Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN DERMATITIS

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK 3

1. Anatasia K. E. Ansanay

2. Astriani Ohoiner

3. Claodia Aknes Salmon

4. Endofita Kolong

5. Lia Afianti Loukaky

6. Maria Yunita Rahawarin

7. Wespa Vika Matuan

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PAPUA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SORONG

2021/2022
 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini dengan lancar, serta tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk

memenuhi tugas dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN


DERMATITIS” Makalah ini disusun dengan tujuan agar mahasiswa dapat

membaca dan mempelajari tentang asuhan keperawatan dermatitis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada

makalah ini. Oleh karena itu, penulis berharap pembaca untuk memberikan saran serta

kritik yang dapat membangun. Kritik dan saran pembaca sangat kami
harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semuanya.

Sorong, 6 Januari 2021

Penyusun

ii 
 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... ii

DAFTAR ISI..................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................1
A.   Latar Belakang..........................................................................1
B.   Rumusan Masalah....................................................................1
C.   Tujuan.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................3
A.   Definisi......................................................................................3

B.   Klasifikasi..................................................................................3
C.   Etiologi......................................................................................5
D.   Patofisiologi..............................................................................6
E.   Manifestasi Klinis.....................................................................8
F.   Pemeriksaan Penunjang...........................................................8
G.   Komplikasi................................................................................9
H.   Penatalaksanaan........................................................................9

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.............................................10

A.   Pengkajian...............................................................................10
B.   Hasil Pemeriksaan Penunjang dan Laboratorium..................11
C.   Diagnosa Keperawatan..........................................................11
D.   Rencana Keperawatan...........................................................13

BAB IV PENUTUP................................................................................17
KESIMPULAN............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................18

iii 
 
BAB I

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang 

Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia mebungkus otot-


otot dan organ dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan
merupakan benteng pertahanan terhadap bakteri. Kehilangan panas dan
 penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah
kulit atau sekresi kelenjar keringat. Organ-organ adneksa kulit seperti kuku dan
rambut telah diketahui mempunyai nilai-nilai kosmetik. Kulit juga merupakan
sensasi raba, tekan, suhu, nyeri, dan nikmat berkat jalinan ujung-ujung saraf
yang saling bertautan. Secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan:
epidermis, dermis, dan lemak subkutan. Epidermis, bagian terluar dari kulit
dibagi menjadi dua lapisan utama yaitu stratum korneum dan stratum malfigi.
Dermis terletak tepat di bawah epidermis, dan terdiri dari serabut-serabut
kolagen, elastin, dan retikulin yang tertanam dalam substansi dasar. Matriks
kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf yang menyokong dan
memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh. Juga terdapat limfosit,
histiosit, dan leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan invasi benda-
 benda asing. Di bawah dermis terdapat lapisan lemak subcutan yang
merupakan bantalan untuk kulit, isolasi untuk pertahankan suhu tubuh dan
tempat penyimpanan energi.

Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni Dermatitis
yang lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami
 peradangan. Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam
 berbagai jenis, terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat
menyebabkan pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak
 berbahaya, dalam arti tidak membahayakan hidup dan tidak menular.
Walaupun demikian, penyakit ini jelas menyebabkan rasa tidak nyaman dan

1
amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-
masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang muncul dipicu alergen
(penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada berbeda, antara lain

dermatitis. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk membuat


makalah yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Pada klien dengan
Dermatitis”. 

B.  Rumusan Masalah
1.   Apa yang dimaksud dengan dermatitis?
2.  Bagaimana tanda dan gejala dermatitis?
3.  Bagaimana membedakan jenis penyakit dermatitis?
4.  Bagaimana penatalaksanaannya?
5.  Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan dermatitis?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
a. Mampu untuk Memahami Konsep Penyakit Dermatitis

b. Memahami Asuhan Keperawatan Penyakit Dermatitis

2. Tujuan Khusus

a.  Mampu Untuk Mengetahui Penyebab Penyakit Dermatitis

 b.  Mampu Untuk Membedakan Jenis-Jenis Penyakit Dermatitis

c.  Mampu Untuk Memahami Asuhan Keperawatan Penyakit Dermatitis


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.   Definisi
Dermatitis kontak merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsur – unsur
fisik, kimia, atau biologi. Epidermis mengalami kerusakan akibat iritasi fisik dan

kimia yang berulang  –  ulang. Dermatitis kontak dapat berupa tipe iritan primer
dimana reaksi nonalergik terjadi akibat pajanan terhadap substansi iritatif, atau tipe
alergiyang disebabkan oleh pajanan orang yang sensitif terhadap alergen kontak.
(Arif dan Kumalasari, 2011)
Dermatitis adalah Peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen dan faktor endogen, menimbulkan kelainan

klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,


likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis
( Adhi Juanda,2010).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal
 pada kulit (Widhya, 2011). 

