Anda di halaman 1dari 20

EFUSI PLEURA

NAMA KELOMPOK :

1. ASTRIANI OHOINER
2. CLAODIA AKNES SALMON
3. FERNANDO DWI SETYO UTOMO
4. MELISA INTAN YOTENI
DEFINISI
Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat
penumpukan cairan dari dalam kavum pleura
diantara pleura parietalis dan pleura viseralis dapat
berupa cairan transudat atau cairan eksudat
( Pedoman Diagnosis dan Terapi / UPF ilmu penyakit
paru.
ETIOLOGI
Kelainan pada pleura hampir selalu merupakan kelainan sekunder. Kelainan primer pada pleura hanya
ada dua macam yaitu infeksi kuman primer intrapleura dan tumor primer pleura. Timbulnya efusi pleura
dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi :
1.Hambatan resorbsi cairan dari rongga pleura, karena adanya bendungan seperti pada dekompensasi
kordis, penyakit ginjal, tumor mediatinum, sindroma meig (tumor ovarium) dan sindroma vena kava
superior.
2. Peningkatan produksi cairan berlebih, karena radang (tuberculosis, pneumonia, virus), bronkiektasis,
abses amuba subfrenik yang menembus ke rongga pleura, karena tumor dimana masuk cairan berdarah
dan karena trauma. Di Indonesia 80% karena tuberculosis.Secara patologis, efusi pleura disebabkan oleh
keadaan-keadaan:
 Meningkatnya tekanan hidrostatik (misalnya akibat gagal jantung)
 Menurunnya tekanan osmotic koloid plasma (misalnya hipoproteinemia)
 Meningkatnya permeabilitas kapiler (misalnya infeksi bakteri)
 Berkurangnya absorbsi limfatik
Penyebab efusi pleura dilihat dari jenis cairan yang
dihasilkannya adalah:

1. Transudat
Gagal jantung, sirosis hepatis dan ascites, hipoproteinemia pada nefrotik sindrom, obstruksi vena cava
superior, pasca bedah abdomen, dialisis peritoneal, dan atelektasis akut.
2. Eksudat
1. Infeksi (pneumonia, TBC, virus, jamur, parasit, dan abses)
2. Neoplasma (Ca. paru-paru, metastasis, limfoma, dan leukemia) Kelebihan cairan rongga pleura
dapat terkumpul pada proses penyakit neoplastik, tromboembolik, kardiovaskuler, dan infeksi. Ini
disebabkan oleh sedikitnya satu dari empat mekanisme dasar :
 Peningkatan tekanan kapiler subpleural atau limfatik
 Penurunan tekanan osmotic koloid darah
 Peningkatan tekanan negative intrapleural
 Adanya inflamasi atau neoplastik pleura
PATOFISIOLOGI
 Pada umumnya, efusi terjadi karena penyakit pleura hampir mirip plasma
(eksudat) sedangkan yang timbul pada pleura normal merupakan ultrafiltrat plasma
(transudat). Efusi dalam hubungannya dengan pleuritis disebabkan oleh peningkatan
permeabilitas pleura parietalis sekunder (efek samping dari) peradangan atau
keterlibatan neoplasma.
Contoh bagi efusi pleura dengan pleura normal adalah payah jantung kongestif. Pasien
dengan pleura yang awalnya normal pun dapat mengalami efusi pleura ketika terjadi
payah/gagal jantung kongestif. Ketika jantung tidak dapat memompakan darahnya
secara maksimal ke seluruh tubuh terjadilah peningkatan tekanan hidrostatik pada
kapiler yang selanjutnya menyebabkan hipertensi kapiler sistemik. Cairan yang berada
dalam pembuluh darah pada area tersebut selanjutnya menjadi bocor dan masuk ke
dalam pleura.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis disebabkan penyakit dasar. Pneumonia akan menyebabkan
demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis, sementara efusi malignan
dapat mengakibatkan dipsnea dan batuk. Ukuran efusi akan menentukan
keparahan gejala. Efusi pleura yang luas akan menyebabkan sesak nafas.
Area yang mengandung cairan atau menunjukkan bunyi napas minimal atau
tidak sama sekali menghasilkan bunyi datar, pekak saat diperkusi. Egofoni
akan terdengar di atas area efusi. Deviasi trakea menjauhi tempat yang
sakit dapat terjadi jika penumpukan cairan pleural yang signifikan. Bila
terjadi efusi pleural kecil sampai sedang, dipsnea mungkin saja tidak
terdapat.Berikut tanda dan gejala:
TANDA DAN GEJALA
1.Adanya timbunan cairan mengakibatkan perasaan sakit karena pergesekan, setelah cairan cukup
banyak rasa sakit hilang. Bila cairan banyak, penderita akan sesak napas.
2.Adanya gejala-gejala penyakit penyebab seperti demam, menggigil, dan nyeri dada pleuritis
(pneumonia), panas tinggi (kokus), subfebril (tuberkulosisi), banyak keringat, batuk, banyak riak.
3.Deviasi trachea menjauhi tempat yang sakit dapat terjadi jika terjadi penumpukan cairan pleural
yang signifikan.
4.Pemeriksaan fisik dalam keadaan berbaring dan duduk akan berlainan, karena cairan akan
berpindah tempat. Bagian yang sakit akan kurang bergerak dalam pernapasan, fremitus melemah
(raba dan vocal), pada perkusi didapati daerah pekak, dalam keadaan duduk permukaan cairan
membentuk garis melengkung (garis Ellis Damoiseu).
5.Didapati segitiga Garland, yaitu daerah yang pada perkusi redup timpani dibagian atas garis Ellis
Domiseu. Segitiga Grocco-Rochfusz, yaitu daerah pekak karena cairan mendorong mediastinum kesisi
lain, pada auskultasi daerah ini didapati vesikuler melemah dengan ronki.
Lanjut..
6.Pada permulaan dan akhir penyakit terdengar krepitasi
pleura.

