Anda di halaman 1dari 66

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

MALARIA CEREBRAL

OLEH :

KELOMPOK II (DUA)

1 Alesya J. Kubelaborbir 2020086026036


2 Riansyah Syaiful Amin 2020086026026
3 Rita Diana Mofu 2020086026034
4 Rimba Kristian 2020086026020
5 Regina Jomilena 2020086026001
6 Reski Putra Mambala 2020086026014
7 Sadaf Yaser Bemo 2020086026054
8 Orpa Waipon 2020086020673
9 Farna D Garing 2020086020666
10 Rudi Willem S Anderi 2020086020634
11 Inna Lidia Rumanfan 2020086020640
12 Amelia Manggaprouw 20200860206
13 Ika Tandiara 2020086020610
14 Natalia Shanty Sayow 2020086020662

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Malaria Cerebral” tepat pada
waktunya. Makalah ini penulis buat untuk memenuhi salah satu tugas dalam stase
Keperawatan Medikal Bedah.

Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun ini tak luput dari kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca untuk penyempurnaan penyusunan makalah kami
ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.

Jayapura, Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
Halaman judul

Kata pengantar.......................................................................................................................i

Daftar isi.................................................................................................................................ii

BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................................3
1.3 Manfaat Penulisan ..........................................................................................................4
BAB 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi....................................................................................................................5
2.1.2 Etiologi....................................................................................................................5
2.1.3 Patogenesis..............................................................................................................8
2.1.4 Pathway...................................................................................................................9
2.1.5 Manifestasi Klinik...................................................................................................9
2.1.6 Komplikasi..............................................................................................................10
2.1.7 Diagnosa Banding...................................................................................................10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................11
2.1.9 Penatalaksanaan Medis...........................................................................................13
2.1.10 Prognosis...............................................................................................................16
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Penkajian Keperawatan...........................................................................................17
2.2.2 Diagnosis Keperawatan..........................................................................................21
2.2.3 Intervensi Keperawata............................................................................................22
2.2.4 Implementasi...........................................................................................................29
2.2.5 Evaluasi...................................................................................................................29
BAB 3 Asuhan Keperawatan Kasus Kelolaan ......................................................................
3.1 Penkajian Keperawatan..............................................................................................30
3.2 Diagnosis Keperawatan.............................................................................................40
3.3 Intervensi Keperawata...............................................................................................41
3.4 Implementasi..............................................................................................................47
3.5 Evaluasi......................................................................................................................52

ii
BAB 4 Pembahasan
4.1 Penkajian Keperawatan..............................................................................................54
4.2 Diagnosis Keperawatan.............................................................................................56
4.3 Intervensi Keperawata...............................................................................................56
4.4 Implementasi..............................................................................................................56
4.5 Evaluasi......................................................................................................................57
BAB 5 Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan................................................................................................................58
5.2 Saran..........................................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................60

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodiumyang
hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia, ditularkan oleh nyamuk
malaria (Anopheles) betina Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
parasit dari genus plasmodium yang ditularkan pada manusia melalui gigitan nyamuk
jenis anopheles betina, penyakit ini dapat menyerang segala ras, usia, dan jenis kelamin
(Irianto, 2011). Menurut Safar Rosdiana (2009) dikenal empat spesies dari genus
plasmodium yang hidup sebagai penyebab penyakit malaria pada manusia yaitu :
Plasmodium falcifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, dan Plasmodium
ovale. Berbeda dengan penyakit-penyakit yang lain, malaria tidak dapat disembuhkan
meskipun dapat diobati untuk menghilangkan gejala-gejala penyakit. Malaria menjadi
penyakit yang sangat berbahaya karena parasit dapat tinggal
dalam tubuh manusia seumur hidup (Sembel, 2009).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 41% populasi
dunia dapat terinfeksi malaria. Setiap tahun terdapat 300 – 500 juta penderita mengalami
penyakit serius dan sekurang-kurangnya 1-2,7 juta diantaranya meninggal karena malaria
(Sembel, 2009). Menurut WHO pula, Ini termasuk banyak dari Afrika Sub-Sahara, Asia,
dan Amerika Latin. Pada 2015, ada 214 juta kasus malaria di seluruh dunia. Malaria
umumnya terkait dengan kemiskinan dan memiliki efek negatif yang besar terhadap
pembangunan ekonomi. Di Afrika, malaria diperkirakan mengakibatkan kerugian yang
besar dalam setiap tahunnya karena menigkatnya biaya kesehatan, kehilangan
kemampuan untuk bekerja, dan efek negatif pada pariwisata. Situasi malaria di Indonesia
menunjukkan masih terdapat 10,7 juta penduduk yang tinggal di daerah endemis
menengah dan tinggi malaria. Daerah tersebut terutama meliputi Papua, Papua Barat, dan
NTT. Pada 2017, dari jumlah 514 kabupaten/kota di Indonesia, 266 (52%) di antaranya
wilayah bebas malaria,172 kabupaten/kota (33%) endemis rendah, 37 kabupaten/kota
(7%) endemismenengah, dan 39 kabupaten/kota (8%) endemis tinggi.
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu

1
hamil, selain itu malaria secara langsung dapat menyebabkan demam, anemia,
splenomegali, dan dapat menurunkan produktivitas kerja.Sebagian besar daerah di
Indonesia masih merupakan daerah endemik infeksi malaria, Indonesia bagian timur
seperti Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan dan bahkan beberapa
daerah di Sumatra seperti Lampung, Bengkulu, Riau. Daerah di Jawa dan Bali pun
walaupun endemitas sudah sangat rendah, masih sering dijumpai letupan kasus malaria,
dan tentu saja hal ini disebabkan mudahnya transportasi untuk mobilisasi penduduk,
sehingga sering menyebabkan timbulnya malaria import (Harijanto, 2011).
Tujuan pengendalian malaria didaerah-daerah yang endemik malaria adalah
menurunkan serendah-rendahnya dampak malaria terhadap kesehatan masyarakat dengan
menggunakan semua sumber daya yang tersedia. Pengendalian dapat dilakukan secara
tidak langsung, yaitu dengan mengendalikan nyamuk anopheles yang menjadi vektor
penyakit. Seseorang seharusnya menghindari dari gigitan nyamuk dengan menggunakan
pakaian lengkap (tangan dan kaki tertutup), tidur ditempat tidur yang memakai kelambu,
memakai obat penolak nyamuk, menghindari untuk mengunjungi lokasi-lokasi yang
rawan malaria. Pengendalian nyamuk secara kimia dapat dilakukan dengan
menggunakan insektisida, yaitu penyemprotan dalam rumah dan sekitar rumah untuk
membunuh nyamuk dewasa atau membunuh jentik-jentik nyamuk dengan larvasida atau
menebar ikan pemakan jentik nyamuk. Pengendalian secara sanitasi yaitu membersihkan
sarang-sarang pembiakan nyamuk (Sembel, 2009).
Program eliminasi malaria di Indonesia tertuang dalam keputusan Menteri
Kesehatan RI No 293/MENKES/SK/IV/2009. Pelaksanaan pengendalian malaria menuju
eliminasi dilakukan secara bertahap dari satu pulau atau beberapa pulau sampai seluruh
pulau tercakup guna terwujudnya masyarakat yang hidup sehat yang terbebas dari
penularan malaria sampai tahun 2030 (Kemenkes RI, 2011). Saat ini pemerintah
Indonesia khususnya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah on the track dalam
upaya eliminasi malaria pada 2030. Pada tahun 2016 jumlah kab/kota eliminasi malaria
sebanyak 247 dari target 245. Pada 2017 pemerintah berhasil memperluas daerah
eliminasi malaria yakni 266 kabupaten/kota dari target 265 kabupaten/kota. Sementara
tahun ini ditargetkan sebanyak 285 kabupaten/kota yang berhasil mencapai eliminasi, dan
300 kabupaten/kota pada 2019. Selain itu, pemerintah pun menargetkan tidak ada lagi
daerah endemis tinggi malaria di 2020. Pada 2025 semua kabupaten/kota mencapai
eliminasi, 2027 semua provinsi mencapai eliminasi, dan 2030 Indonesia mencapai
eliminasi. Eliminasi malaria adalah upaya untuk menghentikan penularan malaria

2
setempat dalam satu wilayah geografi tertentu. Maksudnya, kasus malaria masih ada
namun bukan didapat di daerah tersebut, dan bisa jadi masih ditemukan nyamuk penular
malarianya, sehingga tetap dibutuhkan kewaspadaan petugas kesehatan, pemerintah, dan
masyarakat untuk mencegah penularan kembali.(Depkes RI, 2018)
Annual Parasite Incidence (API) Nasional menunjukan penurunan dari tahun
2008-2009 yaitu 2,47 per 1.000 penduduk menjadi 1,85 per 1.000 penduduk. Sesuai
Target Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2010-2014 malaria merupakan
salah satu penyakit yang ditargetkan untuk menurunkan angka kesakitanya dari 2
menjadi 1 per 1.000 penduduk, sehingga masih harus dilakukan upaya efektif untuk
menurunkan angka kesakitan 0,85 per 1.000 penduduk dalam waktu 4 tahun, agar target
Rencana Strategis Kesehatan tahun 2015 tercapai (Kemenkes RI, 2011).

