Anda di halaman 1dari 38

KEPERAWATAN JIWA II

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


WAHAM

Oleh :

(Kelompok 2)

1. Hana Gloria Triuli Simanjuntak (201914201026A)


2. Apriani Mangalik (201914201007A)
3. Melinda Asty Foidubun (2019142010
4. Melisa Intan Yoteni (2019142010

Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Papua (YPMP)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Papua

Program Studi Ilmu Keperawatan

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan
bagi mahasiswa/i maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.
Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen
mata kuliah Keperawatan Jiwa II dengan judul “KEPERAWATAN JIWA II
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN WAHAM”. Dalam
penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh para pembaca.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang
positif dan membangun dari rekan-rekan pembaca untuk penyempurnaan makalah
ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita
semua. Amin.

Sorong, 4 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................04
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................04
1.3 Tujuan........................................................................................................04
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian..................................................................................................05
B. Etiologi......................................................................................................05
C. Faktor Predisposisi dan Presipitasi ..........................................................06
D. Manifestasi Klinis.....................................................................................06
E. Mekanisme Koping...................................................................................07
F. Fase Waham.............................................................................................10
G. Perilaku Waham.......................................................................................12
H. Tipe Waham.............................................................................................15
I. Penatalaksanaan.......................................................................................16
J. Asuhan Keperawatan Waham..................................................................18
BAB III : PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................36
B. Saran.........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-
negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang
menyebabakan kematian secara langsung, namun gangguan tersebut dapat menimbulkan
ketidakmampuan individu dalam berkarya serta ketidak tepatan individu dalam berprilaku
yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat menghambat pembangunan
karena mereka tidak produktif. (Hawari, 2001). Pasien rawat inap yang mengalami gangguan
jiwa skizofrenia paranoid dan gangguan psikotik dengan gejala curiga berlebihan, sikap
eksentrik, ketakutan, murung, bicara sendiri, galak dan bersikap bermusuhan. Gejala ini
merupakan tanda dari skizofrenia dengan perilaku waham sesuai dengan jenis waham yang
diyakininya (medical record, 2010). Intensitas kecemasan yang tinggi, perasaan bersalah dan
berdosa, penghukuman diri, rasa tidak mampu, fantasi yang tak terkendali, serta dambaan-
dambaan atau harapan yang tidak kunjung sampai, merupakan sumber dari waham. Waham
dapat berkembang jika terjadi nafsu kemurkaan yang hebat, hinaan dan sakit hati yang
mendalam (Kartono, 1981).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana konsep gangguan jiwa, konsep Waham, dan Asuhan Keperawatan Waham.
1.3 Tujuan
Agar mahasiswa mampu memahami tentang gangguan jiwa dengan masalah waham.

4
BAB II
PEMBAHASAN

I. TINJAUAN TEORI
A. PENGERTIAN
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna dkk, 2007).
Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini
oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen,
1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI,
1994).

B. ETIOLOGI

Menurut World Health Organization (2016) secara medis ada banyak


kemungkinan penyebab waham, termasuk gangguan neurodegeneratif, gangguan
sistem saraf pusat, penyakit pembuluh darah, penyakit menular, penyakit
metabolisme, gangguan endokrin, defisiensi vitamin, pengaruh obat-obatan,
racun, dan zat psikoaktif.
1. Faktor Predisposisi
a. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
b. Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks
limbic
c. Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
d. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
2. Faktor Presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.

5
c. Adanya gejala pemicu
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering menunjukkan
episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa terdapat pada respon
neurobiologik yang maladaptif berhubungan dengan kesehatan. Lingkungan,
sikap dan perilaku individu (Direja, 2011).

C. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI


 Faktor Predisposisi
Klien sebelumnya belum pernah mengalami gangguan kejiwaan, selama
ini klien belum pernah melakukan pengobatan. Saat ini klien tinggal bersama
kedua orang tuanya. Setelah ditinggal pergi oleh istrinya 5 tahun yang lalu, klien
tidak memiliki seorang anakpun dari istrinya ini, klien mengatakan dulu ia
bekerja di sebuah perusahaan dan adanya pembagian pendapatan yang tidak
merata. Klien menginginkan sebuah mobil tapi tidak dikabulkan oleh keluarga.
Keluarga klien mengatakan klien sering melamun, ngoceh sendirian,
selalu merasa dikejar-kejar, bercerita hal-hal yang terlalu mewah dan tinggi yang
tidak sesuai dengan keadaan klien, adanya orang yang mau merebut posisi
jabatannya.

 Faktor Presipitasi
Klien sering menyendiri, duduk di samping ruangan bagian luar, tidur-
tiduran, berjalan mondar-mandir, mengoceh sendirian, sering diajak bercerita,
selalu bercerita bahwa ia memiliki jabatan yang tinggi.

D. TANDA DAN GEJALA (MANIFESTASI KLINIS)

1. Kognitif

 Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata


 Individu sangat percaya pada keyakinannya
 Sulit berfikir realita
 Tidak mampu mengambil keputusan

6
2. Afektif

 Situasi tidak sesuai dengan kenyataan


 Afek tumpul

3. Perilaku dan Hubungan Sosial

 Hipersensitif
 Huungan interpersonal dengan orang lain dangkal
 Depresi
 Ragu-ragu
 Mengancam secara verbal
 Aktivitas tidak tepat
 Streotif
 Impulsive
 Curiga

4. Fisik

 Higiene kurang
 Muka pucat
 Sering menguap
 BB menurun

E. MEKANISME KOPING

Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif dan mekanisme


ego spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham
menggunakan mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi.
Pada reaksi formasi, digunakan sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan,

7
ketergantungan dan perasaan cinta. Kebutuhan akan ketergantungan
ditransformasikan menjadi kemandirian yang kokoh.

Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataan


yang menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal
impuls yang tidak dapat di terima dari dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan
perasaan inferioritas telah dihipotesiskan telah menyebabkan reaksi formasi dan
proyeksi waham dan suporioritas.

Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang
menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang
terluka. (Kaplan Dan Saddock, 1997)

Menurut Herman (2011 dalam Prakasa, 2020) bahwa tanda dan gejala
gangguan proses pikir waham terbagi menjadi 8 gejala yaitu, menolak makan,
perawatan diri, emosi, gerakan tidak terkontrol, pembicaraan tidak sesuai,
menghindar, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar.

1. Waham Kebesaran

a. DS : Pasien mengatakan bahwa ia adalah presiden, Nabi, Wali, artisdan


lainnya yang tidak sesuai dengan kenyataan dirinya.

b. DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya, inkoheren (gagasan satu


dengan yang lain tidak logis), tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat
dimengertim pasien mudah marah dan pasien mudah tersinggung

2. Waham Curiga

a. DS : Pasien curiga dan waspada berlebih pada orang tertentu,Pasien


mengatakan merasa diintai dan akan membahayakan dirinya.

b. DO : Pasien tampak waspada,Pasien tampak menarik diri,Perilaku pasien


tampak seperti isi wahamnya ,Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak
logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti ) .

8
3. Waham Agama

a. DS : Pasien yakin terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan


berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

b. DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya ,Pasien tampak bingung


karena harus melakukan isi wahamnya,Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain
tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti)

4. Waham Somatik

a. DS : Pasien mengatakan merasa yakin menderita penyakit fisik ,Pasien


mengatakan merasa khawatir sampai panik

b. DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya ,Inkoheren ( gagasan satu


dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat
dimengerti )Pasien tampak bingung ,Pasien mengalami perubahan pola tidur ,
Pasien kehilangan selera makan

5. Waham Nihilistik

a. DS : Pasien mengatakan bahwa dirinya sudah meninggal dunia, diucapkan


berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.

b. DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya ,Inkoheren (gagasan satu


dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat
dimengerti ) , Pasien tampak bingung, Pasien mengalami perubahan pola tidur ,
Pasien kehilangan selera makan

6. Waham Bizzare

a. Sisip Pikir :

9
1) DS : Pasien mengatakan ada ide pikir orang lain yang disisipkan dalam
pikirannya yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan,Pasien mengatakan tidak dapat mengambil keputusan

2) DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya ,Pasien tampak bingung ,


Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara
keseluruhan tidak dapat dimengerti) , Pasien mengalami perubahan pola tidur.

b. Siar Pikir

1) DS :Pasien mengatakan bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan
yang dinyatakan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan,Pasien
mengatakan merasa khawatir sampai panik ,Pasien tidak mampu mengambil
keputusan

2) DO : Pasien tampak bingung , Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya ,


Inkoheren (gagasan satu dengan 9 yang lain tidak logis, tidak berhubungan, secara
keseluruhan tidak dapat dimengerti) ,Pasien tampak waspada ,Pasien kehilangan
selera makan

c. Kontrol Pikir

1) DS : -Pasien mengatakan pikirannya dikontrol dari luar , Pasien tidak mampu


mengambil keputusan

2) DO : Perilaku pasien tampak seperti isi wahamnya,Pasien tampak bingung ,


Pasien tampak menarik diri ,Pasien mudah tersinggung ,Pasien mudah marah
,Pasien tampak tidak bisa mengontrol diri sendiri ,Pasien mengalami perubahan
pola tidur ,Inkoheren (gagasan satu dengan yang lain tidak logis, tidak
berhubungan, secara keseluruhan tidak dapat dimengerti).

F. FASE WAHAM

Menurut Eriawan (2019) Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :

a. Fase Lack of Human need

10
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan pasien baik secara
fisik maupun psikis. Secara fisik pasien dengan waham dapat terjadi pada orang-
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien sangat
miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga pasien yang
secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan
selfideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan
dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dan
diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya
pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya
penghargaan saat tumbuh kembang (life span history).

b. Fase lack of self esteem

Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara
self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui
kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya,
menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta
memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek
pendidikan pasien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya
sangat rendah.

c. Fase control internal external

Pasien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa- apa yang
ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi pasien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut
belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar pasien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi

11
hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan
menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan pasien tidak merugikan
orang lain.

d. Fase environment support

Adanya beberapa orang yang mempercayai pasien dalam lingkungannya


menyebabkan pasien merasa didukung, lama kelamaan pasien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan
dosa saat berbohong.

e. Fase comforting

Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta


menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat pasien menyendiri
dari lingkungannya. Selanjutnya pasien lebih sering menyendiri dan menghindar
interaksi sosial (Isolasi sosial).

f. Fase improving

Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu


keyakinan yang salah pada pasien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi.
Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk
mengguncang keyakinan pasien dengan cara konfrontatif serta memperkaya
keyakinan relegiusnya bahwa apaapa yang dilakukan menimbulkan dosa besar
serta ada konsekuensi sosial.

G. PERILAKU WAHAM

12
Menurut Stuart (2005, dalam Prakasa, 2020) jenis waham yaitu :

a. Waham kebesaran

Keyakinan klien berlebihan tentang kebesaran dirinya atau kekuasan.