Keberadaan cairan dikuatkan dengan rontgen dada,


ultrasound, pemeriksaan fisik, dan torakosentesis. Cairan
pleural dianalisis dengan kultur bakteri, pewarnaan
Gram,basil tahan asam (untuk tuberkulosis), hitung sel darah
merah dan putih, pemeriksaan kimiawi (glukosa, amylase,
laktat dehidrogenase, protein), analisis sitologi untuk sel-sel
malignan, dan pH. Biopsi pleura mungkin juga dilakukan.
PENATALAKSANAAN
 Tujuan pengobatan adalah untuk menemukan penyebab dasar, untuk mencegah
penumpukan kembali cairan, dan untuk menghilangkan ketidaknyamanan serta
dipsnea. Pengobatan spesifik ditujukan pada penyebab dasar (misal gagal jantung
kongestif, pneumonia, seosis)Torakosintesis dilakukan untuk membuang cairan, untuk
mendapatkan specimen guna keperluan analisis, dan untuk menghilangkan dipsnea.
Namun bila penyebab dasar adalah malignansi, efusi dapat terjadi kembali dalam
beberapa hari atau minggu. Torasentesis berulang menyebabkan nyeri, penipisan
protein dan elektrolit, dan kadang pneumotoraks. Dalam keadaan ini pasien mungkin
diatasi dengan pemasangan selang dada dengan drainase yang dihubungkan ke system
drainase water-seal atau pengisapan untuk mengevaluasi ruang pleura dan
pengembangan paru.
Lanjut…
Agens yang secara kimiawi mengiritasi, seperti tetrasiklin, dimasukkan ke dalam
ruang pleura untuk mengobliterasi ruang pleural dan mencegah akumulasi cairan
lebih lanjut. Setelah agens dimasukkan, selang dada diklem dan pasien dibantu
untuk mengambil berbagai posisi untuk memastikan penyebaran agens secara
merata dan untuk memaksimalkan kontak agens dengan permukaan pleural. Selang
dilepaskan klemnya sesuai yang diresepkan, dan drainase dada biasanya diteruskan
beberapa hari lebih lama untuk mencegah reakumulasi cairan dan untuk
meningkatkan pembentukan adhesi antara pleural viseralis dan parietalis.Modalitas
penyakit lainnya untuk efusi pleura malignan termasuk radiasi dinding dada, bedah
pleurektomi, dan terapi diuretic. Jika cairan pleura merupakan eksudat, posedur
diagnostic yang lebih jauh dilakukan untuk menetukan penyebabnya. Pengobatan
untuk penyebab primer kemudian dilakukan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Thorax
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk bayangan seperti kurva,
dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi daripada bagian medial. Bila permukaannya horisontal
dari lateral ke medial, pasti terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar atau
dari dalam paru-paru sendiri. Kadang-kadang sulit membedakan antara bayangan cairan bebas dalam
pleura dengan adhesi karena radang (pleuritis). Disini perlu pemeriksaan foto dada dengan posisi
lateral dekubitus.
pemeriksaan foto dada dengan posisi lateral dekubitus.
1. CT – SCAN
Pada kasus kanker paru Ct Scan bermanfaat untuk mendeteksi adanya tumor paru juga sekaligus
digunakan dalam penentuan staging klinik yang meliputi :
1.menentukan adanya tumor dan ukurannya
2.mendeteksi adanya invasi tumor ke dinding thorax, bronkus, mediatinum dan pembuluh darah besar
3.mendeteksi adanya efusi pleura
Disamping diagnosa kanker paru CT Scan juga dapat digunakan untuk menuntun tindakan trans thoracal
needle aspiration (TTNA), evaluasi pengobatan, mendeteksi kekambuhan dan CT planing radias
ASUHAN KEPERAWATAN
Format Pengkajian