1.2 Tujuan Penulisan


- Tujuan Umum
Untuk menggambarkan asuhan keperawatan pada Ny.K dengan Diagnosa
Medis “Malaria Serebral” di ruang Interna RSUD Jayapura
- Tujuan Khusus
1. Untuk melakukan pengkajian pada Ny.K dengan diagnosa medis Malaria
serebral di ruang Interna RSUD Jayapura.
2. Untuk menegakkan diagnosis keperawatan pada Ny.K dengan diagnosa medis
Malaria serebral di ruang Interna RSUD Jayapura.
3. Untuk merencanakan asuhan keperawatan pada Ny.K dengan diagnosa medis
Malaria serebral di ruang Interna RSUD Jayapura.
4. Untuk melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny.K dengan diagnosa
medis Malaria serebral di ruang Interna RSUD Jayapura.
5. Untuk membuat evaluasi pada Ny.K dengan diagnosa medis Malaria serebral
di ruang Interna RSUD Jayapura.

1.3 Manfaat Penulisan

3
1. Bagi Klien / Masyarakat
Dapat menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan tentang penyakit
dengan kasus Malaria khusunya Malaria Serebral dalam pemenuhan kebutuhan
aktivitas.
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai penambah wawasan dan pedoman bagi tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami penyakit Malaria
dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas.
3. Bagi Institusi
Sebagai muatan lokal untuk mata kuliah tentang penyakit Malaria khususnya
malaria serebral untuk diperdalam.
4. Bagi Penulis
Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam
mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan
pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien Malaria Serebral

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit Malaria Cerebral

2.1.1 Definisi
Malaria serebral adalah suatu akut ensefalopati yang memenuhi 3 kriteria,
yaitu koma yang tidak dapat dibangunkan atau koma yang menetap > 30 menit setelah
kejang (GCS < 11, Blantyre coma scale < 3) disertai adanya P. falciparum yang
ditunjukkan dengan hapusan darah dan penyebab lain dari akut ensefalopati telah
disingkirkan (WHO, 2010).

2.1.2 Etiologi

Penyebab malaria serebral adalah akibat sumbatan pembuluh darah


kapiler di otak karena menurunnya aliran darah efektif dan adanya hemolisa
sel darah. Hal tersebut dikarenakan oleh infeksi Plasmodium falciparum yang
ditularkan oleh nyamuk anopheles betina (Combes; Coltel; Faille; Wassmer;
Grau, 2006).
 Morfologi Plasmodium Falciparum

Sumber : Coatney, Collins, Warren, 2003


Gambar 2.1 Morfologi Plasmodium falciparum

5
Keterangan :
1) 1 : Eritrosit normal
2) 2-18 : Trofozoit (pada gambar 2-10 saling berhubungan dengan
fase ring dan trofozoit)
3) 19-26 : Skizon (pada gambar 26 adalah skizon yang pecah)
4) 27-28 : Makrogametosit (betina)
5) 29-30 : Mikrogametosit (jantan)

