DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
1. ALEMINA Br.GINTING
2. SERIATI
3. IKA RIRIN INDRAWATI
4. MOHAMAD ASHIN
Puji Syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah menciptakan seisi Alam
semesta yang telah melimpahkan rahmat-Nya,terutama rahmat iman dan kekuatan sehingga
penulis dapat menyelesaikan Makalah Asuhan Keperawatan Dermatitis ini.
Sangat disadari oleh penulis bahwa Makalah Asuhan Keperawatan Dermatitis ini da-
pat diselesaikan baik isi maupun tehnik penulisannya masih banyak kekurangannya, oleh se-
bab itu sangat diharapkan saran dan masukan serta perbaikan dari pembaca demi penyempur-
naan Makalah Asuahan Keperawatan Dermatitis ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia mebungkus otot-otot dan organ
dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan
terhadap bakteri. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi
pembuluh-pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat. Organ-organ adneksa
kulit seperti kuku dan rambut telah diketahui mempunyai nilai-nilai kosmetik. Kulit juga
merupakan sensasi raba, tekan, suhu, nyeri, dan nikmat berkat jalinan ujung-ujung saraf
yang saling bertautan. Secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga lapisan: epidermis,
dermis, dan lemak subkutan. Epidermis, bagian terluar dari kulit dibagi menjadi dua
lapisan utama yaitu stratum korneum dan stratum malfigi. Dermis terletak tepat di bawah
epidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin yang tertanam
dalam substansi dasar. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah dan saraf
yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh. Juga
terdapat limfosit, histiosit, dan leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi dan invasi
benda-benda asing. Di bawah dermis terdapat lapisan lemak subcutan yang merupakan
bantalan untuk kulit, isolasi untuk pertahankan suhu tubuh dan tempat penyimpanan
energi.
Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni Dermatitis yang lebih
dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan.
Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering. Umumnya enzim dapat menyebabkan pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak
membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas
menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu. Dermatitis muncul dalam
beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala Dermatitis yang
muncul dipicu alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada
berbeda, antara lain dermatitis. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk
membuat makalah yang berjudul “Makalah Asuhan Keperawatan Pada klien dengan
Dermatitis”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan dermatitis?
2. Bagaimana tanda dan gejala dermatitis?
3. Bagaimana membedakan jenis penyakit dermatitis?
4. Bagaimana penatalaksanaannya?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan dermatitis?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mampu untuk Memahami Konsep Penyakit Dermatitis Dan Mampu Memahami
Asuhan Keperawatan Penyakit Dermatitis
2. Tujan Khusus
a. Mampu Untuk Mengetahui Penyebab Penyakit Dermatitis
b. Mampu Untuk Membedakan Jenis-Jenis Penyakit Dermatitis
c. Mampu Untuk Memahami Asuhan Keperawatan Penyakit Dermatitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Dermatitis kontak merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsur – unsur fisik,
kimia, atau biologi. Epidermis mengalami kerusakan akibat iritasi fisik dan kimia
yang berulang – ulang. Dermatitis kontak dapat berupa tipe iritan primer dimana
reaksi nonalergik terjadi akibat pajanan terhadap substansi iritatif, atau tipe
alergiyang disebabkan oleh pajanan orang yang sensitif terhadap alergen kontak.
(Arif dan Kumalasari, 2011)
B. Klasifikasi
1. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi
yang menempel pada kulit. Dermatitis yang muncul dipicu alergen (penyebab
alergi) tertentu seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau
detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dan gatal. Jika memburuk,
penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang. Disebabkan kontak
langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau alergi.
Contohnya sabun cuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai.
Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau
rumput.
2. Neurodermatitis
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan
garis kulit tampak lebih menonjol (likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu,
akibat garukan atau gosokan yang berulang-ulang karena berbagai
ransangan pruritogenik. Timbul karena goresan pada kulit secara berulang,
bisa berwujud kecil, datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25
cm. Penyakit ini muncul saat sejumlah pakaian ketat yang kita kenakan
menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi ini memicu kita untuk menggaruk
bagian yang terasa gatal. Biasanya muncul pada pergelangan kaki,
pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.
3. Dermatitis seborrheic
Kulit terasa berminyak dan licin, melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara
kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali
diakibatkan faktor keturunan, muncul saat kondisi mental dalam keadaan
stres atau orang yang menderita penyakit saraf seperti Parkinson.
