum Granulosum
Terdiri dari tiga sampai empat lapisan atau keratocytes yang dipipihkan.
Keratocytes ini berperan besar terhadap susunan keratin di dalam lapisan atas
epidermis.
4. Stratum Spinosum
Terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya
berbeda-beda, karena adanya proses mitosis. Protoplasmanya jernih karena
banyak mengandung glikogen dan inti terletak ditengah-tengah. Diantara sel
spinosum terdapat sel langerhans  mengaktifkan sistem imun
5. Stratum Basale
Lapisan terdalam epidermis 10-20 % sel di stratum basale adalah
melanocytes  melanin, sel warna untuk kulit (pigmen).Butiran melanin
berkumpul pada permukaan setiap keratinocytes.
2. DERMIS
Dermis membentuk bagian terbesar kulit dengan memberikan kekuatan
dan struktur pada kulit. Lapisan ini tersusun dari dua lapisan yaitu : Lapisan
papillaris yaitu bagian yang menonjol ke epidermis merupakan jaringan
fibrous tersusun longgar yang berisi ujung serabut saraf dan pembuluh

6
darah.Lapisan retikularis yaitu bagian di bawah lapisan papilaris yang
menonjol ke arah subcutan, lebih tebal dan banyak jaringan ikat. Dermis juga
tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar keringat serta
sebasea dan akar rambut.
3. JARINGAN SUBCUTAN/ HIPODERMIS
Merupakan lapisan kulit yang paling dalam. Lapisan ini terutama berupa
jaringan adiposa yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur
internal seperti otot dan tulang. Jaringan subcutan dan jumlah lemak yang
tertimbun merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.
1.2 Definisi Dermatitis
Dermatitis adalah perdangan pada kulit (inflamasi pada kulit) yang disertai
dengan pengelupasan kulit ari.
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berubah elfo-resensi polimorfik (Eritma, Edema, Papul, Vesikel,
Skuama, dan Keluhan gatal).
Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam
berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat
menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak
berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular.
Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan
amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam beberapa jenis yang masing-
masing memiliki indikasi dan gejala dermatitis yang muncul dipicu alergen
(penyebab alergi) tertentu seperti racun.
1.1 Etiologi
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak diketahui. Sebagian besar
merupakan respon kulit terhadap agen-agen misalnya zat kimia, protein,
bakteri, dan fungus. Respon tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Alergi
adalah perubahan kemampuan tubuh yang didapat dan spesifik untuk bereaksi.
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (Eksogen), misalnya Bahan
kimia (contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu),

7
mikroorganisme (contoh: bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (Endogen),
misalnya dermatitis Atopik.
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stress, dan iritasi
dapat menjadi penyebab ekstrim. Masing-masing jenis ekstrim, biasanya
memiliki penyebab berbeda pula. Sering kali, kulit yang pecah-pecah dan
meradang yang disebabkan ekstrim menjadi infeksi. Jika kulit tangan ada strip
merah seperti goresan, kita mungkin mengalami sesulit infeksi bakteri yang
terjadi dibawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit
yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat
disentuh dan selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya
tidak bagus.
1.2 Klasifikasi
1. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang di sebabkan oleh bahan /
substansi yang menempel pada kulit. Dermatitis yang muncul di picu
alergen ( penyebab alergi ) tertentu seperti racun yang terdapat pada
tanaman merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah
dan gatal. Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol bentol yang
meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi
pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci atau detergen. Alerginya bisa
berupa karet.
2. Neuro dermatitis
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit
tebal dan garis kulit tanpak lebih menonjol menyerupai kulit batang kayu,
akibat garukan atau gosokan yang berulang ulang karna berbagai
rangsangan pruruitogenik. Timbul karna goresan pada kulit secara
berulang, bisa berwujud kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5
sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita
gunakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu untuk
menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan
kaki, pergelangan tangan, lengan, dan bagian belakang pada leher.

