Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia membungkus otot-otot
dan organ dalam. Kulit berfungsi melindungi tubuh dari trauma dan merupakan
benteng pertahanan terhadap bakteri. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur
melalui vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit atau sekresi kelenjar keringat.
Kulit juga merupakan sensasi raba, tekan, suhu, nyeri, dan nikmat berkat jalinan
ujung-ujung saraf yang saling bertautan. Secara mikroskopis kulit terdiri dari tiga
lapisan: Epidermis, dermis, dan lemak subkutan. Epidermis, bagian terluar dari kulit
dibagi menjadi dua lapisan utama yaitu stratum korneum dan stratum malfigi. Dermis
terletak tepat di bawah epidermis, dan terdiri dari serabut-serabut kolagen, elastin, dan
retikulin yang tertanam dalam substansi dasar. Di bawah dermis terdapat lapisan
lemak subcutan yang merupakan bantalan untuk kulit,isolasi untuk pertahankan suhu
tubuh dan tempat penyimpanan energi.
Salah satu penyakit kulit yang paling sering dijumpai yakni dermatitis yang
lebih dikenal sebagai eksim, merupakan penyakit kulit yang mengalami peradangan.
Dermatitis dapat terjadi karena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering. Umumnya eksim dapat menyebabkan pembengkakan,
memerah, dan gatal pada kulit. Dermatitis tidak berbahaya, dalam arti tidak
membahayakan hidup dan tidak menular. Walaupun demikian, penyakit ini jelas
menyebabkan rasa tidak nyaman dan amat mengganggu Dermatitis muncul dalam
beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi dan gejala dermatitis yang
muncul dipicu alergen "penyebab alergi tertentu seperti racun yang terdapat pada
berbeda, antara lain dermatitis.

1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa diharapkan dapat mengetahui dan mengerti tentang asuhan
keperawatan dengan gangguan kulit dermatitis.
2. Tujuan Khusus
Makalah disusun bertujuan agar :
1) Mahasiswa mengetahui dan memahami penyakit Dermatitis.
2) Mahasiswa mengetahui konsep keperawatan pada Dermatitis.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang akan dibuat
dalam asuhan keperawatan ini adalah bagaimana membangun dan merancang sebuah
sistem pendukung keputusan untuk merekomendasikan pengobatan yang benar untuk
penderita Dermatitis .

2
BAB II

TINJAUAN TEORI
1. KONSEP MEDIS PENYAKIT
A. Defenisi
Dermatitis adalah istilah umum untuk menggambar kan timbulnya peradangan
pada kulit seseorang. Dermatitis merupakan peradangan pada dermis dan epidermis
sebagai respons terhadap pengaruh faktor eksogen atau endogen yang menimbulkan
efloresensi polimorfik (eritema, edema, papul, vesikel, skuama) dan keluhan gatal
(Djuanda, 2007).
Dermatitis adalah kelainan kulit yang subyektif ditandai oleh rasa gatal dan
secara klinis terdiri atas ruam polimorfi yang umumnya berbatas tidak tegas.
(Ardhie,2014)
B. Insiden
Dermatitis atopik (DA) di seluruh dunia berkisar antara 5‒20% pada anak, dan
1‒3% pada dewasa. Morbiditasnya sangat bervariasi di tiap negara karena pengaruh
lingkungan sebagai faktor risiko.
Secara Global Prevalensi dermatitis atopik di negara maju dilaporkan telah
mendatar, sedangkan di negara berkembang semakin meningkat. Kondisi ini
kemungkinan karena peningkatan urbanisasi, polusi, dan obesitas. International Study
of Asthma and Allergies in Childhood (ISAAC) menyebutkan prevalensi DA pada
remaja usia 13‒14 tahun di negara Afrika mencapai 12‒14% dan di Amerika Latin 6‒
10%. Sedangkan di negara-negara wilayah Asia Pasifik, Mediterania Timur, dan
subkontinen India lebih rendah, yaitu sekitar 3‒6%.
Di Indonesia, prevalensi DA mengalami peningkatan setiap tahunnya.
Penelitian oleh Soegiarto et al, tahun 2019, melaporkan bahwa morbiditas penyakit
alergi pada anak sekolah di kota metropolitan di Indonesia memiliki pola yang sama
dengan negara berkembang lainnya. Penelitian melibatkan 499 anak dan remaja dari
sekolah dan universitas di 5 kota. Dilaporkan 278 subjek setidaknya memiliki satu
manifestasi penyakit alergi, dimana kasus DA sebesar 1,8%. Urtikaria dan rhinitis
alergi merupakan penyakit atopik yang paling sering muncul, dengan riwayat
keluarga atopik positif sebesar 60,79%. Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan
kasus dibandingkan tahun 1998.
(www.alomedika.com)

