Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA II

ASUHAN KEPERAWATAN HARGA DIRI RENDAH (HDR)

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. Anatasia K E Ansanay
2. Astriani Ohoiner
3. Endofita Kolong
4. Gryna Yonas
5. Novalina Wafom
6. Olivia Salay

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

2021

KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "ASUHAN KEPERAWATAN HDR" dengan tepat
waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata kuliah keperawatan jiwa II. Selain itu, makalah ini
bertujuan menambah wawasan tentang harga diri rendah bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Rina Hardiyanti.,S.Kep., M.Kep selaku dosen
mata kuliah Keperawatan Jiwa II. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh
dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Sorong, 5 November 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI..................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4
A. Latar Belakang.....................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................................5
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan...............................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................7
A. KONSEP DASAR HARGA DIRI RENDAH.........................................................................7
1. Definisi........................................................................................................................................7
2.Tanda dan gejala...........................................................................................................................7
3. Penyebab......................................................................................................................................8
4. Patofisiogi....................................................................................................................................8
5. Klasifikasi HDR...........................................................................................................................9
6. Akibat..........................................................................................................................................9
7. Penatalaksanaan...........................................................................................................................9
B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH.......10
1. Pengkajian..................................................................................................................................10
Masalah atau Data yang perlu Dikaji.............................................................................................11
2. Diagnosis keperawatan..............................................................................................................11
3. Intervensi dan Tindakan Keperawatan......................................................................................11
4. Strategi pelaksanaan ................................................................................................................. 15
5. Evaluasi Keperawatan ...............................................................................................................15
BAB III PENUTUP......................................................................................................................23
A. Kesimpulan...........................................................................................................................23
B. Saran......................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Harga diri rendah adalah suatu masalah utama untuk kebanyakan orang dan dapat
diekspresikan dalam tingkat kecemasan sedang dan tinggi. Harga diri rendah kronik
merupakan suatu keadaan yang maladaptif dari konsep diri, dimana perasaan tentang diri
atau evaluasi diri yang negatife dan dipertahankan dalam waktu yang lama.

Termasuk didalam harga diri rendah ini, evaluasi diri yang negatif dan dihubungkan
dengan perasaan lemah, tidak tertolong, tidak ada harapan, ketakutan, merasa sedih,
sensitif, tidak sempurna, rasa bersalah dan tidak adekuat. Harga diri rendah kronik juga
merupakan suatu komponen utama dari depresi yang ditunjukan dengan perilaku sebagai
terhukum dan tidak mempunyai rasa ( Stuart & Laraia ).

Beberapa penelitian menunjukan depresi yang diakibatkan oleh harga diri rendah,
yang salah satunya mempunyai hasil 15.600 siswa sekolah di Amerika, tingkat 6 sampai
10 menunjukkan harga diri rendah yang diakibatkan oleh sering dilakukannya
pengitimidasian atau pengejekan menimbulkan risiko depresi pada usia dewasa
( Kendree, 2001 ).

Masalah harga diri rendah diperkiraan juga sebagai akibat dari masa lalu yang kurang
menyenangkan, misalnya terlibat NAPZA. Berdasarkan hasil dari overview dinyatakan
bahwa pencandu NAPZA biasanya memiliki konsep diri yang negatif dan harga diri
yang rendah. Perkembangan emosi yang terhambat, dengan ditandai oleh
ketidakmampuan mengekspresikan emosinya secara wajar, mudah cemas, pasif agresif
dan cenderung depresi. Remaja dengan penyalahgunaan NAPZA umumnya tidak mandiri
dan menganggap segala sesuatu harus diperoleh dari lingkungan.

Pasien sebagai sistem menjadi suatu tolak ukur bahwa keluarga dan masyarakat
adalah bagian dari subsistem tersebut. Keluarga merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari masyarakat. Mereka terdiri dari dua atau lebih orang dan meliputi anak-
anak. Semua anggota keluarga saling mempengaruhi satu dan lainnya melalui interaksi
dan saling memberikan dukungan dalam memperlihatkan fungsi dasar yang perlu untuk
kesejahteraan keluarga.