8
3. Dermatitis seborrheic
Kulit terasa berminyak dan licin, melepuhnya sisi dari hidung,
antara kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini
sering kali di akibatkan faktor keturunan, muncul saaat kondisi mentas
dalam keadaan stress atau orang yang menderita penyakit saraf seperti
parkinson.
4. Dermatitis stasis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena (
hipertensi vena ) tungkai bawah. Yang muncul dengan adanya varises,
menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi
memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis ini muncul ketika
adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit.
5. Dermatitis atopik
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai
gatal yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak anak,
sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan
riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul
gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya
di lipatan. Gejala antara lain gatal gatal, kulit menebal, dan pecah pecah.
Sering kali muncul di lipatan siku atau di belakang lutut. Dermatitis
muncul saat alergi dan sering kali muncul pada keluarga yang salah satu
keluarga memiliki asma. Biasanya mulai sejak bayi dan kemungkina
keparahannya bisa bertambah atau berkurang selama masa kecil dan
dewasa.
6. Dermatitis medikamentosa
Memiliki bentuk lesi eritem dengan atau tanpa fesikula, berbatas
tegas, dapat soliter atau multiper. Terutama pada bibir, glans penis, telapak
tangan atau kaki. Penyebabnya dari obat obatan yang masuk ke dalam
tubuh melalui mulut, suntikan atau anal keluhan utama biasanya gatal dan
suhu badan meninggi. Gejala dapat akut, subakut atau kronik bisa
mengenai seluruh tubuh.

9
1.4 Manifestasi Klinis

Subyektif ada tanda-tanda radang akut terutama priritus (sebagai pengganti


Dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (Kalor), kemerahan (Rubor),
Edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (Function Laisa).
Obyektif, biasanya batas kelainan tidak terdapat lesi polimorfin yang dapat
timbul secara serentak atau turut-turut. Pada permulaan eritema dan edema.
Edema sangat jelas pada kulit yang longgar misalnya muka (terutama palpabre
dan bibir) dan gentalia ekstrena. Infiltrasi biasanya terdiri atas papul.
Dermatitis basah berarti terdapat eksudasi. Disana-sini terdapat sumber
dermatitis, artinya terdapat vesikel-vesikel fungtifomis yang berkelompok
yang kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustule,
jika disertai infeksi. Dermatitis sika (kering) berarti tidak madidans bilang
gelembung-gelembung mongering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi
dengan krusta. Pada stadium tersebut terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik.
Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai sekuele terlihat
hipermikpentasi atau hipomikpentasi
1.3 Patofisiologi
1. dermatitis kontak
dermatitis kontak alergik termasuk reasi tipe IV ialah hipersenitifitas tipe
lambat. Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi ( fase sensitisasi )
dan fase elisitasi
Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai
limfosit mengenal dan memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase
elesitasin ialah saat terjadi pajanan ulang dengan alergen yang sama atau
serupa sampai timbul gejala klinis.
Pada fase induksi, hapten ( protein tak lengkap ) berfenetrasi kedalam kulit
dan berikatan dengan protein barier membentuk antigen yang lengkap.
Antigen ini di tangkap dan di proses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel
langerhans, kemudian memacu reasi limfosit T yang belum tersensitasi di
kulit, sehingga terjadi sensitasi limfosit T, melalui saluran limfe, limfosit yang
telah tersensitasi berimigrasi kedarah parakortikal kelenjar getah bening
regional untuk berdiferensiasi dan berfoliferasi membentuk sel T efektor yang

10
tersensitasi secara spesifik dan sel memori. Kemudian sel sel tersebut masuk
ke dalam sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem limfoit, tersebar di
seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensitivitas yang sama di seluruh kulit
tubuh.
Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau
serupa. Sel efektor yang telat tersensititasasi mengeluarkan limfokin yang
mampu menarik berbagai sel radang sehingga terjadi gejala klinis.
2. Neurodermatitis

Kelainan terdiri dari Eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler,


dengan diameter bervariasi 5-40 mm. Bersifat membasah (Oozing), batas
relatif jelas, bila kering membentuk krusta bagian tubuh.

