OLEH
KELOMPOK VI
MASPRUJI
P R O G R A M STUDI S1
KEPERAWATAN
Y A T S I
T A N G E R A N G
2 0 1 6
BAB I
PENDAHULUAN
Sesuatu yang sangat mengagungkan keangungan Tuhan Yang maha Esa yang telah
menciptakan sistem organ yang memungkinkan makhluk hidup menjalankan fungsinya, salah
satunya pada sistem pernapasan. Fungsi pernapasan akan bekerja sama dengan sistem
transportasi agar proses metabolisme pada tubuh dapat berjalan dengan baik. Sistem respirasi
atau pernapasan merupakan salah satu study terhadap struktur dan fungsi tubuh manusia.
Sistem respirasi atau sistem pernapasan terdapat pada manuasia dan hewan (seperti; insekta,
ikan, amfibi dan burung).Sedangkan sistem pernapasan pada manusia terjadi melalui saluran
penghantar udara yaitu alat-alat pernapasan yang terdapat dalam tubuh, dimana masing-
masing alat pernapasan tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Sistem respirasi berfungsi sebagai pertukan gas.Gas yang masuk merupakan gas oksigen
dan yang dikeluarkan adalah karbon dioksida.Sistem respirasi membantu juga dalam
merubah darah yang awalnya bersifat karbon dioksida menjadi oksigen.Berbagai macam
penyakit menyerang sistem respirasi.Khususnya pada anak-anak salah satunya adalah
penyakit parotitis epidemika.Penyakit ini merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus.
Penyakit ini sering menyerang pada usia anak-anak. Untuk lebih lanjutnya maka akan di
bahas pada makalah yang di buat kelompok.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Untuk mengetahui mengenai penyakit parotitis epidemika.
1.2.2 Untuk mengetahui auhan keperawatan penyakit parotitis epidemika.
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 PENGERTIAN
Parotitis Epidemika merupakan penyakit virus akut yang menyerang kelenjar ludah,
terutama kelenjar parotis (sekitar 60%). Namun tidak menutup kemungkinan penyakit
parotitis epidemika menyerang kelenjar ludah yang lain seperti kelenjar submaksilaris dan
kelenjar submandibularis. Parotitis epidemika ialah infeksi akut yang disebabkan dengan
tanda khas berupa pembengkakan dari kelenjar air liur yang disertai nyeri, yang kadang-
kadang dapat mengenai kelenjar gonad, meningen, ankreas dan organ lainnya.Parotitis
epidemika juga merupakan penyakit menular dengan gejala yang khas yaitu pembesaran
pada bagian kelenjar ludah terutama kelanjar parotis.
2.2.EPIDEMIOLOGI
Penyakit parotis epidemika tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik
atau epidemik.Virus ini juga tersebar dari reservoir manusia secara kontak langsung
misalnya melalui percikan ludah (air droplet) yang berasal dari bersin atau bersentuhan
langsung dengan benda-benda yang terkontaminasi oleh ludah penderita, dan juga urin.
Virus ini juga bisa tertular pada kondisi yang memiliki populasi padat, contoh pada
sekolah ataupun pada asrama. Virus ini tersebar keseluruh dunia dan mengenai laki-laki
dan perempuan secara merata.85% infeksi ini terjadi pada anak-anak yang lebih dari umur
15 tahun sebelum dilakukan imunisasi. Pada anak usia 6-8 bulan tidak dapat terjangkit
penyakit ini, dikarenakan dilindungi oleh antibody yang dialirkan secara trasplasental dari
ibunnya. Akan tetapi, sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa
muda.Sumber infeksi penyakit ini sangat susah untuk diketahui karena 30-40% infeksi ini
bersifat subklinis. Dimana ada penurunan inside sejak adanya vaksin parotitis epidemika
pada tahun 1968.
Virus ini dapat diisolasi dari faring sebelum 2-6 hari setelah terjadi pembesaran
kelenjar parotis. Pada penderita parotitis epidemika tanpa adanya pembesaran kelenjar
parotis, virus sudah dapat diisolasi dari faring. Virus ini dapat ditemukan dalam urin
sekitar hari pertama sampai dengan hari ke empat belas setelah terjadi pembesaran
kelenjar. Baik infeksi klinis maupun subklinis menyebabkan imunitas seumur hidup.