Dengan latar belakang keluarga, maka anggota akan belajar bagaimana


berhubungan dan berkomunikasi dengan yang lainnya. Keluarga juga mempengaruhi
perkembangan individual. Jika keluarga memiliki pengaruh yang positif pada
anggotanya, mereka akan mempunyai rasa dan pengakuan diri serta harga diri yang
positif, dan akan menjadi produktif sebagai anggota masyarakat (Shives, 1998).

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah konsep dan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan harga
diri rendah

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum

Melaporkan hasil Konsep dan Asuhan Keperawatan Jiwa pada pasien yang mengalami masalah
harga diri rendah.

2. Tujuan Khusus

a). Menggambarkan kemampuan penulis dalam mengkaji pasien dengan masalah harga diri
rendah.

b). Menggambarkan kemampuan penulis dalam mengidentifikasi diagnosa atau masalah


potensial pasien dengan masalah harga diri rendah.

c). Menggambarkan kemampuan penulis dalam menyusun tindakan keperawatan yang tepat pada
pasien dengan masalah harga diri rendah

d). Menggambarkan kemampuan penulis dalam mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
keperawatan yang tepat pada pasien dengan masalah harga diri rendah

e). Menggambarkan kemampuan penulis dalam melakukan evaluasi asuhan keperawatan jiwa
harga diri rendah.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pasien dan Keluarga

Menambah pengetahuan dan ketrampilan keluarga dalam perawatan pasien harga diri rendah di
rumah.

2. Bagi Penulis

Penulis lebih memahami asuhan keperawatan harga diri rendah, juga sebagai bahan referensi
untuk melakukan pengelolaan kasus selanjutnya agar lebih baik.
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP DASAR HARGA DIRI RENDAH

1. Definisi
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak dapat
bertanggungjawab pada kehidupannya sendiri.

Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan
diri yang negatif yang dapat secara langsung atau tidak langsung diekpresikan ( Townsend,
1998).

Menurut schult & Videbeck (1998), gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif
seseorang terhadap diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung.

Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri,
termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencampai keiinginan ( budi Ana
keliat, 1999)

Harga diri rendah yang berkepanjangan termasuk kondisi tidak sehat mental, karna dapat
menyebabkan berbagai masalah kesehatan lainnya, terutama kesehatan jiwa.

2. Tanda dan gejala

1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit
(rambut botak karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik atau menyalahkan diri sendiri).
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
5. Mencederai diri (akibat dari harga diri yang rendah disertai harapan yang suram,
mungkin pasien akan mengakhiri kehidupannya).

3. Penyebab
Salah satu penyebab dari harga diri rendah yaitu berduka disfungsional. Berduka
disfungsional merupakan pemanjangan atau tidak sukses dalam menggunakan respons
intelektual dan emosional oleh individu dalam melalui proses modifikasi konsep diri berdasarkan
persepsi kehilangan.

Tanda dan gejala berupa rasa bersalah, adanya penolakan,marah,sedih, dan menangis,
perubahan pola makan, tidur, mimpi, konsentrasi dan aktivitas, pengungkapan tidak berdaya.

Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang
tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang tidak realistis. Sedangkan Stresor pencetus
mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti:

1. Trauma, seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian yang
mengancam.
2. Ketegangan peran hubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan, di mana individu
mengalami frustasi. Ada tiga jenis transisi peran:
a) Transisi peran perkembangan adalah perubahan normatif yang berkaitan pertumbuhan.
Perubahan ini termasuk tahap perkembangan dalam kehidupan individu atau keluarga
dan norma budaya, nilai tekanan untuk Penyesuaiyan diri.
b) Transisi peran situasi terjadi dengan bertambah atau berkurang -nya anggota keluarga
melalui kelahiran atau kematian.
c) Transisi peran sehat-sakit Sebagai akibat pergeseran dari keadaan sehat keadaan sakit.
Transisi ini mungkin dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
bentuk, penampilan dan fungsi tubuh, perubahan fisik, prosedur medis dan
keperawatan.

4. Patofisiogi
Harga diri rendah muncul apabila lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuanya. Proses terjadinya harga diri rendah disebabkan karena sering disalahkan pada
masa kecil, jarang diberi pujian atas keberhasilanya. Individu pada saat mencapai masa remaja
keberadaanya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima. Menjelang dewasa
awal sering gagal di sekolah, pekerjaan, atau pergaulan.