B.   Klasifikasi 

1.   Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi
yang menempel pada kulit. Dermatitis yang muncul dipicu alergen
(penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada tanaman
merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal.
Jika memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol yang
meradang. Disebabkan kontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi
pada kulit atau alergi. Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau
pembersih lantai. Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum,
kosmetik atau rumpu
2.    Neurodermatitis
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit
tebal dan garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit

 batang kayu, akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena


 berbagai ransangan pruritogenik. Timbul karena goresan pada kulit secara
 berulang, bisa berwujud kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5
sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita
kenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk
menggaruk bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan
kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.

3.   Dermatitis seborrheic

Kulit terasa berminyak dan licin, melepuhnya sisi-sisi dari hidung,


antara kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini
seringkali diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam
keadaan stres atau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson.

4.   Dermatitis stasis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena (atau
hipertensi vena) tungkai bawah. Yang muncul dengan adanya varises,
menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi

memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketika adanya
akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain
 pada kaki juga menjadi penyebab.

5.   Dermatitis atopik
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering
 berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi
 pada keluarga atau penderita (D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial).
kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan
likenifikasi, distribusinya dilipatan (fleksural).
Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal,

dan pecah-pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut.


Dermatitis biasanya muncul saat alergi dan seringkali muncul pada
keluarga, yang salah satu anggota keluarga memiliki asma. Biasanya
dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat
keparahannya selama masa kecil dan dewasa.

6.   Dermatitis medikamentosa
Dermatitis medikamentosa memiliki bentuk lesi eritem dengan atau
tanpa vesikula, berbatas tegas, dapat soliter atau multipel. Terutama pada

 bibir, glans penis, telapak tangan atau kaki. Penyebabnya dari obat-obatan
yang masuk kedalam tubuh melalui mulut, suntikan atau anal. Keluhan
utama pada penyakit biasanya gatal dan suhu badan meninggi. Gejala dapat
akut, subakut atau kronik. Untuk lokalisasinya bisa mengenai seluruh tubuh.
Apabila di bandingkan dengan melasma bedanya yaitu plak hiperpigmentasi
 batas nya tidak tegas

C.   Etiologi 
Penyebab munculnya dermatitis kontak iritan ialah bahan yang bersifat

iritan, misalnya bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan
serbuk kayu. Kelainan kulit yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul,
daya larut, konsentrasi, kohikulum, serta suhu bahan iritan tersebut, juga
dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu : lama kontak,
kekerapan (terus-menerus atau berselang) adanya oklusi menyebabkan kulit
lebih permeabel, demikian juga gesekan dan trauma fisis. Suhu dan kelembaban
lingkungan juga ikut berperan. (hj.Loetifia,2009)
Faktor individu juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya
 perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan

 permeabilitas; usia (anak di bawah umur 8 tahun lebih mudah teriritasi); ras
(kulit hitam lebih tahan dari pada kulit putih); jenis kelamin (insidens dermatitis
kontak iritan lebih tinggi pada wanita); penyakit kulit yang pernah atau sedang
dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan turun),

misalnyadermatitisatopic.

D.   Patofisiologi
Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan
iritan pada sel-sel epidermis, dengan respon peradangan pada dermis. Daerah yang
 paling sering terkena adalah tangan dan pada individu atopi menderita lebih berat.
Secara definisi bahan iritan kulit adalah bahan yang menyebabkan kerusakan secara
langsung pada kulit tanpa diketahui oleh sensitisasi. Mekanisme dari dermatis
kontak iritan hanya sedikit diketahui, tapi sudah jelas terjadi kerusakan pada

membran lipid keratisonit.