4. Dermatitis stasis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau hipertensi
vena) tungkai bawah. Yang muncul dengan adanya varises, menyebabkan
pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi memerah atau
coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan
di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi
penyebab.
5. Dermatitis atopik
Merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang
umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering
berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi
pada keluarga atau penderita (D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial).
kelainan kulit berupa papul gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi dan
likenifikasi, distribusinya dilipatan(fleksural).
Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan pecah-
pecah. Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis
biasanya muncul saat alergi dan seringkali muncul pada keluarga, yang salah
satu anggota keluarga memiliki asma. Biasanya dimulai sejak bayi dan
mungkin bisa bertambah atau berkurang tingkat keparahannya selama masa
kecil dan dewasa.
6. Dermatitis medikamentosa
Dermatitis medikamentosa memiliki bentuk lesi eritem dengan atau tanpa
vesikula, berbatas tegas, dapat soliter atau multipel. Terutama pada bibir,
glans penis, telapak tangan atau kaki. Penyebabnya dari obat-obatan yang
masuk kedalam tubuh melalui mulut, suntikan atau anal. Keluhan utama pada
penyakit biasanya gatal dan suhu badan meninggi. Gejala dapat akut,
subakut atau kronik. Untuk lokalisasinya bisa mengenai seluruh tubuh.
Apabila di bandingkan dengan melasma bedanya yaitu plak hiperpigmentasi
batas nya tidak tegas
C. Etiologi
Penyebab munculnya dermatitis kontak iritan ialah bahan yang bersifat iritan, misalnya
bahan pelarut, detergen, minyak pelumas, asam, alkali, dan serbuk kayu. Kelainan kulit
yang terjadi selain ditentukan oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi, kohikulum,
serta suhu bahan iritan tersebut, juga dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud
yaitu : lama kontak, kekerapan (terus-menerus atau berselang) adanya oklusi
menyebabkan kulit lebih permeabel, demikian juga gesekan dan trauma fisis. Suhu dan
kelembaban lingkungan juga ikut berperan. (hj.Loetifia,2009)
Faktor individu juga berpengaruh pada dermatitis kontak iritan, misalnya perbedaan
ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan permeabilitas; usia (anak di
bawah umur 8 tahun lebih mudah teriritasi); ras (kulit hitam lebih tahan dari pada kulit
putih); jenis kelamin (insidens dermatitis kontak iritan lebih tinggi pada wanita);
penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami (ambang rangsang terhadap bahan iritan
turun), misalnyadermatitisatopic.
D. Patofisiologi
Dermatitis kontak iritan adalah efek sitotosik lokal langsung dari bahan iritan pada sel-
sel epidermis, dengan respon peradangan pada dermis. Daerah yang paling sering terkena
adalah tangan dan pada individu atopi menderita lebih berat. Secara definisi bahan iritan
kulit adalah bahan yang menyebabkan kerusakan secara langsung pada kulit tanpa
diketahui oleh sensitisasi. Mekanisme dari dermatis kontak iritan hanya sedikit diketahui,
tapi sudah jelas terjadi kerusakan pada membran lipid keratisonit.
Menurut Gell dan Coombs dermatitis kontak alergik adalah reaksi hipersensitifitas tipe
lambat (tipe IV) yang diperantarai sel, akibat antigen spesifik yang menembus lapisan
epidermis kulit. Antigen bersama dengan mediator protein akan menuju ke dermis,
dimana sel limfosit T menjadi tersensitisasi. Pada pemaparan selanjutnya dari antigen
akan timbul reaksi alergi.
E. Pathway
F. Manifestasi Klinik
Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).
Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau
pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa).Obyektif, biasanya batas
kelainan tidak tgas an terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul scara serentak atau beturut-
turut. Pada permulaan eritema dan edema.Edema sangat jelas pada klit yang longgar
misalya muka (terutama palpebra dan bibir) dan genetelia eksterna .Infiltrasi biasanya
terdiri atas papul.
Dermatitis madidans (basah) bearti terdapat eksudasi.Disana-sini terdapat sumber
dermatitis, artinya terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok yang
kemudian membesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika disertai
infeksi.Dermatitis sika (kering) berarti tiak madidans bila gelembung-gelumbung
mongering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini berarti
dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.Pada stadium tersebut terjadi deskuamasi,
artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapak likenifikasi dan sebagai sekuele
telihat hiperpigmentai tau hipopigmentasi.
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Tempel Terbuka
Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang telinga karena
daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca dan dievaluasi hasilnya.
