DISUSUN OLEH:
NURHADI
RACHA RAMBERSON
RENI KURNIA
UNIVERSITAS ABDURRAB
PEKANBARU
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa penulis mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan berupa pikiran maupun materinya yang telah diungkapkan melalui imajinasi
masing masing
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
Penulis
2
Daftar Isi
Kata Pengantar..................................................................................................2
Daftar Isi...........................................................................................................3
Bab I Pendahuluan............................................................................................4
1. Latar Belakang......................................................................................4
2. Rumusan Masalah.................................................................................4
3. Tujuan Penelitian..................................................................................5
Bab II Pembahasan...........................................................................................6
1. Definisi.................................................................................................6
2. Klasifikasi.............................................................................................6
3. Etiologi.................................................................................................7
4. Manifestasi Klinis.................................................................................8
5. Patofisiologi..........................................................................................9
6. Pathway ................................................................................................11
7. Pemeriksaan Penunjang........................................................................11
8. Asuhan Keperawatan............................................................................12
1. Kesimpulan...........................................................................................19
2. Saran.....................................................................................................19
Daftar Pustaka...................................................................................................20
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
5. Apa patofisiologi dermatitis?
6. Apa pathway/woc dermatitis?
7. Apa pemeriksaan penunjang dermatitis?
8. Apa asuhan keperawatan dermatitis?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Definisi dermatitis
2. Untuk mengetahui etiologi dermatitis
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari dermatitis
4. Untuk mengetahui klasifikasi dermatitis
5. Untuk mengetahui patofisiologi dermatitis
6. Untuk mengetahui pathway/woc dermatitis
7. Untuk mengtahui pemeriksaan penunjang dermatitis
8. Untuk mengetahui askep dermatitis
5
BAB II
PENDAHULUAN
6
3. Dermatitis Seborrheic
Kulit terasa berminyak dan licin, melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara kedua
alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan
faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang
menderita penyakit saraf seperti Parkinson.
4. Dermatitis Stasis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau hipertensi vena)
tungkai bawah.Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan pergelangan kaki
dan tulang kering berubah warna menjadi memerah atau coklat, menebal dan gatal.
Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises
dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penyebab.
5. Dermatitis Atopik
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan
peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita
(D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial). kelainan kulit berupa papul gatal yang
kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya dilipatan(fleksural).
Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-pecah.
Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis biasanya muncul
saat alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah satu anggota keluarga
memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan mungkin bisa bertambah atau
berkurang tingkat keparahannya selama masa kecil dan dewasa.
6. Dermatitis Medikamentosa
Dermatitis medikamentosa memiliki bentuk lesi eritem dengan atau tanpa
vesikula, berbatas tegas, dapat soliter atau multipel. Terutama pada bibir, glans penis,
telapak tangan atau kaki. Penyebabnya dari obat-obatan yang masuk kedalam tubuh
melalui mulut, suntikan atau anal. Keluhan utama pada penyakit biasanya gatal dan
suhu badan meninggi. Gejala dapat akut, subakut atau kronik. Untuk lokalisasinya
bisa mengenai seluruh tubuh. Apabila di bandingkan dengan melasma bedanya yaitu
plak hiperpigmentasi batas nya tidak tegas
2.3. Etiologi
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak di ketahui. Sebagian besar merupakan
respon kulit terhadap agen-agen, misaknya zat kimia, protein, bakteri dan fungus. Respon
7
tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Alergi adalah perubahan kemampuan tubuh
yang di dapat dan spesifik untuk bereaksi.
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia (contoh:
detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme (contohnya:
bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopik. Sejumlah
kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat menjadi penyebab
eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab berbeda pula. Sering
kali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi infeksi. Jika
kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit infeksi
bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan pada kulit
yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat disentuh dan
selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus.
2.4. Manifestasi klinis
Penyakit kulit ini terdiri dari beberapa jenis. Tanda-tanda dan gejalanya sangat
tergantung pada jenis yang Anda miliki. Dari sekian banyak yang ada, tiga macam
dermatitis yang paling umum dan perlu dikenali adalah:
a. Dermatitis atopik ( eksim )
Berbagai tanda dan gejala umum yang dialami penderita yakni sebagai berikut.
Rasa gatal yang parah terutama di kulit yang tertekuk seperti dalam siku,
depan leher, dan belakang lutut.
Ruam yang berkerak dan berair jika tergores.