3. Dermatitis Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama
kering, basah atau kasar, krusta kekuningan dengan bentuk dan besar
bervariasi. Tempat kulit kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga,
lipatan mammae, presternal, ketiak, umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan
skrotum. Pada kulit kepala terdapat skuama kering dikenal sebagai dan druff
dan bila disebut pytiriasis steatoides: disertai kerontokan rambut.
1. Dermatitis Statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang
dan melebar. Terlihat berkelok kelok seperti cacing (varises). Cairan
intravaskuler masuk kejaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa
berat bila lama berdiri dan rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk.
Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul purpura. Bercak-bercak semula
tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat garukan
menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti
jaringan ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam.
2. Dermatitis Atopik
Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat
penting yang memberi reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin
menghambat kemotaktis dan menekan produksi sel T. Sel mast meningkat

11
pada lesi dermatitis atopi kronis. Sel ini mempunyai kemampuan
melepaskan histamin (menyebabkan lesi ekzematosa). Kemungkinan zat
tersebut menyebabkan prutisus dan eritema, mungkin karena gerakan
akibat gatal menimbulkan lesi ekzematosa.
Pada pasien dermatitis Atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE
secara berlebihan diturunkan secara genetik.

3. Dermatitis Medikamentosa
Faktor lingkungan merupakan faktor terpenting. Alergi paling sering
menyerang pada saluran nafas dan saluran pencernaan. Di dalam saluran
nafas terjadi inflamasi yang menyebabkan obstruktif saluran nafas yang
menyebabkan batuk dan sesak nafas.

1.6 Pemeriksaan Penunjang

1. laboratorium
a. darah : Hb, leukosi, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total,
albumin, globulin.
b. urin : pemeriksaan histopatologi
2. Penunjang ( pemeriksaan histopatologi )
Pemeriksaan ini tidak memberi gambaran khas untuk dianostik
karna gambaran histopatoginya dapat juga terlihat pada dermatitis oleh
sebab lain. Pada dermatitis akut perubahan pada dermatitis berupa edema
inter seluler, terbentuknya vesikel atau bula, pada dermis terdapat dilatasi
vaskuler di sertai edema dan infiltrasi perivaskuler sel sel monoclear.
Dermatitis subakut menyerupai bentuk akut dengan terdapatnya akantosis
dan kadang kadang parakeratosis. Pada dermatitis kronik akan terlihat
akantosis.
Pemeriksaan ultra struktur menunjukkan 2-3 jam setelah paparan
antigen, seperti dinitroklorbenzen topikal dan injeksi feritin intrakutan,
tanpak sejumlah besar sel langerhans di epidermis.

12
1.7 Penatalaksanaan
1. kortikosteroid

Mempunyai peranan penting dalam sistem imun. Pemberian topikal akan


menghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis kontak alergik. Steroid
menghambat aktifasi dan proliferasi spesifik antigen. Ini mungkin di
sebabkan karna efek langsung pada sel penyaji antigen dan sel T.

2. Radiasi ultraviolet

Mempuyai efek terapi terapeutik dalam termatitis kontak melalui


sistem imun. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya fungsi
sel langerhans dan menginduksi timbulnya sel penyaji antigen yang
berasal dari sumsum tulang yang dapat mengaktifasi sel T subresor.
Mengakibatkan hilangnya mulekul permukaan sel hangerhans, sehingga
menghilangkan fingsi penyaji antigen.

3. Siklosporin A

Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari


hipersensitivitas kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya
memberikan efek minimal, mungkin di sebabkan oleh kurangnya absorsi
atau inaktifasi dari obat di epidermis atau dermis.

4. Antibiotika dan Antimikotika

Superinfeksi dapat di timbulkan oleh S. Aureus, S. Beta dan alfa


hemolitikus, E. Koli, proteus dan kandida spp. Pada keadaan superinfeksi
tersebut dapat di berikan antibiotika ( misalnya gentamisin ) dan
antimikotika ( misalnya clotrimazole ) dalam bentuk topikal.

5. Imunosupresif Topikal
Tacrolimus bekerja dengan menghambat proliferasi sel T melalui
penurunan sekresi sitokin seperti IL-2 dan IL-4 tanpa merubah
responnya terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini akan mengurangi

13
peradangan kulit dengan tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek
samping sistemik.
6. Antihistamin
Pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek sedatifnya.
1.8 Pathway

Bahan iritan kimiawi dan fisik

Kerusakan sel Dikonsumsi atau Ag


kontak langsung
Kelainan kulit
Sel penyampai Ag
Iritan kontak
Lapisan Tanduk Rusak dengan Ag
Sel T
Denatursi Keranin Oleh sel plasma
dan basofil HMC
Menyingkirkan membentk Ab lgE
Lemak Lap. Tanduk Pelepasan limfokim