2
2.3.ETIOLOGI PAROTIS EPIDEMIKA
Virus ini adalah anggota kelompok Paramyxovirus yang juga mencakup parainfluenza,
campak dan virus penyakit Newcastle.Parotitis Epidemika disebabkan oleh karena adanya
virus yang masuk, yaitu virus Paramyxovirus. Struktur dari virus paramyxovirus yaitu
virus ini memiliki pembungkus (enveloped) yang mempunyai ukuran garis tengah antara
100 nm sampai 300 nm dengan RNA negatif, tunggal, linear, dan tidak mempunyai
segmen serta mengandung lipid ditutupidengan paku paku, dengan virion helikal yang
berukuran antara 150 sampai 300 nm. Virus ini mempunyai dua komponen yang sanggup
untuk memfiksasi, yaitu : antigen S (soluble) atau yang dapat larut yang berasal dari
nukleokapsid, dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin. Paramyxovirus dapat hancur
pada suhu <4 C, oleh formalin, eter, serta pemaparan cahaya ultraviolet selama 30 detik.
Virusini masuk dalam tubuh melalui hidung atau mulut.Virus ini bereplikasi pada mukosa
saluran napas atas kemudian menyebar ke kalenjar limfa lokal dan diikuti viremia umum
setelah 12-25 hari (masa inkubasi) yang berlangsung selama 3-5 hari.Selanjutnya lokasi
yang dituju virus adalah kalenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung atau
otak.Virus ini masuk ke sistem saraf pusat melalui plexus choroideus lewat infeksi pada
sel mononuklear.Masa penyebaran virus ini adalah 2-3 minggu melalui percikan ludah,
cairan serebrospinal, darah, urin.Virus ini dapat diisolasi dari saliva kurang lebih 6-7 hari
sebelum onset penyakit dan 9 hari sesudah munculnya pembengkakan pada kalenjar ludah.
Penularan ini terjadi selama 24 jam sebelum pembengkakan kalenjar ludah.
a. Nyeri pada salah satu atau kedua kelenjar liur disertai bengkak;
b. Demam ringan, nyeri dada otot leher dan rasa lemas, sakit kepala;
c. Nafsu makan berkurang, merasa tidak enak badan;
d. Puncak bengkak pada 1-3 hari dan berakhir pada 3-7 hari;
e. Sudut mandibula tidak jelas;
f. Posisi daun telinga meningkat;
g. Makanan dengan rasa asam menyebabkan rasa nyeri pada kelenjar liur;
h. Gejala lain yang mungkin ditemukan;
i. Nyeri testis;
j. Benjolan di testis;
3
k. Pembengkakan scrotum (kantong zakar).
l. Demam ringan sampai sedang(terjadi 12-24 jam, sebelum atau beberapa kelenjar liur
membengkak) tetapi 25-30% penderita tidak menunjukkan gejala.
a. Percikan ludah;
b. Kontak langsung dengan penderita parotitis lain;
c. Muntahan;
d. Urine.
Virus tersebut masuk di dalam tubuh bisa melalui hidung atau mulut.Biasanya kelenjar
yang terkena adalah kelenjar parotis.Infeksi akut oleh virus mumps pada kelenjar parotis
dibuktikan dengan adanya kenaikan titer IgM dan IgG secara bermakna dari serum akut dan
serum konvalesens.
Semakin banyak penumpukan virus di dalam tubuh sehingga terjadi proliferasi di
parotis/epitel traktus respiratorius kemudian terjadi viremia (ikurnya virus ke dalam aliran
darah) dan selanjutnya virus berdiam di jaringan kelenjar/saraf yang kemudian akan
menginfeksi glandula parotid. Keadaan ini disebut parotitis. Akibat terinfeksinya kelenjar
parotis maka dalam 1-2 hari akan terjadi demam, anoreksia, sakit kepala dan nyeri otot
(Mansjoer, 2000). Kemudian dalam 3 hari terjadilah pembengkakan kelenjar parotis yang
mula-mula unilateral kemudian bilateral, disertai nyeri rahang spontan dan sulit menelan.
Pada manusia selama fase akut, virus mumps dapat diisoler dari saliva, darah, air seni dan
liquor. Pada pankreas kadang-kadang terdapat degenerasi dan nekrosis jaringan.
Akibat adanya virus di dalam darah (viremia) yang terjadi pada awal infeksi maka penyakit
gondong atau mumps ini dapat menyebabkan komplikasi yang melibatkan organ-organ lain.
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
a. Meningoensefalitis
4
Komplikasi ini merupakan komplikasi yang sering pada masa anak. Insidens yang
sebenarnya sukar diperkirakan karena infeksi subklinis sistem saraf sentral, seperti
dibuktikan oleh pleositosis cairan serebrospinal, telah dilaporkan lebih dari 65% penderita
dengan parotitis. Manifestasi klinis terjadi pada lebih dari 10% penderita. Insidens
meningoensefalitis parotitis sekitar 250/100.000 kasus; 10% dari kasus ini terjadi pada
penderita yang lebih tua dari 20 tahun. Angka mortalitas adalah sekitar 2%. Laki-laki
terkena 3-5 kali lebih sering daripada wanita. Parotitis merupakan salah satu dari penyebab
meningitis aseptik yang paling sering. Patogenesis meningoensefalitis parotitis telah
diuraikan sebagai:
1. Infeksi primer neuron dan
2. Ensefalitas pasca infeksi dengan demielinasi.
Pada tipe pertama parotitis sering muncul bersamaan atau menyertai ensefalitis. Pada
tipe kedua, ensefalitis menyertai parotitis pada sekitar 10 hari. Parotitis mungkin pada
beberapa kasus tidak ada. Stenosis aqueduktus dan hidrosefalus telah dihubungkan dengan
infeksi parotitis. Menginjeksikan virus parotitis ke dalam tupai pada umur menyusui telah
menghasilkan lesi yang serupa.Meningoensefalitis parotitis secara klinis tidak dapat
dibedakan dari meningitis sebab lain. Ada kekakuan leher sedang, tetapi pemeriksaan
neurologis lain biasanya normal. Cairan serebrospinal (CSS) biasanya berisi sel kurang
dari 500 sel/mm3, walaupun kadang-kadang jumlah sel dapat melebihi 2.000. Selnya
hampir selalu limfosit, berbeda dengan meningitis aseptik enterovirus, dimana lekosit
polimorfonuklear sering mendominasi pada awal penyakit. Virus parotitis dapat diisolasi
dari cairan serebrospinal pada awal penyakit.
b. Orkitis, Epididimitis
Komplikasi ini jarang terjadi pada anak laki-laki prapubertas tetapi sering (14-35%)
pada remaja dan orang dewasa. Testis paling sering terinfeksi dengan atau tanpa
epididimitis; epididimitis dapat juga terjadi sendirian. Jarang ada hidrokel. Orkitis
biasanya menyertai parotitis dalam 8 hari atau sekitarnya, orkitis dapat juga terjadi tanpa
bukti adanya infeksi kelenjar ludah. Pada sekitar 30% penderita kedua testis terkena.
Mulainya biasanya mendadak, dengan kenaikan suhu, menggigil, nyeri kepala, mual dan
nyeri perut bawah; bila testis kanan terlibat, appendisitis dapat dikesankan sebagai
kemungkinan diagnosis. Testis yang terkena menjadi nyeri dan bengkak dan kulit yang
berdekatan edema dan merah. Rata-rata lamanya adalah 4 hari. Sekitar 30-40% testis yang
terkena atrofi. Gangguan fertilitas diperkirakan sekitar 13%, tetapi infertilitas absolut
ungkin jarang.
5
c. Ooforitis
Nyeri pelvis dan kesakitan ditemukan pada sekitar 7% pada penderita wanita pasca
pubertas. Tidak ada bukti adanya gangguan fertilitas.
d. Pankreatitis
Keterlibatan berat pankreas jarang, tetapi infeksi ringan atau subklinis mungkin lebih
sering daripada yang diketahui. Pankreatitis mungkin tidak terkait dengan manifestasi
kelenjar ludah dan diagnosis mungkin dikelirukan dengan gastroenteritis. Nyeri dan sakit
epigastrium, yang mana memberi kesan, dapat disertai dengan demam, menggigil, muntah
dan tidak berdaya. Kenaikan nilai amilase serum adalah khas pada parotitis, dengan atau
tanpa manifestasi klinis pankreatitis.
e. Nefritis
Viruria telah sering dilaporkan. Pada satu penelitian orang dewasa, kelainan fungsi
ginjal terjadi kadang-kadang pada setiap penderita , dan viruria terdeteksi pada 75%.