3
C. Etiologi
Penyebab dermatitis sangat beragam dan diasumsikan sebagai kombinasi
antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Penyebab dermatitis juga menentukan
jenis dermatitis yang dialami seseorang. Dermatitis kontak menggambarkan reaksi
kulit yang terjadi ketika kulit membuat kontak dengan alergen atau iritan. Sebuah
iritan merusak kulit secara fisik, sedangkan alergen memicu respons imun yang men
garah pada reaksi kulit. Penyebab umum dermatitis kontak iritan misalnya detergen,
sabun, desinfektan, logam (nikel), semen, parfum, kosmetik, dan beberapa tanaman
tertentu. Sementara itu, contoh zat yang dapat memicu dermatitis kontak alergi
termasuk logam (nikel/kobalt),karet, dan beberapa pewarna pakaian, serta beberapa
obat topikal seperti krim kortikosteroid.
Di sisi lain, dermatitis atopik (eksim) terjadi ketika tubuh bereaksi
hipersensitif terhadap makanan tertentu, alergen, atau faktor lingkungan. Kondisi ini
sering terjadi pada keluarga dan dapat terjadi bersamaan dengan kondisi atopik
lainnya, seperti asma atau demam. Alergi makanan dapat memperburuk eksim atau
yang menimbulkan alergi, antara lain susu sapi, gandum, kedelai, kacang-kacangan,
ikan, dan telur (Mandal, 2014).
( KMB II ; Rudi Haryono.,Ns.M.Kep&Maria putri sari utami, M.Kep)

D. Klasifikasi
Secara garis besar, dermatitis dibedakan menjadi dua, yakni dermatitis atopik
dan dermatitis kontak. Dermatitis atopik bersifat genetis, sedangkan dermatitis kontak
ter jadi ketika kulit melakukan kontak dengan sesuatu yang menyebabkan reaksi
alergi (dermatitis kontak alergi) atau melukai kulit (dermatitis kontak iritan).
Dermatitis kontak dibedakan berdasarkan penyebab timbulnya peradangan.
Suatu dermatitis yang disebabkan oleh iritan primer kuat/absolut disebut dermatitis
kontak toksik akut. Beberapa zat yang dapat menimbulkan derma titis jenis ini adalah
H₂SO, KOH, dan racun serangga. Se mentara itu, dermatitis yang disebabkan oleh
iritan primer lemah/relatif, misalnya sabun/detergen, disebut dermatitis kontak toksik
kronik. Jenis lainnya adalah dermatitis kontak alergi,yakni suatu dermatitis yang
disebabkan oleh alergen. Contohnya, logam (Ag, Hg), karet, plastik, dan lain-lain.
( KMB II ; Rudi Haryono.,Ns.M.Kep&Maria putri sari utami, M.Kep)

4
E. Manifestasi Klinik
Setiap jenis dermatitis memiliki tanda dan gejala yang khas dan tergantung
pada area tubuh mana yang terkena dermatitis. Pada dermatitis atopik, gejala biasanya
diawali dengan munculnya ruam merah dan gatal yang terjadi pada daerah lipatan
tubuh, seperti siku, belakang lutut, dan le her. Ketika tergores, ruam dapat
mengeluarkan cairan dan mengeras. Sementara itu, pada dermatitis kontak, ruam ter
jadi pada area tubuh yang bersentuhan dengan zat iritan atau alergen, seperti racun
serangga, sabun, atau kosmetik. Ruam merah terasa panas (sensasi terbakar) atau
gatal, hingga melepuh.
( KMB II ; Rudi Haryono.,Ns.M.Kep&Maria putri sari utami, M.Kep)

Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut


terutama pruritus (gatal), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada
muka (terutama palpebra dan bibir), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna
a. Stadium akut kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula,erosi dan
eksudasi sehingga tampak basah.
b. Stadium subakut eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi
kusta
c. Stadium kronis: lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan
likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja suatu dermatitis sejak awal
memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.
(djuanda,adhi dkk.2007.ilmu penyakit kulit dan kelamin.)

F. Patofisiologi
Patofisiologi dermatitis atopik sangat kompleks dan respons multifaktorial.
Proses dermatitis atopik melibatkan un sur-unsur disfungsi lapisan kulit, perubahan
dalam imun, hipersensitivitasimunoglobulin E(igE), dan faktor lingkungan. Hilangnya
mutasi fungsi dalam flaggrin ber implikasi pada dermatitis atopik berat karena potensi
pen ingkatan kehilangan cairan trans-epidermal, perubahan pH, dan dehidrasi.
Perubahan genetik lainnya juga telah di identifikasi dapat mengubah fungsi lapisan
tanduk kulit dan menghasilkan fenotipe dermatitis atopik. Ketidakseimban gan Th2 ke
Thi sitokin yang diamati pada dermatitis atopik dapat menciptakan perubahan dalam

5
respons imun yang dimediasi sel dan dapat mengakibatkan hipersensivitas yang
dimediasi igE (Boothe dkk. 2017).
Sementara itu, pada dermatitis kontak, zat alergen atau zat iritan masuk ke
kulit kemudian menyebabkan hipersen sitivitas pada kulit. Bahan iritan tersebut
merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, dan mengubah daya ikat air di kulit. Masa
inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12
hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena berikutnya adalah 12-48 jam.
( KMB II ; Rudi Haryono.,Ns.M.Kep&Maria putri sari utami, M.Kep)

G. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan berupa biopsi kulit serta uji kultur dan sensitivitas.
2) Percobaan asetikolin (sntikan dalam intractan,solusio,asetikolin 1/5000).
3) Percobaan histamine hostaat disntikkan pada lesi
4) Pemeriksaan laboratorium
a) Darah : Hb.Leukosit,Hitung jenis,trombosit,elektrolit,protein
total,albmin,globulin.
b) Urin : Pemeriksaan Hispatologi
(Nurarif&Kusuma 2015)

H. Penatalaksanaan
Perawatan untuk dermatitis bervariasi, tergantung pada penyebab dan kondisi
klien. Selain rekomendasi gaya hidup dan pengobatan rumah, sebagian besar rencana
keperawatan dermatitis antara lain penggunaan krim kortiko steroid dan fototerapi.
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak iritan dan kontak alergik yang
baik adalah mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk
menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan tahap penyakitnya dan
perlindungan pada kulit.
1. Pencegahan
Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis kontak
kontak iritan dan kontak alergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat
dilaksanakan misalnya penggunaan sarung tangan karet di ganti dengan sarung
tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan
deterjen
2. Pengobatan

6
Pengobatan yang diberikan dapat berupa pengobatan topikal dan sistemik
a) Pengobatan topical
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
pengobatan dermatitis yaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka),
bila kering berikan terapi kering. Makin akut penyakit, makin rendah
prosentase bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakut diberi losio,
pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan salep.
Bila basah berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak
kocok, krim atau pasta, bila kering di dalam, diberi salep.
b) Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau
edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau
kronik.
3. Diet
penatalaksanaan diet pada dermatitis msih merupakan masalah yang
kontriversional. Alergi makanan yang signifikan tidak diketahui seganai
penyebab dari dermatitis atau berapa persentase dari klien dermatitis yang
mempunyai alergi terhadap makanan. Diet pada penyakit dermatitis adalah
diet TKTP (Tinggi Kalori Tinggi Protein).
(djuanda,adhi dkk.2007.ilmu penyakit kulit dan kelamin.)
I. Komplikasi
Menggaruk ruam yang gatal dan terkait dengan dermatitis dapat menyebabkan
luka terbuka, sehingga berisiko terkena infeksi kulit akibat bakteri, virus, dan jamur.
( KMB II ; Rudi Haryono.,Ns.M.Kep&Maria putri sari utami, M.Kep)