Indikasi uji tempel terbuka adalah alergen yang menguap.
H. Komplikasi
1. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
2. Infeksi sekunder khususnya oleh Stafilokokus aureus
3. Hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi
4. Jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi
I. Penatalaksanaan
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik yang baik
adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi
individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit.
J. Pencegahan
Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan
kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat dilaksanakan misalnya
penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan sarung tangan plastik, menggunakan
mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan deterjen.
K. Pengobatan
1.Pengobatan topical Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip
umum pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka), bila
kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah prosentase bahan aktif.
Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio, pasta, krim atau linimentum (pasta
pendingin ), bila kronik berikan salep. Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial
diberi bedak, bedak kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep
2. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema, juga pada
kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik.
A. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama.
Pasien mengeluh nyeri dan gatal
Nampak bengkak pada daerah lesi dan sekitarnya.
c. Riwayat Kesehatan.
1. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang dengan keluhan merasa nyeri dan gatal dan bengkak pada daerah lesi
dan sekitarnya
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit. Apakah pasien
langsung mencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit tersebut mengganggu
aktivitas pasien.
4. Pola eliminasi : pada kasus tidak dijelaskan secara spesifik
5. Pola aktivitas/olahraga
Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan pada kulit.
Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya karena
yang terganggu adalah kulitnya. keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat
beraktivitas.
6. Pola istirahat/tidur
Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang
berhubungan dengan gangguan pada kulit
7. Pola kognitif/persepsi
· Kaji status mental klien
· Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dlm memahami sesuatu
· Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah pada kulit.
8. Pola peran hubungan
Pekerjaan pasien adalah Buruh diperusahaan rumput laut.
Kaji apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan penyakit klien
e. . Pemeriksaan fisik :
3. Daerah tangan dan kaki nampak memerah dan edema, adanya eritema.
KODE DIAGNOSA
NO DOMAIN KELAS
KEPERAWATAN
C. RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA
No NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Gangguan rasa NOC Label :Pain Level, NIC Label : Pain Management
nyaman
Frekuensi nyeri Memastikan pasien
berhubungan
klien menurun mendapatkan analgesic secara
dengan rasa gatal
Klien tidak tepat
Batasan
meringis lagi Mengeksplorasi faktor yang
karakteristik :
dapat memperburuk nyeri klien
NOC Label : Comfort
Laporan Mengajarkan prinsip dalam
Status Physical
secara manajemen nyeri
verbal atau
Kontrol Gejala
NIC Label : Environmental
non verbal
(skala 4)
Management Comfort
Tingkah
laku NOC Label : Comfort
Mengatur Temperatur ruangan
ekspresif Status Psychospiritual
pada suhu yang nyaman untuk
(contoh :
klien
Klien dapat
wajah
Mengurangi hal – hal yang
mengontrol gejala
meringis,,
dapat mengganggu
Relaksasi dari
merintih,
kenyamanan klien
otot klien (skala
menangis,
4)
waspada, NIC Label :Pruritus Manangement
Takut (skala 3)
iritabel,
Menentukan penyebab dan rasa
nafas
gatal yang ditimbulkan
panjang/ber
keluh kesah)
NIC Label >>Ansiety Reduction:
TINJAUAN KASUS
PENGKAJIAN :
a. IdentitasPasien
Nama : Tn. S
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Statusperkawinan :Kawin
Suku :Sunda
Penanggungjawab : Tn. J
Kulit gatal, merah, bersisik, di sekitar leher dada dan kepala, nyeri skala 2 seperti terbakar di-
Riwayat penyakit keturunan : keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang men-
belah bed.
kimia (x), jamu (x), Olah raga/ han kimia (x), jamu (x), Olah
Sensori : Daya penciuman, daya rasa, daya raba, daya pendengaran, daya penglihatan dbn.
Kognitif : Proses berfikir, isi pikiran, daya ingat, orientasi (tempat, waktu, orang ) dbn.
Pertahanan diri sementara biasanya klien meminta bantuan pada istri dan saudara-
saudaranya.
j. Status Urologi
Keluhan miksi : urgensi (-), hesistensi (-), pancaran urine normal, terminal dribbling (-), in-
termitensi (-), residual urine (-), retensi urine (-), polakisuri (-), Enuresis (-), inkontinensia
Palpasi ginjal : tidak teraba, palpasi buli : tidak ada massa, scrotum : nyeri (-), pembesaran
(-).