Frekuensi keterlibatan ginjal pada anak belum diketahui. Nefritis yang mematikan, terjadi
10-14 hari sesudah parotitis, telah dilaporkan.
f. Tiroiditis
Walaupun tidak biasa pada anak, pembengkakan tiroid yang nyeri dan difus dapat
terjadi pada sekitar 1 minggu sesudah mulai parotitis dengan perkembangan selanjutnya
antibodi antitiroid.
g. Miokarditis
Manifestasi jantung yang serius sangat jarang, tetapi infeksi ringan miokardium
mungkin lebih sering daripada yang diketahui. Rekaman elektrokardiografi menunjukkan
perubahan-perubahan, kebanyakan depresi segmen ST, pada 13% orang dewasa pada satu
seri. Keterlibatan demikian dapat menjelaskan nyeri prekordium, bradikardia dan
kelelahan kadang-kadang ditemukan pada remaja dan orang dewasa dengan parotitis.
h. Mastitis
Komplikasi ini tidak lazim pada masing-masing jenis kelamin.
i. Ketulian
Tuli saraf dapat terjadi unilateral, jarang bilateral walaupun insidensnya rendah
(1:15.000), parotitis adalah penyebab utama tuli saraf unilateral. Kehilangan pendengaran
mungkin sementara atau permanen.
j. Komplikasi okuler
Komplikasi ini meliputi dakrioadenitis, pembengkakan yang nyeri, biasanya bilateral,
dari kelenjar lakrimalis; neuritis optik(papilitis) dengan gejala-gejala bervariasi dari
6
kehilangan penglihatan sampai kekaburan ringan dengan penyembuhan dalam 10-20 hari;
uveokeratitis, biasanya unilateral dengan fotofobia, keluar air mata, kehilangan
penglihatan cepat dan penyembuhan dalam 20 hari; skleritis, tenonitis, dengan akibat
eksoftalmus; dan trombosis vena sentral.
k. Artritis
Artralgia yang disertai dengan pembengkakan dan kemerahan sendi merupakan
kompliksi yang jarang; biasanya penyembuhan sempurna.
l. Embriopati Parotitis
Tidak ada bukti yang kuat bahwa infeksi ibu menciderai janin; kemungkinan hubungan
endokardial fibroelastosis belum ditegakkan. Parotitis pada awal kehamilan menambah
peluang abortus.
Prognosis parotitis epidemika adalah baik.Pada umumnya bagus sekali karena jarang
ditemukan kematian.
2.7. PENGOBATAN
7
2.8. PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan
imunisasi aktif.
a. Pasif
Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi
komplikasi.
b. Aktif
Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang
hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau diberikan
subkutan pada anak berumur 15 bulan (Ngastiyah, 2007). Vaksin ini tidak menyebabkan
panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular.
Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan rubella
(MMR yakni vaksin Mumps, Morbili, Rubella). Pemberian vaksinasi dengan virus
mumps, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi
mumps pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan
proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan
tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi
variola yang diberikan serentak.
c. Kontraindikasi
Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; individu dengan
riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam akut; selama kehamilan;
leukimia dan keganasan; limfoma; sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan
anti metabolit; sedang mendapat radiasi. Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah
infeksi bila diberikan setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan
vaksin Mumps dalam situasi ini.
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
AsuhanKeperawatanPada Parotitis Epidemika
a. Pengkajian :
1) Biodata
Identitas yang harus dilengkapi pada pasien meliputi nama, umur,jenis kelamin
anak. Selain itu perlu juga diketahui identitas dari orang tua yang meliputi nama,
agama, suku, bahasa, pendidikan, pekerjaan orang tua, penghasilan dan alamat.
Keluhan utama sesak nafas, pusing, berdebar-debar,mudah lelah.
2) Keluhanumum
Nyeri di bawahtelinga, bengkak, dansulitmenelanketikamakan dan minum
3) Riwayatpenyakitsekarang
Pasien mengeluh mengalami demam dan merasakan nyeri pada belakang telinga
dan pipi, timbul bengkak dan kemerahan.