J. Prognosis
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis adalah penyebab dermatitis
kontak, kapan terapi mulai dilakukan, apakah pasien sudah menghindari faktor
pencetusnya, terjadinya kontak ulang dan adanya faktor individual seperti atopi.
Dengan adanya uji tempel maka prognosis dermatitis kontak alergik lebih baik
daripada dermatitis kontak iritan dan DKI yang akut lebih baik daripada DKI
‘kronis yang bersifat kumulatif dan susah disembuhkan. Dermatitis kontak
alergik terhadap bahan-bahan kimia industri yang penggunaannya pada tempat-tempat
tertentu dan tidak terdapat dalam lingkungan di luar jam kerja atau pada barang-

7
barang milik pribadi. mempunyai prognosis yang buruk, karena bahan-bahan tersebut
terdapat sangat banyak dipakai dalam kehidupan kita sehari-hari.
(djuanda,adhi dkk.2007.ilmu penyakit kulit dan kelamin.)

K. Pencegahan
Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan bahan yang
telah disebutkan di atas. Strategi pencegahan meliputi:
1. Bersihkan kulit yang terkena bahan iritan dengan air dan sabun. Bila dilakukan
secepatnya, dapat menghilangkan banyak iritan dan alergen dari kulit.
2. Gunakan sarung tangan saat mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk
menghindari kontak dengan bahan pembersih.
3. Bila sedang bekerja, gunakan pakaian pelindung atau sarung tangan untuk
menghindari kontak dengan bahan alergen atau iritan
(djuanda,adhi dkk.2007.ilmu penyakit kulit dan kelamin.)

8
BAB III

KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas Meliputi nama, umur, alamat, tempat tanggal lahir, pendidikan. suku,
agama, diagnosa medis, jenis kelamin, pendidikan, status pernikahan, dan
identitas keluarga yang bertanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama Pada penderita dermatitis biasanya akan ditemukan
keluhan gatal pada kuli, suhu tubuh meningkat/demam, kemerahan,
kering, edema disertai nyeri, dan rasa terbakar pada kulit. Keluhan
tersebut bisamuncul tergantung bagaimana respon kulitdari masing
tersco Disain masing orang.
2) Riwayat penyakit sekarang Biasanya penderita dengan dermatitis akan
mengalami rasa gatal-gatal pada kulit yang dapat menimbulkan akibat
adanya infeksi sehingga suhu tubuh bisa meningkat/demam, kemerahan,
edema disertai rasa nyeri, rasa lesi terbakar/panas pada kulit Keluha-
keluhan yang muncul dan tidak bisa ditangani oleh penderita sehingga
penderita harus datang ke pelayanan kesehatan.
3) Riwayat penyakit dahulu: Biasanya pada pasien dengan dermatitis juga
bisa bisa disebakan oleh adanya riwayat alergi terhadap bahan-bahan
tertentu, kemudian juga dilihat dari sensitivitas kulit seseorang itu
sendiri.
4) Riwayat penyakit keluarga Pada penderita dermatitis ditanyakan apakah
ada penyakit keluarga yang sama dengan yang dialami penderita, selain
itu pada anak-anak sering ditemukan alergi terhadap bahan tertentu yang
mungkin diketahui oleh keluarganya.
3. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat Biasanya pada penderita
dermatitis tidak begitu paham dengan kondisi kesehatan terutama
terhadap alergi bahan-bahan kimia yang dapat menimbulka dermatitis.
Jika penderita merasakan keluhan biasanya pasien minum obat dan
apabila penyakitnya tidak sembuh pasienpergi ke pelayanan kesehatan

9
2) Pola nutrisi dan metabolik Biasanya pada penderita dermatitis bisa
ditemukan nafsu makan terganggu karena penyakit yang rasakan seperti
rasa panas, demam dan nyeri bagian kulit yang biasanya membuat nafsu
makan turun tetapi tergantung dari masing-masin idividu yang
mengalami.
3) Pola eliminasi Pada penderita dermatitis biasanya tidak ditemukan
gangguan pada pola eliminasi, kecuali dermatitis timbul pada bagian
genital sehingga membuat penderita takut untuk BAK
4) Pola aktivitas dan latihan Biasanya pada penderita dermatitis tidak
mengganggu aktivitas sehari-hari tetapi tergantung dari tingkat
keparahan penyakit dan rasa nyeri atau lokasi sakit yang dirasakan.
5) Pola tidur dan istirahat Biasanya pada pola istirahat penderita dermatitis
terjadi gangguan pola tidur dikarenakan rasa nyeri dan rasa gatal
ataupun rasa terbakar yang dialami.
6) Pola hubungan dan peran Biasanya hubungan dengan keluarga, teman
dan tetangga terganggu karena penyakitnya yang dirasakan.
7) Pola sensori dan kognitif Biasanya pada penderita dermatitis tidak
ditemukan ganngguan tetapi tergantung dari masing-masing individu
yang mengalami penyakit tersebut..
8) Pola persepsi dan konsep diri Biasanya pada penderita dermatitis status
mental sadar, bicara normal, masih mampu berinteraksi social.
9) Pola reproduksi dan seksual Biasanya penderita dermaitis merasa
terganggu dengan pola seksual jika penyakit tersebut menyerang bagian
genetalia
10) Pola penanggulangan stress Biasanyapada penderita dermatitis
mangatasi rasa nyeri dengan mengkonsumsi obat anti nyeri dan karena
nyeri yang dirasakan biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa
khawatir klien tentang penyakitnya.
11) Pola tata nilai dan kepercayaan Biasanya pada penederita dermatitis
menyebabkan malaise, demam, rasa panas pada kulit sehingga bisa
membuat rutinitas ibadah penderita terganggu.
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum penderita bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi atau
kemerahan pada kulit, dankekuatan daya tahan tubuh. TTV biasanya penderita

10
mengalami peningkatan suhu tubuh dan akibat nyeri yang dirasakan bisa juga
mengakibatkanpeningkatan denyut jantung. peningkatan pernapasan, serta
peningkatan tekanan darah.Pemeriksaan head to toe dengan cara Inspeksi
(Melihat), Auskultasi(Mendengar), Palpasi (Meraba), Perkusi (Mengetuk) mulai
dari:
1) Kepala Biasanya bersih, tidak ada benjolan, tidak ada luka atau lesi.
2) Rambut biasanya berwarna hitam tergantung tingkatan usia.
3) Wajah kebersihan, ada lesi/tidak ada edema/tidak, dan tidakpucat,
sianosis adanya kemerahan/tidak
4) Mata Konjungtiva pucat/tidak dan sklera ikterus/tidak, ada kelainan atau
tidak, serta adanay bengkak kemrahan/tidak
5) Mulut dan gigi: Bersih/tidak, warna bibir, ada stomatitis/tidak, gigi tidak
berlubang, gusi tidak berdarah. Biasanya pada herpes terdapat lesi pada
bagian bibir akibat infeksi
6) Leher: ada kelainan atau tidak, adanya nyeri tekan/tidak, adanya
kemerahan atau tidak karena dermatitis bias menyerang bagian kulit
manapun
7) Thorak: Irama cepat/ tidak, suara jantung normal/tidak, ada tidak bunyi
tambahan nafas. Tidak ada masa/ benjolan,ada nyeri tekan atau tidak
8) Abdomen: Ada atau Tidak luka bekas operasi, distensi abdoen atau
tidak, kembung atau tidak, warna, kebersihan.
9) Genetalia: Apakah ada varises, bersih, adanynya nyeri tekan atau tidak,
edema/tidak. Biasanya pada dermatitis yang menyerang genital
mengalami kelainan seperti warna kemerahan serta adanya rasa nyeri
10) Rectum Bersih/tidak, tidak ada edema, Adanya tanda-tanda
insfeksi/tidak).
11) Ekstrimitas: Edema/tidak, adanya varises/tidak, sianosis, CRT kembali
normal/tidak
12) Integumen: biasanya pada dermatitis akan ditemukan radang akut
terutama priritus (sebagai pengganti dolor), kemerahan (rubor),
gangguan fungsi kulit (function laisa), terdapat Vesikel-veikel
fungtiformis yang berkelompok yang kemudian membesar, terdapat bula
atau pustule, hiperpigmentai tau hipopigmentasi. Adanya nyeri tekan,
edema atau pembengkakan, serta kulit bersisik