Bercak merah, kasar, pecah, atau kulit bersisik.
b. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah peradangan kulit yang muncul akibat kontak
langsung antara kulit dengan zat yang menyebabkan reaksi alergi atau iritasi. Gejala
penyakit ini biasanya hanya muncul pada area kulit yang terkena saja zat alergen saja.
Gejalanya antara lain:
ruam merah atau benjolan,
lepuhan berisi air,
sensasi terbakar dan panas pada ruam,
kulit terasa gatal, serta
kulit membengkak.
c. Dermatitis seboroik
8
Dermatitis seboroik ditandai dengan kulit seperti bercak bersisik yang memerah dan
menyerupai ketombe. Kondisi ini biasanya menyerang bagian tubuh yang berminyak,
seperti wajah, kulit kepala, dada bagian atas, dan punggung.
Adapun berbagai gejala dermatitis seboroik yaitu:
sisik putih seperti ketombe
sisik kekuningan atau kerak pada kulit kepala, telinga, wajah, dan bagian
tubuh lainnya, serta kulit merah.
Masalah kulit yang satu ini biasanya muncul dalam periode waktu
yang cukup lama dan kerap timbul tenggelam. Pada bayi, penyakit kulit yang
satu ini disebut dengan cradle cap.
2.5. Patofisiologi
1. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak alergik termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas tipe
lambat. Patogenesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase sensitisasi) dan fase
elisitasi.
Fase induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal
dan memberikan respon, memerlukan 2-3 minggu. Fase elesitasin ialah saat terjadi
pajanan ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klinis
Pada fase induksi, hapten (proten tak lengkap) berfenetrasi ke dalam kulit dan
berikatan dengan protein barier membentuk anti gen yang lengkap. Anti gen ini
ditangkap dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans, kemudian
memacu reaksi limfoisit T yang belum tersensitasi di kulit, sehingga terjadi sensitasi
limposit T, melalui saluran limfe, limfosit yang telah tersensitasi berimigrasi ke darah
parakortikal kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi dan berfoliferasi
membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara spesifik dan sel memori. Kemudian
sel-sel tersebut masuk ke dalam sirkulasi, sebagian kembali ke kulit dan sistem
limfoid, tersebar di seluruh tubuh, menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama di
seluruh kulit tubuh.
Pada fase elisitasi, terjadi kontak ulang dengan hapten yang sama atau serupa. Sel
efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu menarik
berbagai sel radang sehingga terjadi gejala klinis.
2. Neurodermatitis
9
Kelainan terdiri dari eritema, edema, papel, vesikel, bentuk numuler, dengan diameter
bervariasi 5 – 40 mm. Bersifat membasah (oozing), batas relatif jelas, bila kering
membentuk krusta. bagian tubuh.
3. Seiboroika
Merupakan penyakit kronik, residif, dan gatal. Kelainan berupa skuama kering, basah
atau kasar; krusta kekuningan dengan bentuk dan besar bervariasi. Tempat kulit
kepala, alis, daerah nasolabial belakang telinga, lipatan mammae, presternal, ketiak,
umbilikus, lipat bokong, lipat paha dan skrotum. Pada kulit kepala terdapat skuama
kering dikenal sebagai dandruff dan bila basah disebutpytiriasis steatoides ; disertai
kerontokan rambut.
4. Dermatitis statis
Akibat bendungan, tekanan vena makin meningkat sehingga memanjang dan melebar.
Terlihat berkelok-kelok seperti cacing (varises). Cairan intravaskuler masuk ke
jaringan dan terjadilah edema. Timbul keluhan rasa berat bila lama berdiri dan rasa
kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk. Terjadi ekstravasasi eritrosit dan timbul
purpura. Bercak-bercak semula tampak merah berubah menjadi hemosiderin. Akibat
garukan menimbulkan erosi, skuama. Bila berlangsung lama, edema diganti jaringan
ikat sehingga kulit teraba kaku, warna kulit lebih hitam.
5. Dermatitis atopik
Belum diketahui secara pasti. Histamin dianggap sebagai zat penting yang memberi
reaksi dan menyebabkan pruritus. Histamin menghambat kemotaktis dan emnekan
produksi sel T. Sel mast meningkat pada lesi dermatitis atopi kronis. Sel ini
mempunyai kemampuan melepaskan histamin. Histamin sendiri tidak menyababkan
lesi ekzematosa. Kemungkinan zat tersebut menyebabkan prutisus dan eritema,
mungkin karena gerakan akibat gatal menimbulkan lesi ekzematosa.