Menurut Gell dan Coombs dermatitis kontak alergik adalah reaksi
hipersensitifitas tipe lambat (tipe IV) yang diperantarai sel, akibat antigen spesifik
yang menembus lapisan epidermis kulit. Antigen bersama dengan mediator protein
akan menuju ke dermis, dimana sel limfosit T menjadi tersensitisasi. Pada
 pemaparan selanjutnya dari antigen akan timbul reaksi alergi.
PATHWAY

 
E.   Manifestasi Klinik 
Subyektif ada tanda – t anda radang akut terutama priritus ( sebagai
pengganti dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan
(rubor), edema

atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa).Obyektif, biasanya


 batas kelainan tidak tgas an terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul scara serentak
atau beturut-turut. Pada permulaan eritema dan edema.Edema sangat jelas pada klit
yang longgar misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genetelia eksterna
.Infiltrasi biasanya terdiri atas papul.
Dermatitis madidans (basah) bearti terdapat eksudasi.Disana-sini terdapat
sumber dermatitis, artinya terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok
yang kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika
disertai infeksi.Dermatitis sika (kering) berarti tiak madidans bila gelembung-

gelumbung mongering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal
ini berarti dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.Pada stadium tersebut
terjadi deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak
likenifikasi dan sebagai sekuele telihat hiperpigmentai tau hipopigmentasi.

F.   Pemeriksaan Penunjang 

1.Tes Tempel Terbuka


Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang
telinga karena daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca
dan dievaluasi hasilnya. Indikasi uji tempel terbuka adalah alergen yang
menguap.

2. Tes Tempel Tertutup


Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam
 plester yang pada bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut
diletakkan. Bahan yang dicurigai ditempelkan dipunggung atau lengan atas
 penderita selama 48 jam setelah itu hasilnya dievaluasi.
3. Tes tempel dengan Sinar
Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai
fotosensitisir yaitu bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan
yang dengan sinar ultra violet baru akan bersifat sebagai alergen. Tehnik sama
dengan uji tempel tertutup, hanya dilakukan secara duplo. Dua baris dimana
satu baris bersifat sebagai kontrol. Setelah 24 jam ditempelkan pada kulit salah
satu baris dibuka dan disinari dengan sinar ultraviolet dan 24 jam berikutnya
dievaluasi hasilnya. Untuk menghindari efek daripada sinar, maka punggung
atau bahan test tersebut dilindungi dengan secarik kain hitam atau plester hitam
agar sinar tidak bisa menembus bahan tersebut.

G.   Komplikasi 

1.   Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit


2.   Infeksi sekunder khususnya oleh Stafilokokus aureus
3.   Hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi
4.   Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi

H.   Penatalaksanaan 
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik
yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk
menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan

 perlindungan pada kulit. Pengobatan Pengobatan yang diberikan dapat berupa


 pengobatan topikal dan sistemik.
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
 pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila
kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah prosentase bahan
aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio, pasta, krim atau
linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan salep. Bila basah berikan
kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila
kering di dalam, diberi salep.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.   Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
 b. Keluhan Utama.
Pasien mengeluh nyeri dan gatal
 Nampak bengkak pada daerah lesi dan sekitarnya.
c. Riwayat Kesehatan.
1) Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan merasa nyeri dan gatal dan bengkak
 pada daerah lesi dan sekitarnya

2) Riwayat penyakit dahulu


Pada kasus tidak disebutkan pasien memiliki riwayat penyakit
terdahulu.
3) Diagnosa Medik:
Dermatitis Kontak
d. Pengkajian Saat Ini
1) Pola Nutrisi /metabolik: dalam kasus tidak disebutkan
2) Pola aktivitas dan latihan: Dalam kasus tidak dijelaskan
3) Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan
dan penyakit. Apakah pasien langsung mencari pengobatan
atau menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu
aktivitas pasien.
4) Pola eliminasi: pada kasus tidak dijelaskan secara spesifik
5) Pola aktivitas/olahraga
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan
gangguan pada kulit.
Kekuatan Otot: Biasanya klien tidak ada masalah dengan
kekuatan ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya
Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas
6) Pola istirahat/tidur
Kebiasaan: tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
Masalah Pola Tidur: Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur
yang berhubungan dengan gangguan pada kulit

7) Pola kognitif/persepsi

 Kaji status mental klien


 Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dlm
memahami sesuatu
 Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak
merah pada kulit
8) Pola peran hubungan
Pekerjaan pasien adalah Buruh diperusahaan rumput laut.
Kaji apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit
klien

e. Pemeriksaan Fisik

1. Wajah pasien nampak meringis


2. Pasien nampak menggaruk pada daerah tangan dan kaki.
3. Daerah tangan dan kaki nampak memerah dan edema, adanya eritema.

B. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG DAN LABORATORIUM


Dalam kasus tidak dilampirkan hasil pemeriksaan laboratorium ataupun
pemeriksaan penunjang lainnya.

C.  DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan rasa gatal

DS: Pasien merasa nyeri dan gatal pada tangan dan kaki

DO : - Wajah pasien nampak meringis


- Pasien nampak menggaruk pada daerah tangan dan
kaki.
2. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan adanya lesi pada tubuh

DS : -
DO : - Nampak bengkak pada daerah lesi dan sekitarnya.
- Daerah tangan dan kaki nampak memerah dan edema, adanya
eritema.

3. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan lesi dan jaringan inflamasi

DS : -
DO : - bengkak pada daerah lesi dan sekitarnya.
- Daerah tangan dan kaki nampak memerah dan edema, adanya eritema

KODE DIAGNOSA
 NO DOMAIN KELAS
KEPERAWATAN

1 12:Kenyamanan 1 : Kenyamanan fisik 00132 : Gangguan rasa nyaman

 b/d rasa gatal

2 6: Persepsi Diri 3: Citra Tubuh 00118: Gangguan Citra tubuh b/d

adanya lesi pada tubuh

3 11: Keamanan/ perlindungan2: Cedera Fisik 00046 : Kerusakan integritas kulit


 b/d lesi dan jaringan inflamasi
D.   RENCANA KEPERAWATAN

DIAGNOSA
No  NOC  NIC 
KEPERAWATAN 
1 Gangguan rasa
 NOC Label :Pain Level,  NIC Label : Pain Management
nyaman berhubungan
dengan rasa gatal •   Frekuensi •   Memastikan pasien

Batasan karakteristik : nyeri klien mendapatkan analgesic secara


menurun tepat
•   Laporan
•   Klien •   Mengeksplorasi faktor yang
secara verbal
tidak dapat memperburuk nyeri klien
atau non verbal
meringis lagi •   Mengajarkan prinsip dalam
•  
Tingkah laku
ekspresif  NOC Label : Comfort manajemen nyeri

(contoh : Status Physical  NIC Label : Environmental


wajah Management Comfort
•   Kontrol
meringis,,
Gejala (skala •   Mengatur Temperatur ruangan
merintih,
4)  pada suhu yang nyaman untuk
menangis,
klien
waspada,
 NOC Label : Comfort
iritabel, nafas •   Mengurangi hal – hal yang
Status Psychospiritual
dapat mengganggu
 panjang/berkel
uh kesah) •   Klien dapat kenyamanan klien

mengontrol gejala
 NIC Label :Pruritus
•   Relaksasi dari
Manangement
otot klien (skala 4)
•   Takut (skala 3) •   Menentukan penyebab dan
rasa gatal yang ditimbulkan

 NIC Label >>Ansiety Reduction:


•   Pendekatan meyakinkan

dan menenangkan
•   Menjelaskan semua
prosedur,

termasuk sensasi mungkin


dialami selama prosedur
•   Kaji pandangan klien
terkait situasi stress
•   Memberikan informasi

faktual mengenai diagnosis,


 pengobatan, dan prognosis
•   Mendorong keluarga untuk

 bersama dengan pasien

•   Memberikan aktivitas
 pengalihan diarahkan untuk
 pengurangan ketegangan.
•   Menganjurkan klien dari

 penggunaan tekhnik relaksasi

2 Gangguan citra tubuh  NOC: NIC : 


 berhubungan dengan •   Body image Body image enhancement
adanya lesi pada tubuh •   Self esteem •   Kaji secara
verbal dan
Batasan Karakteristik Setelah dilakukan tindakan
: keperawatan selama …. nonverbal respon klien
Objektif terhadap tubuhnya
gangguan body image
Kerusakan pada •   Monitor frekuensi
 pasien teratasi dengan
lapisan kulit (dermis) mengkritik dirinya
kriteria hasil:
Kerusakan pada •   Jelaskan tentang
•   Body image pengobatan,
 permukaan kulit positif
 perawatan, kemajuan dan
(epidermis) •   Mampu
 prognosis penyakit
Invasi struktur tubuh mengidentifikasi
•  
kekuatan personal
Dorong