(djuanda,adhi dkk.2007.ilmu penyakit kulit dan kelamin.)

11
B. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang kemungkinan muncul pada penyakit dermatitis
diantaranya (Panduan buku SDKI SLKI SIKI)

Diagnosa 1: D.0077
1. Nyeri akut berhubungaan dengan Agen pencedera kimiawi ditandai dengan
Mengeluh nyeri
Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan
hingga berat yang berlangsung kurang 3 bulan.

Gejala dan tanda mayor Gejala dan tanda mayor


Subjektif Objektif
a) Mengeluh nyeri a) Tampak meringis
b) Bersikap protektif
c) Gelisah
d) Frekuensi nadi meningkat
e) Sulit tidur
Gejala dan tanda minor Gejala dan tanda minor
Subjektif Objektif
a) Tekanan darah meningkat
- b) Pola napas berubah
c) Nafas makin berubah
d) Proses berpikir terganggu
e) Menarik diri
f) Berfokus pada diri sendiri
g) diaforesis

Diagnosa 2 : D.0192
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi ditandai dengan
kerusakan jaringan dan lapisan kulit

12
Definisi : Kerusakan kulit (Dermis ata epidermis) atau jaringan.

Gejala dan tanda mayor Gejala dan tanda mayor


Subjektif Objektif
- a) Kerusakan jaringan atau lapisan kulit

Gejala dan tanda minor Gejala dan tanda minor


Subjektif Objektif
- a) Nyeri
b) Perdarahan
c) Kemerahan
d) Hematoma

Diagnosa 3 : D.0055
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan ditandai dengan
mengeluh sulit tidur
Definisi : Ganggan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal.

Gejala dan tanda mayor Gejala dan tanda mayor


Subjektif Objektif
a) Mengeluh sulit tidur a) -
b) Mengeluh sering terjaga
c) Mengeluh tidak puas tidur
d) Mengeluh pola tidur berubah
e) Mengeluh istirahat tidak cukup

Gejala dan tanda minor Gejala dan tanda minor


Subjektif Objektif
a) Mengeluh kemampuan beraktivitas a) -
menurun

Diagnosa 4 : D.0083
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan bentuk tubuh ditandai dengan
kehilangan bentuk tubuh
Definisi : Perubahan presepsi tentang penampilan,strukturdan fngsi fisik individu.

13
Gejala dan tanda mayor Gejala dan tanda mayor
Subjektif Objektif
a) Mengungkapkan a) Kehilangan bagian tubuh
kehilangan/kecatatan bagian tubuh b) Fungsi struktur tubuh berubah

Gejala dan tanda minor Gejala dan tanda minor


Subjektif Objektif
a) Tidak mau Mengungkapkan a) Menunjukkan/menyembunyikan
kehilangan/kecatatan bagian tubuh bagian tubuh secara berlebihan
b) Mengungkapkan perasaan negatif b) Fokus berlebihan pada perubahan
tentang perubahan tubuh tubuh.