P. falcifarum merupakan spesies yang paling berbahaya karena penyakit


yang ditimbulkannya dapat menjadi berat (Sutanto, 2013).Trofozoit muda yang
terdapat dalam darah berbentuk cincin sangat kecil dan halus dengan ukuran
kira-kira 1/6 diameter eritrosit. Pada bentuk cincin dapat dilihat dua butir
kromatin bentuk pinggir marginal dan bentuk accole sering ditemukan (Sutanto,
2013).
Dengan adanya stadium skizon muda dan skizon matang P. falcifarum
dalam sediaan darah tepi berarti keadaan infeksi berat. Stadium skizon muda P.
falcifarum dapat dikenal dengan mudah oleh adanya satu atau dua butir pigmen
yang menggumpal. Pada spesies parasit lain terdapat 20 atau lebih butir pigmen
pada stadium skizon yang lebih tua. Dalam waktu 24 jam parasit di dalam
kapiler berkembangbiak secara skizogoni. Bila skizon sudah matang, akan
mengisi kira-kira 2/3 eritrosit dan membentuk 8-24 buah merozoit, dengan
jumlah rata-rata 16 buah merozoit. Skizon matang P. falcifarum lebih kecil
daripada skizon matang parasit lain (Sutanto, 2013).
Pembentukan gametosit berlangsung di kapiler alat-alat dalam, tetapi
kadang-kadang stadium muda dapat ditemukan di darah tepi. Gametosit muda
mempunyai bentuk agak lonjong, kemudian menjadi lebih panjang atau
berbentuk elips, akhirnya mencapai bentuk khas seperti sabit atau pisang sebagai
gametosit matang. Gametosit untuk pertama kali tampak di darah tepi setelah
beberapa generasi mengalami skizogoni, biasanya 10 hari setelah parasit
pertama kali tampak dalam darah. Makrogametosit biasanya lebih langsing dan
lebih panjang dari mikrogametosit dan sitoplasmanya lebih biru dengan pulasan
Romanowsky/Giemsa.
Intinya lebih kecil dan padat, berwarna merah tua dan butir-butir pigmen

6
tersebar di sekitar inti. Mikrogamtosit berbentuk lebih lebar dan seperti sosis.
Sitoplasmamya biru pucat atau agak kemerah-merahan dan intinya berwarna
merah muda, besar dan tidak padat, butir-butir pigmen tersebar di sitoplasma
sekitar inti (Sutanto, 2013).

 Siklus Hidup Plasmodium (CDC, 2017)

Gambar 2.2 Siklus Hidup Plasmodium

Keterangan:
1)  Siklus Hidup pada Manusia

a. Sporozoit melalui gigitan nyamuk anopheles betina


masuk ke jaringan sub kutan lalu beredar dalam darah
menuju hepar dan menyerang sel hepar.

b. Parasit berkembang biak dan setelah 1-2 minggu skizon


pecah dan melepasakan merozoit yang lalu masuk aliran
darah untuk menginfeksi eritrosit.

c. Dalam eritrosit, merozoit berkembang menjadi skizon


yang pecah untuk melepaskan merozoit yang punya
kemampuan menginfeksi sel eritrosit baru. Proses
perkembangan aseksual ini disebut skizogoni.

d. Selanjutnya, setelah 48 jam eritrosit yang terinfeksi

7
(skizon) pecah dan 6 - 36 merozoit yang keluar akan
menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut
siklus erirositer.

e. Setelah 2-3 minggu siklus skizogoni darah, sebagian


merozoit yang menginfeksi eritrosit akan membentuk
stadium seksual (gamet jantan dan betina).
2)  Siklus Hidup pada Nyamuk
a. Di dalam darah sebagian parasit akan membentuk
mikrogametosit dan makrogametosit, bila nyamuk menghisap
darah manusia yang sakit akan terjadi siklus seksual dalam
tubuh nyamuk.
b. Multiplikasi parasit di dalam nyamuk dikenal sebagai siklus
sporogenik. Saat di dalam lambung nyamuk mikrogamet
mengadakan perkawinan dengan makrogamet menghasilkan
zigot.
c. Zigot lebih bergerak menjadi ookinet yang menembus dinding
perut nyamuk dan akhirnya akan membentuk oocyst yang
akan tumbuh, pecah, dan mengeluarkan sporozoit yang akan
bermigrasi ke kelenjar ludah nyamuk dan siap menginfeksi
manusia.

2.1.3 Patogenesis
Eritrosit yang terinfeksi P. falciparum akan mengalami proses sekuestrasi,
yaitu tersebarnya eritrosit yang berparasit ke pembuluh kapiler organ dalam tubuh.
Eritrosit yang mengandung parasit muda (bentuk cincin) bersirkulasi dalam darah
perifer tetapi eritrosit berparasit matang terlokalisasi pada pembuluh darah organ.
Pada permukaan eritrosit yang terinfeksi akan membentuk knob yang berisi berbagai
antigen P. falciparum. Sitokin (TNF, IL-6 dan lain-lain) yang diproduksi oleh sel
makrofag, monosit, dan limfosit akan menyebabkan terekspresinya reseptor endotel
kapiler. Pada saat knob tersebut berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler
terjadilah proses cytoadherence. Akibatnya terjadi obstruksi pembuluh kapiler yang
menyebabkan iskemia jaringan. Terjadinya sumbatan ini didukung terbentuknya
“rosette”, yaitu bergerombolnya sel darah merah yang berparasit dengan sel darah
merah lainnya. (Harijanto & Gunawan, 2008).