5. Klasifikasi HDR
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara:
1. Situasional
HDR yang terjadi akibat trauma secara tiba-tiba misalnya pasca operasi, kecelakaan,
cerai, putus sekolah, PHK, atau perasaan malu ( karena menjadi korban perkosaan,
dipenjara, atau dituduh KKN ).
Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena privasi yang kurang:
pemeriksaan fisik yangb sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan
( pemasangan kateter, pemeriksaan perianal dan lain-lain ), harapan akan struktur,
bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena dirawat atau sakit atau penyakit,
perlakuan petugas yang tidak menghargai.
2. Kronis
Perasaan negatif terhadap diri sudah berlangsung lama yaitu sebelum sakit atau
dirawat. Pasien ini mempunyai cara berpikir yang negatif, kejadian sakit yang dirawat
akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.
6. Akibat
Harga diri rendah yang tidak teratasi dapat berisiko terjadi isolasi sosial: menarik diri.
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993).

Tanda dan gejala berupa :Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul, menghindar dari orang lain
(menyendiri), komunikasi kurang atau tidak ada. Pasien tidak tampak bercakap-cakap dengan
pasien lain atau perawat, tidak ada kontak mata, pasien sering menunduk, berdiam diri di kamar
atau pasien kurang mobilitas, menolak berhubungna dengan orang lain , pasien memutuskan
percakapan atau pergi jika di ajak bercakap-cakap, tidak atau jarang melakuakan kegiatan
sehari-hari.
7. Penatalaksanaan
Terapi yang dapat diberikan pada pasien harga diri rendah antara lain :

a. Psikoterapi

Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang lain, penderita
lain, perawat dan dokter.

b. Terapi hubungan interpersonal

Hubungan interpersonal adalah komunikasi antar orang secara tatap muka, yang memungkinkan
setiap peserta menangkap langsung baik secara tatap muka, yang memungkinkan setiap peserta
menangkap langsung baik secara verbal maupun secara tatap muka.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

1. Pengkajian
 Mengkritik diri sendiri
 Perasaan tidak mampu
 Pandangan hidup yang pesimistis
 Penurunan produktivitas
 Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain data diatas juga dapat diamati penampilan sesorang dengan harga diri
rendah, terlihat dari kurangnya memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak
rapi, selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak
menunduk, bicara lambat dengan nada suara lemah.

Masalah atau Data yang perlu Dikaji


NO MASALAH DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
KEPERAWATAN
1. Gangguan konsep -Mengungkapkan ingin -Merusak diri sendiri
diri:harga diakui jati dirinya -Merusak orang lain
diri rendah -Mengungkapkan tidak -Menarik diri dari
ada lagi yang peduli Sosial
-Mengungkapkan tidak -Tanpak mudah
bisa apa-apa Tersinggung
-Mengungkapkan -Tidak mau makan
dirinya tidak berguna dan tidak tidur
-Mengkritik diri sendiri -Perasaan malu
-Tidak nyaman jika
menjadi pusat
perhatian

2. Diagnosis keperawatan

Berdasarkan data diatas dapat ditegakkan diagnosis keperawatan dengan rumusan


diangnosis tunggal, yaitu: Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

3. Intervensi dan Tindakan Keperawatan

1. Intervensi keperawatan pada pasien


a. Tujuan :
 Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
 Pasien dapat menetapkan atau memilih kegiatan yang sesuai kemampuan.
 Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan.
 Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih.

b. Tindakan keperawatan

1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki pasien.

Untuk membantu pasien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki,

perawat dapat :

a. Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
seperti kegiatan pasien di rumah sakit, dirumah, dalam keluarga dan lingkungan
terdekat pasien.
b. Berikan pujian yang realistis atau nyata dan hindarkan penilaian yang negatif setiap
kali bertemu dengan pasien.

2. Bantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Tindakan yang dapat dilakukan adalah :

a. Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat ini.

b. Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan diri yang

diungkapkan pasien.

c. Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif.

