Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

TUBERCULOSIS TULANG

DIRUANGAN ANAK

RSUD PADANG PARIAMAN

DISUSUN OLEH :

ELVI HASANAH

NIM : 1801057

PEMBIMBING LAPANGAN/CI PEMBIMBING AKADEMIK

(…………………………………..) (………………………………….)

YAYASAN PENDIDIKAN SUMATERA BARAT (YPSB)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUMATERA BARAT (STIKes SUMBAR)

TAHUN AJARAN 2020/2021


TUBERCULOSIS TULANG

A. PENGERTIAN

Selama ini yang sering kali kita dengar adalah mengenai TBC atau tuberkulosis paru.
Tapi, ternyata TBC tidak hanya menyerang paru-paru Anda saja, tetapi juga dapat menyebar
dan menyerang tulang, dikenal dengan nama TBC tulang. Jika tidak diobati, TBC dapat
menyebar ke seluruh bagian tubuh Anda melalui aliran darah, termasuk tulang.

TBC tulang terjadi ketika tubuh Anda terjangkit infeksi bakteri penyebab TBC yaitu
Mycobacterium tuberculosis, kemudian bakteri tersebut menyebar ke luar paru-paru.
Umumnya, tuberkulosis dapat ditularkan dari seseorang ke orang lain melalui udara.

B. KLASIFIKASI TUBERCULOSIS TULANG

a. Pada umumnya penderita TB pada diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi penyakit


dan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis yaitu meliputi sebagai berikut.
Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit:Pada umumnya kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Maka dari itu,TB dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu TB Paru dan TB Ekstra Paru (WHO, 2014). TB Paru adalah TB
yang menyerang parenkim (jaringan) paru, tidak termasuk pleura. Pasien yang menderita TB
paru dan sekaligus juga menderita TB ekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien TB paru
(Kemenkes RI, 2014). TB Ekstra Paru adalah TB yang menyerang organ lain selain paru. TB
ekstra paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu TB ekstra paru
ringan dan TB ekstra paru berat. TB ekstra paru ringan yaitu meliputi TB kelenjar limfe,
tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal, sedangkan TB ekstra paru berat
yaitu meliputi meningitis, milier,perikarditis peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB
tulang belakang, TB usus, TB saluran kemih dan alat kelamin (Werdhani, 2008).

b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis.

Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, TB Paru dibagi menjadi TB Paru


BTA positif, dengan kriteria minimal 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif,
sedangkan TB Paru BTA negatif yaitu dengan kriteria semua hasil dari 3 spesimen dahak
SPS hasilnya BTA negatif (Kemenkes RI, 2014).Pada umumnya penderita TB pada
diklasifikasikan berdasarkan lokasi anatomi penyakit dan hasil pemeriksaan dahak
mikroskopis yaitu meliputi sebagai berikut.

 Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit:


Pada umumnya kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh
lainnya. Maka dari itu, TB dapat dibedakan menjadi dua, yaitu TB Paru dan TB
Ekstra Paru (WHO, 2014). TB Paru adalah TB yang menyerang parenkim (jaringan)
paru, tidak termasuk pleura. Pasien yang menderita TB paru dan sekaligus juga
menderita TB ekstra paru, diklasifikasikan sebagai pasien TB paru (Kemenkes RI,
2014).TB Ekstra Paru adalah TB yang menyerang organ lain selain paru. TB ekstra
paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu TB ekstra paru
ringan dan TB ekstra paru berat. TB ekstra paru ringan yaitu meliputi
TB kelenjar limfe, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal,
sedangkan TB ekstra paru berat yaitu meliputi meningitis, milier, perikarditis
peritonitis, pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran
kemih dan alat kelamin (Werdhani, 2008).

 b. Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis


Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, TB Paru dibagi menjadi TB Paru
BTA positif, dengan kriteria minimal 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif, sedangkan TB Paru BTA negatif yaitu dengan kriteria semua hasil dari 3
spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif (Kemenkes RI, 2014).

C. ETIOLOGI

Menurut World Health Organization (WHO) dalam Global Tuberculosis Report 2015,
diperkirakan 9,6 juta orang mengidap TB dan 1,5 juta orang meninggal karena TB pada tahun
2014. Asia Tenggara dan Pasifik Barat merupakan negara yang menyumbang sekitar 58%
dari total kasus TB di dunia. Selain itu, seperempat kasus TB di dunia terjadi di Afrika yang
juga merupakan wilayah dengan angka morbitas dan mortalitas TB tertinggi di dunia. Negara
dengan insiden TB tertinggi di dunia yaitu berturut-turut India, Indonesia, dan China.
D. FATOFISIOLOGI

Patofisiologi Spondilitis tuberkulosis (TB) dimulai dari penyebaran hematogen


bakteri ke dalam pembuluh darah spinal. Penyebaran hematogen dapat terjadi melalui rute
vena maupun arteri. Adanya penyebaran infeksi via sistem vena intraosseous dapat
menyebabkan lesi pada bagian tengah corpus vertebrae. Apabila penyebaran terjadi melalui
pleksus arteri anterior dan posterior, infeksi dapat menyebar pada daerah paradiskus. Lesi
dasar dari spondilitis TB adalah kombinasi dari osteomielitis dan arthritis, yang biasanya
akan mengenai lebih dari satu vertebrae karena adanya arteri segmental yang mengalami
bifurkasi untuk mensuplai dua vertebrae yang berdekatan. Adanya reaksi inflamasi kronik
akibat infeksi bakteri dapat menyebabkan destruksi tulang secara progresif dan kolaps
vertebra. Lama-kelamaan akan terjadi deformitas tulang belakang, seperti kifosis. Abses
dingin juga dapat terjadi akibat adanya perluasan infeksi bakteri ke ligamen dan jaringan
lunak sekitar vertebrae. Selain itu, adanya abses, jaringan granulasi, dan invasi dural direk
dapat menyebabkan penyempitan kanal spinal sehingga terjadi kompresi korda spinalis dan
defisit neurologis.