Pemeriksaan fisik
Keadaan penyakit sedang, kesadaran composmentis, suara bicara jelas, tekanan darah
130/90 mmHg, suhu tubuh 38.2◦C, pernapasan 20X/menit, nadi 96X/menit (regular), GCS
e4 v5 m6.
2. Sistem integument
3. Kepala
4. Muka
Simetris, odema (-), otot muka dan rahang kekuatan lemah , sianosis tidakada, merah pada
5. Mata
Kelopak mata berkerak, konjuktiva anemis (- /- ), pupil isokor sclera ikterus (-/ -), reflek
6. Telinga
7. Hidung
Mukosa (+), secret bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping hidung tidak ada.
Bau mulut (-), stomatitis (-), gigi banyak yang hilang, lidah merah merah mudah, kelainan
9. Leher
Simetris, kaku kuduk tidak ada, pembesaran vena jugularis 5 + 0 cm H2O, kulit merah,
10. Thoraks
Gerakan simitris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-), perkusi resonan, rhonchi
+/+ pada basal paru, wheezing -/-, vocal fremitus tidak teridentifikasi.kulit kemerahan dan
bersisik
11. Jantung
Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics 2 sternal kanan
dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi s1 dan s2 tunggal, gallop (-), mumur (-).
12. Abdomen
Bising usus +, tidak ada benjolan, nyeri tekan tidak ada, perabaan massa tidak ada, hepar
13. Inguinal-Genitalia-Anus
Nadi femoralis teraba, tidak ada hernia, pembengkakan pembulu limfe tidak ada., tidak ada
hemoroid.
14. Ekstrimitas
-/-, atropi -/-, capillary refill 3 detik, abses tidak ada, , ganggren (-), reflek patella N/N,
achiles N/N. pembuluh darah perifer : radialis (+/+), femoralis (+/+), poplitea (+/+), tibialis
k. Pemeriksaan penunjang
3 Maret 2020
Hb : 13,7
LED : 18
Hematokrit : 42
Leukosit : 13440
Eritrosit :4
Trombosit : 318.000
Ureum : 32.5
Kreatinin : 1.04
Albumin :2.7
:-
Na : 139
K : 3.2
Cl : 100
m. Data Fokus
Data Subjektif : klien mengatakan gatal dan nyeri skala 3 seperti terbakar pada bagian kulit
leher wajah dan area dada, tidak nafsu makan dikarenakan mual dan jika malam demam
Data objektif : kesadaran CM, Keadaan umum lemah, GCS 15, E : 4 M : 6 V : 5, klien
tampak meringis, klien tampak kurang nyaman, terpasang IVFD : Nacl 0,9 % 500cc/8 jam,
n. Analisa Data
No Data Masalah
1 DS : Nyeri
RR : 20x/menit
yaitu 13.440
3 DS : Gangguan Integritas
gatal
DO ;
4 DS : Risiko kekurangan
½ porsi
1. Nyeri
2. Hipertermi
1. Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan gangguan rasa nyaman
Kriteria hasil : 1). Klien mengatakan nyeri hilang, 2). Klien mengatakan nyeri berkurang
Implementasi : Mengobservasi TTV. Hasil : TD: 130/80 N : 80 S: 37.8 RR: 20x/ menit,
dan akan melakukan tekhnik rileksasi nafas dalam bila nyeri timbul,
2. Hipertermi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam diharapkan suhu tubuh dalam batas
normal (36.6-37.5oc)
Kriteria hasil : 1). Klien mengatakan sudah tidak demam,
2). TTV dalam batas normal
Intervensi : 1). Observasi TTV / 8jam
Implementasi : Mengobservasi TTV. Hasil : TD: 130/80 N : 80 S: 37.8 RR: 20x/ menit,
memberikan paracetamol 500 mg per oral, hasil obat dimasuk per oral,
menganjurkan klien untuk banyak minum air putih, hasil : klien memahami
dan melakukan apa yg di instruksikan perawat, menganjurkan klien
memakai pakaian tipis, hasil : klien memahami dan melakukan apa yg di
instruksikan perawat, observasi suhu tubuh klien, hasil 36.6, mengobservasi
keadaan umum klien, hasil, klien tampak nyaman, mengobservasi TTV,
hasil TD : 120/80 N:80 S: 37.2 RR 20x/menit
8). Cek Darah Lengkap H+5 post antiobiotik (8-3-2020) Sesuai program
dokter
Implementasi : Mengobservasi TTV. Hasil : TD: 130/80 N : 80 S: 37.8 RR: 20x/ menit,
Mengobservasi pola makan klien, hasil : klien mengatakan makan habis ¾
porsi, mengobservasi keadaan umum klien, hasil : keadaan umum klien
sedang, menganjurkan klien makan sedikit tapi sering, hasil : klien
mengatakan memahami dan melakukan apa yg di instruksikan perawat,
memberikan terapi omeprazaole 40mg injeksi, hasil : obat masuk per bolus,
mengobservasi pola makan klien, hasil : klien mengatakan makan habis 1
porsi, mengkaji mual dan muntah, hasil : klien mengatakan mual berkurang,
mengobservasi TTV, hasil : TD : 120/80 N:80 S: 37.2 RR 20x/menit
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas mengenai kesenjangan – kesenjangan yang timbul
antara teori dan kasus mulai dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian.