klien mengungkapkan
perasaannya
•   •   Identifikasi arti

pengurangan melalui
Mendiskripsikan
pemakaian alat bantu
secara faktual
•   Fasilitasi kontak
 perubahan fungsi dengan

tubuh individu lain dalam


•   kelompok kecil

Mempertahankan
interaksi sosial

3 Kerusakan integritas obatan NOC :


kulit berhubungan Internal : Tissue Integrity : Skin and Mucous
dengan •   Membranes Wound Healing :
Eksternal : primer dan sekunder
Perubahan
•   Substansi Setelah dilakukan tindakan
kimia status
keperawatan selama…..
•   Kelembaban metabolik
kerusakan integritas kulit
•   Defisit
•   Faktor imunologi  pasien teratasi dengan

mekanik kriteria hasil:


(misalnya : alat •   Integritas kulit yang

yang dapat  baik bisa

menimbulkan dipertahankan (sensasi,

luka, tekanan, elastisitas,

restraint) temperatur, hidrasi,

•   Kelembaban  pigmentasi)
kulit
•   Tidak ada
•   Obat- luka/lesi
 pada kulit
NIC : Pressure
Management 
•   Anjurkan pasien untuk

menggunakan pakaian
yang longgar
•   Hindari kerutan pada

tempat tidur
•   Jaga kebersihan kulit
agar tetap bersih dan
kering
•   Mobilisasi pasien (ubah
posisi

 pasien) setiap dua jam


sekali
•   Monitor kulit akan
adanya kemerahan
•   Oleskan lotion atau

minyak/baby oil pada


derah yang tertekan
•   Monitor aktivitas dan

mobilisasi pasien
•   Monitor status nutrisi
pasien
•   Perubahan •   Perfusi jaringan •   Memandikan pasien dengan
baik
status nutrisi sabun dan air hangat
•   Menunjukkan
•   Observasi luka : lokasi,
 pemahaman dalam
dimensi, kedalaman luka,
 proses perbaikan kulit karakteristik,warna cairan,
dan mencegah
granulasi, jaringan nekrotik,
terjadinya sedera
tanda-tanda infeksi lokal,
 berulang
formasi traktus
•   Mampu
•   Ajarkan pada keluarga
melindungi
tentang luka dan perawatan
kulit dan
luka
mempertahankan
•   Kolaburasi ahli gizi
kelembaban kulit dan
 pemberian diae TKTP,
 perawatan alami
vitamin
•   •   Lakukantehnik
Menunjukkan terjadi perawatan luka
nya proses
dengan steril
 penyembuhan luka
•   Berikan

posisi yang
mengurangi tekanan pada luka
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Dermatitis kontak merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsur – unsur
fisik, kimia, atau biologi. Epidermis mengalami kerusakan akibat iritasi fisik dan

kimia yang berulang  –  ulang. Dermatitis kontak dapat berupa tipe iritan primer
dimana reaksi nonalergik terjadi akibat pajanan terhadap substansi iritatif, atau tipe
alergiyang disebabkan oleh pajanan orang yang sensitif terhadap alergen kontak.
(Arif dan Kumalasari, 2011)
Dermatitis adalah Peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen dan faktor endogen, menimbulkan kelainan

klinis berupa efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama,


likenifikasi) dan keluhan gatal. Dermatitis cenderung residif dan menjadi kronis
( Adhi Juanda,2010).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit
yang mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai
 jenis, terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan
gatal pada kulit (Widhya, 2011).
Klasifikasi nya yaitu Dermatitis kontak, Neurodermatitis, Dermatitis seborrheic,
Dermatitis stasis, Dermatitis atopic, Dermatitis medikamentosa.
DAFTAR PUSTAKA 

Djuanda Adhi, Sularsito. (2009). SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit

kulit dan kelamin. Edisi IV. Jakarta: FK UI: 126-31.


Johnson, M., et all. 2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
 Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Mc Closkey, C.J., et all. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
 Edition. New Jersey: Upper Saddle River

 NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi. Muttaqin,

A dan Kumala,S .2011 Asuhan Keperawatan gangguan Sistem


Integumen. Penerbit Salemba Medika.
Loetifia,Hj., (2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan , Penerbit , Jakarta: EGC.
Widhya. (2011). Askep Dermatitis. Diaskes pada tanggal 10 Februari 2017.

Anda mungkin juga menyukai