 Tanggal M RS :
 Tanggal Pengkajian :
 Diagnosa Masuk : Efusi Pleura dextra
 NO REG :
 Jam Masuk:
 Ruang/ Kelas :
 Nama :
 Umur :
 Suku/ Bangsa :
 Agama :
 Alamat :
 Pekerjaan :
 Keluhan Utama : sesak napas
 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien dengan mula-mula sesak. Sesak hilang timbul, di sertai nyeri dada terutama
saat beraktifitas dan terkadang juga pada malam hari sesak timbul kembali, ketika
pasien sesak, pasien mencoba tidur dengan posisi duduk. Sebelum sesak pasien
mengeluh batuk selama kurang lebih selama satu bulan. Batuk tanpa disertai dahak,
dan mengkonsumsi obat batuk namun tidak sembuh. Karena sesak bertambah hebat,
pasien ke IGD RSUD Padang sidimpuan.
 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
Pasien pernah masuk RS dengan diagnosa CHF
 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Riwayat penyakit keturunan: keluarga mengaku tidak ada anggota keluarga yang
mengalami sakit seperti pasien. Keluarga mengatakan tidak ada riwayat keganasan,
batuk lama, batuk berdarah, keringat dingin, DM, HT, asma, alergi.
PERILAKU YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