C. Intervensi keperawatan

NO DIAGNOSA LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)


(SDKI)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubungaan keperawatan dalam jangka Observasi :
dengan Agen waktu 2x24 jam tingkat 1) Identifikasi lokasi,
pencedera nyeri menurun dengan karakteristik, durasi
kimiawi ditandai kreteria hasil : 2) frekuensi, kualitas,
dengan Mengeluh Keluhan nyeri (menurun) intensitas nyeri.
nyeri Meringis (menurun) 3) Identifikasi skala nyeri
Gelisah (Menurun) 4) Identifikasi respon nyeri
kesulitan tidur (Menurun) non verbal
Terapeutik :
1) Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri(mis,
hipnosis, akupresur, terapi
musik)
2) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
3) Fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi :
1) Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan
nyeri -Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian
analgesik, jika perlu

14
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Perawatan integritas kulit
integritas kulit keperawatan dalam jangka Observasi :
berhubungan waktu 2x24 jam integritas 1) Identifikasi penyebab
dengan perubahan kulit meningkat dengan gangguan integritas kulit
sirkulasi ditandai kriteria hasil : (Misal perubahan
dengan kerusakan Elastisitas (Meningkat) sirkulasi,perubahan status)
jaringan dan Hidrasi (meningkat) Terapeutik
lapisan kulit perfusi jaringan (meningkat) 1) Ubah posisi tiap 2 jam jika
tirah baring
2) Bersihkan parineal dengan
air hangat, terutama selama
periode diare
3) Gunakan produkberbahan
ringan/alami hipoalergik
pada kulit sensitif Edukasi
Edukasi
1) Anjurkan menggunakan
pelembab
2) Anjurkan minum air yang
cukup
3) Anjurkan meningkatkan
nutrisi yang cukup

15
3. Gangguan pola Setelah dilakukan tindakan Dukungan tidur
tidur keperawatan dalam jangka Observasi:
berhubungan waktu 2x24 jam gangguan 1) Identifikasi pola aktivitas
dengan hambatan pola tidur membaik dengan tidur
lingkungan kriteria hasil : 2) Identifikasi faktor
ditandai dengan Keluhan sulit tidur pengganggu tidur
mengeluh sulit (meningkat) 3) Identifikasi obat tidur yang
tidur keluhan puas tidur dikonsumsi
(meningkat) Terapeutik
keluhan istirahat tidak 1) Modifikasi waktu tidur
cukup (meningkat) siang
2) Fasilitasi menghilangkan
stres sebelum tidur
3) Tetapkan jadwal tidur rutin
Edukasi
1) Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
2) Anjurkan menpati
kebiasaan waktu tidur
3) Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang
mengganggu tidur

4. Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan Promosi citra tubuh


tubuh keperawatan dalam jangka Observasi
berhubungan waktu 2x24 jam citra tubuh 1) Identifikasi harapan citra
dengan perubahan meningkat dengan kriteria tubuh berdasarkan tahap
bentuk tubuh hasil : perkembangan
ditandai dengan Melihat bagian tubuh 2) Identifikasi budaya, agama,
kehilangan bentuk (membaik) jenis kelamin, dan umur
tubuh Menyentuh bagian tubuh terkait citra tubuh
(membaik) 3) Identifikasi perubahan citra
Hubungan sosial (membaik) tubuh yang mengakibatkan
isolasi sosial
Terapeutik
1) Diskusikan perubahan
tubuh dan fungsinya
2) Diskusikan perbedaan
penampilan fisik terhadap
harga diri
3) Diskusikan presepsi pasien

16
dan keluarga tentang
perubahan citra tubuh
Edukasi
1) Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatan
perubahan citra tubuh
2) Anjurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra
tubuh
3) Anjurkan menggunakan alat
bantu (mis pakaian, wig,
parfum)

D. Evaluasi keperawatan
Evaluasi yang akan dilakukan yaitu mencakup tentang:
1. Memiliki pemahaman terhadap perawatan kulit.
2. Mengikuti terapi dan dapat menjelaskan alasan terapi.
3. Melaksanakan mandi, pembersihan dan balutan basah sesuai program.
4. Menggunakan obat topikal dengan tepat.

(djuanda,adhi dkk.2007.ilmu penyakit kulit dan kelamin.)