3. Bantu pasien memilih atau menetapkan kemampuan yang akan dilatih.

Tindakan yang dapat dilakukan adalah :

a. Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan dipilih
sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
b. Bantu pasien menetepkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara
mandiri,mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan
kegiatan apa saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat
pasien. Berikan contoh cara melaksanakan kegiatan yang dapat dilakukan
pasien.susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari untuk pasien.

4. Latih kemampuan yang di pilih pasien .

Tindakan yang dapat dilakukan adalah :

a. Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang di pilih .


b. Bersama dengan pasien memperagakan kegiatan yang di tetapkan.
c. Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dilakukan pasien.

5. Bantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang di latih


Tindakan yang dapat dilakukan adalah :
a. Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah di latihkan .
b. Beri pujian atas kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari .
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap kegiatan.
d. Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah di latih.
e. Berikan kesempatan mengungkapkan perasannya setelah pelaksanaan kegiatan.

2. Intervensi keperawatan pada keluarga

Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan
menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien .

a .Tujuan :

 Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki


pasien. Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki
pasien.
 Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatihkan
dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
 Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.

b. Tindakan keperawatan :
1). Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah.
2). Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien.
3). Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan berikan pujian
bagi pasien atas kemampuannya.
4). Jelaskan cara -cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
5). Basic merawat pasien dengan masalah harga diri rendah.

Intervensi keperawatan pada keluarga :


Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan
menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien .
a. Tujuan :
 Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
pasien.
 Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien.
 Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatihkan
dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
 Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.

b. Tindakan keperawatan:
1). Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah.
2). Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien.
3). Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan berikan pujian
bagi pasien atas kemampuannya.
4). Jelaskan cara -cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
5). Basic merawat pasien dengan masalah harga diri rendah.

Intervensi keperawatan pada keluarga


Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan
menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien .
a .Tujuan :
 Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
pasien.
 Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien.
 Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatihkan
dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien.
 Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien.
b. Tindakan keperawatan:
1). Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah.
2). Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien.
3). Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan berikan pujian
bagi pasien atas kemampuannya.
4). Jelaskan cara -cara merawat pasien dengan harga diri rendah.
5). Basic merawat pasien dengan masalah harga diri rendah
6). Berikan kesempatan kepada keluarga untuk mempratikkan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah sebagaimana yang telah merawat peragakan sebelumnya.
7). Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah.

4. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


a. SP 1 Pasien :

Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,membantu pasien


mebnilai kemampuan yang masi dapat digunakan,membantu pasien memilih atau
menetapkan kemampuan yang akan dilatih ,melatih kemampuan yang sudah dipilih dan
menyusun jadwal pelakasanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian.

 Orientasi :

“Selamat pagi ,Bagaimana keadan p hari ini? p terlihat sangat segar”

“Bagaimana,jika bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah P lakukan?


setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masi dapat P lakukan di Rumah sakit.setelah kita
nilai kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih.

“Dimana kita duduk?Bagaimana jika di ruang tamu ?Berapa lama ?Bagaiaman jika 20 menit.”

 Kerja:

“P,Apa saja kemampuan yang P memiliki?Bagus,ada lagi?Saya buat daftarnya ya!Apa lagi
kegiatan rumah yang biasa P lakukan,

Bagaimana dengan merapikan kamar?Menyapu?mencuci piring,”

“Wah bagus dekali ada 5 kemampuan dan kegiatan yang P miliki “

“Dari kelima kegiatan tadi mana yang masi bisa P lakukan di rumah sakit...?Ok ...Ada tiga
( Misalnya saja pasien memilih tiga kegiatan),Nah, dari ketiganya tadi mana yang mau di
laksnankan terlebih dahulu.(Misalnya pasien meilih merapikan tempat tidur) Baik,kita akan
merapikan tempat tidur?Kita lihat tempat tidur P apakah sudah rapi!”
“P jika kita ingin merapikan tempat tidur,sebelumnya,mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutny.Bagus!sekarang kita angkat seprainya dan rapikan kasunya Nah,Sekarang kita pasang
lagi seprainya,kita mulai dari arah atas ya,Bagus ,Sekrang bagian kaki,tarik dan masukan
.Bagus,sekarang pinggirnya kita masukan.Sekarang ambil bantal,rapoikan dan letakan disebelah
atas.Mari kita lipat selimut,Nah sekarang letakan di bagiaan kaki. Bagus”

“P sudah bisa merapikan tempat tidur sendiri dengan baik sekali.