9
e. Pola istirahat tidur
f. Istirahat terganggu akibat dispneu dan sering terbangun pada malam hari.
g. Pola kognitif dan persepsi sensori
h. Biasanya pasien terlihat kecemasan dan gelisah
i. Pola hubungan
j. Biasanya klien akan ikut serta dalam aktivitas social atau menarik diri akibat
adanya dispneu, kelemahan dan kelelahan.
k. Nilai dan Kepercayaan
10
d) Ekstremitas: tidak sianosis
9) Pemeriksaanpenunjang
a. Pemeriksaan laboratium
Dapat menunjukkan jumlah leukosit normal atau leukopenia dengan
limfositosis relatif
b. Complement fixing antibody
c. neutralization rest
d. isolasi virus
e. uji intradermal
f. pengukuran kadar amilase dalam serum
11
3.3 PERENCANAAN
12
2. Resiko tinggi Noc: Nic:
perubahan nutrisi Status nutrisi Terapi gizi
kurang dari Setelah diberikan Aktivitas:
kebutuhan tubuh penjelasan dan a.monitor atau a.mengetahui
b/d kehilangan perawatan selama minuman dan masukan kalori
nafsu makan 4x24 Jam hitung kalori harian secara
Ditandai oleh: kebutuhan nutrisi masukan tepat.
DS : bisa terpenuhi makanan harian
dengan secara tepat.
Ibu mengatakan b.kolaborasi b.penentuan
anak tidak nafsu Kriteria hasil: dengan ahli gizi jumlah kalori
makan selama 5 Noc untuk dan bahan
hari belakangan - mampu menentukan diet makanan yang
mempertahankan yang tepat. memenuhi
Ibu mengatakan bedan standart gizi.
demam pada - mampu
malam hari dan menjelaskan c.sajikan c.menambah
sulit ketika mau komponen diet makanan hangat nafsu makan
menelan bergizi adekut dengan variasi klien.
- mampu yang menarik
DO: mengungkapkan porsi kecil tapi
Anak terlihat tekad untuk sering.
lemas dan pucat, mematuhi diet
berat badan - mampu
menurun 4kg. menoleransi diet
yang dianjurkan
13
informasi pasien dan asikan perawatan.
mengenai keluarga keperawatan
pengobatan. bertambah dengan setelah
DS: kriteria hasil : penjelasan.
a. - Mengenal b. Jelaskan peran b.Untuk
tentang penyakit keluarga dalam mengetahui
b. - Menjelaskan perawatan yang peran keluarga
proses penyakit berkesinambung dalam
c. - an. perawatan.
Menjelaskan c. Jelaskan c.Untuk
penyebab/faktor program memberikan
yang keperawatan informasi
berhubungan medik. tentang
d. - Menjelaskan pengobatan
komplikasi selama
penyakit perawatan
e. - Menjelaskan berlangsung.
tanda dan gejala d.Jelaskan d.Untuk
penyakit pengaruh memberikan
kesehatan dan informasi
perilaku gaya kesehatan.
hidup keluarga
dan lingkungan.
e. Anjurkan
pemberian
dukungan dari
keluarga untuk
membuat
perilaku
kondusif.
14
3.4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tgl/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
No KEPERAWATAN
15
nafsu makan memenuhi standart sehat. Saya akan
Ditandaioleh: gizi. mengontrol pola makan
DS : c.Telah dilakuan anak saya.
a. Ibu mengatakan modifikasi makan
anak tidak nafsu untuk menambah O:anak telah menghabiskan
makan selama 5 nafsu makan klien. makanan dengan porsi
hari belakangan kecil tapi sering.
b.Ibu mengatakan
demam pada A : Masalah teratasi sebagian
malam hari dan
sulit ketika mau P : Pantau keluarga,
menelan Membuat perencanaan
DO: untuk pemberian makanan
Anak terlihat lemas selanjutnya
dan pucat, berat
badan menurun
4kg.
16
BAB V
PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
5.2. SARAN
Perawat harus lebih memperhatikan faktor-faktor apa saja yang bisa menimbulkan
komplikasa penyakit lain,karena Banyak komplikasi yang ditimbulkan oleh peradangan
kelenjar saliva ini sehingga perawat mengerti secara cepat dan penanganan diawali dengan
tes laboratorium. Pencegahan penyakit parotitis akan lebih baik di cegah secepat mungkin
dengan pemberian Vaksinasi gondongan yang merupakan bagian dari imunisasi rutin pada
masa anak-anak.
17
DAFTAR PUSTAKA
Berman, A., Snyder, S.J., Kozier, B., Erb, G. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis Kozier
Erb. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran: EGC.
Kozier B., Erb G. 2009. Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis, Edisi 5.Jakarta: EGC
Mansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2 Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapicus Penerbit FK UI.
Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori &
Apikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC
Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Ngastiah. 2007. Perawatan Pada Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Smeltzer S. C., Bare G. B. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Volume 1. Jakarta:
EGC