Penderita merasa dirinya orang besar, berpangkat tinggi, seseorang yang pandai
sekali, orang kaya. individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya/ contoh, “Saya ini pejabat di separtemen kesehatan lho!” atau, “Saya
punya tambang emas.”

b. Waham curiga

Klien yakin ahwa ada orang atau kelompok orang yang sedang
mengancam dirinya. Individu juga merasa disindir oleh orang-orang disekitarnya.
Biasanya individu yang mempunyai waham ini mencaricari hubungan antara
dirinya dengan orang lain disekitarnya, yang bermaksud menyindirnya atau
menuduh hal-hal yang tidak senonoh terhdap dirinya. individu meyakini bahwa
ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan/mencederai dirinya dan
diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Saya tidak tahu
seluruh saudara saya ingin menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan
kesuksesan saya.”

c. Waham berdosa

Timbul perasaan bersalah yang luar biasa dan merasakan suatu dosa yang
besar. Penderita percaya sudah selayaknya ia dihukum berat.

d. Waham dikejar

Individu merasa dirinya senantiasa dikejar-kejar oleh orang lain atau


kelompok orang yang bermaksud berbuat jahat kepadanya.

e. Waham cemburu

Selalu cemburu pada orang lain

13
f. Waham pengaruh

Klien merasa pikiran, emosi dan perbuatannya diawasi atau dipengaruhi


oleh orang lain atau kekuatan.

g. Waham agama

Individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama secara


berlebihan. dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh,
“Kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih setiap
hari.”

h. Waham somatic

Individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau


terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai dengan
kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.” (Kenyataannya pada pemeriksaan
laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan
bahwa ia sakit kanker).

i. Waham somatic atau Hipokondria

Keyakinan tentang berbagai penyakit yang berada di dalam tubuhnya


seperti ususnya yang membusuk, otak yang mencair.

j. Waham nihilistik

Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal dan


diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, ”Ini kan alam
kubur ya, semua yang ada disini adalah roh-roh”.

f. Waham sisip pikir

14
Klien yakin bahwa ada pikiran orang lain yang disisipkan atau
dimasukkan kedalam pikirannya.

g. Waham siar pikir

Klien yakin bahwa orang lain mengetahui isi pikirannya, padahal dia tidak
pernah menyatakan pikirannya kepada orang tersebut. Keyakinan pasien bahwa
orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun ia tidak pernah
menyatakan pikirannya kepada orang tersebut

h. Waham kontrol pikir

Klien yakin bahwa pikirannya dikontrol ole kekuatan dari luar dirinya.

H. TIPE WAHAM

Tipe-tipe waham antara lain:

1. Tipe Eritomatik

Klien dicintai mati-matian oleh orang lain, biasanya orang yang


sangat terkenal, seperti artis, pejabat atau atasanya. Klien biasanya hidup
terisolasi, menarik diri hidup sendirian dan bekerja dalam pekerjaan yang
sederhana.

2. Tipe kebesaran (magalomania)

Yaitu keyakinan bahwa seseorang memiliki bakat, kemampuan, wawasan yang


luar biasa, tetapi tidak dapat diketahui.

3. Waham Cemburu

Yaitu misalnya cemburu terhadap pasangannya, tipe ini jarang ditemukan


(0,2%) dari pasien psikiatrik, onset sering mendadak dan hilang setelah
perpisahan/kematian pasangan. Tipe ini menyebakan penyiksaan hebat dan fisik
yang bermakna terhadap pasangan dan kemungkinan dapat membunuh pasangan
oleh karena delusinya.

15
4. Waham kejar

Keyakinan merasa dirinya dikejar-kejar diikuti oleh orang lain. Tipe ini paling
sering ditemukan pada gangguan jiwa. Dapat berbentuk sederhana ataupun
terperinci dan biasanya berupa tema yang berhubungan diitnah secara kejam,
diusik, dihalang-halangi, diracuni, atau dihalangi dalam mengejar tujuan jangka
panjang.

5. waham tipe somatik atau Psikosis Hipokondrial Monosimptomatik.

Perbedaan dengan hipokondrial adalah pada derajat keyakinan yang dimiliki


klien. Menetapnya waham somatik yang tidak kacau tanpa adanya gejala psikotik
lainnya menyatakan gangguan delusional/ waham tipe somatik.

I. PROSES TERJADINYA WAHAM (DELUSI)

Faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah :

1. Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat


2. Klien disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian
3. Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain
4. Perpisahan dengan orang yang dicintainya
5. Kegagalan yang sering dialami
6. Sering menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat, misalnya
menyalahkan orang lain.

J. PENATALAKSANAAN

Menurut Prastika (2014) penatalaksanaan medis waham antara lain :

1. Psikofarmalogi

a. Litium Karbonat

16
Jenis litium yang paling sering digunakan untuk mengatasi gangguan
bipolar, menyusul kemudian litium sitial. Litium masih efektif dalam
menstabilkan suasana hati pasien dengan gangguan bipolar. Gejala hilang dalam
jangka waktu 1-3 minggu setelah minum obat juga digunakan untuk mencegah
atau mengurangi intensitas serangan ulang pasien bipolar dengan riwayat mania.

b. Haloperidol

Obat antipsikotik (mayor tranquiliner) pertama dari turunan butirofenon.