Coba perhatikan apkah berbeda dengan sebelum di rapikan ?”

Coba P lakukan dan jangan lupa memberikan tanda M pada daftar ini P bisa melakukan secara
mandiri dan tampa di suruh:B dengan bantuan atau harus di ingatkan baru melakukan;serta T
jika tidak melakukan.

 Terminasi :

“Bagaiman perasan P setelah kita bercakap-cakap dan memperagakan merapikan tempat tidur?
ternyata P memiliki banyak kemampuan dan kegiatan yang masi dapat di lakukan di rumah
sakit.Salah satunya adalah merapikan tempat tidur sebagaimana yang P telah praktekan tadi
dengan baik sekali.Nah,kemapuan ini juga dapat dilakukan setelah pulang ke rumah”

“Sekarang mari kita masukkan dalam jadwal harian. P mau berapa kali sehari merapikan tempat
tidur?Bagus...pagi mau jam berap,dan sore jam berapa?”

“Besok pagi kita latih lagi kemampuan yang kedua.P masi ingat kemampuan apa lagi yang
masih bisa P lakukan selain merapikan tempat tidur tadi,ya bagus...CucI piring.Jika begitu kita
akan melaksanakn kegiatan mencuci piring beaok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan
pagi.Sampai jumpa.”

b. SP 2 Pasien:

Melatih pasien melakukan kegiatan lain sesuai dengan kemampuan

 Orientasi:

“Selamat pagi ,Bagaimana P pagi,Wah tampak cerah.”


"Bagaimana P, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin atau tadi pagi ? (bila sudah
dilakukan berikan pujian, bila belum dilakukan bantu lagi). Sekarang kita akan melakukan
kegiatan yang kedua. Masih ingat kegiatan itu P ?"

"Ya benar. Kita akan mencuci piring di dapur ruangan ini".

"Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur."

Kerja :

"P sebelum kita mencuci piring, kita persiapkan dulu perlengkapannya, yaitu sabut untuk
membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas. P bisa
menggukan air yang mengalir di keran ini. Jangan lupa menyiapkan tempat sampah untuk
membuang sisa makanan."

"Sekarang saya perlihatkan dulu caranya ya."

"Setelah semua perlengkapan tersedia, P ambil satu piring kotor, lalu buang sisa kotoran yang
ada di piring ke tempat sampah. Kemudian P membersihkan piring tadi dengan sabut yang sudah
diberi sabun khusus untuk mencuci piring setelah selesai disabuni, bilas dengan air bersih sampai
tidak ada lagi busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah itu, P bisa mengeringkan piring
yang sudah di cuci di rak yang sudah ada di dapur. Nah, selesai."

"Nah, sekarang coba P yang melakukan."

"Bagus sekali, P dapat mempraktikan mencuci piring dengan baik. Sekarang di lap tangannya."

 Terminasi

"Bagaimana perasaan P setelah selesai mencuci piring?"

"Bagaimana juka kegiatan mencuci piring ini di jadikan kegiatan sehari-harinya P ?

“Bagaimana jika kegiatan mencuci ni dijadikan kegiatan sehari-harinya P? Mau berapa kali
sehari P mencuci piring ? bagus sekali P mencuci piring 3 kali setelah makan.”

“Besok kita akan latihan kemampuan yang ketiga, setelah merapika tempat tidur dan mencuci
piring. Masih ingst kegiatan apakah itu? Ya benar kegiatan mengepel lantai.”

“Mau jam berapa ? sama dengan sekarang? OK, samapai jumpa.”


c. SP 1 Keluarga

Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien dirumah,


menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskan cara
merawat pasien dengan harga diri rendah, memperagakan cara merawat pasien dengan
harga diri rendah, dan memberi kesempatan pada keluarga, untuk mempeaktikan cara
merawat.

 Orientasi :

“Apa yang bapak/ibu ketahui tentang masalah P?

“Ya memang benar, Pak/Bu. P itu memang terlihat tidak percaya diri dan sering menyalahkan
dirinya sendiri. Misalnya P, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan bahwa dirinya adalah
orang paling bdodoh sedunia. Dengan kata lain anak bapak/ibu memiliki masalah harga diri
rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran yang selalu negatif tentang diri sendiri. Bila
keadan P terus menerus seperti itu , P bisa mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya P
malu bertemu dengan orang lain dan memilih untuk mengurung diri.”

“Sampai disini bapak/ibu mengerti harga diri rendah?

“Bagus sekali bapak/ibu sudah mengerti."

"Setelah kita mengerti bahwa masalah P ini dapat menjadi masalah yang serius, maka kita perlu
memberikan perawatan yang baik untuk P."

Menurut bapak/ibu apa saja kemampuan yang dimiliki P? Ya benar Dia juga mengatakan hal
yang sama ( bila memang sama dengan yang di ungkapkan P sebelumnya)."

"Selama ini di rumah sakit P ini telah berlatih melakukan dua kegiatan, yaitu merapikan tempat
tidur dan mencuci piring, serta telah di buat jadwal untuk melakukannya. Untuk itu Bapak / Ibu
dapat mengingatkan P untuk melakukan kegiatan itu sesuai jadwal dan jangan lupa memberikan
pujian bila ia sudah melakukannya secara mandiri agar harga semakin meningkat. Jangan lupa
juga membantu menyiapkan peralatan yang di butuhkan untuk kegiatan tersebut. Ajak pula
memberikan checklis pada jadwal kegiatannya".
"Selain itu bila P sudah tidak lagi dirawat di rumah sakit, Bapak / Ibu masih tetap perlu
memantau perkembangan P. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani
lagi, Bapak / Ibu bisa membawanya ke puskesmas atau rumah sakit."

"Nah, bagaimana jika sekarang kita praktikkan cara memberikan pujian pada P?".

"Temui P dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan, lalu berikan pujian dengan
mengatakan: Bagus sekali P, kamu sudah semakin terampil mencuci piring."

"Coba Bapak / Ibu praktikan sekarang".

 Terminasi:

"Bagaimana perasaan Bapak / Ibu setelah percakapan kita ini?".

"Dapatkah Bapak / Ibu jelaskan kembali masalah yang di hadapi oleh P dan bagaimana cada
merawatnya?".

"Bagus sekali. Bapak / Ibu sudah dapat menjelaskan dengan baik. Nah, setiap kali Bapak / Ibu
kemari lakukan yang seperti itu. Nanti di rumah juga demikian."

"Bagaimana jika kita bertemu kembali dua hari mendatang untuk latihan cara memberi pujian
langsung kepada P?"

"Jam berapa Bapak / Ibu? Baik, saya akan tunggu. Sampai jumpa."

d. SP 2 Keluarga

Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat pasien dengan masalah harga diri rendah
langsung kepada pasien

 Orientasi :

"Selamat pagi Pak/Bu."

"Bagaimana perasaan Bapak/Ibu pagi ini ?"

"Bapak/Ibu masih ingat latihan merawat anak Bapak/Ibu seperti yang kita pelajari dua hari yang
lalu?"

"Baik, hari ini kita akan mempraktikannya langsung kepada P."


"Waktunya 20 menit."

"Sekarang mari kita temui P."

 Kerja :

"Selamat pagi P. Bagaimana perasaan P hari ini ?"

"Hari ini saya datang bersama kedua orang tua P. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya,
orang tua P juga ingin merawat P agar P cepat pulih.

(Kemudian perawat berbicara dengan keluarga sebagai berikut).

"Nah Pak/Bu, sekarang bisa mempraktikan apa yang sudah kita latih beberapa hari yang lalu,
yaitu cara memberikan pujian terhadap perkembangan anak Bapak/Ibu."

(Selanjutnya perawat mengobservasi keluarga mempraktikan cara merawat pasien seperti yang
telah dilatih pada pertemuan sebelumnya).

Bagaimana perasaan P setelah berbincang-bincang dengan orang tua P ?"

Baiklah, sekarang saya rsn orang tua P akan ke ruangan perawat dulu.

(Perawat dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga).

 Terminasi :

"Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi."

"Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada P."

Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu melakukan cara
merawat yang sudah Bapak/Ibu melakukan csra merawat yang sudah Bapak/Ibu pelajari."