E. MANIFESTASI KLINIS

TBC tulang belakang terjadi akibat menyebarnya bakteri tuberkulosis dari paru-paru
ke tulang belakang hingga ke keping/sendi yang ada di antara tulang belakang. Kondisi ini
menyebabkan matinya jaringan sendi dan memicu kerusakan pada tulang belakang. Beberapa
faktor risiko lain yang menyebabkan seseorang terinfeksi TBC tulang belakang, antara lain:

1. Faktor sosial ekonomi yang rendah atau buruk, turut memengaruhi standar kualitas
hidup, misalnya orang-orang yang tinggal di area yang kumuh dan padat.Tinggal di
area yang memiliki tingkat kasus tuberkulosis tinggi atau endemik.Orang yang
kekurangan nutrisi. Orang-orang kelompok lanjut usia.Terinfeksi HIV yang
mengakibatkan rendahnya sistem kekebalan tubuh.Orang dengan sistem kekebalan
tubuh menurun lainnya, misalnya pengidap kanker, penyakit ginjal stadium lanjut,
dan diabetes.

2. Pecandu minuman keras atau pengguna obat-obatan terlarang. Orang-orang yang


berisiko terkena penyakit tuberkulosis maupun TBC tulang belakang harus mengenali
gejala-gejala dengan baik demi membantu memudahkan penentuan diagnosis setelah
menjalani tes.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Berbagai tes laboratorium yang mungkin dilakukan untuk mendiagnosis TBC tulang
belakang, antara lain:

a. Tes sedimentasi sel darah merah yang dilakukan untuk mendeteksi peradangan di
dalam tubuh.

b. Tes kulit Mantoux untuk memastikan apakah pengidap terinfeksi bakteri TBC atau
tidak.MRI dan CT scan untuk mengetahui tingkat penekanan dan perubahan elemen
tulang pada stadium awal penyakit. MRI lebih direkomendasikan dibandingkan CT
scan.

c. X-ray tulang belakang dan dada (CXR). Tes ini bertujuan untuk mendeteksi
kerusakan atau penyempitan ruang antar sendi tulang belakang. Prosedur ini juga bisa
mendeteksi apabila tuberkulosis pada saluran pernapasan sudah menyebar ke tulang
belakang.

d. Biopsi pada tulang atau jaringan sinovial untuk mendeteksi jenis bakteri penyebab
TBC tulang belakang.

G. KOMPLIKASI

a. Kerusakan pada Tulang dan Sendi

Komplikasi pada tulang dan sendi menjadi salah satu kasus komplikasi yang paling sering
terjadi akibat penyebaran bakteri penyebab TB yang tidak terkendali. Sebagian besar kasus
komplikasi TB tulang dan sendi menyerang tulang belakang sehingga mengakibatkan
gangguan kesehatan serius, kerusakan saraf, hingga rusaknya bentuk tulang belakang.

b. Kerusakan Fungsi Hati

Hati menjadi bagian tubuh yang rawan terkena komplikasi bakteri penyebab tuberkulosis.
Aliran darah yang terkontaminasi dapat menyebabkan hepatic tuberculosis dan menyebabkan
berbagai gangguan kesehatan lain, mulai dari pembengkakan pada hati hingga menguningnya
kulit dan lapisan mukosa akibat ketidakseimbangan bilirubin.

c. Kerusakan pada Ginjal

Komplikasi tuberkulosis kerap menyerang ginjal melalui infeksi bagian luar (cortex) yang
secara perlahan menginfeksi hingga ke bagian yang lebih dalam (medula). Kondisi ini
menimbulkan komplikasi lain, seperti penumpukan kalsium, hipertensi, pembentukan
jaringan nanah, hingga gagal ginjal.

G. PENATALAKSANAAN

Terapi Antituberkulosis

Sebagian besar pasien dengan spondilitis TB memiliki respon yang baik terhadap
pengobatan antituberkulosis (82-95%). Obat antituberkulosis (OAT) yang diberikan adalah
rifampicin (R), isoniazid (H), pirazinamid (Z), etambutol (E). Regimen yang diberikan
adalah OAT Kategori 1 (2RHZE/4H3R3).
DAFTAR PUSTAKA

Samsuhidajat, Wim de Jong. Sistem Muskuloskeletal. Buku Ajar Ilmu Bedah.EGC, 2003,hlm
907 – 910.2.

Rasjad Chairuddin. Infeksi dan Inflamasi. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi.Makasar : Bintang
Lamumpatue; 2003. Hal. 144 – 149.3.

http://ifan050285.wordpress.com/2010/03/18/tuberkulosis-tulang/4.

http://www.meddean.luc

Anda mungkin juga menyukai