Mekanisme kerja yang tidak diketahui. Haloperidol efektif untuk pengobatan
kelainan tingkah laku berat pada anak-anak yang sering membangkang dan
eksplosif. Haloperidol juga efektif untuk pengobatan jangka pendek, pada anak
yang hiperaktif juga melibatkan aktivitas motorik berlebih memiliki kelainan
tingkah laku seperti: Impulsif, sulit memusatkan perhatian, agresif, suasana hati
yang labil dan tidak tahan frustasi.

c. Karbamazepin

Karbamazepin terbukti efektif, dalam pengobatan kejang psikomotor, dan


neuralgia trigeminal. Karbamazepin secara kimiawi tidak berhubungan dengan
obat antikonvulsan lain atau obat lain yang digunakan untuk mengobati nyeri
pada neuralgia trigeminal

1) Pasien hiperaktif atau agitasi anti psikotik potensi rendah

Penatalaksanaan ini berarti mengurangi dan menghentikan agitasi untuk


pengamanan pasien. Hal ini menggunakan penggunaan obat anti psikotik untuk
pasien waham.

2) Antipsikosis atipikal (olanzapin, risperidone).

Pilihan awal Risperidone tablet 1mg, 2mg, 3mg atau Clozapine tablet 25mg,
100mg.

3) Tipikal (klorpromazin, haloperidol), klorpromazin 25- 100mg.

17
Efektif untuk menghilangkan gejala positif.

4) Penarikan diri selama potensi tinggi seseorang mengalami waham.

Dia cenderung menarik diri dari pergaulan dengan orang lain dan cenderung
asyik dengan dunianya sendiri (khayalan dan pikirannya sendiri). Oleh karena itu,
salah satu penatalaksanaan pasien waham adalah penarikan diri yang potensial,
Hal ini berarti penatalaksanaannya penekanankan pada gejala dari waham itu
sendiri, yaitu gejala penarikan diri yang berkaitan dengan kecanduan morfin
biasanya sewaktu- waktu sebelum waktu yang berikutnya, penarikan diri dari
lingkungan sosial

5) ECT tipe katatonik

Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah sebuah prosedur dimana arus listrik
melewati otak untuk pelatihan kejang singkat. Hal ini menyebabkan perubahan
dalam kimiawi otak yang dapat mengurangi penyakit mental tertentu, seperti
skizofrenia katatonik. ECT bisa menjadi pilihan jika gejala yang parah atau jika
obat-obatan tidak membantu meredakan episode katatonik.

6) Psikoterapi

Walaupun obat-obatan penting untuk mengatasi pasien waham, namun


psikoterapi juga penting. Psikoterapi mungkin tidak sesuai untuk semua orang,
terutama jika gejala terlalu berat untuk terlibat dalam proses terapi yang
memerlukan komunikasi dua arah. Yang termasuk dalam psikoterapi adalah terapi
perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga, terapi supportif.

II ASUHAN KEPERAWATAN MASALAH WAHAM

A. PENGKAJIAN

Menurut tim Depkes RI (1994), pengkajian adalah langkah awal dan dasar
proses keperawatan secara menyeluruh. Pada tahap ini pasien yang dibutuhkan

18
dikumpulkan untuk menentukan masalah keperawatan. Setiap melakukan
pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat. Isi pengkajiannya
meliputi:

1. Identifikasi klien

Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien
tentang: Nama klien, panggilan klien, Nama perawat, tujuan, waktu pertemuan,
topik pembicaraan.

2. Keluhan utama / alasan masuk

Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga datang
ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah dan
perkembangan yang dicapai.

3. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan


jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin mengakibatkan
terjadinya gangguan:

 Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.
 Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonatus dan anak-anak.
 Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.

19
4. Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur
tinggi badan dan berat badan, kalau perlu kaji fungsi organ kalau ada keluhan.
5. Aspek psikososial
 Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
 Konsep diri
 Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian yang disukai
dan tidak disukai.
 Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap
status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki-laki / perempuan.
 Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan masyarakat dan
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas tersebut.
 Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan
penyakitnya.
 Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan penghargaan
orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi pengungkapan kekecewaan
terhadap dirinya sebagai wujud harga diri rendah.
 Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan, kelompok
yang diikuti dalam masyarakat.
 Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.
 Status mental
 Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentasi dan berhitung, kemampuan penilaian
dan daya tilik diri.
 Kebutuhan persiapan pulang

20
 Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat
makan.
 Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC serta
membersihkan dan merapikan pakaian.
 Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
 Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
 Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah minum
obat.
 Masalah psikososial dan lingkungan dari data keluarga atau klien mengenai
masalah yang dimiliki klien.
 Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang
dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.

6. Aspek medik

Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi,
terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan
klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam kehidupan
bermasyarakat.

Untuk mendapatkan data waham, lakukan observasi terhadap perilaku berikut ini:

1) Waham kebesaran.

Meyakini bahwa ia meimiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan


berulang kali tetapi tidak seusuai kenyataan. Contoh : “Saya ini pejabat di
departemen kesehatan lho.” Atau “Saya punya tambang emas”.

2) Waham curiga.

Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha


merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai

21
kenyataan. Contoh: “Saya tahu. Anda ingin menghancurkan hidup saya karena iri
dengan kesuksesan saya.”

3) Waham agama.

Memiliki keyakinan terhadap suatu agam secara berlebihan, diucapkan


berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Kalau saya mau masuk
surga saya harus menggunakan pakaian putih, setiap hari.”

4) Waham somatik.

Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu terserang penyakit,


diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuati kenyataan. Contoh: “Saya sakit
kanker”. Setelah pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker
namun pasien terus mengatakan bahwa ia terserang kanker.

5) Waham nihilistik.

Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meinggal, diucapkan


berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh: “Ini kan alam kubur ya, semua
yang ada di sini adalah roh-roh.

 Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang dapat digunakan sebagai panduan
untuk mengkaji pasien dengan waham:
1. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang diungkapkan dan
menetap?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien
cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh dan
tidak nyata?
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada di luar tubuhnya?
5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?