Memicu proses
Mengubah daya degranulasi Lepas makrofag
ikat air kulit

Pelepasan mediator Kerusakan


Merusak lapisan kimia berlebihan jaringan
epidermis

Reaksi peredangan Kelembapan kulit


kerusakan menurun
integritas kulit
Gatal dan rubor
Kulit mengering
Lapisan epidermis
Reaksi menggaruk
terbuka invasi bakteri
berlebih
Perubahan warna kulit

Pelepasan toksik bakteri Defisiensi


Pengetahuan Gangguan Citra tubuh

Risiko Infeksi

14
BAB. II KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

a. identitas pasien.

b. keluhan utama : biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.

c. riwayat kesehatan

1. Riwayat penyakit sekarang

Ternyata sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dan tindakan apa saja yang di lakukan pasien untuk
menanggulanginya.

Riwayat penyakit dulu

Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
kulit lainnya.

2. riwayat penyakit keluarga.

Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau
penyakit kulit lainnya

3. riwayat psikososial

Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang


mengalami stress yang berkepanjangan.

4. riwayat pemakaian obat

Apakah pasien pernah menggunakan obat obatan yang dipakai pada kulit
atau pernahkah pasien tidak tahan ( alergi ) terhadap sesuatu obat

d. pola fungsional

1. pola persepsi dan penanganan kesehatan

15
Tanyakan pada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit
apakah pasien langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai
penyakit tersebut mengganggu aktivitas pasien.

2. pola nutrisi dan metabolisme

 Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien


(pagi,siang dan malam)
 Tanyakan bagaimana nafsu makan klien apakah ada
mual,muntah pantangan atau alergi
 Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
 Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan
sayur-sayuran yang mengandung vitamin antioksidant
3. pola Eliminasi
 Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan
karakteristiknya
 Berapa kali miksi dalam sehari karakteristik urine dan defekasi
 Adankah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah
penggunaan alat bantu untuk miksi dan defekasi.
4. pola aktivitas/olahraga
 Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan
gangguan pada kulit
 Kekuatan otot: biasanya klien tidak ada masalah dengan
kekuatan otot karena yang terganggu adalah kulitnya
 Keluhan beraktivitas: kaji keluhan klien saat beraktivitas
5. pola istirahat/tidur
 Kebiasaan: tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
 Masalah pola tidur: tanyakan apakah terjadi masalah
istirahat/tidur yang berhubungan dengan gangguan pada kulit
 Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur?apakah merasa
segar atau tidak?
6. pola kognitif/persepsi
 Kaji status mental klien

16
 Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam
memahami sesuatu
 Kaji tingkat ansietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada
bicara klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien
 Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
 Kaji apakah klien mengalami vertigo
 Kaji nyeri: gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak
merah pada kulit
7. Pola persepsi dan konsep diri
 Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya
sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah
gambaran dirinya
 Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa
cemas, depresi atau takut
 Apakah ada hal yang enjadi pikirannya.
8. Pola peran hubungan
 Tanyakan apa pekerjaan klien
 Tanyakan tentang sistem pendukung dalam kehidupan klien
seperti: pasangan, teman dan lain-lain.
 Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan
perawtan penyakit klien
9. pola seksualitas/reproduksi
 Tanyakan maslah seksual klien yang berhubungan dengan
penyakitnya
 Tanyakan kapan klien mulai menopause dan maslah kesehatan
terkait dengan menopause.
 Tanyakan apakh klien mengalami kesulitan/perubahan dalam
pemenuhan kebutuhan seks.
10. pola koping-toleransi stress
 Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS
(financial atau perawat diri)

17
 Kaji keadaan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien
mengatasi kecemasannya (mekanisme koping klien). Apakah
ada penggunaan obat untuk penghilang stress atau klien sering
berbagi masalahnya dengan orang-orang terdekat.
11. pola keyakinan nilai
 Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan
dalam beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran
agamanya. Orang yang dekat kepada tuhannya lebih berfikiran
positif.

DIAGNOSA

1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan jaringan inflamasi

2. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak-bercak berwarna merah

3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perasaan malu terhadapan


penampakan diri dan persepsi diri tentang ketidakbersihan.