Pada tahap pengkajian antara teori dan kasus, merujuk pada jurnal yang berjudul ”Perbedaan
Dermatitis Seboroik dan Psoriasis Vulgaris Berdasarkan Manifestasi Klinis dan
Histopatologi” Gambaran klinis DS kadang sulit dibedakan dengan psoriasis vulgaris,
misalnya pada kasus yang terjadi pada anak, lesi pada lipatan tubuh, atau lesi pada kepala.
Oleh karena itu dibutuhkan pemeriksaan klinis yang cermat dengan memperhatikan tempat
predileksi dari masing-masing kelainan tersebut. Dermatitis seboroik bisa ditemukan pada
usia bayi dan dewasa, dengan tempat predileksi pada kepala, alis, lipatan nasolabial, wajah,
telinga, area sternal, aksila, lipatan 1,4 submammary, umbilikus, inguinal, dan glutea.
Manifestasi klinis DS pada orang dewasa berbeda 1 dengan DS infantil. Penyakit ini sering
ditemukan pada dekade keempat sampai ketujuh dan memiliki tingkatan bervariasi dari yang
ringan sampai berat, termasuk lesi yang menyerupai psoriasis atau pitiriasis dan 1,7
eritroderma. Dandruff biasanya dianggap sebagai bentuk klinis ringan DS, ditandai dengan
serpihan kulit yang lepas berwarna putih dan kering. Skuama yang berlebihan pada kulit
kepala sering ditandai dengan rasa 7 gatal dan kadang-kadang didapatkan inflamasi ringan.
B. Diagnosa Keperawatan.
Diagnosa yang di temukan pada teori ada 3, Gangguan rasa nyaman : Gatal, Gangguan citra
tubuh,dan kerusakan integritas kulit, sedangkan diagnosa yang ditemukan pada kasus ada 4
diagnosa yaitu nyeri, hipertermi, gangguan integritas kulit dan, risiko kekurangan nutrisi ku-
rang dari kebutuhan tubuh
Berikut diagnosa yang ditemukan pada teori tapi tidak ditemukan di kasus :
1. Gangguan rasa nyaman : gatal, tidak diangkat oleh mahasiswa dikarenakan klien
mengeluh rasa gatal hanya sedikit dan yang paling mengganggu yaitu rasa nyeri seperti
terbakar
2. Gangguan citra tubuh tidak diangkat oleh mahasiswa dikarenakan sebelumnya klien
sudah pernah mengalami penyakit yang serupa tahun lalu, sehingga klien lebih bisa
menerima keadaannya dan percaya bahwa penyakitnya akan sembuh dan tidak merasa
malu dengan penyakitnya
Sedangkan diagnosa yang ditemukan pada kasus tetapi tidak ditemukan pada teori yaitu:
1. Risiko kekurangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, diagnose ini diambil karena pada
saat dilakukan pengkajian nutrisi klien mengatakan masih mual, dan makan habis hanya
setengah porsi, dalam keadaan ini yang berkepanjangan klien dapat kehilangan nutrisi
yang dibutuhkan oleh tubuh klien
2. Hipertermi, diagnose ini diambil karena pada saat pengkajian tanda tanda vital suhu tubuh
klien diatas 37.5oC
3. Gangguan rasa nyaman nyeri, diagnosa ini diambil oleh mahasiwa karena klien
mengatakan nyeri pada kulit yang berwarna merah di bagian leher dan waja serta dada di
skala 2 seperti terbakar
C. Perencanaan.
Pada teori perencanaan disusun berdasarkan prioritas masalah, tetapi tidak ditentukan dengan
waktu untuk pencapaian tujuan, sedangkan pada kasus perencanaan disusun dengan prioritas
masalah, kondisi klien saat ini klien mengacu pada waktu yang ditentukan untuk pencapaian
kriteria hasil.