22
6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain
atau kekuatan dari luar?

1. Apakah pasien menyatakan bahwa ia meimliki kekuatan fisik atau kekuatan


lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?

Selama pengkajian dengarkan dan perhatikan semua informasi yang diberikan


oleh pasien tentang wahamnya. Untuk mempertahankan hubungan saling percaya
yang telah terbina jangan menyangkal, menolak, atau menerima keyakinan
pasien.

B. Diagnosis Keperawatan

Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari


hasil pengkajian adalah:

1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan waham.
2. Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri rendah.

C. Perencanaan dan Intervensi Keperawatan

1) Perencanaan Keperawatan

Tindakan keperawatan untuk pasien

Tujuan tindakan :

1. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap.


2. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar.
3. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
4. Pasien menggunakan obat dengan teratur.

23
 Tindakan Keperawatan:
1. Bina Hubungan saling percaya. Sebelum memulai mengkaji pasien dengan
waham, bina hubungan saling percaya terlebih dahulu agar pasien merasa aman
dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus dilakukan dalam rangka
membina hubungan saling percaya:

a. Mengucapkan salam terapeutik

b. Berjabat tangan

c. Menjelaskan tujuan interaksi

d. Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu pasien.

e. Bantu orientasi realita.

f. Tidak mendukung atau membantah waham pasien.

g. Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman.

h. Observasi pengaruh waham terhadap aktivitas sehari-hari

i. Jika pasien terus-menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa


memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien berhenti
membicarakannya.

j. Fokuskan pembicaraan pada realitas, (mis., memanggil nama pasien, menjelaskan


hal yang sesuai realita).

k. Berikan pujian bila penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realita.

2. Diskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang tidak terpenuhi sehingga


menimbulkan kecemasan, rasa takut, dan marah. Misalnya yang menyangkut
masalah-masalah masa kecil, dirumah, dikantor, hubungan dengan keluarga,
ditempat pekerjaan atau harapan-harapan yang selama ini tidak tercapai.
3. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien.

24
4. Berdiskusi tentang kemampuan positif yang dimiliki pada saat yang lalu dan saat
ini.
5. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki.
6. Libatkan pada kegiatan sehari-hari di rumah sakit serta tingkatkan aktifitas yang
dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional klien, misalnya menggambar,
bernanyi, membuat puisi, religious terapi, dsb.
7. Lakukan kontrak dengan klien untuk berbicara dalam konteks realita seperti cara-
cara mengisi waktu, cara meningkatkan ketrampilan yang mendatangkan uang,
cara belajar menjahit, menjaga kebersihan, dsb.
8. Berdiskusi tentang obat yang diminum (manfaat, dosis obat, jenis, dan efek
samping obat yang diminum serta cara meminum obat yang benar).
9. Libatkan dan diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami klien, cara
merawat klien dengan waham dirumah, follow up dan keteraturan pengobatan
serta lingkungan yang tepat untuk klien.

2) Intervensi dan Rasional

1.      Diagnosa 1: Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan


berubungan dengan waham.
Tujuan umum : Klien tidak menciderai diri, orang lain, dan lingkungan.
Tujuan khusus :

a. Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk kelancaran


hubungan interaksinya.
Tindakan :
 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalkan diri, jelaskan
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (topik,
waktu, tempat).
 Jangan membantah dan mendukung waham klien : katakan perawat menerima
keyakinan klien "saya menerima keyakinan anda" disertai ekspresi menerima,

25
katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak
membicarakan isi waham klien.
 Yakinkan klien berada dalam keadaan aman dan terlindungi : katakan perawat
akan menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan
keterbukaan dan kejujuran jangan tinggalkan klien sendirian.
 Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas harian dan perawatan diri.

a. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki.

Rasional : Dengan mengetahui kemampuan yang dimiliki klien, maka akan


memudahkan perawat untuk mengarahkan kegiatan yang bermanfaat bagi klien
dari pada hanya memikirkannya.

Tindakan :
 Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis.
 Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini
yang realistis.
 Tanyakan apa yang biasa dilakukan kemudian anjurkan untuk melakukannya saat
ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan diri).
 Jika klien selalu bicara tentang wahamnya, dengarkan sampai kebutuhan waham
tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.

b. Klien dapat mengidentifikasikan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

Rasional : Dengan mengetahui kebutuhan klien yang belum terpenuhi perawat


dapat merencanakan untuk memenuhinya dan lebih memperhatikan kebutuhan
klien tersebut sehingga klien merasa nyaman dan aman.
Tindakan :
 Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
 Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi baik selama di rumah maupun di
rumah sakit (rasa sakit, cemas, marah).
 Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dan timbulnya waham.

26
 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan
waktu dan tenaga (buat jadwal jika mungkin).
 Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.

c. Klien dapat berhubungan dengan realitas.

Rasional : Menghadirkan realitas dapat membuka pikiran bahwa realita itu


lebih benar dari pada apa yang dipikirkan klien sehingga klien dapat
menghilangkan waham yang ada.
Tindakan :
         Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan
waktu).
         Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas.
         Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan klien.

d. Klien dapat menggunakan obat dengan benar.

Rasional : Penggunaan obat yang secara teratur dan benar akan mempengaruhi
proses penyembuhan dan memberikan efek dan efek samping obat.
Tindakan :
         Diskusikan dengan klien tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan
efek samping minum obat.
         Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama pasien, obat,
dosis, cara dan waktu).
         Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan.
         Beri reinforcement bila klien minum obat yang benar.

e. Klien dapat dukungan dari keluarga.

Rasional : Dukungan dan perhatian keluarga dalam merawat klien akan


mambentu proses penyembuhan klien.