Pada pasien dermatitis atopik kapasitas untuk menghasilkan IgE secara berlebihan
diturunkan secara genetik.
6. Dermatitis medikamentosa
Faktor lingkungan merupakan factor terpenting . Alergi paling sering menyerang
pada saluran nafas dan saluran pencernaan . Di dalam saluran nafas terjadi inflamasi
yang menyebabkan obstruksi saluran nafas yang menyebabkan batuk dan sesak nafas.
10
2.6 WOC/Pathway
1. Laboratorium
a. Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin,
globulin
11
b. Urin : pemerikasaan histopatologi
2. Penunjang (pemeriksaan Histopatologi)
Pemeriksaan ini tidak memberi gambaran khas untuk diagnostik karena
gambaran histopatologiknya dapat juga terlihat pada dermatitis oleh sebab lain.
Pada dermatitis akut perubahan pada dermatitis berupa edema interseluler
(spongiosis), terbentuknya vesikel atau bula, dan pada dermis terdapat dilatasi
vaskuler disertai edema dan infiltrasi perivaskuler sel-sel mononuclear. Dermatitis
sub akut menyerupai bentuk akut dengan terdapatnya akantosis dan kadangkadang
parakeratosis. Pada dermatitis kronik akan terlihat akantosis, hiperkeratosis,
parakeratosis, spongiosis ringan, tidak tampak adanya vesikel dan pada dermis
dijumpai infiltrasi perivaskuler, pertambahan kapiler dan fibrosis. Gambaran
tersebut merupakan dermatitis secara umum dan sangat sukar untuk membedakan
gambaran histopatologik antara dermatitis kontak alergik dan dermatitis kontak
iritan.
Pemeriksaan ultrastruktur menunjukkan 2-3 jam setelah paparan antigen,
seperti dinitroklorbenzen (DNCB) topikal dan injeksi ferritin intrakutan, tampak
sejumlah besar sel langerhans di epidermis. Saat itu antigen terlihat di membran sel
dan di organella sel Langerhans. Limfosit mendekatinya dan sel Langerhans
menunjukkan aktivitas metabolik. Berikutnya sel langerhans yang membawa
antigen akan tampak didermis dan setelah 4-6 jam tampak rusak dan jumlahnya di
epidermis berkurang. Pada saat yang sama migrasinya ke kelenjar getah bening
setempat meningkat. Namun demikian penelitian terakhir mengenai gambaran
histologi, imunositokimia dan mikroskop elektron dari tahap seluler awal pada
pasien yang diinduksi alergen dan bahan iritan belum berhasil menunjukkan
perbedaan dalam pola peradangannya.
12
1) Riwayat penyakit sekarang,Tanyakan sejak kapan pasien merasakan
keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja
yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya.
2) Riwayat penyakit dahulu,Apakah pasien dulu pernah menderita
penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
3) Riwayat penyakit keluarga,Apakah ada keluarga yang pernah
menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
4) Riwayat psikososial, Apakah pasien merasakan kecemasan yang
berlebihan. Apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
5) Riwayat pemakaian obat, Apakah pasien pernah menggunakan obat-
obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkah pasien tidak tahan
(alergi) terhadap sesuatu obat
IV. Pola Fungsional
1) Pola persepsi dan penanganan kesehatan,Tanyakan kepada klien
pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apakah pasien
langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit tersebut
mengganggu aktivitas pasien.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien
( pagi, siang dan malam )
Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual
muntah, pantangan atau alerg
Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan
sayur-sayuran yang mengandung vitamin antioksidant
V. Pola eliminasi
Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya
Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan
alat bantu untuk miksi dan defekasi.
VI. Pola aktivitas/olahraga
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan pada
kulit.
13
Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan
ototnya karena yang terganggu adalah kulitnya
Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
VII. Pola istirahat/tidur
Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur
yang berhubungan dengan gangguan pada kulit
Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar
atau tidak
VIII. Pola kognitif/persepsi
Kaji status mental klien
Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam
memahami sesuatu
Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara
klien. Identifikasi penyebab kecemasan klien
Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
Kaji apakah klien mengalami vertigo
Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah
pada kulit.
