Anda di halaman 1dari 33

MATA KULIAH : KMB III

DOSEN : Ns. Nurpadila, M.Kep.

“GONORHEA”

OLEH ;

ANDRIANI

A1.191155

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MARENDENG MAJENE

PRODI S1 KEPERAWATAN

2
Kata Pengantar

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kita panjatkan atas kehadhirat Allah Swt yang telah melimpahkan nikmat
rahmat serta hidayahnya dengan kesehatan dan rezekinya yang membuat kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa pula kita haturkan sholawat
serta salam kepada suri tauladan kita yaitu baginda Nabi Muhammad Saw yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman terang – menerang dengan kata lain “
Minadzulumati Ilannur “. Terima Kasih kami ucapkan kepada Dosen pembimbing yang telah
membantu kami dalam penyelsaian tugas kami yang bertemakan “ GONORHEA “ , serta
terima kasih juga untuk para sumber yang telah membantu kami dalam penyelesaian tugas
ini. Dengan penyelesaian tugas ini kami telah memenuhi kewajiban kami dan semoga
makalah ini dapat mnambah wawasan dan juga bermanfaat bagi banyak orang.

Akhir kata kami ucapkan Terima Kasih.

Wassalamualaikum wr.wb

24 September 2021

Penyusun, Andriani

i
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
I. ASUHAN KEPERAWATAN
A. Definisi .........................................................................................................................2
B. Etiologi
C. Tanda dan gejala
D. Manifektasi Klinis
E. Penyebaran
F. Penularan
G. Patofisiologi
H. Komplikasi
I. Prognosis
J. Pemeriksaan Diagnostik
K. Pencegahan
L. Penatalaksanaan............................................................................................................3
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
B. Diagnosis Keperawatan
C. Intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB III PENUTUP .................................................................................................................24

A. Kesimpulan ..................................................................................................................24
B. Saran
C. Penyimpanan KDM.......................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................25

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Gonorhea merupakan penyakit yang mempunyai insiden yang tinggi diantara penyakit
menular seksual yang lain, penyakit ini tersebar di seluruh dunia secara endemik, termasuk di
Indonesia. Di Amerika Serikat dilaporkan setiap tahun terdapat 1 juta penduduk terinfeksi
gonore. Pada umumnya diderita oleh laki – laki muda usia 20 sampai 24 tahun dan wanita muda
usia 15 – 19 tahun.
Gonorhoe adalah gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun 1879, dan baru
diumumkan tahun 1882, kuman tersebut termasuk dalam group Neissseria. Gonokok terdiri dari
empat tipe, yaitu tioe 1 dan 2 yang memiliki vili yang bersifat virulen, serta 3 dan 4 yang tidak
mempunyai vili yang bersifat nonvirulen.
Gonorhoe tidak hanya mengenai alat – alat genital tetapi juga ekstra genital. Salah
satunya adalah konjungtiva yang akan menyebabkan konjungtivis, penyakit ini dapat terjadi pada
bayi yang baru lahir dari ibu yang menderita servisitis gonorhoe atau pada orang dewasa, infeksi

terjadi karena penularan pada konjungtiva melalui tangan dan alat – alat. 

B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami tentang gonorhoe dan asuhan keperawatan pada pasien gonorhoe
2.      Tujuan Khusus
a.       Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang  pengertian dari  gonorhoe
b.      Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang  etiologi dari  gonorhoe
c.       Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang  manifestasi klinis dari gonorhoe
d.      Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang  Penyebaran dari gonorhoe
e.       Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang  cara – cara penularan gonorhoe
f.       Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang patofisiologi dan patogenesis dari gonorhoe
g.      Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang pathway dari gonorhoe
h.      Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang komplikasi dari gonorhoe
i.        Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang  prognosis dari gonorhoe

3
j.        Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemeriksaan diagnostik dari gonorhoe
k.      Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang pencegahan dari gonorhoe
l.        Mahasiswa mampu mendeskripsikan tentang pentalaksanaan dari gonorhoe
m.    Mahasiswa mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan dari gonorhoe 

4
BAB II
LANDASAN TEORI
A.           Definisi
Kencing nanah atau gonore ( bahasa Inggris : gonorrhoea ) adalah penyakit menular
seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra,
leher rahim, rectum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar
melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore
bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul
nyeri pinggul dan gangguan reproduksi (Wikipedia, 2009).
Gonorhea adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria Gonorhea yang pada
umumnya ditularkan melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga secara langsunv dengan
eksudat yang efektif (Dr. Soedarto, Penyakit – penyakit Infeksi DI Indonesia, 1990, hal 74)
 Gonore disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrboeae.
 Gonore menginfeksi serviks,uterus, dan tuba fallopi pada wanita.
 Gonore juga menginnfeksi mulut,tenggorokan,mata,uretra,dan anus pada wanita.

(KMB VOL.2.Marlene hurst)

B.            Etiologi
Menurut mutaqqin (2011) Organisme patogenik (Neisseria Gonorhea) biasanya
memasuki tubuh melalui vagina, menjalar melalui kanalis servikalis dan masuk kedalam uterus.
Di bawah berbagai kondisi, organisme dapat memasuki salah satu atau ke dua tuba faloppi dan
ovarium serta kedalam pelvis. Pada infeksi bakteri yang terjadi setelah kelahiran atau aborsi, dan
beberapa infeksi yang berhubungan dengan alat intrauterin, patogen menyebar secara langsung
melalui jaringan yang menyangga uterus secara limfatic atau melalui pembuluh darah.
Peningkatan kebutuhan suplai darah yang dibutuhkan oleh plasenta memungkinkan infeksi
memiliki lebih banyak saluran untuk memasukinya. Infeksi pasca persalinan daan pasca aborsi
ini cenderung untuk terjadi secara unilateral.(Mutaqqin)
Pada infeksi gonorhea, gonokokus masuk melalui kanalis servikalis dan ke dalam uterus,
dimana lingkungan terutama sekali selama menstruasi, memungkinkan mereka untuk

5
memperbanyak diri dengan cepat dan menyebar ke tuba faloppi dan ke dalam pelvis. Infeksi
biasanya bilateral. Pada kasus yang terjadi, beberapa penyakit (misal, Tuberculosis) mendapat
akses ke organ reproduktif melalui aliran darah. .(Mutaqqin)
Salah satu penyebab salpigitis yang paling umum ( inflamasi pada tuba faloppi) adalah
klamidia, kemugkinan disertai dengan gonorhea. Infeksi klamidia pertama – tama mengenai
serviks dan kemudian menjalar ke atas, menginfeksi tuba dan uterus. Diperkirakan bahwa sekitar
4 jam infeksi klamidia terjadi setiap tahunnya dan gejaalanya dapat minor atau tidak ada sama
sekali. Prevalensinya tertinggi pada wanita muda yang aktif secara seksual, mereka yang
tertinggal didalam kota, dan mereka yang mempunyai status ekonomi rendah. PID umumnya
merupakan akibat dari infeksi klamidia. Pria kadang dapat mengalami gejala uretritis tetapi
jarang mempunyai masalah serius, sebagai akibat hubungan dan pasangan terinfeksi.
Penyuluhan, kesadaran, kondom, praktek sex yang aman dan pengobatan yang cepat akan
menurunkan insidensi infeksi ini semua pasien yang menjadi korban penyerangan sexual harus
menjalani pemeriksaan kultur terhadap klamidia ketika mereka pertama kali mencari bantuan
medis dan diobati secara protilaktik. Pemeriksaan kultur harus diulang selama 2 minggu. .
(Mutaqqin)
D. Tanda dan gejala
Beberapa pria yang mengidap gonore dapat memiliki gejala sama sekali. Akan tetapi,
beberapa pria memiliki tanda dan gejala yang muncul dua hingga lima hari setelah
infeksi, meskipun gejala dapat memeluarkan waktu hingga 30 hari untuk muncul. Gejala
dan tanda meliputi sensasi terbakar ketika berkemih,atau rabas berwarna
putih,kuning,atau hijau dari penis. Kadang-kadang pria yang mengidap gonore
mengalami pembebkakan atau nyeri pada testis.
(KMB vol.2 Marlene hurst)

Pada wanita,gejala gonore sering ringan, tetapi kebanyakan wanita yang terinfeksi
tidak dapat memiliki gejala. Meskipun memliki gejala, gejala tersebut dapat tidak spesifik
sehingga sering salah dengan infeksi kandung kemih atau vagina. Gejala dan tanda awal pada
wanita meliputi sensasi nyeri atau terbakar ketika berkemih,peningkatan rabas vagina,atau
perdarahan vagina atau perdarahan vagina diantara periode menstruasi. Wanita yang mengidap

6
gonore berresiko mengalami komplikasi yang serius akibat infeksi,terlepas dari adanya gejala
atau keparahan gejala. (KMB vol.2 Marlene hurst)

Gejala infeksi rental pada pria dan wanita dapat meliputi rabas,gatal pada anus,
kesakitan,perdarahan,atau buang air besar yang tersa nyeri. Infeksi rental juga dapat tidak
menunjukkan gejala. Infeksi pada tenggorok dapat menyebabkan sakit tenggorak, tetapi biasanya
tidak menunjukkan gejala. (KMB vol.2 Marlene hurst)

D.           Manifestasi Klinis
Menurut mutaqqin (2011), Masa tunas gonorhea sangat singkat, pada pria umumnya
bervariasi antara 2-5 hari, kadang – kadang lebih lama karena pengobatan diri sendiri tapi
dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan. Pada
wanita, masa tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatik.(Mutaqqin)
Tempat masuk kuman pada pria di uretra menimbulkan uretritis. Yang paling sering
adalah uretritis anterior akuta dan dapat menjalar ke proksimal, dan mengakibatkan komplikasi
lokal, asendens serta diseminata keluhan subyektif berupa rasa gatal, panas dibagian distal uretra
disekitar orifisium uretra eksternum, kemudian disusul disuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari
ujung uretra yang kadang – kadang disertai nyeri pada waktu ereksi. Pada pemeriksaan tampak
orifisium uretra eksternum kemerahan, edema dan ektropion. Tampak pula duh tubuh yang
muko-purulen pada beberapa kasus dapat terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal
unilateral atau bilateral. .(Mutaqqin)
Gambaran klinis dan perjalanan penyakit pada wanita berbeda dengan pria. Hal ini
disebabkan oleh perbedaaan anatomi dan fisiologi alat kelamin  pria dan wanita. Pada wanita,
baik penyakitnya akut maupun kronik, jarang ada keluhan subyektif dan hampir tidak ada
kelainan obyektif. Pada umumnya wanita datang berobat kalau sudah ada komplikasi. Sebagian
besat penderita ditemukan pada pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana. .
(Mutaqqin)

7
Infeksi pada wanita, pada mulanya hanya mengenai serviks uteri. Dapat asimtomatik,
kadang – kadang menimbulkan rasa nyeri pada panggul bawah. Pada pemeriksaan serviks
tampak merah dengan erosi dan sekret mukopurulen. Duh tubuh akan terlihat lebih banyak, bila
terjadi servisitas akut atau disertai vaginitas yang disebabkan oleh trichomonas vaginalis. .
(Mutaqqin)
Selain gejala subyektif, juga terdapat gejala lain mencangkup demam malaise umum,
anoreksia, mual, sakit kepala dan kemungkinan muntah
1.      Pada Pria :
a.       Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi
b.      Gejala berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra kemudian di ikuti nyeri ketika berkemih
c.       Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluar lendir mukoid dari
uretra
d.      Retensi urin akibat inflamasi prostat
e.       Keluarnya nanah dari penis
2.      Pada Wanita :
a.       Gejala aawal biasanya timbul dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi
b.      Penderita seringkali tidak merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan (asimtomatis)
c.       Jika timbul gejala, biasanya bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan gejala
yang berat seperti desakan untuk berkemih
d.      Nyeri ketika berkemih
e.       Keluarnya caran dar vagina
f.       Demam
g.      Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta
menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual.
Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seks melalui anus, dapat
menderita gonorhea directumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan
dari recrumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja
terbungkus oleh lendir dan nanah. .(Mutaqqin)

E.           Penyebaran

8
Gonorhea dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit dan
persendian. Pada wanita, gonorhea bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaut di
dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri panggul dan gangguan reproduksi.

F.            Cara Penularan
Menurut Wahyuni (2009), Kuman gonorhea hanya dapat ditularkan melalui hubungan
seksual dengan seseorang yang sedang menderita gonore. Bayi yang baru lahir dapat tertular
gonore pada matanya dari ibu yang mengidap gonore waktu dilahirkan. Penyakit ini pada
biasanya tidak menimbulkan gejala menyolok, bahkan tidak menimbulkan gejala apapun,
sehingga banyak wanita tidak menyadari bahwa dirinya mengidap gonore.
(Wahyuni)
Menurut hasil penelitian oleh para ahli, telah dibuktikan bahwa para pekerja seks banyak
mengidap penyakit gonore dan PMS lainnya, baik pada pekerja seks ditempat lokalisasi maupun
pada pekerj seks terselubung seperti di panti pijat, salon kecantikan, pemangkas rambut, hotel
dan sebagainya. Oleh karena itu, orang – orang pengguna jasa mereka atau orang yang
mempunyai banyak pasangan seksual, mempunyai resiko tinggi untuk tertular gonore dan juga
penyakit menular seksual lainnya.
(Wahyuni)

Gonore atau penyakit kencing nanah tidak bisa ditularkan melalui WC umum,atau duduk
di tempat duduk yang kebetulanbaru saja di duduki penderita gonore, oleh karena kuman
gonokokus tidak tahan lama hidup di udara bebas, termasuk kursi, WC umum atau air.
(Wahyuni)

Seseorang yang terinfeksi kuman gonokokus, oleh karena berhubungan seksual dengan
seseorang yang mengidap gonore, biasanya dalam waktu 2-9 hari sejak kontak pertama
dilakukan, akan timbul gejala penyakit. Kuman gonokokus menyerang lapisan dinding saluran
kemih dan alat reproduksi, sehingga akan timbul gejala :
1.      Rasa sakit sewaktu buang air kecil
2.      Pada laki – laki akan terdapat cairan kental berwarna putih kuning (nanah) keluaar dari lubang
saluran kemih (oleh karena itu disebut kencing nanah)

9
3.      Pada wanita akan timbul keputihan yang berwarna kekuningan.
Gejala tersebut timbul sebagai akibat terjadinya peradangan di lapisan saluran kemih dan saluran
reproduksi yang lain. Gejala penyakit gonore lebih terasa pada kaum pria daripada wanita.
Banyak wanita tidak menunjukkan gejala sama sekali pada mulanya, akan tetapi setelah
beberapa lamanya penyakit ini menjalar naik ke alat reproduksi bagian dalam dan pada saat itu
wanita baru merasakan gejala yang amat berat berupa rasa nyeri di perut bagian dalam kumat –
kumatan, semakin lama semakin nyeri dan dapat menimbulkan kemandulan. Dalam keadaan
seperti itu, pengobatan menjadi sangat sulit, lama dan mahal, serta kemungkinan tetap mandul
seumur hidupnya. Penderita penyakit gonore sebagian besar juga mengidap penyakit kelamin
lainnya. Yang paling sering adalah penyakit klamidia.
4.      Kelenjar batholin dan labium mayor pada sisi yang terkena membengkok, merah dan nyeri
tekan, terasa nyeri sekali bila pasien berjalan dan pasien sukar duduk. Abses dapat timbul dan
pecah melalui mukosa atau kulit. Bila tidak diobati dapat rekurens atau menjadi kista.
5.      Salpingitis, dapat bersifat akut, subakut atau cronis. Ada beberapa faktor presdisposisi yaitu
masa puerpurium setelah tindakan dilatasi dan kuratase dan pemakaian IUD. Gejalanya terasa
nyeri di daerah abdomen bawah, dan tubuh vagina, disuria dan menstruasi yang tidak teratur atau
normal. PRP yang sistomatik atau asistomatik dapat menyebabkan jaringan parut pada tuba
sehingga dapat mengakibatkan infertilitas atau kehilangan di luar kandungan.

G.            Patofisiologi dan patogenesis


Menurut mutaqqin (2011), Neisseria gonorrhea adalah bakteri gram-negatif yang di
tularkan melalui hampir semua kontak seksual. Bakteri secara langsung menginfeksi uretra,
endoserviks, saluran anus, konjungtiva dan faring. Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostat,
Vas deferens, vesikula seminalis, epididimis, serta testis pada pria;dan kelenjar skene, bartholini,
endometrium, tuba fallopi dan ovarium pada wanita. Komplikasi lebih lanjut adalah dermatitis,
atritis, endokarditis, mioperikarditis, dan hepatitis.(Mutaqqin)
Pada pria akan timbul gejala-gejala dan tanda-tanda uretritis dalam waktu 2-5 hari sampai
1 bulan setelah inokulasi. Tanda pertama adalah sekret uretra purulen berwarna kuning atau
kuning kehijauan. Pada pria yang tidak disirkumsisi dapat terjadi balanopostitis sehingga timbul
sekret dari bawah prepusium. Komplikasi balanopostitis adalah fimosis akibat peradangan dan
edema pada glans. Kurang dari 5%  pria dengan uretritis gonokok yang tidak berkomplikasi

10
menjadi asimtomatik. Jika tidak diobati, dalam waktu 10-14 hari, infeksi akan naik dari uretra
anterior ke uretra posterior. Disuria menjadi bertambah berat dan menjadi malaise, sakit kepala,
serta limfadenopati regional. Infeksi yang terus berlanjut menyebabkan prostatitis, epididimitis
dan sistisis. .(Mutaqqin)

Masa inkubasi pada wanita berlangsung sedikitnya 2 minggu. Tempat primer dari infeksi
adalah endoserviks, dengan infeksi uretra pada 70-90% kasus. Uretritis primer tanpa melibatkan
serfiks jarang terjadi pada wanita, tetapi dapat terjadi pada mereka yang telah menjalani
histerektomi total. Lebih dari separuh wanita yang terinfeksi dengan gonorhoe tidak mempunyai
gejala kalaupun ada hanya gejala ringan yang sering kali di abaikan, seperti sekret vagina,
disuria, sering berkemih, sakit punggung belakang, serta nyeri abdomen dan panggul. Pada
pemeriksaan serviks tanpak rapuh dan bengkak, sering disertai sekret purulen atau mukopurulen.
Kelenjar batholini mungkin terkena sehingga dapat terbentuk abses. Mukosa rektum dapat
terinfeksi pada pria dan wanita sebagai akibat otoinokulasi atau hubungan seksual melalui anus.
Infeksi pada faring adalah akibat kontak seksual orogenital. Konjungtivitis gonokok terjadi
melalui kontaminasi langsung pada mata melalui jari handuk. Neonatus mendapat konjungtivitis
gonokok pada persalinan sel melalui jalan lahir yang terinfeksi. .(Mutaqqin)

H.           Komplikasi Gonorhea
Menurut Kurniawan (1999) macam – macam komplikasi dibagi atas:
1.      Pada pria
a.         Tysonitis, biasanya terjadi pada pasien dengan preputium yang sangat panjang dan kebersihan
kurang baik. Diagnosis dibuat berdasarkan di temukannya butirfus atau pembengkakan pada
daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan menjadi abses dan merupakan
sumber infeksi laten.
b.         Parauretritis, sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau hipospadia
infeksi pada duktus di tandai dengan pus pada kedua muara pada uretra.
c.         Radang kelenjar littre (littritis), tidak mempunyai gejala khusus, pada urien di temukan
benang-benang atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat dapat terjadi abses folikuler.
Diagnosis komplikasi ini ditegakkan dengan uretroskopi.

11
d.        Infeksi pada kelenjar Cowper (cowperitis), dapat menyebabkan abses. Keluhan berupa nyeri
dan adanya benjolan didaerah perineum disertai rasa panas, nyeri pada waktu difeksi, dan
disuria. Jika tak di obati, abses akan pecah melalui kulit perineum, uretra atau rektum dan
mengakibatkan proktitis.
e.         Prostatitis akut, di tandai dengan perasaan tidak enak di daerah perineum dan suprapubis,
malise, demam, nyeri kencing sampai hematurai, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi
urien, tenesmus ani, sulit buang air besar obstipasi.
f.          Gejala prostatitis kronik ringan dan intermiten,tetapi kadang-kadang menetap. Terasa tidak
enak di perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila duduk terlalu lama. Pada pemeriksaan
prostat terasa kenyal berbentuk nodus dan sedikit nyeri pada penekanan. Pemeriksaan dengan
pengurutan prostat biasanya sulit menemukan kuman gonokok.
g.         Vesikulitas ialah radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus ejakulatorius,
dapat timbul menyertai prostatitis akut dan epididimitis akut. Gejala subyektif menyerupai gejala
prostatitis akut, yaitu demam, polakisuria, hematuriterminal, nyeri pada waktu ereksi atau
ejakulasi dan sperma mengandung darah.
h.         Pada vas deferentitis atau fulikulitis, gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen bagin
bawah pada sisi yang sama.
i.           Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap epididimitis biasanya disertai vas
deferentitis. Epididimitis dan tali spermatika membengkak dan terasa panas, juga testis, sehingga
menyerupai hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri sekali bila mengenai epididimitis
dan mengakibatkan sterilitas.
j.           Infeksi asendens dari uretra posterior dapat mengenai trigonum vesika urinaria. Gejala
berupa poliuria, disuria terminal dan bematuria.
2.      Pada wanita
a.         Pada uretritis, kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi.
(Kurniwan)
I.              Prognosis
Rentan terhadap penyakit radang panggul, kemungkinan kemandulan, infeksi mata pada
bayi yang dilahirkan, bayi prematur, cacat pada bayi, kematian pada bayi, memudahkan
penularan HIV.

12
J.       Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Wahyuni (2009), pemeriksaan diagnostik untuk penyakit gonorhoe sebagai berikut:
1.      Sedian langsung
Pada sedian langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif,
intraseluler dan ekstraseluler, leukosit PMN. Bahkan dalam tubuh pada pria diambil dari daerah
setelah fosanavikularis sedangan pada wanita diambil dari serviks, uretra, maupun kelenjar
bartbolin dan rektum.
2.      Kultur
Untuk indentifikasi perlu dilakukan pembiakan (kultur) dan media yang dapat digunakan :
a.       Media transfor, misalnya stuart dan media transgrow (merupakan gabungan media transfor dan
pertumbuhan yang selektif untuk N, gionorrhoeae dan N. Meningiditis).
b.      Media pertumbuhan, ,isalnya MC leod’s chocolate agar media thayer mertin (selektif untuk
mengisolasi gonokok) agar thayer martin yang dimodifikasi.
3.      Tes definitif
a.       Tes oksidasi, semua neisseria memberi reaksi positif
b.      Tes fermentasi, kuman gonokok hanya merugikan glukosa
c.       Tes β laktamase
Hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning menjadi merah apabila kuman
mengandung enzim β laktamase.
d.      Tes thomson
Dengan menampung urin pagi dalam dua gelas, RS ini digunakan untuk mengetahui sampai
dimana sudah berlangsung.(Wahyuni)

K.           Pencegahan
1.      Memberikan pendidikan kapada pasien dengan menjelaskan tentang :
a. bahaya penyakit menular seksual dan komplikasinya
b. pentingannya mematuhi pengobatan yang diberikan
c. cara penularan penyakit menular seksual
d. hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindari
e. caracara menghindari infeksi PMS di masa datang
2.        Pengobatan pada pasien seksual tetapnya

13
L.            Penatalaksaan
1.      Pengobatan
Menurut Vietha (2009), Pada pengobatan gonorea yang perlu diperhatikan adalah efektivitas.
Harga dan sesedikit mungkin efek taksiknya, pemilihan resimen pengobatan sebaiknya
mempertimbangkan pula tempat infeksi, resistensi galur N. Gonorhoeae terhadap animicrobial
dan kemungkinan infeksi chlamydia trachomatic yang terjadi bersamaan. Secara epidemiologi
pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal.(Vietha)
Macam macam obat yang dapat dipakai antara lain :
a.       Pilihan utama dan kedua adalah siprofloksasin 500 mg dan ofloksasin 400 mg. Berbagi
resimen yang dapat diberikan adalah :
1) Siprofloksasin* 500 mg per oral atau
2) ofloksasin* 400 mg per oral, atau
3) seftriakson* 250 mg injeksi intramuskuler atau
4) spektinomisin 2 mg injeksi intramuskuler
Dikombinasikan dengan
1)      Doksisiklin 2 x 500 mg, selama 7 hari atau
2)      Tetrasiklin 4 x 500 mg, selama 7 hari atau
3)      Eritromisisin 4 x 500 mg, selama 7 hari
b.      Medikamentosa
1) walaupun semua gonokokus sebelumnya sangat sensitif terhadap penicilin banyak “strain” yang
sekarang relatif resisten. Tetapi penicilin, amoksisilin dan tetrasiklin masih tetap merupakan
pengobatan pilihan.
2) untuk sebagian besar infeksi, penicilin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr probonesid per oral
sebelum penyuntikan penicilin merupaka  pengobatan yang memadai.
3) pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis man meningitis gonokokus.
c.       Non-medikasmentosa
        Memberikan pendidikan kapada klien dengan menjelaskan tentang :
1)    Bahaya penyakit menular seksual
2)    Pentingnya memtahu pengobatan yang diberikan
3)    Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya

14
4)    Hindrai hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak           dapat
dihindari
5)    Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.

15
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
1.      Identitas
Nama, Umur, Jenis kelamin, agama, suku, bangsa, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan,
alamat, tanggal masuk Rumah Sakit.
2.      Keluhan utama
Biasnaya nyeri saat kencing
3.      Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa nyeri, daerah mana yang sakit,
apakah menjalar atau tidak, ukur skala nyeri, dan kapan keluhan dirasakan
4.      Riwayat penyakit dulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah sebelumnya
5.      Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah keluarga klien ada yang menderita penyaki yang sama dengan klien.
6.      Pengkajian 11 pola fungsional gordon
a.       Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Biasnaya pasien tidak menyadari bahwa ia telah menderita penyakit gonorhea. Dia akan
menyadari setelah penyakit tersebut telah parah.
b.      Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya kebutuhan nutrisi tidak terganggu, namun apabila infeksi terjadi pada tenggorokan
maka pasien akan merasakan nyeri pada tenggorokannya sehingga ia akan sulit makan.
c.       Pola eliminasi
Penderita akan mengalami gejala seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika berkemih dan
keluar cairan pada alat kelamin. Kaji frekuensi, warna dan bau urin.
d.      Pola latihan atau aktivitas
Tanyakan bagaimana pola aktivitas klien, biasanya aktivitas klien tidak begitu terganggu.
e.       Pola istirahat tidur

16
Tanyakan bagaimana pola tidur klien, apakah klien merasa tergenggu dengan nyeri yang
dirasakannya.
f.       pola persepsi kognitif
biasanya pola ini tidak terganggu, namun apabila terjadi infeksi pada mata pasien maka kita
harus mengkaji peradangan konjungtiva pasien
g.      pola persepsi diri
tanyakan kepada klien bagaimana ia mamndang penyakit yang dideritanya. Apakah klien bisa
menerima dengan baik kondisi yang ia alami saat ini. Tanyaan apakah sering merasa marah,
cemas, takut, depresi karena terjadi peubahan pada diri pasien. Biasnya klien merasa cema dan
takut terhadap penyakit.
h.      pola koping dan toleansi stres
kaji bagaimana pola koping klien, bagaimana tingkat stres klien, apabila stres yang dialami
mengganggu pola lain seperti pola tidur, pola makan, dan lain-lain. Tanyakan apa yang
dilakukan klien dalam menghadapi masalah dan apakah tindakan tersebut efektif untuk
mengatasi masalah tersebut atau tidak. Apakah ada orang lain tempat berbagi dan apakah orang
tersebut ada sampai sekarang. Apakah ada penggunaan obat penghilang sres.
i.        Pola peran hubungan
Bagaimana peran klien dalam keluarga dan masyarakat. Apakah hubungan klien dengan keluarga
dan masyarakat. Apakah klien mampu bergaul dengan masyarakat dengan baik. Tanyakan
tentang sistem pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman, dll. Biasanya klien
merasa kesepian dan takut tidak diterima dalam lingkungan.
j.        pola reproduksi seksual
perawat perlu mengkaji bagaimana pola reproduksi seksual klien. Berapa jumla anak klien,
tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan degan penyakitnya.
k.      pola keyakinan
tanyakan apa kayakinan atau agama klien, bagaimana aktivitas ibadah klien, apakah klien taa
beribadah. Tanyakan apakah ada pengaruh agama dalam kehidupan.

B.   Diagnosa Keperawatan
1 . Hipertermi

17
2.     Gangguan eliminasi urin
3. Nyeri 

C. Intervensi

DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI


Hipotermi Setelah dilakukan Manajemen hipotermia
berhubungan dengan tindakan keperawatan Observasi :
suhu tubuh selama 3x24 jam  Indentifikasi penyebab
meningkat di atas diharapkan tingkat hipotermia (mis.
rentang normal membaik. Dehidrasi,terpapar,lingkun
tubuh. Kriteria hasil : gan panas,penggunaan
 Tanda mayor : Kekuatan nadi inkubator)
Do. membaik,output  Monitor suhu tubuh
1. Suhu tubuh di urine,oksigen  Monitor kadar elektrolit
atas nilai membaik.ttv  Monitor haluaran urine
normal membaik.  Monitor komplikasi
 Tanda minor Terapeuti
Do.  Sediakan lingkungan yang
1. Kulit merah dingin
2. Kejang  Longgarkan atau lepas
3. Takikardi pakaian
4. Takipnea  Berikan cairan oral

18
5. Kulit terasa  Ganti linen setiap hari atau
hangat lebih sering jika
mengalami hiperhidrisis
(keringat berlebihan)
 Hindari pemberian
antipiretik,atau aspirin
 Berikan oksigen,jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena,jika perlu.

DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI


Nyeri kronis berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri :
dengan kerusakan jaringan keperawatan selama 3x24 jam Observasi
aktual atau fungsional ditandai diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi,
dengan : menurun dengan karakteristik, durasi,
 Gejala dan tanda kriteria hasil : frekusensi, kualitas,
Mayor : mengeluh  Nyeri berkurang/ tidak ada intensitas nyeri
nyeri, tampak nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
meringis, gelisah,  Dapat tidur dengan 3. Identifikasi nyeri non
tidak mampu nyaman verbal
menuntaskan  Dapat menuntaskan 4. Identifikasi faktor yang
aktifitas. aktivitas, merasa nyaman. memperberat dan

19
 Gejala dan Tanda  Ttv kembali normal meringankan nyeri
Minor : Pola tidur 5. Identifikasi nyeri pada
berubah, merasa kuantitas hidup
takut mengalami 6. Monitor keberhasilan
cedera berulang. terapi komplementer yang
sudah diberikan
7. Monior efek samping
pengguna
Terapeutik
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi ras neyri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat,/dingin, terapi
bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri (mis.
Suhu, ruangan,
pencahayaan kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik non
farmakologs untuk
mengurang rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

20
DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI

Gangguan eliminasi urin berhubungan Setelah dilakukan Manajemen eliminasi

dengan disfusi eliminasi urin tindakan urine

 Tanda mayor keperawatan selama Observasi :

Ds. Desakan berkemin,urin 3x24 jam  Identifikasi tanda

menetes,sering buang air diharapkan eliminasi dan gejal atau

kecil,nokturia,mengompol,enuresia urine membaik inkontinensia

Do. Distensi kandng kemih, berkemih Kriteia hasil : urine

tidak tuntas,volume residu urin Sensasi  Identifikasi faktor

meningkat berkemih,distensi yang

kandng menyebabkan

kemih,berkemih retensi atau

tidak tuntas,volume inkontinensia

residu urine,urin urine

menetes nokturia  Monitor eliminasi

mengontrol urine

enuresia,disuria Terapeutik

 Catat dan waktu-

waktu dan

haluaran

21
berkemih

 Batasi basupan

cairan

 Ambil sampel

urine tengah

Edukasi :

 Anjurkan tanda

dan gejala infeksi

saluran kemih

 Anjurkan

mengukur asupan

cairan dan haluan

urine

 Anjurkan

mengambil

specimen urine

midstream

 Anjurkan

mengenali tanda

berkemih dan

waktu yang tepat

untuk berkemih

22
 Anjurkan terapi

modalitas

penguatan obat-

obatan

panggul/berkemih

an

 Anjurkan minum

yang cukup/jika

perlu

 Anjurkan

mengurangi

minum menjelang

tidur

Kolaboras

 Kolaborasi

pemberian obat

supotusiria uretra,

jika perlu

D.Implementasi dan evaluasi

IMPLEMENTASI EVALUASI

 Indentifikasi penyebab hipotermia (mis. Hipotermi berhubungan dengan suhu tubuh

23
Dehidrasi,terpapar,lingkungan meningkat di atas rentang normal tubuh,

panas,penggunaan inkubator) S : klien mengatakan tidak meras menggil lagi

 Monitor suhu tubuh O : - suhu tubuh 37 derajat C

 Monitor kadar elektrolit - Kulit tidak teraba dingin

 Monitor haluaran urine - Tidak pucat

 Monitor komplikasi A : masalah teratasi

Terapeuti P : intervensi dihentikan.

 Sediakan lingkungan yang dingin

 Longgarkan atau lepas pakaian

 Berikan cairan oral

 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika

mengalami hiperhidrisis (keringat

berlebihan)

 Hindari pemberian antipiretik,atau aspirin

 Berikan oksigen,jika perlu

Edukasi

 Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit

intravena,jika perlu.

24
BAB IV
PENERAPAN HASIL PENELITIAN
A. HASIL PENELITIAN
Pemberian Terapi Oral Untuk Pasien Uretritis Gonore Dengan Komplikasi Lokal Pada
Pria: Laporan Kasus
Administration of Oral Therapy For Gonorrheal Urethritis Patients With Local
Complications In Men: Case Reports
Citra Dwi Harningtyas
Universitas Brawijaya
Jl. Veteran, Malang, Indonesia, 65145

e-mail korespondensi: drcitradwi@gmail.com

Abstrak
Uretritis gonore merupakan penyakit kelamin terbanyak dewasa ini dan
dapat ditemukan diseluruh dunia. Ketepatan waktu pengobatan, pemilihan
obat yang benar dengan dosis yang adekuat dapat mengeliminasi infeksi
yang berdampak pada individu, mencegah terjadinya pengembangan
komplikasi, mencegah transmisi lebih lanjut serta menghindari resistensi
kuman. Tulisan ini melaporkan, pasien pria usia 24 tahun dengan diagnosa
uretritis gonore yang datang ke poliklinik Kulit dan Kelamin Rumah Sakit
Syaiful Anwar Malang. Penderita datang dengan keluhan keluar nanah dari
kemaluan tanpa disertai rasa gatal. Pasien juga mengeluh nyeri saat
berkemih, serta kencing dalam volume sedikit dan sering. Pada
pemeriksaan daerah urifisium uretra eksterna didapatkan ektropion,
discharge purulen, dan makula hiperemi. Terdapat benjolan dan duh pada
ujung kemaluan akibat radang pada kelenjar parauretra. Dari pemeriksaan
penunjang ditemukan bakteri diplokokus Gram negatif intrasellular PMN.
Terapi kausatif yang diberikan adalah Sefiksim 400mg dosis tunggal
secara oral. Evaluasi dilakukan 3 hari setelah pengobatan dan didapatkan
perbaikan.
Kata kunci: uretritis gonore; terapi oral uretritis; uretritis gonore
komplikasi

25
Pendahuluan
Uretritis pada pria adalah suatu kondisi peradangan yang ditandai
dengan keluarnya duh pada uretra yang purulen atau mukopurulen dan
kadang disertai dysuria (CDC, 2015). Patogen utama yang paling sering
menyebabkan keluarnya duh uretra adalah Neisseria gonorrhoeae (N.
gonorrhoeae) dan Chlamydia trachomatis (C. trachomatis), sehingga
dalam penatalaksanaannya harus mencakup kedua organisme ini.
Namun jika tersedia fasilitas laboratorium yang memadai, perbedaan
dapat dibuat antara dua organisme ini, sehingga pengobatan spesifik
dapat diberikan (WHO, 2014).

Diskusi
Diagnosis dari uretritis gonore didapatkan dari hasil anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis, gambaran
klinis pada laki-laki yang dominan nampak adalah uretritis akut dengan
tanda terjadinya pengeluaran duh uretra (>80%), dan dysuria (>50%),
biasanya terjadi 2 – 8 hari setelah terpapar bakteri N. gonorrhea. Pada pria,
temuan yang paling umum pada pemeriksaan adalah tampak duh uretra
yang mukopurulen disertai eritema pada meatus uretra (Bignell & Unemo,
2012). Pada kasus diperoleh data pasien datang dengan keluhan keluar
nanah dari kemaluan sejak 4 hari sebelum datang ke rumah sakit tanpa
disertai rasa gatal. Pasien juga mengeluh nyeri saat kencing dan “anyang-
anyangen”. Riwayat melakukan hubungan seksual yang diduga sebagai
penyebab keluhan dilakukan 5 hari yang lalu dengan teman wanitanya
tanpa menggunakan kondom.
Diduga penyakit ini merupakan penyakit yang ditularkan dengan cara
kontak seksual. Tidak ada keluhan nyeri pada daerah kemaluan ataupun di
daerah lain sekitar kemaluan menandakan proses peradangan hanya

26
sebatas uretra. Pasien mengeluh “kelenjeren” pada selangkangan sejak 2
hari yang lalu disebabkan oleh peningkatan aktivitas kelenjar limfonodi.
Tidak didapatkan keluhan kencing berwarna merah menandakan tidak
terjadinya terminal hematuri yang merupakan gejala dari perlukaan dari
uretra bagian posterior. Pasien tidak merasakan demam karena radang
bersifat lokal. Sejak melakukan hubungan seksual 5 hari yang lalu pasien
tidak melakukan hubungan seksual lagi, sehingga diperkirakan tidak ada
penularan dari atau kepada orang lain. Setelah mengalami gejala tersebut,
pasien tidak pernah melakukan pengobatan apapun. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan discharge purulent, makula hiperemi dengan batas tidak jelas
dan tepi irreguler, didapatkan pula ektropion pada orificium uretra
eksterna. Terdapat benjolan pada ujung kemaluan, serta terdapat butir pus
pada kedua muara parauretra menunjukkan adanya komplikasi lokal pada
kelenjar parauretra.
Penegakan diagnosis uretritis gonore dari hasil pemeriksaan laboratorium
akan ditemukan N. gonorrhea, sebaliknya jika tidak ditemukan N.
gonorrhea maka diagnosis yang ditegakkan adalah urethritis non-spesifik
(Bignell & Unemo, 2012). Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
pasien ini adalah pengecatan Gram yang bahan pemeriksaannya diambil
dari duh uretra yang keluar spontan. Hasil dari pemeriksaan tersebut adalah
ditemukannya PMN lebih dari 5 per lapang pandang besar dan didapatkan
kuman Diplococcus gram negatif yang terletak intraseluler di PMN. Selain
itu diusulkan dilakukan Thompson test untuk mengetahui apakah infeksi
masih berada di uretra anterior atau sudah mencapai bagian posterior
namun pasien menolak. Pemeriksaan ini menunjukkan sensitivitas yang
baik (90-95%) untuk kasus uretritis gonore laki-laki dan direkomendasikan
untuk dilakukan sebagai upaya mendapatkan diagnosis cepat pada kasus
simptomatik pada laki-laki (Bignell & Unemo, 2012).
Diagnosa banding dari uretritis gonore komplikata adalah uretritis non
gonore. Paling banyak disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Diagnosa
banding dapat disingkarkan dilihat dari masa inkubasinya dimana infeksi
klamidia membutuhkan waktu 1-5 minggu untuk berkembang, serta jika
duh uretra disebabkan infeksi klamidia maka tidak akan ditemukan
27
gambaran bakteri diplokokus Gram negatif intrasellular PMN pada
pemeriksaan pewarnaan Gram. Pasien yang terinfeksi dengan Neisseria
gonorrhoeae seringnya koinfeksi dengan Chlamydia trachomatis sehingga
pada prakteknya untuk pengobatan kausatif uretritis gonore menggunakan
terapi ganda rutin yang bertujuan untuk membunuh kedua bakteri tersebut
(Daili & Nilasari, 2016). Namun dalam kasus ini, bakteri penyebab telah
ditentukan dari pemeriksaan langsung dengan pengecatan Gram, sehingga
dilakukan 3 hari setelah pengobatan dan di dapatkan perbaikan kondisi
baik dari gejala maupun tanda klinis.

Kesimpulan
Telah dilaporkan kasus Saudara RG (24 tahun) dengan uretritis gonore
komplikata. Diagnosa uretritis gonore komplikata ditegakkan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan
pada pasien. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan keluhan
yang khas untuk uretritis yaitu keluarnya nanah dari orificium uretra
eksterna disertai nyeri saat buang air kecil. Selain itu didapatkan informasi
bahwa pasien pernah berhubungan seksual 5 hari yang lalu. Pemeriksaan
fisik ditemukan duh mukopurulen dari uretra, ruam berupa makula
hiperemi pada orifiicum uretra eksterna dan ektropion. Pada pemeriksaan
penunjang ditemukan leukosit lebih dari 5 per lapang pandang besar serta
kuman diplococcus Gram negatif intraseluler di PMN. Terdapat
komplikasi lokal di duktus parauretritis yang ditandai dengan butir pus
pada kedua muara parauretra
Pengobatan pada pasien ini meliputi pengobatan medikamentosa yang
bersifat kausatif berupa sefiksim 400 mg dosis tunggal yang terbukti masih
efektif, serta pengobatan non medikamentosa yang bersifat suportif.

28
Diperlukan komunikasi, informasi dan edukasi yang tepat pada pasien ini
mengenai penyakitnya dan diharapkan tidak terjadi penyakit berulang dan
penyebaran lebih luas. Prognosis uretritis gonore komplikata ini adalah
baik apabila terapi dilakukan dengan benar.

29
BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Gonorhea adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria
Gonorhea yang pada umumnya ditularkan melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga secara
langsunv dengan eksudat yang efektif (Dr. Soedarto, Penyakit – penyakit Infeksi DI Indonesia,
1990, hal 74). Menurut mutaqqin (2011) Organisme patogenik (Neisseria Gonorhea) biasanya
memasuki tubuh melalui vagina, menjalar melalui kanalis servikalis dan masuk kedalam uterus.
Masa tunas gonorhea sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadang –
kadang lebih lama karena pengobatan diri sendiri tapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala
sangat samar sehingga tidak diperhatikan. Pada wanita, masa tunas sulit ditentukan karena pada
umumnya asimtomatik.(Dr.Soedarto,dan Mutaqqin)
 Gonorhea dapat menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lain terutama kulit dan
persendian. Pada wanita, gonorhea bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaut di
dalam panggul sehingga menyebabkan nyeri panggul dan gangguan reproduksi. Gonore atau
penyakit kencing nanah tidak bisa ditularkan melalui WC umum,atau duduk di tempat duduk
yang kebetulanbaru saja di duduki penderita gonore, oleh karena kuman gonokokus tidak tahan
lama hidup di udara bebas, termasuk kursi, WC umum atau air. Memberikan pendidikan kapada
pasien dengan menjelaskan tentang : bahaya penyakit menular seksual dan komplikasinya, 
pentingannya mematuhi pengobatan yang diberikan, cara penularan penyakit menular seksual
dll. .(Dr.Soedarto,dan Mutaqqin)

B.       Saran
Kami berharap setiap mahasiswa mampu memahami dan mengetahui tentang penyakit
Gonorrhoe. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan yang jauh dari
kesempurnaan.

30
Invasi bakteri Neisseria Gonorhea

Kontak seksual (anus,orogenital,genital)

Faring Urethra,kanalis endoserviks


Infeksi mukosa rectum (saluran
anus

Infeksi meivas (prostat,vasdeferens,vasikula seminalis,epididimis dan


testis)(kelenjar skene, bartholini,endometrium,tuba fallopii,ovarium)

GONORHEA

Penyebaran gonore secara sistemik


Kerusakan saraf perifer kulit melalui darah

Kemerahan dan teraba panas


Berkemih primer
Infeksi uretra
peradangan
Tidak difagosit
Iritasi ureteral

Peningkatan
Bakteremia sekunder
frekuensi /dorongan Disuria
kontraksi uretral

Peningkatan set
Depresi saraf perifer GANGGUAN ELIMINASI URIN

NYERI Hipotalamus

Menekan

31
HIPERTERMI
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, A. 1999.  Dasar Patologi Penyakit.


Jakarta : EGC
Muttaqin, A. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : Salemba            
     Medika
Vietha. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gonorhoe.
http://viethanurse.wordpress.com/asuhan – keperawatan – klien – dengan –
Gonorhoe.html diakses tanggal 27 september 2013

32

Anda mungkin juga menyukai