27
Tindakan:
         Diskusikan dengan keluarga melalui pertemuan keluarga tentang : gejala
waham, cara merawat klien, lingkungan keluarga dan follow up obat.
         Beri reinforcement atas keterlibatan keluarga

2. Diagnosa 2: Perubahan proses pikir : waham berhubungan dengan harga diri


rendah.

Tujuan umum : klien tidak mengalami perubahan isi pikir : waham kebesaran
Tujuan khusus :
1. Klien dapat menyebutkan penyebab dirinya menarik diri dengan kriteria
evaluasi, klien dapat mengetahui penyebabnya.
2. Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian berhubungan dengan
orang lain.
a.       Kaji pengetahuan klien dengan prilaku menarik diri sehingga dapat
mengenali tanda-tanda menarik diri.
Rasional : klien dapat menyadari tanda-tanda menarik diri sehingga
memudahkan perawat memberikan intervensi selanjutnya.
b.      Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya terutama
penyebab prilaku menarik diri.
Rasional : klien dapat mengungkapkan penyebab prilaku menarik diri dapat
membantu perawat dalam mengidentifikasi tindakan yang dilakukan.
c.       Berikan pujian terhadap kemampuan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian bila tidak mau berhubungan dengan orang lain.
Rasional : pujian akan dapat memotivasi klien untuk mau berhubungan dengan
orang lain.

SP 1 Pasien :

Membina hubungan saling percaya, mengindentifikasi kebutuhan yang tidak


terpenuhi dan cara memenuhi kebutuhan, mempraktikkan pemenuhan kebutuhan
yang tidak terpenuhi.

28
Orientasi :

“ Selamat pagi. Perkenalkan nama saya Ani . Saya perawat yang dinas pagi ini
Ruangan Gatot Kaca. Saya dinas dari jam 7 sampai jam 2 siang nanti. Saya akan
merawat Abang hari ini. Nama abang siapa, senangnya di panggil apa?

“ Bisa berbincang- bincang tentang apa yang Abang B rasakan sekarang ? “

“ Berapa lama Abang B mau berbincang-bincang ? bagaimana jika 15 menit”

“ Dimana enaknya kita berbincang-bincang, Bang?”

Kerja :

“ Saya mengerti Bang B merasa bahwa Abang adalah seorang nabi. Tapi sulit bagi
saya untuk mempercayainya , karena setahu saya semua nabi sudah tidak ada lagi, bisa
kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus Bang ?”

“ Tampaknya Bang B gelisah sekali, bisa Abang ceritakan apa yang Bang B
rasakan ?”

“ O.... jadi Bang B merasa takut nanti di atur-atur oleh orang lain dan tidak tidak
punya hak untuk mengatur diri Abang sendiri?”

“ Siapa menurut Abang B yang sering mengatur-atur diri Abang?”

“ Jadi ibu yang selalu mengatur-atur ya Bang? Juga kakak dan adik Abang B yang
lain?”

“ Jika Abang sendiri inginnya yang seperti apa?”

“ O.... Bagus Abang sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri.”

“ Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut, Bang “

“ Wah bagus sekali, jadi setiap harinya Abang ingin ada kegiatan diluar rumah karena
bosan jika di rumah terus ya...?”

Terminasi :

“ Bagaimana perasaan Bang B setelah berbincang-bincang dengan saya ?”

“ Masih ingat apa saja tadi yang kita bicarakankan ? Bagus .”

29
“ Bagiamana jika jadwal ini Abang coba lakukan, Setuu Bang ?”

“ Bagaimana jika saya datang kembali dua jam lagi ?”

“ Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki, misalnya hobi
dan kegemaran Abang. Mau di mana kah kita bercakap-cakap? Bagaimana jika disini
lagi?”

SP 2 Pasien :

Mengidentifikasik kemampuan positif pasien dan membantu mempraktikannya.

Orientasi :

“ Selamat siang Bang B. Bagiaman kabarnya saat ini? Bagus.?”

“ Apakah Bang B sudah mengingat apa saja hobi dan kegemaran Abang?”

“ Bagimana kita bicarakan hobi tersebut.”

“ Dimana enaknya kita berbincang-bincang tentang hobi Bnag B tersebut.”

“ Berapa lama Bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana jika 20 menit?”

Kerja :

“ Apa saja hobi Abang? Saya catat ya Bang. Terus apa lagi?”

“ Wah ternyata Abang B pandai bermain voli ya Bang. Tidak semua orang pandai
bermain voli seperti itu.” ( atau yang lain sesuai dengan yang diucapkan pasien ).

“ Bisa Bang B ceritakan kepada saya kapan pertama kali belajar main voli, siapa yang
dulu mengajarkannya ada Bang B dan diman.”

“ Bisa Bang B peragakan kepada saya bagaimana bermain voli yang baik itu?”

“ Wah...baik sekali permainannya.”

“ Coba kita buat jadwal untuk kemampuan Bang B yang ini ya, berapa kali sehari atau
seminggu Bnag B mau bermain voli?”

“ Apa yang Abang B harapkan dari kemampuan bermain voli ini?”

“ Ada tidak, hobi atau kemampuan Bnag B yang lain selain bermain voli?”

30
Terminasi:

“ Bagaimana perasaan Bang B setelah kita bercakap-cakap tentang hobi dan


kemampuan Abang?”

“ Setelah ini coba Bang B lakukan latihan voli sesuai jadwal yang telah kita buat ya.”

“ Besok kita ketemu lagi ya Bang.”

“ Bagaimana jika nanti sebelum makan siang? Dikamar makan saja ya... setuju?’