D. Pelaksanaan.
Dalam melakukan tindakan keperawatan tidak semua tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana keperawatan yang telah ditetapkan, diantaranya memberikan paracetamol 3x500mg
dikarenakan saat pemberian obat saat klien dilakukan pengecekan suhu, suhu klien dibawah
37.5oc. penulis memberikan asuhan keperawatan disesuaikan dengan rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun sesuai dengan prioritas masalah yang ditemukan pada kasus.
Tidak ada faktor panghambat dalam melaksanakan tindakan. Faktor pendukung dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien adalah adanya kerja sama antara klien dan
keluarga dengan perawat.
Merujuk pada jurnal yang berjudul ”PROFIL DERMATITIS SEBOROIK DI POLIKLINIK
KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-
DESEMBER 2012” Terapi yang diberikan pada pasien berbeda-beda, bergantung pada
variasi morfologi dan respon terhadap pengobatan sebelumnya. Secara umum, terapi
ditujukan untuk melepaskan, menghilangkan skuama dan krusta, menghambat kolonisasi
ragi, mengontrol infeksi sekunder, serta mengurangi eritema dan gatal.4,12 Untuk
penanganan secara topikal, obat-obatan yang biasa digunakan adalah krim ketokonazol,
hidrokortison, primecrolimus, dan tacrolimus. Pada pitiriasis sika dapat digunakan shampoo
yang mengandung selenium sulfide dan seng. Untuk penanganan dermatitis seboroik yang
berat, dapat diberikan kortikosteroid secara oral, dosis prednisone 20-30 mg sehari. Bila
terjadi perbaikan, dosis diturunkan secara perlahan-lahan. Pada kasus klien diberikan terapi
topical dan injeksi yaitu paraffin liquid dan metronidazol 3x500mg
E. Evaluasi.
Setelah melakukan tindakan langkah yang terakhir adalah evaluasi terhadap diagnosa
keperawatan yang di temukan pada klien. Dari 4 diagnosa keperawatan yang ditemukan 3
diagnosa yang tujuan tercapai sebagian, dan masalah belum teratasi karena setelah dievaluasi
menyeluruh dalam 3 hari masih terdapat kriteria hasil yang belum tercapai.
BAB V
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang mengalami
peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang
kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit (Widhya, 2011).
Alergi makanan adalah respon abnormal tubuh terhadap suatu makanan yang dicetuskan oleh
reaksi spesifik pada sistem imun dengan gejala yang spesifik pula. Alergi makanan adalah
kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang ditimbulkan oleh alergi
terhadap bahan makanan.
Alergi obat adalah reaksi alergi dimana sistem kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan
(abnormal) terhadap obat-obatan tertentu yang di konsumsi oleh seseorang. Beberapa jenis
obat termasuk obat yang dijual bebas ataupun resep dokter bisa berpotensi menimbulkan
alergi terhadap orang yang sensitif terhadap obat tersebut, jadi bisa saja obat A menimbulkan
alergi bagi si B namun tidak menimbulkan reaksi alergi bagi si C.
B.Saran
1. Untuk Instansi
Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal secara optimal sebaiknya proses
keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan
Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena bagaimanapun teraturnya pen-
gobatan tanpa perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang diharapkan tidak tercapai.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda Adhi,Sularsito.(2009).SA. DermatitisIn: Djuanda A, ed Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. Edisi IV.Jakarta: FKUI:126-31.
Johnson,M.,etall.2002. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition . New
Jersey: Upper Saddle River Loetifia, Hj.,(2009). Buku Ajar Asuhan Keperawatan,
Penerbit, Jakarta: EGC.23
Mc Closkey,C.J., etall. 2002. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edi-
tion. New Jersey: Upper Saddle River Muttaqin, Adan Kumala,S.2011Asuhan Keper-
awatan gangguan Sistem Integumen.
Penerbit Salemba Medika. NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA: Definisi
dan Klasifikasi. Widhya.(2011). Askep Dermatitis. Diaskes pada tanggal 10 Februari
2017.
Pada: http:///D:/LAPORAN%20POROFESI%20NERS%202012/MEDICAL%20BEDA
H/SUMBER%20DERMATITIS/askep-dermatitis.htm.