PENDAHULUAN
Latar belakang
Keluerga berencana menurut World Health Organization (WHO) adalah tindakan yang
membantu individu atau pasangan suami-istri untuk menghindari kelahiran tidak di inginkan,
waktu kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri, serta menentukan jumlah anak
Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat. Keluarga di definsikan dengan istilah
kekerabatan dimana invidu bersatu dalam suatu ikatan perkawinan dengan menjadi orang tua.
Dalam arti luas anggota keluarga merupakan mereka yang memiliki hubungan personal dan
timbal balik dalam menjalankan kewajiban dan memberi dukungan yang disebabkan oleh
melalui promosi, perlindungan, dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi serta
keluarga dengan usia kawin yang ideal, mengatur jumlah, jarak, dan usi ideal melahirkan anak,
mengatur kehamilan dan membina ketahanan serta kesejahteraan anak (BKKBN, 2015).
kependudukan yang ada. Salah satu programnya dengan keluarga berencana nasional sebagai
integral dari pembangunan nasional yang mempunyai tujuan ganda yaitu menunjukkan keluarga
kecil bahagia sejahtera Keadaan ini dapat dicapai dengan menganjurkan PUS untuk mengikuti
Program KB (BKKBN,2016). Tercatat jumlah peserta KB baru sampai dengan bulan Mei 2020
sebesar 2.015.089 akseptor. Capaian peserta KB baru mengalami penurunan secara signifikan
pada bulan april dan mei karena dampak dari wabah covid-19 (BKBBN, 2020).
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia setelah
Tiongkok, India, dan Amerika Serikat, yaitu sebesar 270,2 juta jiwa dengan laju pertumbuhan
penduduk sebesar 1,25 persen (BPS, 2021). Selanjutnya, jumlah penduduk beberapa tahun ke
depan diprediksi terus bertambah dan diperkirakan akan terjadi ledakan penduduk pada tahun
2030. Tingginya pertumbuhan penduduk ini terjadi karena masih tingginya angka fertilitas total
atau Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia, yaitu 2,4 anak per wanita, artinya seorang wanita di
Indonesia rata-rata melahirkan 2-3 anak selama masa hidupnya.TFR tersebut belum bisa
diturunkan oleh sesuai yang ditargetkan pada Rencana Strategis Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2020-2024, yaitu target 2021 sebesar 2.24 anak
Persentase penggunaan Alat Kontrasepsi di Dunia pada tahun 2019 yaitu Akseptor MOW
24%, akseptor MOP 2%, akseptor IUD 17%, akseptor Implant 2%, akseptor suntik 8%, akseptor
Pil 16%, akseptor Kondom 21%, 2 akseptor Kalender 3%, akseptor Coitus Interreptus 5%, dan
akseptor KB alami 2%. (WHO,2019). Peserta KB Baru Indonesia pada tahun 2016 sebesar
6.663.156 orang. Persentase Kontrasepsi adalah akseptor Implant (11,37%), akseptor IUD
(7,23%), akseptor MOW (1,73%), akseptor MOP (0,18%), akseptor Suntik (51,53%), akseptor
Pil (23,17%) akseptor Kondom (4,78%) (BKKBN,2016). Di Provinsi Jambi menurut Badan
Pusat Statistik Provinsi Jambi Askeptor kb aktif tahun 2021 sebesar 59,22% (BPS Provinsi
Jambi 2022). Sedangkan di Kota Sungai Penuh menurut Badan Pusat Statistik Kota Sungai
Penuh Askeptor kb aktif tahun 2021 sebesar 58,10% (BPS Kota Sungai Penuh).
Pemerintah lebih menekankan penggunaan alat kontrasepsi MKJP karena dianggap lebih
efektif dan angka kegagalannya lebih rendah dibandingkan dengan alat kontrasepsi pil, kondom
MKJP berdampak terhadap angka kegagalan kontrasepsi cukup tinggi (Rosmadewi, 2015).
Pemilihan metode kontrasepsi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, tingkat
pendidikan, paritas, dan sosial ekonomi. Beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam
memilih kontrasepsi adalah derajat status kesehatan, kemungkinan efek samping yang timbul,
risiko kegagalan atau kehamilan yang tidak dikehendaki, jumlah kisaran keluarga yang
diharapkan, persetujuan suami atau istri, nilai-nilai budaya, lingkungan, serta keluarga.
Berdasarkan penelitian Fenti Hasnani (2019), dapat dilihat banyaknya pengguna yang
Pengetahuan merupakan salah satu faktor dalam pemilihan kontrasepsi. Selain itu juga
terbatasnya metode yang tersedia faktor lain juga diantaranya umur, pendidikan, paritas dan
sosial ekonomi.
Berdasarkan data dari puskesmas, didapatkan pengguna kontrasepsi hormonal lebih banyak
dibandingkan dengan pengguna kontrasepsi non hormonal. Berdasarkan pengamatan wanita usia
oleh Kurniawan 2008 dapat dilihat banyaknya pengguna yang -menggunakan metode kontrasepsi
hormonal menandakan semakin baik pengetahuan ibu. Pendidikan merupakan salah satu faktor
terdapat 338 Wanita Usia Subur yang menggunakan alat kontrasepsi. Sedangkan dari bulan
januari-agustua 2022 terdapat 104 askeptor kb., Penelitian ini di lakukan dari bulan mei –
oktober 2022, populasi pada penelitian ini adalah 90 askeptor kb aktif dan responden dari
mengalami kenaikan pada bulan januari-jili 2022. Oleh sebab itu sehubungan dengan kondisi