"Waktunya seperti sekarang."

"Selamat pagi."

SP 3 Keluarga :

Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

 Orientasi :
"Selamat pagi Pak/Ibu."

"Karena hari ini P sudah boleh pulang, maka kita akan bicarakan jadwal P selama di rumah."

"Karena hari ini P sudah boleh pulang, maka kita akan membicarakan di kantor."

 Kerja :

"Pak/Bu ini jadwal P selama di rumah sakit. Coba perhatikan apakah semua dapat dilaksanakan
di rumah? Jadwal yang sudah di buat selama P di rumah sakit ini tolong di lanjutkan di rumah,
baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya."

Hal-hal yang perlu di perhatikan selanjutnya adalah perilaku yang ditampilkan oleh P selama di
rumah. Misalnya jika P terus-menerus menyalahkan dirinya sendiri di rumah dan terus menerus
menyalahkan diri sendiri serta tidak mau minum obat atau memperlihatkan perilaku yang
membahayakan orang lain. Segera hubungi perawat KJ di puskesmas Janur I, Puskesmas
terdekat dari rumah Bapak/Ibu. Ini nomor telepon puskesmasnya: 0532-xxx."

"Selanjutnya perawat KJ tersebut yang akan memantau perawatan P selama di rumah."

 Terminasi :

"Bagaimana Pak/Ibu apakah ada yang belum jelas ?"

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam merawat harga diri rendah adalah :
a. Evaluasi kemampuan pasien harga diri rendah berhasil apabila pasien dapat :
1) Mengungkapkan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Menilai dan memilih kemampuan yang dapat dikerjakan
3) Melatih kemampuan yag dapat dikerjakan
4) Membuat jadwal kegiatan harian
5) Melakukan kegiatan sesuai jadwal kegiatan harian
6) Merasakan manfaat melakukan kegiatan positif dalam mengatasi harga diri
rendah
b. Evaluasi kemampuan keluarga (pelaku rawat) harga diri rendah berhasil apabila
keluarga dapat :
1) Mengenal harga diri rendah yang dialami pasien (pengertian, tanda dan gejala,
proses terjadinya harga diri rendah, dan akibat jika harga diri rendah tidak diatasi)
2) Mengambil keputusan merawat harga diri rendah
3) Merawat harga diri rendah
4) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan yang mendukung pasien untuk
meningkatkan harga dirinya
5) Memantau peningkatan kemampuan pasien dalam mengatasi harga diri rendah
6) Melakukan follow up ke puskesmas, mengenal tanda kambuh, dan melakukan
rujukan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Harga diri adalah hasil evaluasi individu terhadap dirinya sendiri yang merupakan sikap
penerimaan atau penolakan serta menunjukan seberapa besar individu percaya pada dirinya,
merasa, berarti, berhasil dan keluarga. Harga diri diperoleh dengan keturunan, kekayaan,
kekuasaan, keagamaan, kependidikan, kecerdasan, dan kejujuran. Faktor yang mempengaruhi
harga diri yaitu penghargaan dan penerimaan dari orang-orang yang signifkan. Harga diri
seorang dipengaruhi oleh orang yang dianggap penting, dalam kehidupan individu yang
bersangkutan. Orang tua dan keluarga merupakan contoh dari orang-orang yang signifkan.
Keluarga merupakan lingkungan tempat interaksi yang pertama kali terjadi dalam kehidupan
seseorang.

B. Saran
Dalam pembuatan makalah ini, kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu kami mengharapkan dan kami menerima dengan tangan terbuka masukan ataupun saran
yang dapat mendukung dan membangun demi kesempurnaan pembuatan ini dari pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H (2012). NANDA Internasioanl Nursing Diagnoses Definitation and


Classification, 2012-2014 (ed). Oxford : Wiley-Blacwell. Ns. Kusnadi Jaya, S.Kep. Keperawatan
Jiwa.
Krissanti, A., & Asti, A. D. (2019). Penerapan Terapi Okupasi: Berkebun untuk Meningkatkan
Harga Diri pada Pasien Harga Diri Rendah . Proceeding of The URECOL, 630-636.

Anda mungkin juga menyukai