4.Defisiensi pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan


kurangnya informasi

18
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA NOC NIC


1. Kerusakan integritas kulit Setelah dilakukan tindakan Pemberian Obat : Kulit
berhubungan dengan lesi dan keperawatan selama 2x24 jam, - Catat riwayat medis pasien dan
jaringan inflamasi kerusakan integritas pasien teratasi. riwayat alergi
Dengan Kriteria Hasil: - Tentukan kondisi kulit pasien diatas
1. integritas kulit yang baik bisa area dimana obat akan diberikan
dipertahankan - Berikan agen topikal sesuai dengan
2. Mampu melindungi kulit dan yang diresepkan
mempertahankan kelembapan - Sebarkan obat diatas kulit, sesuai
kulit kebutuhan
3. luka/lesi pada kulit berkurang - Ajarkan dan monitor teknik
4. perfusi jaringan membaik pemberian mandiri, sesuai
5. menunjukkn terjadinya proses kebutuhan
penyembuhan luka - Dokumentasikan pemberian obat
dan respon pasien, sesuai dengan
protokol institusi
Manajemen Nutrisi

19
- Tentukan status gizi pasien dan
kemampuan (pasien) untuk
memenuhi kebutuhan gizi
- Identifikasi (adanya) alergi atau
intoleransi makanan yang dimiliki
pasien
- Tentukan apa yang menjadi
preferensi makanan bagi pasien
- Intruksikan pada pasien mengenai
kebutuhan nutrisi
2. Resiko infeksi berhubungan Setelah dilakukan intervensi 1. monitor tanda dan gejala infeksi
dengan lesi, bercak-bercak keperawatan selama 2x24 jam, sistemik dan lokal
berwarna merah masalah pasien dapat teratasi 2. pertahankan tehnik aseptik
dengan kriteria hasil : 3. inspeksi kulit dan membran mukosa
1. klien bebas dari tanda dan gejala terhadap kemerahan, panas dan drainase
infeksi 4. berikan teapi antibiotik
2. menunjukkan kemampuan untuk 5. tingkatkan intake nutrisi
mencegah timbulnya infeksi
3. menunjukkan perilaku hidup

20
sehat
3. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan intervensi Peningkatan Citra Tubuh
berhubungan dengan perasaan keperawatan selama 2x24 jam, - Gunakan bimbingan antisipasif
malu terhadapan penampakan diharapkan gangguan citra tubuh menyiapkan pasien terkait dengan
diri dan persepsi diri tentang klien teratasi dengan Kriteria Hasil: perubahan-perubahan citra tubuh
ketidakbersihan. 1. Mengembangkan yang (telah) diprediksikan
peningkatan kemauan untuk - Bantu pasien memisahkan
menerima keadaan diri penampilan fisik dari perasaan
2. Melaporkan perasaan dalam berharga secara pribadi, dengan cara
pengendalian situasi yang tepat
3. Menguatkan kembali - Bantu pasien untuk mengidentifikasi
dukungan positif dari diri tindakan-tindakan yang akan
sendiri meningkatkan penampilan.

4. Defisiensi pengetahuan tentang Setelah dilakukan intervensi Pendidikan Kesehatan


program terapi berhubungan keperawatan selama 2x24 jam, - Tentukan pengetahuan kesehatan
dengan kurangnya informasi diharapkan terapi dapat dipahami dan gaya hidup perilaku saat ini pada
dan dijalankan dengan Kriteria individu, keluarga, atau kelompok
Hasil: sasaran

21
1. Memiliki pemahaman - Identifikasi sumberdaya yang
terhadap perawatan kulit diperlukan untuk melaksanakan
2. Mengikuti terapi dan dapat program
menjelaskan alasan terapi - Tekankan manfaat kesehatan positif
3. Melaksanakan mandi, yang langsung (manfaat) jangka
pembersihan dan balutan pendek yang bisa diterima oleh
basah sesuai program perilaku gaya hidup positif dari pada
4. Menggunakan obat topikal menekankan pada manfaat jangka
dengan tepat panjang atau atau efek negatif dari
5. Memahami pentingnya nutri ketidakpatuhan
untuk kesehatan kulit. - Libatkan individu, keluarga,
kelompok dalam perencanaan dan
rencana implemetasi gaya hidup atau
modifikasi perilaku kesehatan

22
DAFTAR PUSTAKA

Djuanda S, Sularsito. (2006). SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit


kulit dan kelamin, Edisi III. Jakarta: FK UI: 126-31

NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klafisikasi.

Price, A. Sylvia.2006 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4.


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

23

Anda mungkin juga menyukai