PENYIMPANGAN KDM

Bahan iritan kimiawi fisik

Kerusakan sel Dikonsumsi atau kontak Ag


langsung

17
Kelainan kulit
Sel penyampai Ag
Iritan kontak dgn Ag

Lapisan tanduk rusak


Sel T
Oleh sel plasma dan basofil
membemtuk Ab IgE
Denatrusi keratin
HMC
Memicu proses degranulasi
Menyingkirkan lemak
lap.tanduk Pelepasan limfokim
Pelapasan mediator kimia
berlebihan
Mengubah daya ikat air Lepas makrofag
kulit
Reaksi Peradangan
Kerusakan jaringan
Merusak lapisan epidermis
Gatal dan rubor
Kelembapan kulit
menurun
Mk:gangguan integritas
jaringan Reaksi menggaruk berlebih
Kulit mengering
Lapisan epidermis
Mk : Gangguan rasa
teerbka invasi bakteri
nyaman Perubahan warna kulit

Pelepasan toksik bakteri


Mk : Gangguan citra
diri
Mk : Resiko infeksi
( KMB II ; Rudi Haryono.,Ns.M.Kep&Maria putri sari utami, M.Kep)
BAB IV

A. Jurnal
Penelitian Retrospektif: Pengobatan Topikal pada Pasien Dermatitis
Atopik (A Retrospective Study: Topical Therapy in Atopic
Dermatitis Patient) Wahyunita Desi Ratnaningtyas, Marsudi
Hutomo Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit

18
dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga/Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. Soetomo Surabaya
ABSTRAK Latar Belakang: Dermatitis atopik (DA) adalah keradangan kulit yang
bersifat gatal, menahun, residif, dan dapat terjadi pada bayi, anak, serta dewasa.
Pengobatan DA dibagi menjadi pengobatan sistemik dan topikal.Pengobatan topikal
merupakan lini pertama dari pengobatan DA ringan sampai sedang yang merupakan
bentuk tersering penyakit DA. Tujuan: Mengevaluasi pola pengobatan topikal pada
pasien baru DA. Metode: Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan
mengevaluasi rekam medik pasien baru DA yang mendapat pengobatan topikal di
Divisi Alergi Imunologi Unit Rawat Jalan (URJ) Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
RSUD Dr. Soetomo Surabaya periode 2013-2015. Data yang dievaluasi meliputi
jumlah pasien, umur, jenis kelamin, waktu kunjungan, keluhan utama, lama keluhan,
riwayat atopi, pemeriksaan fisik, penatalaksanaan, dan follow up. Hasil: Jumlah
pasien baru DA yang mendapat terapi topikal sebesar 272 pasien (83.2%) dari 327
pasien baru DA. Terapi topikal yang diberikan berupa kortikosteroid topikal sebesar
187 pasien (23.6,%), emolien sebesar 183 pasien (23,1%), dan antibiotik topikal pada
40 pasien (5.1%). Pasien yang tidak kontrol setelah kunjungan pertama sebesar 174
orang (53.2%).
Simpulan: Kortikosteroid topikal merupakan pilihan utama untuk dermatitis
atopik, namun peranan emolien diperlukan untuk memperbaiki sawar kulit

Kata kunci: dermatitis atopik, pengobatan topikal, retrospektif

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermmis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau endogen menimbulkan kelainan klinis berbah.

19
Penyebab deermatitis dapat berasal dari luar (eksogen) misalnya bahan kimia
(detergen,asam basa,oli,semen),fisik (sinar dam suhu), mikroorganisme (bakteri dan
jamur)dapat pula dari dalam (endogen) misalnya dermatitis atopik
Pencegahan merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis
kontak iritan dan alergik.Dilingkungan rumah beberapa hal dapat dilaksanakan misalnya
penggnaan sarng tangan plastik,menggunakan mesin cuci,sikat bergagang
panjang,penggunaan detergen.
L. Saran
Kami tentnya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak kesalahan
dan jauh dari kesemprnaan.Kami akan memperbaiki makalah dengan berpedoman pada
banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

KMB II ; Rudi Haryono.,Ns.M.Kep&Maria putri sari utami, M.Kep

(www.alomedika.com)

djuanda,adhi dkk.2007.ilmu penyakit kulit dan kelamin.


Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, volume 3, Jakarta:EGC..

20
Carpenito LD.1995.Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinik. Jakarta: EGC.

www.medikaholistik.com

21

Anda mungkin juga menyukai