IX. Pola persepsi dan konsep diri
Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya
sendiri, apakah kejadian yang menimpa klien mengubah gambaran
dirinya
Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas,
depresi atau takut
Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
14
XI. Pola seksualitas/reproduksi
Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan
penyakitnya
Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait
dengan menopause
Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam
pemenuhan kebutuhan seks
XII. Pola koping-toleransi stress
Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial
atau perawatan diri )
Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi
kecemasannya (mekanisme koping klien ). Apakah ada penggunaan
obat untuk penghilang stress atau klien sering berbagi masalahnya
dengan orang-orang terdekat
XIII. Pola keyakinan nilai
Tanyakan agama klien dan apakah ada pantangan-pantangan dalam
beragama serta seberapa taat klien menjalankan ajaran agamanya.
Orang yang dekat kepada Tuhannya lebih berfikiran positif
B. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan bahan kimia iritatif
2) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas
3) Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan
4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur atau
bentuk tubuh.
C. Intervensi Keperawatan
15
Dengan kriteria hasil: berbahan
1. Kerusakan jaringan petrolium atau
menurun minyak pada kulit
2. Kerusakan lapisan kulit kering
3. Nyeri menurun 3. Gunakan produk
4. Kemerahan menurun berbahan
5. Tekstur membaik ringan/alami dan
6. Hidrasi meningkat hipoalergik pada
kulit sensitif
4. Hindari produk
berbahan dasar
alkohol pada kulit
keirng
5. Anjurkan
menggunakan
pelembab
6. Anjurkan minum
air yang cukup
7. Anjurkan
meningkatkan
asupan buah dan
sayur
2 Pola napas tidak Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor pola
efektif berhubungan keperawatan selama 1x24 nafas
dengan hambatan jam diharapkan pola nafas 2. Monitor bunyi
upaya napas membaik. Dengan kriteria nafas
hasil: 3. Monitor sputum
1. Dispena menurun 4. Posisikan semi
2. Frekuensi napas fowler atau fowler
membaik 5. Berikan minum
3. Kedalaman nafas hangat
membaik 6. Ajarkan teknik
4. Penggunaan otot batuk efektif
16
bantu nafas menurun
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan
berhubungan keperawatan selama 1x24 gejala infeksi
dengan peningkatan jam diharapkan tingkat lokal dan sistemik
paparan organisme infeksi menurun. Dengan 2. Berikan perawatan
patogen lingkungan kriteria hasil: kulit pada area
1. Kebersihan tangan edema
meningkat 3. Cuci tangan
2. Kebersihan badan sebelum dan
meningkat sesudah kontak
3. Demam dengan pasien dan
menuurn’kemerahan lingkungan pasien
menurun 4. Pertahakan teknik
4. Nyeri menurun aseptik pada
5. Bengkak menurun pasien beresiko
6. Letargi menurun tinggi
5. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
6. Ajarkan mencuci
tangan yang benar
7. Ajarkan cara
memeriksa luka
8. Anjurkan
meningkat kan
asupan nutrisi dan
cairan
4 Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi
tubuh berhubungan keperawatn selama 1x24 jam harapan citra
dengan perubahan diharapkan citra tubuh tubuh berdasarkan
struktur atau bentuk meningkat. Dengan kriteria tahap
tubuh hasil : perkembangan
1. Melihat bagian tubuh 2. Diskusikan
meningkat perbedaan
17
2. Menyentuh bagian penampilan fisik
tubuh meningkat terhadap harga
3. Verbalisasi perasaan diri
negatif tentang 3. Diskusikan
perubahan tubuh kondisi stres yang
menurun mempengaruhi
4. Fokus pada bagian citra tubuh
tubuh menurun 4. Anjurkan
5. Menyembunyikan mengungkapkan
bagian tubuh gambaran diri
berlebihan menurun terhadap citra
tubuh
5. Disukusikan cara
mengembangkan
hrapan citra tubuh
secara realistis.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon
terhadap pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis
berubah eflo-resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan
gatal).
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh: detergen, asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
(contohnya: bakteri, jamur) dapat pula dari dalam (endogen), misalnya dermatitis
atopik.
3.2 SARAN
Dalam penulisan ini tentunya banyak kurang dan tentunya ada lebihnya juga,
untuk itu penulis atau penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca.
Dengan adanya makalah ini penulis mengaharapkan agar para pembaca bisa
memahami apa yang sudah dijelaskan sehingga dapat bermanfaat bagi semuanya dan
agar lebih dapat mengaplikasikan dalam merawat pasien dan mampu dalam
pembuatan asuhan keperawatan yang tepat yang banyak melibatkan orang terdekat
klien, mulai dari keluarga, kerabat sampai teman pasien.
19
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda S, Sularsito. (2005). SA. Dermatitis In: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit
dan kelamin. Edisi III. Jakarta: FK UI: 126-31.
20