“ Bagaiman jika sekarang Bang B teruskan kemampuan bermain voli tersebut.

SP 3 Pasien :

Mengajarkan dan melatih cara minum obat yang benar

Orientasi:

“ Selamat pagi Bang B.”

“ Bagaimana Bang, sudah dicoba latihan volinya? Bagus sekali”

“ Sesuai dengan janji kita dua hari yang lalu, bagaimana jika sekarang kita
membicarakan tentang obat yang Abang B minum?”

“ Dimana kita mau bicarakan? Dikamar makan? Berapa lama Bang? 20 atau 30
menit?”

Kerja:

“ Berapa jenis obat yang Bang B minum? Jam berapa saja obatnya diminum?”

“ Bang B perlu minum obat ini agar pikirannya jdi tenang, tidurnya juga nyenyak.”

“ Obatnya ada tiga jenis Bang. Yang warna oranye namanya CPZ gunanya agar
tenang. Yang putih namanya THP, gunanya agar rileks. Dan yang warna merah
namanya HLP, gunanya agar pikiran jadi teratur. Semua diminum 3 kai sehari, yaitu
jam 7 pagi, jam 1 siang dan 7 malam .”

“ Bila nanti setelah minum obat ini mulut Bang B terasa kering, Bang B bisa
mengatasinya dengan banyak minum air putih atau mengisap-isap es batu.”

31
“ Sebelum minum obat ini, Bnag B harus memeriksa dulu label dikotak obat. Apakah
benar nama Bang B tertulis disitu, berapa butir yang harus diminum, jam berapa saja
harus minum. Baca juga apa nama obatnya sudah benar.”

“ Obat-obat ini harus diminum secara teratur dan kemungkinan besar harus diminum
dalam waktu yang lama. Agar tidak kambuh lagi sebaiknya Bang B tidak menghentikan
sendiri obat yang harus diminum sebelum berkonsultasi dengan dokter.”

Terminasi :

“ Bagaimana perasaan Bang B setelah kita bercakap-cakap tentang obat yang Bang B
minum? Apa saja nama obatnya ? jam berapa minumnya?

“ Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan Abang. Jangan lupa obatnya dan nanti
pada saat makan, minta sendiri obatnya pada perawat.”

“ Jadwal yang kita buat kemarin di lanjutkan ya Bang.”

“ Bang besok kita ketemu lagi untuk melihat jadwal kegiatan yang telah
dilaksanakan. Bagaimana jika di tempat seperti biasa? Jam 10 dan di tempat yang sama.
Sampai besok.”

SP 1 Keluarga:

Membina hubungan saling percaya dengan keluarga, mengidentifikasikan


masalah dan obat pasien.

Orintesi :

“ Selamat pagi pak/ Bu. Nama saya Ani, saya perawat yang dinas di Ruang Gatot
Kaca ini. saya yang merawat B selama ini. Nama Bapak dan Ibu siapa? Senangnya di
panggil apa?”

“ Bagaimana jika sekarang kita membicarakan tentang masalah B dan cara merawat B
di rumah .”

“ Dimana kita akan berdiskusi? Bagiamana jika diruang wawancara?”

“ Berapa lama waktu Bapak/ Ibu ? Bagaimana jika 10 menit?”

Kerja:

32
“ Apa masalah yang Bapak /Ibu hadapi dalam merawat B dirumah? Apa yang sudah
dilakukan di rumah dalam menghadapi sikap anak Bapak/ Ibu yang mengaku sebagai
nabi?”

“ B ini mengaku sebagai nabi, padahal nayatanya bukan nabi. Ini disebut dengan
gangguan proses berpikir. Saya akan menjelaskan bagiamana cara menghadapinya.
Setiap kali B mengatakan bahwa ia seorang nabi, Bapak/Ibu pertama-tama harus
mengatakan : Bapak dan Ibu mengerti bahwa B merasa seorang nabi , tetapi sulit bagi
Bapak dan Ibu mempercayainya, sebab setahu kami semua nabi telah meninggal.”
“ Kedua : Bapak dan Ibu harus lebih sering memuji B jika ia melakukan hal-hal yang
baik.”

“ ketiga : Hal ini juga sebaiknya di praktikan oleh seluruh anggota kelurga yang
berinteraksi dengan B .”
“ ke empat : B harus minum obat agar pikirannya tenang dan tidurnya juga nyenyak.
Obatnya ada tiga jenis. Yang warna oranye namanya CPZ gunanya agar tenang. Yang
putih ini namanya THP, gunanya agar rileks. Dan yang warna merah jambu ini namanya
HLP, gunanya agar pikiran jafi teratur . semuanya ini diminum 3 kali sehari. Yaitu jam
7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan
dokter, karena dapat menyebabkan B kambuh kembali.”
“ Bang B sudah mempunyai jadwal minum obatnya. Jika dia meminta obat sesuai
jamnya, segera berikan pujian.”

Terminasi:

“ Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara
merawat B dirumah”
“ Setelah ini, coba Bapak dan Ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi setiap
kali berkunjung ke rumah sakit.”
“ Baiklah, bagaimana jika dua hari lagi Bapak dan Ibu datang kembali lagi kesini dan
kita akan coba melakukan langsung cara merawat B sesuai dengan pembicaraan kita
tadi.”

“ Jam berapa Bapak dan Ibu bisa kemari?”

“ Baik, saya tunggu. Kita ketemu lagi di tempat ini.”

SP 2 Keluarga :

Melatih kelurga cara merawat pasien waham.

33
Orientasi:

“ Selamat pagi Pak/ Bu., sesuai janji kita dua hari yang lalu, sekarang kita coba lagi.”