Pasien tidak mengkonsumsi alcohol, tetapi pasien adalah


perokok berat dimana dapat mengkonsumsi satu bungkus dalam
sehari dan hal itu sudah dilakukan lebih dari 10 tahun. Dalam
sehari pasien mampu manghabiskan rokok 1 bungkus bahkan
lebih. Pekerjaan pasien sebagai Pegawai Negeri Sipil. Saat
pengkajian pasien mengaku tidak mengerti bahwa pola
hidupnya dapat mengakibatkan kanker paru, hal tersebut
merupakan kurangnya sumber informasi bagi pasien.
OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK
 1. Tanda Tanda Vital Kesadaran : Compos mentis.
Tanda-tanda vital:
Suhu: 37,5˚C Nadi: 96×/ menit. RR:32x/menit TD:130/90mmHg
 Sistem Pernafasan
Nafas pasien tersengal-sengal cepat, pendek, terasa lebih sesak meningkat/ bertambah
setelah beraktifitas dan terdapat nyeri. Tidak ada pernafasan cuping hidung dan tidak ada
retraksi otot bantu nafas. Gerak dada kiri dan kanan simetris, terdapat suara nafas tambahan
berupa ronki di bagian dekstra apeks. Adanya secret dan batuk produktif tetapi batuk tidak
efektif. Irama nafas teratur terdapat dispnoe, pasien tidak menggunakan alat bantu nafas,
suara nafas vesikuler. Terdapat hasil torakosintesis yang dilakukan pada pukul 11.30,dan
ternyata masih terdapat cairan di kavum pleura sebanyak 500 cc
 Sistem Kardiovaskuler
Pasien mengalami nyeri dada, irama jantung regular.
 Sistem Persyarafan
Pasien tidak merasa pusing, tidak terdapat gangguan pendengaran, dan tidak
mengalami gangguan penciuman. Istirahat pasien 8 jam/ hari. Dan pasien mengaku
tidak mengalami gangguan tidur. Namun setelah bangun tidur sering sesak nafas.
 Sistem Perkemihan
Menurut pasien, alat genetalia nya dalam kondisi bersih, dan tidak mengalami
keluhan kencing. Volume urin pasien normal, dan tidak terpasang kateter.
 Sistem Pencernaan
Mulut pasien tampak bersih, lembab dan tidak ada stomatitis, tidak bau mulut,
gigi sempurna (tidak terdapat karies gigi), lidah merah, kelainan tidak ada, pasien
tidak mengalami gangguan menelan. Tidak terdapat luka operasi, peristaltic 9x/
menit dengan suara peristaltikterdengar lemah, BAB 1x sehari terakhir pada
tanggal 22-10-2010 dengan konsistensi lunak warna kecoklatan, dan bau khas,
nafsu makan menurun.
 Sistem Muskoleskeletal
Pergerakan sendi pasien bebas, tidak mengalami fraktur. Tidak mengalami kelainan
tulang belakang, tidak menggunakan traksi gips spalk, permukaaan kulit terlihat
mengkilat, dan tekstur halus. Rambut putih hitam bersih, tidak terdapat dekubitus.
Pasien mengalami intoleransi aktifitas dikarenakan jika terlalu banyak bergerak, akan
timbul sesak napas.
 Sistem Endokrin
Leher pasien tidak terlihat membesar, saat pemeriksaan Pasien tidak mengalami
pembesaran kelenjar tiroid dan tidak mengalami pembesaran kelenjar betah bening,
Hiperglikemia (-), hipoglikemia (-).
 PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Pasien tidak mengalami gangguan pada psikososial. Pasien dapat berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya dan dapat kooperatif dengan tenaga medis.
 PERSONAL HYGIENE DAN KEBIASAAN
Klien mengatakan mandi sehari 2x dan keramas 1-2 kali seminggu. Kuku terlihat bersih
dan pendek, memakai arloji di tangan sebelah kanan pasien untuk melihat waktu kapan
dia harus menjalani pengobatan, membersihkan diri, jam istirahat, dan makan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto Thorax
Hasil torakosintesis pada tanggal 20-10-2010
sebesar 500cc Hasil torakosintesis 17-01-2012
pukul 10.30 sebesar 500ccFoto Thorak 17-01-
2012: efusi pleura dekstra
2. CT-SCAN
CT Scan 17-01-2012: ca paru dextra
DIAGNOSA KEPERAWATAN

 Diagnosa Utama :
1.Ketidak efektifan pola pernapasan b/d menurunnya ekspansi paru sekunder
d/d pasien merasa sesak
 Diagnosa yang mungkin muncul :
1. Intoleransi aktivitas b/d keadaan fisik yang lemah d/d nyeri pada dada
2. Gangguan pola tidur dan istirahat b/d batuk yang menetap d/d Klien susah
tidur
3. Kecemasan b/d adanya ancaman kematian yang dibayangkan d/d os merasa
ketakutan.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai