Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

GONORE

DI SUSUN OLEH :

SENI CATUR PUSPA


(2018.02.092)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Banyuwangi


Program Studi S1 Keperawatan
Banyuwangi
Juli 2020
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : SENI CATUR PUSPA

NIM : 2018.02.092

PRODI : S1 KEPERAWATAN

JUDUL LP : GONORE

Laporan Pendahuluan ”Gonore” di STIKES Banyuwangi telah disetujui dan di sahkan


oleh :

Banyuwangi,...Juli 2020

Mahasiswa Dosen Pembimbing

Seni Catur Puspa Nur Hidayatin, S.Kep.,Ners


2018.02.092
A. ANATOMI FISIOLOGI

Sisitem urinaria adalah suatu sistem tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga
dara bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih
dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang dipergunakan oleh tubuh larutan dalam air dan
dikeluarkan berupa urine (air kemih).

Sistem urinaria terdiri atas:

 Ginjal, yang mengeluarkan sekret urine.


 Ureter, yang menyalurkan urine dari ginjal ke kandung kencing.
 Kandung kencing, yang bekerja sebagai penampung.
 Uretra, yang menyalurkan urine dari kandung kencing.

1. Ginjal

Ginjal adalah suatu kelenjar yang terletak di bagian belakang kavum abdominalis di
belakang peritoneum pada kedua sisi vertebra lumbalis III, melekat langsung pada dinding
belakang abdomen. Bentuk ginjal seperti biji kacang, jumlahnya ada dua buah kiri dan kanan,
ginjal kiri lebih besar dari ginjal kanan dan pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari
ginjal wanita.
Fungsi ginjal:

1. Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun.

2. Mempertahankan suasana keseimbangan cairan

3. Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh.

4. Mempertimbangkan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.

5. Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari ureum protein.

2. Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa, masing–masing bersambung dari ginjal ke kandung kemih
(vesika urinaria), panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak
dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding abdomen terdiri dari:

1. Dinding luar jaringan ikat (jarinagn fibrosa)

2. Lapisan tengah lapisan otot polos

3. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa


Lapisan didnding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit sekali
yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kamih (vesika urinaria). Gerakan
peristaltik mendorong urine melalui ureter yang diekskresikan oleh ginjal dan disemprotkan
dalam bentuk pancaran, melalui osteum uretralis masuk ke dalam kandung kemih.

Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi
oleh peritoneum. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis,
pembuluh darah, saraf dan pembuluh limfe berasal dari pembuluh sekitarnya mempunyai saraf
sensorik.

Pars abdominalis ureter dalam kavum abdomen ureter terletak di belakang peritoneum
sebelah media anterior m. psoas mayor dan ditutupi oleh fasia subserosa. Vasa
spermatika/ovarika interna menyilang ureter secara oblique, selanjutnya ureter akan mencapai
kavum pelvis dan menyilang arteri iliaka eksterna.

Ureter kanan terletak pada parscdesendens duodenum. Sewaktu turun ke bawah terdapat
di kanan bawah dan disilang oleh kolon dekstra dan vosa iliaka iliokolika, dekat apertura pelvis
akan dilewati oleh bagian bawah mesenterium dan bagian akhir ilium. Ureter kiri disilang oleh
vasa koplika sinistra dekat apertura pelvis superior dan berjalan di belakang kolon sigmoid dan
mesenterium.
Pars pelvis ureter berjalan pada bagian dinding lateral pada kavum pelvis sepanjang tepi
anterior dari insura iskhiadikamayor dan tertutup olehperitoneum. Ureter dapt ditemukan di
depan arteri hipogastrikabagian dalam nervus obturatoris arteri vasialia anterior dan arteri
hemoroidalis media. Pada bagian bawah insura iskhiadika mayor, ureter agak miring ke bagian
medial untuk mencapai sudut lateral dari vesika urinaria.

Ureter pada pria terdapat di dalam visura seminalis atas dan disilang oleh duktus
deferens dan dikelilingi oleh pleksus vesikalis. Selanjutnya ureter berjalan oblique sepanjang 2
cm di dalam dinding vesika urinaria pada sudut lateral dari trigonum vesika. Sewaktu menembus
vesika urinaria, dinding atas dan dinding bawah ureter akan tertutup dan pada waktu vesika
urinaria penuh akan membentuk katup (valvula) dan mencegah pengambilan urine dari vesika
urinaria.

Ureter pada wanita terdapat di belakang fossa ovarika urinaria dan berjalan ke bagian
medial dan ke depan bagian lateralis serviks uteri bagian atas, vagina untuk mencapai fundus
vesika urinaria. Dalam perjalanannya, ureter didampingi oleh arteri uterina sepanjang 2,5 cm dan
selanjutnya arteri ini menyilang ureter dan menuju ke atas di antara lapisan ligamentum. Ureter
mempunyai 2 cm dari sisi serviks uteri. Ada tiga tempat yang penting dari ureter yang mudah
terjadi penyumbatan yaitu pada sambungan ureter pelvis diameter 2 mm, penyilangan vosa iliaka
diameter 4 mm dan pada saat masuk ke vesika urinaria yang berdiameter 1-5 cm.

1. Pembuluh darah ureter

a. Arteri renalis

b. Arteri spermatika interna

c. Arteri hipogastrika

d. Arteri vesika inferior

2. Persarafan ureter

Persarafan ureter merupakan cabang dari pleksus mesenterikus inferior, pleksus


spermatikus, dan pleksu pelvis; seperti dari nervus; rantai eferens dan nervus vagusrantai eferen
dari nervus torakalis ke-11 dan ke-12, nervus lumbalis ke-1, dan nervus vagus mempunyai rantai
aferen untuk ureter.

3. Vesika urinaria

Vesika urinaria (kandung kemih) dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet,
terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih seperti
kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan dengan ligamentum vesika umbilikalis
medius.

Bagian vesika urinaria terdiri dari:

1. Fundus yaitu, bagian yang menghadap ke arah belakang dan bawah, bagian ini terpisah
dari rektum oleh spatium rectovesikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus deferen,
vesika seminalis dan prostat.
2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.
3. Verteks, bagian yang mancung ke arah muka dan berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium), tunika muskularis
(lapisan otot), tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam). Pembuluh limfe
vesika urinaria mengalirkan cairan limfe ke dalam nadi limfatik iliaka interna dan eksterna.
1. Lapisan otot vesika urinaria

Lapisan otot vesika urinaria terdiri dari otot polos yang tersusun dan saling berkaitan dan
disebut m. detrusor vesikae. Peredaran darah vesika urinaria berasal dari arteri vesikalis superior
dan inferior yang merupakan cabang dari arteri iliaka interna. Venanya membentuk pleksus
venosus vesikalis yang berhubungan dengan pleksus prostatikus yang mengalirkan darah ke vena
iliaka interna.

2. Persarafan vesika urinaria

Persarafan vesika urinaria berasal dari pleksus hipogastrika inferior. Serabut ganglion
simpatikus berasal dari ganglion lumbalis ke-1 dan ke-2 yang berjalan turun ke vesika urinaria
melalui pleksus hipogastrikus. Serabut preganglion parasimpatis yang keluar dari nervus
splenikus pelvis yang berasal dari nervus sakralis 2, 3 dan 4 berjalan melalui hipogastrikus
inferior mencapai dinding vesika urinaria.
Sebagian besar serabut aferen sensoris yan g keluar dari vesika urinaria menuju sistem
susunan saraf pusat melalui nervus splanikus pelvikus berjalan bersama saraf simpatis melalui
pleksus hipogastrikus masuk kedalam segmen lumbal ke-1 dan ke-2 medula spinalis.

4. Uretra

Uretara merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi
menyalurkan air kemih keluar.

1. Uretra pria

Pad laki-laki uretra berjalan berkelok kelok melalaui tengah-tengah prostat kemudian
menembus lapisan fibrosa yang menembus tulang fubis ke bagian penis panjangnya ± 20 cm.
uretra pada laki-laki terdiri dari:

a. Uretra prostatia

b. Uretra membranosa

c. Uretra kevernosa

Lapisan uretra laki-lakin terdiri lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan lapisan
submukosa.

Uretra mulai dari orifisium uretra interna di dalam vesika urinaria sampai orifisium
eksterna. Pada penis panjangnya 17,5-20 cm yang terdiri dari bagian-bagian berikut:

Uretra prostatika merupakan saluran terlebar panjangnya 3 cm, berjalan hampir


vertikulum melalui glandula prostat , mulai dari basis sampai ke apaks dan lebih dekat ke
permukaan anterior.
Uretra pars membranasea ini merupakan saluran yang paling pendek dan paling dangkal,
berjalan mengarah ke bawah dan ke depan di antara apaks glandula prostata dan bulbus uretra.
Pars membranesea menembus diagfragma urogenitalis, panjangnya kira-kira 2,5 cm, di belakang
simfisis pubis diliputi oleh jaringan sfingter uretra membranasea. Di depan saluran ini terdapat
vena dorsalis penis yang mencapai pelvis di antara ligamentum transversal pelvis dan
ligamentum arquarta pubis.

Uretra pars kavernosus merupakan saluran terpanjang dari uretra dan terdapat di dalam
korpus kavernosus uretra, panjangnya kira-kira 15 cm, mulai dari pars membranasea sampai ke
orifisium dari diafragma urogenitalis. Pars kavernosus uretra berjalan ke depan dan ke atas
menuju bagian depan simfisis pubis. Pada keadaan penis berkontraksi, pars kavernosus akan
membelok ke bawah dan ke depan. Pars kavernosus ini dangkal sesuai dengan korpus penis 6
mm dan berdilatasi ke belakang. Bagian depan berdilatasi di dalam glans penis yang akan
membentuk fossa navikularis uretra.

Oriifisium uretra eksterna merupakan bagian erektor yang paling berkontraksi berupa
sebuah celah vertikal ditutupi oleh kedua sisi bibir kecil dan panjangnya 6 mm. glandula uretralis
yang akan bermuara ke dalam uretra dibagi dalam dua bagian, yaitu glandula dan lakuna.
Glandula terdapat di bawah tunika mukosa di dalam korpus kavernosus uretra (glandula pars
uretralis). Lakuna bagian dalam epitelium. Lakuna yang lebih besar dipermukaan atas di sebut
lakuna magma orifisium dan lakuna ini menyebar ke depan sehingga dengan mudah
menghalangi ujung kateter yang dilalui sepanjang saluran.

2. Uretra wanita

Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis berjalan miring sedikit ke arah atas,
panjangnya ± 3-4 cm. lapisan uretra wanita terdiri dari tunika muskularis (sebelah luar), lapiosan
spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam).
Muara uretra pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di
sini hanya sebagai salura ekskresi. Apabila tidak berdilatasi diameternya 6 cm. uretra ini
menembus fasia diagfragma urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan permukaan
vagina, 2,5 cm di belakang glans klitoris. Glandula uretra bermuara ke uretra, yang terbesar
diantaranya adalah glandula pars uretralis (skene) yang bermuara kedalam orifisium uretra yang
hanya berfungsi sebagai saluran ekskresi.

Diagfragma urogenitalis dan orifisium eksterna langsung di depan permukaan vagian dan
2,5 cm di belakang glans klitoris. Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria dan terdiri
lapisan otot polos yang diperkuat oleh sfingter otot rangka pada muaranya penonjolan berupa
kelenjar dan jaringan ikat fibrosa longggar yang ditandai dengan banyak sinus venosus merip
jaringan kavernosus.

B. DEFINISI
Gonore adalah infeksi menular seksual pada epitel dan umunya bermanifestasi sebagai
cervicitis, uretritis, proctitis, dan conjungtivitis. Bila tidak diterapi, infeksi ini dapat
menimbulkan komplikasi lokal seperti endometritis, salpingitis, TOA, bartolinitis, peritonitis,
dan perihepatitis pada pasien wanita, periuretritis dan epididimitis pada pasien pria, dan oftalmia
neonatorum pada neonatus. Gonokokemia diseminata merupakan kejadian yang jarang dan
bermanifestasi sebagai lesi kulit, tenosinovitis, arthritis, dan pada kasus jarang endokarditis atau
meningitis. Penyakit menular seksual juga disebut penyakit venereal merupakan penyakit yang
paling sering ditemukan di seluruh dunia. Pengobatan penyakit ini efektif dan penyembuhan
cepat sekali. Namun, beberapa kuman yang lebih tua telah menjadi kebal terhadap obat-obatan
dan telah menyebar ke seluruh dunia dengan adanya banyak perjalanan yang dilakukan orang-
orang melalui transportasi udara.Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh
lainnya, terutama kulit dan persendian.Pada wanita, gonore bisa naik ke saluran kelamin dan
menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga timbul nyeri panggul dan gangguan
reproduksi.Penyebab dari Gonore adalah adanya kuman Neisseria gonorrhoeae.Neisseria
gonorrhoeae adalah kuman gram negatif bentuk diplokokus yang merupakan penyebab infeksi
saluran urogenitalis. Perantara dari kuman ini adalah manusia, tempat kuman keluar berasal dari
penis,vagina,anus,mulut,cara penularan dari penyakit ini adalah dengan kontak seksual secara
lansung ,tampat kuman ini masuk berasal dari penis, vagina, anus, mulut serta orang yang bisa
terkena adalah orang-orang yang berhubungan seks dengan cara yang tidak aman.Kuman ini
bersifat fastidious dan untuk tumbuhnya perlu media yang lengkap serta baik. Akan tetapi, ia
juga rentan terhadap kepanasan dan kekeringan sehingga tidak dapat bertahan hidup lama di luar
host-nya. Penularan umumnya terjadi secara kontak seksual dan masa inkubasi terjadi sekitar 2–5
hari.Neisseria Gonorrhoeae dapat menyebabkan infeksi menular seksual yang biasa disebut
dengan Gonore.

C. MANIFESTASI KLINIS
Masa tunas gonore sangat singkat, pada pria umumnya berkisar antara 2-5 hari, kadang-kadang lebih
lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati diri sendiri, tetapidengan dosis yang tidak
cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan oleh penderita. Pada wanita masa
tunas sulit untuk ditentukan karena pada umumny aasimptomatik.Tempat masuk kuman pada
pria di uretra menimbulkan uretritis. Yang paling sering adalah uretritis anterior akuta dan dapat
menjalar ke proksimal, dan mengakibatkankomplikasi lokal, asendens serta diseminata. Keluhan
subyektif berupa rasa gatal, panasdibagian distal uretra disekitar orifisium uretra eksternum, kemudian
disusul disuria, polakisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang kadang-kadang disertai darah, dapat
puladisertai nyeri pada waktu ereksi. Pada pemeriksaan tampak orifisum uretra eksternum
kemerahan, edema, dan ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen. Pada beberapa kasus dapat
terjadi pembesaran kelenjar getah bening ingunal unilateral atau bilateral. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan anatomi dan fisologi alat kelamin pria dan wanita. Pada wanita, baik penyakitnya
akut maupun kronik, gejala subyektif jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapati kelainan obyektif.
Pada umumnya wanita datang berobat kalau sudah ada komplikasi. Sebagian besar penderita
ditemukan pada waktu pemeriksaan antenatal atau pemeriksaan keluarga berencana. Infeksi pada
wanita, pada mulanya hanya mengenai serviksuteri. parauretra, kelenjar Bartholin, rektum, dan dapat juga
naik ke atassampai pada daerah kandung telur.
Untuk mendapatkan informasi yang penting, terutama pada waktu menanyakan riwayat
seksual, perlu hati-hati dan dengan cara tertentu.
Hal yang harus dijaga ialah kerahasiaan.Pertanyaan diajukan dalam bahasa yang mudah
dimengerti oleh pasien.Anamnesis pada pasien dugaan IMS meliputi :
1. Identitas dan pekerjaan
2. Umur
3. Jenis kelamin
4. Keluhan dari riwayat penyakit saat ini
5. Keadaan umum yang dirasakan
Pengobatan yang telah diberikan, baik topikal maupun sistemik, dengan penekanan pada
antibiotik. Riwayat seksual : kontak seksual ( baik didalam maupun diluar pernikahan
atau berganti-ganti pasangan atau banyak kontak seksual ), kontak seksual dengan pasangannya
setelah mengalami gejala penyakit, frekuensi dan jenis kontak seksual ( homo atau heteroseksual ), cara
melakukan hubungan seksual ( genito-genital, orogenital, anogenital ), apakah pasangannya juga
mengeluhkan gejalayang smaa.Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan IMS atau penyakit di
daerahgenital lainnya.
Riwayat penyakit berat lainnya Riwayat keluarga : pada dugaan IMS yang ditularka lewat ibu
kepada bayinyaKeluhan lain yang mungkin berkaitan dengan komplikasi IMS, pada wanita tentang
nyeri perut bawah, dll.
Penyakit gonore adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae yang
paling sering diderita oleh orang yang sering melakukan hubungan seksual berganti-ganti
pasangan baik, dengan intensitas tinggi maupun rendah. Gonore (GO) – kadang juga disebut
kencing nanah – tergolong dalam Infeksi / penyakit menular seksual (IMS) yaitu bisa menular
melalui hubungan seksual (vaginal, anal, oral). Kasus GO paling sering terlihat pada pria yaitu
kencing bernanah dan rasa panas pada saluran kencing pria sesudah kencing. Pada wanita, kasus
ini sebenarnya juga ada tapi tidak terlihat dan terasa ‘sensasinya’ seperti yang pria rasakan. Pada
pria, jika GO dibiarkan maka akan menyebar ke seluruh organ tubuh termasuk jantung,
penyebaran ke arah kantung buah zakar akan menyebabkan peradangan (epididymitis).
Selain bergejala rasa panas terbakar setelah kencing, jika batang penis diurut dari pangkal
ke ujung penis akan keluar cairan putih mirip susu, ada yang putih ada pula yang agak keruh.
Untuk mengetahui bagaimana warnanya yang sebenarnya maka harus perlu dengan tindakan
pemeriksaan kepada dokter karena semakin lama tidak diobati maka akan menyebabkan bakteri
Neisseria gonorrhea ini akan menyebar ke semua organ tubuh dan menjadi pintu gerbang
masuknya HIV. Hubungan seks anal juga dapat menularkan bakteri ini karena sedemikian
gampangnya bakteri menular. Gonore disebabkan oleh gonokok yang dimasukkan ke dalam
kelompok Neisseria, sebagai Neisseria Gonorrhoeae. Gonokok termasuk golongan diplokok
berbentuk biji kopi dengan lebar 0,8 u, panjang 1,6 u, dan bersifat tahan asam. Kuman ini juga
bersifat negatif-Gram, tampak di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas,
cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39 derajat C, dan tidak tahan zat
desinfektan. Daerah yang paling mudah terinfeksi adalah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis
gepeng yang belum berkembang (imatur), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.

D. ETIOLOGI
Penyebab gonore adalah infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri ini paling sering
menular melalui hubungan intim, termasuk seks oral dan seks anal. Dalam lingkungan ini,
bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak. Bakteri Neisseria gonorrhea penyebab kencing
nanah ini sering tertular dari satu orang ke orang lain selama kontak seksual, termasuk pada
hubungan oral, anal, atau vagina. Bakteri penyebab gonore ini dapat tumbuh dan berkembang
biak dengan mudah di selaput lendir tubuh. Bakteri tersebut dapat tumbuh di organ yang lembap
dan hangat seperti saluran reproduksi, termasuk leher rahim, uterus (rahim), tuba falopi, dan di
uretra. Bahkan, bakteri ini juga bisa tumbuh di mulut, tenggorokan, dan anus.

E. PATOFISIOLOGI
Infeksi dimulai dengan adhesi pada sel mukosa ( urethra, vagina, rectum, tenggorok)
kemudian penetrasi ke submukosa dan menyebar baik secara langsung maupun hematogen.
1. Langsung pada pria menyebabkan prostatitis dan epididymitis, sedangkan pada wanita
langsung menyebar ke kelenjar Bartholin, paraserviks, tuba falopii, dst.
2. Hematogen
Hanya 1% kasus, kebanyakan dari asymptomatic infection pada wanita. Inidisebabkan adanya
kelainan pertahanan tubuh, misalnya. Defisiensi C6-9 atau bakteri yang kebal terhadap antibodi
dan komplemen, bakteri dengan protein porin A pada dinding sel kemudian menginaktivasi C3b.
Manifestasi berupa arthritis, lesikulit, dan tenosynovitis.
F. PATHWAY
G. KLASIFIKASI
Centers for Disease Control and Prevention(2015)mengklasifikasikan gonore menjadi 4
golongan yaitu:
1) Infeksi gonokokal non komplikasi/ Uncomplicated Gonococcal Infections.Infeksi
gonokokal yang termasuk dalam golongan ini adalah infeksi gonokokal urogenital
(serviks, uretra dan rektum), faring dan gonokokal konjungtivitis.
2) Infeksi gonokokal diseminasi/ Disseminated Gonococcal Infections.Infeksi
gonokokal diseminasi ditandai dengan munculnya lesi pada kulit, arthritis dan
seringkali komplikasi perihepatitis, endokarditis dan meningitis.
3) Infeksi gonokokal pada neonatus/ Gonococcal Infections Among Neonates.Infeksi
gonokokal dapat menjadi masalah serius bagi ibu hamil yang terinfeksi
dikarenakan dapat mengakibatkan ophtalmia neonatorum/ infeksi konjungtivitis
pada bayi baru lahir sehingga terjadi kebutaan pada bayi baru lahir. Infeksi
gonokokal pada neonatus terdiri dari ophtalmia neonatorumdan gonococcal scalp
abscesses.
4) Infeksi gonokokal pada bayi dan anak/ Gonococcal Infections Among Infants and
Children.Golongan klasifikasi ini sama dengan golongan infeksi gonokokal non
komplikasi dan infeksi gonokokal diseminasi, tetapi golongan ini dibuat untuk
memberikan panduan pengobatan yang lebih efektif berdasarkanusia.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sediaan Langsung
Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif,
intraseluler dan ekstraseluler, leukosit PMN. Bahan duh tubuh pada pria diambil dari daerah
setelah fosa navikularis, sedangkan pada wanita diambil dari serviks, uretra, muara kelenjar
bartholin dan rektum. Asupan posistif apabila ditemukan diplokokus gram negative intrasel.
Sayangnya, metode pewarnaan ini kurang andal untuk didiagnosis gonore pada perempuan,
pasien asimtomatik dan infeksi direktum atau faring.
2. Kultur (Biakan)
Untuk memastikan diagnosis harus dilakukan pembiakan dari semua kemungkinan
tempat infeksi. Kuman memerlukan waktu 48 jam – 96 jam untuk tumbuh dalam biakan, dan
berdasarkan anamnesis dan gejala, atau riwayat pajanan, terapi antibiotic biasanya sudah dimulai
sebelum hasil diperoleh, pembiakan (kultur) menggunakan media yaitu :
 Media transport, misalnya media stuart dan media transgrow (merupakan gabungan media
transpor dan pertumbuhan yang selektif dan nutritif untuk N.gonorrhoeae dan N.meningitidis).
 Media pertumbuhan, misalnya Mc Leod’ s chocolate agar, media thayer martin (selektif untu
mengisolasi gonokok), agar thayer martin yand dimodifikasi.
3. Tes Definitif
 Tes Oksidasi : Semua golongan Neisseria akan bereaksi positif
 Tes fermentasi : Kuman gonokokus hanya meragikan glukosa
4. Tes Beta Laktamase
Hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning menjadi merah apabila
kuman mengandung enzim beta laktamase
5. Tes Thomson
Dengan menampung urine pagi dalam dua gelas tes ini digunakan untuk mengetahui
sampai dimana infeksi sudah berlangsung.
6. Tes Amplifikasi DNA
Uji –uji amplifikasi DNA dengan menggunakan metode teaksi berantai polymerase
( PCR ) dan reaksi berantai ligase ( LCR ) digunakan dengan secret vagina atau servik atau
amplifikasi DNA dapat dilakukan pada specimen urin untuk menghindari rasa tidak nyaman
akibat pengambilan sediaan apusan dari uretra. Sayangnya specimen urin tidak sesensitif pada
permpuan dengan infeksi uretra. Infeksi klamidia yang sering menyertai infeksi gonorea dapat
didiagnosis pada specimen yang sama. Uji – uji amplifikasi DNA semakin banyak tersedia dan
popular karena tingga sensitifitas dan kemudahan dalam menangani dan mengirim specimen.
Uji – uji non biakan misalnya deteksi antigen dengan antibody limunofluoresensi langsung
( DFA ) dan enzyme immunosorbent assay ( EIA ) kurang dikembangkan dan jarang digunakan.
I. PENATALAKSANAAN
1. Medikamentosa
Karena meningkatnya insiden yang cukup mengkhawatirkan dari N gonorrhoeae yang
resisten terhadap antibiotika, termasuk N gonorrhoeae penghasil penisilinase ( PPNG ) , N
gonorrhoeae yang resisten tetrasiklin ( TRNG ), dan strain dengan resisten yang berperantara
kromosom terrhadap berbagai antibiotika, maka terapi awal dengan sefriakson harus sangat
dipertimbangkan untuk pengobatan infeksi N gonorrhoeae disemua lokasi anatomis. Uji
kepekaan rutin dan uji penilaian kesembuhan harus diperoleh bila digunakan regimen yang tidak
mengandung seftriaksone.
a) Infeksi uretra, endoserviks, faring, atau rectum tanpa komplikasi pada orang dewasa
1. Seftriaksone, 25 mg secara intramuscular, sebagai dosis tunggal
2. Bila ada kemungkinan disertai infeksi klamidia, berikan juga doksisiklin, 100 mg
secara oral 2x sehari selama 7 hari, tetrasiklin 500 mg secara oral 4x sehari selama 7 hari,
eritromisin basa / strearat 500 mg secara oral 4x sehari selama 7 hari, eritromisin
etilsuksinat 800 mg secara oral 4x sehari selama 7 hari / ezitromisin 1 g secara oral sekali.
b) Gonore pada pasien yang alergi penisilin.
Pada pasien yang tidak dapat menerima seftriakson berikan spektinomisin, 2 gram secara
intramuscular. Alternative lain adalah siprofloksasin, 500 mg secara oral sebagai dosis tunggal;
ofloksasin, 400 mg secara oral sekali; atau sefiksim, 400 mg secara oral sekali. Hanya kalau
infeksi terbukti dari strain non-PPNG dapat digunakan penisilin misalnya amoksisilin, 3 gram
secara oral dengan probenesit 1 gram. Semua regimen ini harus diikuti dengan doksisiklin, 100
mg 2x sehari selama 7 hari, atau tetraksiklin, 500 mg secara oral setiap 6 jam selama 7 hari, untuk
mengobati infeksi klamidia yang menyertai. Spektinomisin tidak boleh digunakan untuk
mengobati infeksi faring. Kalau infeksi faring tidak dapat diterapi dengan seftriakson, harus
diberikan siprofloksasin, 500 mg sebagai dosis tunggal.
c) Kontak seksual sebelum 30 hari sebelumnya harus diperiksa dan diterapi dengan tepat
sesuai dengan protocol terdahulu.
d) Gonore pada kehamilan.
Berikan seftriakson, 250 mg secara intramuscular sekali. Bila terdapat alergi penisilin yang
membahayakan jiwa, berikan spektinomisin, 2 gram secara intramuscular. Eritromisin, 500mg 4x
sehari selama 7 hari, harus ditambahkan pada semua regimen untuk berjaga-jaga terhadap
kemungkinan infeksi klamidia.
e) Infeksi gonokokus diseminata.
Biasanya diperlukan perawatan rumah sakit. Salah satu dari regimen antibiotika berikut
sudah memadai.
1. Seftriakson 1 g secara intramuscular atau secara intravena 1x sehari.
2. Sefotaxim 1g secara intravena setiap 8 jam.
3. Seftizoksim 1 g secara intravena setiap 8 jam.
4. Pasien yang alergi terhadap obat β laktam harus diterapi dengan spektinomisin, 2 g
secara intramuscular setiap 12 jam.
5. Hanya bila organism penyebab infeksi itu terbukti peka terhap penisilin, terapi
dapat diganti ampisilin, 1 g setiap 6 jam.
6. Pasien harus diperiksa untuk mencari ada tidaknya infeksi klamidia dan juga
diterapi secara empiris dengan doksisiklin atau tetrasiklin.
7. Pasien yang taat dapat dipulangkan 24-48 jam setelah gejala membaik untuk
menyelesaikan seluruh terapi antibiotika selama 7-10 hari dengan sefiksin, 400 mg secara
oral, 2x sehari, atau amoksilin, 500 mg dengan asam klavolanak 3x sehari, atau pada
orang dewasa yang tidak hamil, dengan siprofloksasim, 500 mg 2x sehari.
f) Kegagalan terapi.
Infeksi yang terjadi setelah terapi dengan seftriakson biasanya adalah akibat reinfeksi dan
bukannya kegagalan regimen terapi . pasien dengan gejala yang berlanjut setelah terapi yang
tepat, harus menjalani pembiakan N Gonorrhoeae dengan uji kepekaanterhadap semua isolate.
Jiak hasil biakan negative, diagnosis uretritis nongonokokus harus dipertimbangkan dan
diberikan terapi dengan doksisiklin.
2. Nonmedikamentosa
a. Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan tentang:
 Bahaya penyakit menular seksual (PMS) dan komplikasinya
 Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
 Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan pasangan seks tetapnya hindari
seksual sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat dihindarkan
 Cara-cara menghindara infeksi PMS dimasa datang
b. Pengobatan pada pasangan seksual tetapnya

J. KOMPLIKASI
a) Pada Pria
1. Tysonitis, biasanya terjadi pada pasien dengan preputium yang sangat panjang dan
kebersihan yang kurang baik. Diagnosis dibuat berdasarkan ditemukannya butir pus atau
pembengkakan pada daerah frenulum yang nyeri tekan. Bila duktus tertutup akan menjadi
akses dan merupakan sumber infeksi laten.
2. Parauretritis, sering pada orang dengan orifisium uretra eksternum terbuka atau
hipospadia. Infeksi pada duktus ditandai dengan butir pus pada kedua muara parauretra.
3. Radang kelenjar Littre (littritis), tidak mempunyai gejala khusus. Pada urin ditemukan
benang-benang atau butir-butir. Bila salah satu saluran tersumbat dapat terjadi abses
folikular. Diagnosis komplikasi ini ditegakkan dengan uretroskopi.
4. Infeksi pada kelenjar Cowper (Cowperitis), dapat menyebabkan abses. Keluhan berupa
nyeri dan adanya benjolan di daerah perineum disertai rasa penuh dan panas, nyeri pada
waktu defekasi, dan disuria. Jika tidak diobati, abses akan pecah melalui kulit perineum,
uretra, atau rektum dan mengakibatkan proktitis.
5. Prostatitis akut ditandai dengan perasaan tidak enak di daerah perineum dan suprapubis,
malaise, demam, nyeri kencing sampai hematuria, spasme otot uretra sehingga terjadi retensi
urin, tenesmus ani, sulit buang air besar, dan obstipasi. Pada pemeriksaan teraba pembesaran
prostat dengan konsistensi kenyal, nyeri tekan, dan adanya fluktuasi bila telah terjadi abses.
Jika tidak diobati abses akan pecah, masuk ke uretra posterior atau ke arah rektum
mengakibatkan proktitis.
6. Gejala prostatitis kronik ringan dan intermiten, tetapi kadang-kadang menetap. Terasa
tidak enak di perineum bagian dalam dan rasa tidak enak bila duduk terlalu lama. pada
pemeriksaan prostat teraba kenyal, berbentuk nodus, dan sedikit nyeri pada penekanan.
Pemeriksaan dengan pengurutan prostat biasanya sulit menemukan kuman gonokok.
7. Vesikulitis ialah radang akut yang mengenai vesikula seminalis dan duktus ejakulatorium,
dapat timbul menyertai prostatitis akut atau apididimitis akut. Gejala subyektif menyerupai
gejala prostatitis akut, yaitu demam, polakisuria, hematuria terminal, nyeri pada waktu
ereksi atau ejakulasi, dan sperma mengandung darah. Pada pemeriksaan melalui rektum
dapat diraba vesikula seminalis yang membengkak dan keras seperti sosis, memanjang di
atas prostat. Ada kalanya menentukan batas kelenjar prostat yang membesar.
8. Pada vas deferentitis atau funikulitis, gejala berupa perasaan nyeri pada daerah abdomen
bagian bawah pada sisi yang sama.
9. Epididimitis akut biasanya unilateral dan setiap epididimitis biasanya disertaivas
deferentitis. Keadaan yang mempermudah timbulnya epididimitis ini adalah trauma pada
uretra posterior yang disebabkan oleh pengelolaan atau kelalaian pasien sendiri. Epididimis
dan tali spermatika membengkak dan teraba panas, juga testis, sehingga menyerupai
hidrokel sekunder. Pada penekanan terasa nyeri sekali. Bila mengenai kedua epididimis
dapat mengakibatkan sterilitas.
b) Pada Wanita
1. Parauretritis. Kelenjar parauretra dapat terkena, tetapi abses jarang terjadi.
2. Kelenjar bartholin dan labium mayor pada sisi yang terkena membengkak,
merah dan nyeri tekan, terasa nyeri sekali bila pasien berjalan dan pasien sukar duduk.
Abses dapat timbul dan pecah melalui mukosa atau kulit. Bila tidak diobati dapat rekurens
atau menjadi kista.
3. Salpingitis, dapat bersifat akut, subakut atau kronis. Ada beberapa faktor
predisposisi, yaitu masa puerpurium, setelah tindakan dilatasi dan kuretase, dan pemakaian
IUD. Infeksi langsung terjadi dari serviks melalui tuba fallopi ke daerah salping dan ovum
sehingga sehingga dapat menyebabkan penyakit radang panggul (PRP). Gejalanya terasa
nyeri didaerah abdomen bawah, duh tuba vagina, disuria, dan menstruasi yang tidak teratur
atau abnormal. PRP yang simtomatik atau asimtomatik dapat menyebabkan jaringan parut
pada tuba sehingga dapat mengakibatkan infertilitas atau kehamilan diluar kandungan.
Diagnosis banding yang perlu dipikirkan antara lain kehamilan di luar kandungan,
apendisitis akut, abortus septik, endometriosis, ileitis regional, dan divertikulitis. Penegakan
diagnosis dilakukan dengan pungsi kavum Douglas, kultur, dan laparoskopi.

K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan resiko penyebaran infeksi dan ineksi
berulang
2. Resiko tinggi komplikasi ke organ genetalia lain berhubungan dengan respon
penyebaran infeksi gonorhoe
3. Ketidakpatuhan terhadap program terapi berhubungan dengan misinterpretasi
pengetahuan
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas : Nama, Umur, Jenis kelamin, agama, suku, bangsa, pekerjaan, pendidikan,
status perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit.
2. Keluhan utama : Biasnaya nyeri saat kencing
3. Riwayat penyakit sekarang : Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana
gambaran rasa nyeri, daerah mana yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala
nyeri, dan kapan keluhan dirasakan
4. Riwayat penyakit dulu : Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah
sebelumnya
5. Riwayat kesehatan keluarga : Tanyakan apakah keluarga klien ada yang menderita
penyaki yang sama dengan klien.
6. Pengkajian 11 pola fungsional gordon :
a) Pola persepsi dan manajemen kesehatan (Biasnaya pasien tidak menyadari
bahwa ia telah menderita penyakit gonorhea. Dia akan menyadari setelah
penyakit tersebut telah parah).
b) Pola nutrisi dan metabolik (Biasanya kebutuhan nutrisi tidak terganggu,
namun apabila infeksi terjadi pada tenggorokan maka pasien akan merasakan
nyeri pada tenggorokannya sehingga ia akan sulit makan).
c) Pola eliminasi (Penderita akan mengalami gejala seperti desakan untuk
berkemih, nyeri ketika berkemih dan keluar cairan pada alat kelamin. Kaji
frekuensi, warna dan bau urin).
d) Pola latihan atau aktivitas (Tanyakan bagaimana pola aktivitas klien, biasanya
aktivitas klien tidak begitu terganggu).
e) Pola istirahat tidur (Tanyakan bagaimana pola tidur klien, apakah klien
merasa tergenggu dengan nyeri yang dirasakannya).
f) Pola persepsi kognitif (biasanya pola ini tidak terganggu, namun apabila
terjadi infeksi pada mata pasien maka kita harus mengkaji peradangan
konjungtiva pasien).
g) Pola persepsi diri (tanyakan kepada klien bagaimana ia mamndang penyakit
yang dideritanya. Apakah klien bisa menerima dengan baik kondisi yang ia
alami saat ini. Tanyaan apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi
karena terjadi peubahan pada diri pasien. Biasnya klien merasa cema dan takut
terhadap penyakit).
h) Pola koping dan toleansi stres (kaji bagaimana pola koping klien, bagaimana
tingkat stres klien, apabila stres yang dialami mengganggu pola lain seperti
pola tidur, pola makan, dan lain-lain. Tanyakan apa yang dilakukan klien
dalam menghadapi masalah dan apakah tindakan tersebut efektif untuk
mengatasi masalah tersebut atau tidak. Apakah ada orang lain tempat berbagi
dan apakah orang tersebut ada sampai sekarang. Apakah ada penggunaan obat
penghilang stress).
i) Pola peran hubungan (Bagaimana peran klien dalam keluarga dan masyarakat.
Apakah hubungan klien dengan keluarga dan masyarakat. Apakah klien
mampu bergaul dengan masyarakat dengan baik. Tanyakan tentang sistem
pendukung dalam kehidupan klien seperti: pasangan, teman, dll. Biasanya
klien merasa kesepian dan takut tidak diterima dalam lingkungan).
j) Pola reproduksi seksual (perawat perlu mengkaji bagaimana pola reproduksi
seksual klien. Berapa jumla anak klien, tanyakan masalah seksual klien yang
berhubungan degan penyakitnya).
k) Pola keyakinan (tanyakan apa kayakinan atau agama klien, bagaimana
aktivitas ibadah klien, apakah klien taa beribadah. Tanyakan apakah ada
pengaruh agama dalam kehidupan).
7. Pemeriksaan fisik (head to toe)
 Kepala
a) Inspeksi : Penyebaran rambut merata, kebersihan cukup, tidak ada
ketombe, warna rambut hitam
b) Palpasi : Tidak ada benjolan dan nyeri tekan
 Leher
a) Inspeksi : Tidak ada pembesaran vena jugularis, tidak ada lesi dan
edema, warna sama dengan sekitar

 Telinga
a. Inspeksi : Tidak ada kotoran, tidak ada benjolanb.Palpasi : Tidak ada
nyeri tekan, tidak ada benjolan

 Mata
a) Inspeksi : Konjungtiva merah muda, sclera mata putih/anemis
b) Palpasi : Tidak ada edema dan nyeri tekan

 Hidung
a) Inspeksi : Tidak ada pernafasan cuping hidung, warna kulit sama
dengan area sekitar, tidak ada lesi.
b) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

 Dada
 Pemeriksaan Paru
a) Inspeksi : Bentuk dada chest (normal), warna kulit sama dengan sekitar,
tidak ada lesi.
b) Palpasi : Vocal premitus, ekspansi dada simetris, tidak ada nyeri tekan
c) Perkusi : -Dekstra : ICS 1-5 sonor, ICS 6-10 sonor-Sinistra : ICS 1-2
sonor, ICS 3-5: pekak (jantung); ICS 6-7: sonor
d) Auskultasi : Suara nafas normal. Pola nafas normal, tidak ada suara
nafas tambahan
 Pemeriksaan jantung
Periksa bagaimana keadaan dan frekuensi jantung serta iramanya, adakah
bunyi tambahan, adakah bradikardi atay tachycardia.
 Pemeriksaan abdomen
a) Inspeksi : Tidak ada luka oprasi
b) Palpasi : TFU 3 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik
c) Perkusi: Kontraksi positif
d) Auskultasi : Bising usus kurang dari 12x/menit

B. Diagnosa Keperawatan

1. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan resiko penyebaran infeksi dan ineksi berulang
2. Resiko tinggi komplikasi ke organ genetalia lain berhubungan dengan respon
penyebaran infeksi gonorhoe
3. Ketidakpatuhan terhadap program terapi berhubungan dengan misinterpretasi
pengetahuan

C. Intervensi
1. Kebutuhan pemenuhan informasi b.d tidak adekuatnya sumber informasi,
ketidaktahuan progaram perawatan dan pengobatan
Tujuan : terpenuhinya pengetahuan pasien tentang engetahuan penyakit.
Kriteria evaluasi :
 Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang di butuhkan
dengan kemungkinan komplikasi.
 Mengenal perubahan gaya hidup/tingkah laku untuk mencegah terjadinya
komplikasi.

Intervensi Rasional
Beritahukan pasien/orang terdekat Informasi dibutuhkan untuk meningkatkan perawatan
mengenai dosis aturan dan efek diri untuk menambah kejelasan efektivitas pengobatan
pengobatan dan mencegah komplikasi.
Jelaskan tentang pentingnya Pemberian anti bakteri di rumah dibutuhkan untuk
pengobatan anti bakteri mengurangi invasi bakteri pada kulit.
Jelaskan cara metode kontak Menurunkan respons penularan infeksi. Pasien harus
seksual. menghindari hubungan seksual sampai pengobatan
selesai dan sampai pasangan mereka sepenuhnya di
evaluasi dan di obati.
Metode yang digunakan unuk melakukan kontak
seksual dengan pasangan perlu didiskusikan. Pasien
harus memahami bahwa meskipun pasangan telah di
obati, tetapi jika terpajan pada hubungan seksual yang
terus-menerus pada individu yang sama dapat
mengakibatkan terkena infeksi PMS lagi. Pasien
mungkin membutuhkan bantuan dalam merencanakan
diskusi dengan pasanganya. Jika pasien tampak takut
atau khawatir tentag hal ini, maka pasien dapat di
rujuk ke pekerja sosial atau ahli lain yang tepat.

2. Risiko tinggi komplikasi ke organ genitalia lain b.d respon penyebara infeksi gonorhoe.
Tujuan : tidak terjadi komplikasi ke organ genitalia.
Kriteria evaluasi :
 Organ genitalia tidak mengalami perubahan patologis.
 Secara subjektif menyatakan motivasi yang kuat untuk menurunkan risiko
komplikasi.

Intervensi Rasional
Beritahukan pasien/orang terdekat Informasi dibutuhkan untuk meningkatkan
mengenai dosis, aturan, efek pengobatan, perawatan diri untuk menambah kejelasan
pembatasan aktivitas seks yang dapat di efektivitas pengobatan dan mencegah
lakukan komplikasi.
Kolaboratif untuk pemberian antimikroba. Pera kolaboratif di lakukan perawat untuk
menurunkan respon inflamasi genital. Pada
gonorhoe tanpa komplikasi (serviks, uretra,
rektum) perlu mendapat antibiotik jenis : a)
ciprofoxacin 500 mg oral dosis tunggal; b)
ofloxacine 400 mg oral dosis tunggal; c)
cefixime 400 mg dosis tunggal; d)ceftriaxone
125 mg im dosis tunggal.
Berikan dukungan Dukungan positif akan memberikan motivasi
padaaa pasien untuk meningkatkan upaya
dalam menurunkan risiko serangan penyakit
berulang.
3. Ketidak patuhan terhadap program terapi b.d misinterpretasi pengetahuan.
Tujuan : terlaksananya program terapi.
Kriteria evaluasi :
 Termotivasi untuk melaksanakan program terapi secara komprehensif.
 Terpenuhinya pengetahuan tentang penyakit, prosedur pengobatan jadwal kontrol
ke dokter ahli kulit, pencegahan dan perawatan kulit.
 Mengenal perubahan gaya hidup/tingkah laku untuk pelaksanaaan program terapi.

Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan pasien Pengetahuan tentang penyakit gonorhoe, pragram
tentang gonorhoe. pengobatan yang rasional, jadwal kontrol, upaya
pencegahan dan perawatan yang komprehensif dapat
membantu peningkatan proses penyembuhan.
Jelaskan pentingnya istirahat. Pasien dengan gonorhoe memerlukan istirahat fisik dan
psikologis untuk meningaktkan respons
penyembuhan. Kebutuhan istirahat ini termasuk juga
terhadap pemenuhan hubungan seks, dengan tujuan
untuk menurunkan risiko penularan dan menurunkan
progresivitas gejala.
Tingkatkan kepatuhan dan Dalam lingkungan kesehatan eatau di fasilitas elompok
pemahaman akan terapi. (seperti dalam lingkungan obstetrlk rawat jalan) atau di
fasilitas kesehatan pribadi secara terbuka tentang PMS
memfasilitasi adanya pemahaman tentang penyakit ini.
Rasa tidak nyaman secara sosial dapat di turunkan
ketika penyebab, konsekuensi, penanganan,
pencegahan dan tanggung jawab dapat di penuhi,. Oleh
karena masyarakat mempunyai sumber pencegahan
PMS yang luas, rujukan pada tempat yang tepat dapat
menjadikan individu mendapat pendidikan yang
meyakinkan dimana pertanyaan atau ketidak tentuan
dapat di jawab oleh ahlinya.
Paien erinfeksi harus diberi tahu mengenai
organisme apa yang menyebabkan dan harus menerima
penjelasan tentang penyebab terjadinya infeksi
(meliputi interval potensial menular pada orang lain)
dan kemungkinan komplikasi. Perawat harus
menekankan pentinganya mengikuti terapi sesuai
ketentuan dan perlunya melaporkan efek samping
terapeutik atau progresi gejala.
Menigkatkan cara hidup sehat Menigkatkan sistem imun dan pertahanan
seperti intake makanan yang terhadap infeksi.
baik, keseimbangan antara
aktivitas dan istirahat, monitor
status kesehatan dan adanya
infeksi.
Identifikasi sumber-sumber Keterbatasan aktivitas dapat mengganggu kemampuan
pendukung yang memungkinkan pasien untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
untuk umah yang di
mempertahankan perawatan di
rumah yang dibutuhkan.
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan, A. 1999. Dasar Patologi Penyakit. Jakarta : EGC

Muttaqin, A. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen.


Jakarta : Salemba Medika

Hidayati, A.N., 2016. Gonorrhea Superbug: a Major Concern in Gonococcal Infection


Management.

Santoso, P. (2004). Sensitivitas Neisseria Gonorrhoeae Terhadap Beberapa Antibiotika Pada


Pekerja Seksual Komersial Dengan Servisitis Gonore Di Kabupaten Semarang (Doctoral
dissertation, Program Pendidikan Pasca sarjana Universitas Diponegoro).

Online : Diakses pada tanggal 23 Juli 2020, Pukul : 13.45 WIB


Vietha. 2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gonorhoe.
http://viethanurse.wordpress.com/asuhan – keperawatan – klien – dengan
Gonorhoe.html
LEMBAR LONSUL

No Tanggal Revisi Paraf


1. 28-07-2020 1. Untuk konsep askep di lp cukup
sampai di rencana keperawatan saja.
2. Untuk pemeriksaan fisik gunakan
head to toe dengang 4 item
pemeriksaan yaitu inspeksi, palpasi,
perkusi dan auskultasi
3. Tidak perlu menggunakan konsep
B1-B6.krn ini bukan askep gadar atau
kritis
4. Kemudian utk rencana keperawatan
gunakan sdki, siki atau slki
5. Minta tolong kalau mengurimkan lp
atau askep diberi halaman sampul
yang ada judul dan nama mahasiswa
nya.

Anda mungkin juga menyukai