“ Bagaimana Pak/Bu ? ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua
hari yang lalu?”
“ Sekarang kita latihan cara-cara merawat tersebut ya pak.”
“ Kita akan coba disni dulu, setelah itu, kita kan coba langsung ke B ya.....”
“ Berapa lama Bapak dan Ibu punya waktu.”

Kerja:

“ Sekarang anggap B yang sedang mengaku sebagai nabi, coba Bapak dan Ibu
praktikkan cara bicara yang benar jika B sedang dalam keadaan seperti itu.”
“ Bagus, betul begitu caranya.”
“ Sekarang coba, praktikkan cara memberikan pujian kepada kemampuan B miliki.
Bagus .”
“ Sekarang coba, memotivasi B minum obat dan melakukan kegiatan positifnya sesuai
jadwal.”

“ Bagus sekali. Ternyata Bapak dan Ibu sudah mengerti cara merawat B.”
“ Bagaimana jika sekarang kita mencobanya langsung kepada B.”

Terminasi :

“ Bagaimana perasaan Bapak dan Ibu setelah kita berlatih cara merawat B?”
“ Setelah ini coba Bapak dan Ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali Bapak
dan Ibu membesuk B.”
“ Bagaimana jika dua hari lagi Bapak dan Ibu datang kembali ke sini dan kita akan
melakukannya lagi sampai Bapak dan Ibu lancar melakukannya.”

“ Jam berapa Bapak dan Ibu bisa kemari?”


“ Baik saya tunggu, sampai bertemu lagi ditempat ini ya.”

SP 3 Keluarga :

Membuat perencanaan pulang bersama keluarga.

Orientasi:

34
“ Selamat pagi Pak. Karena sekarang B sudah boleh pulang, maka kita bicarakan
jadwal B selama dirumah.”
“ Bagaimana Pak, selama dibesuk apakah sudah terus di latih cara merawat B ?“

“ Kita sekarang akan membicarakan jadwal B dirumah, silakan Bapak duduk disini.”

“ Berapa lama Bapak punya waktu? Baik 30 menit saja, sebelum bapak
menyelesaikan administrasinya di depan.”

Kerja:

“ Pak ini jadwal B selama dirumah sakit, coba diperhatikan. Apakah kira-kira
semuanya dapat dilakukan selama di rumah? Jangan lupa memperhatikan B , agar ia
tetap menjalankan di rumah. Jangan lupa memberi tanda M ( mandiri ), B ( bantuan )
atau T ( tidak mau melaksanakan ).”
“ Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut dalah perilaku yang di tampilkan oleh
anak Ibu dan Bapak selama di rumah. Jika misalnya B selalu mengaku sebagai nabi
terus-menerus dan tidak menunjukan perbaikan, menolak minum obat atau
memperlihatkan perilaku yang membahayakan orang lain. Jika hal itu terjadi segera
hubungi KJ di puskesmas yang dekat dengan rumah Bapak. Ini nomor telepon
puskesmasnya : (0531) 210-xxx.”

“ Selanjutnya perawat KJ tersebut yang akan memantau perkembangan B selama di


rumah.”

Terminasi :

“ Ada yang ingin Bapak/ Ibu tanyakan ? bagaimana perasaan Bapak/ Ibu? Sudah siap
melanjutkan di rumah?”
“ Ini daftar kegiatan hariannya, dan ini surat rujukan baliknya ke puskesmas. Jika ada
apa-apa, Bapak/ Ibu juga boleh menghubungi kami.”

“ Silakan menyelesaikan administrasinya di depan.”

D. Evaluasi

1) Klien percaya dengan perawat, terbuka untuk ekspresi waham

35
2) Klien menyadari kaitan kebutuhan yg tdk terpenuhi dg keyakinannya
(waham) saat ini
3) Klien dapat melakukan upaya untuk mengontrol waham
4) Keluarga mendukung dan bersikap terapeutik terhadap klien
5) Klien menggunakan obat sesuai program

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Gangguan alam perasaan, ditandai dengan syndrome depresi parsial/ penuh, atau
kehilangan minat/kesenangan pada aktivitas yang biasa dan yang dilakukan pada
waktu lalu ditandai dengan gangguan fungsi sosial/okupasi.

Waham adalah gangguan proses pikir yang ditandai dengan keyakinan, ide-ide
pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan tidak bisa diubah dengan
logika/bukti-bukti yang nyata.

B. Saran

Agar dapat memberikan dukungan mental dan seoptimal pada pasien dalam
proses penyembuhan dan mampu merawat pasien di rumah agar tidak kambuh
lagi. Dikarenakan keluarga sangat besar pengaruhnya dalam memotivasi pasien
untuk cepat sembuh dan meningkatkan harga diri pasien serta kepercayaan pasien.

36
37
DAFTAR PUSTAKA

Ariawan D, Made. Ratep, Nyoman. Westa, Wayan. GANGGUAN WAHAM MENETAP


PADA PASIEN DENGAN RIWAYAT PENYALAHGUNAAN GANJA: SEBUAH
LAPORAN KASUS. 2014. [Diakses: 16 Sept 2014] Diambil dari:
http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/9635/7146.

Dermawan, D. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja/Asuhan


Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Goysen Publishing.

Hawari, Dadang. 2001. Manajemen stress, cemas dan depresi. Jakarta: FKUI.

Kartono, Kartini. 1981. Patologi Sosial – jilid 1. Bandung: Rajagrafindo Persada.

Keliat, Anna Budi. Akemat. Helena, Novy, dkk. 2007. Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas: CMHN (Basic Care). Jakarta: EGC

38

Anda mungkin juga menyukai