8
2.1.4 Pathway

Sumber : Harijanto & Gunawan, 2008

2.1.5 Manifestasi Klinik

Manifestasi klinis yang didapatkan pada malaria serebral dibagi


menjadi 2 fase, yaitu (Munthe, 2001):

 Fase prodromal: gejala yang timbul tidak spesifik, penderita mengeluh


sakit pinggang, mialgia, demam yang hilang timbul serta kadang-
kadang menggigil, dan sakit kepala.

 Fase akut: gejala yang timbul menjadi bertambah berat


dengan timbulnya komplikasi seperti sakit kepala yang sangat hebat,
mual, muntah, diare, batuk berdarah, gangguan kesadaran, pingsan,
kejang, hepatomegaly, hipoglikemi , splenomegaly dan dapat
berakhir dengan kematian. Pada fase akut ini dalam pemeriksaan fisik
akan ditemukan cornea mata divergen, anemia, ikterik, purpura, akan
tetapi tidak ditemukan adanya tanda rangsang meningeal.

9
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi (WHO, 2010) yang terjadi akibat dari malaria cerebral adalah
sebagai berikut

a. Kecacatan 
b. Defisit neurologis, misalnya kelemahan, paralisis flaccid, kebutan,
gangguan bicara dan epilepsi
c. Kematian

2.1.7 Diagnosa Banding


a. Meningitis 
Untuk membedakan meningitis bakterial dan malaria cerebral
diperlukan hasil dari pemeriksaan laboratorium, diantaranya penemuan
plasmodium pada apusan darah, hitung leukosit pada CSS, kultur darah
dan CSS, serta tes antigen bakteri pada CSS .
b. Tifoid ensefalopati

Pemeriksaan darah dapat menentukan jenis bakteri atau parasit


yang menyebabkan ensefalopati yang di derita, baik akibat salmonella
typhii maupun plasmodium.

c. Tetanus
Pada malaria dan tetanus yang terjadi pada anak sering
menunjukkan gejala opistotonus. Hal tersebut harus dibedakan melalui
anamnesis yang detail, seperti riwayat luka sebelumnya dan demam yang
menyertai. pada tetanus terdapat riwat luka sebelumnya yang merupakan
port de entry  kuman Clostridium tetani.  Riwayat demam hanya
ditemukan pada 60% pasien tetanus. Pada malaria serebral gejala
opistotonus biasanya dibarengi dengan keadaan koma (penurunan
kesadaran), tidak seperti pada tetanus yang kesadarannya baik.
d. Penyakit pembuluh darah otak (stroke hemoragik/nonhemoragik) 

Pada malaria serebral, demam timbul sebelum kelainan neurologik,


sedangkan pada penderita  stroke, demam timbul setelah kelainan
neurologik dan biasanya dijumpai lateralisasi

10
e. Penyakit endokrin/metabolik (diabetes dan tiroid)

Salah satu gejala malaria serebral adalah koma (penurunan


kesadaran). Namun koma pada malaria serebral dan koma oleh  penyebab
lain harus dibedakan untuk penatalaksanaan. Koma diabetik dapat
diketahui dari pemeriksaan gula darah. Koma hipotiroid dan krisis tiroid
dapat diketahui dari gejala klinik yang lain. (Harijanto & Gunawan, 2008)

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menegakkan diagnosis,
menyingkirkan diagnosis banding, memantau komplikasi, dan melihat keberhasilan
terapi. Tidak semua pemeriksaan penunjang akan didiskusikan di sini. sebagai
neurolog, selain memahami tentang pemeriksaan mikroskopik malaria, kita juga perlu
memahami tentang elektroensefalografi, pencitraan radiologis, dan analisis CSS.
(Harijanto, 2008 ).

1. Pemeriksaan Hapusan Darah Untuk Malaria


Pemeriksaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit
malaria sangat penting untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan darah tepi
perlu dibuat tiga kali dengan hasil negatif untuk menyingkirkan diagnosis
malaria. Pemeriksaan sebaiknya dilakukan oleh tenaga laboratorium yang
berpengalaman dalam pemeriksaan parasit malaria. Pemeriksaan pada saat
pasien demam atau panas dapat meningkatkan kemungkinan ditemukannya
parasit. Adapun pemeriksaan darah tepi dapat dilakukan melalui:
a. Tetes/hapusan darah tebal
Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria
karena tetesan darah cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis.
Sediaan mudah dibuat khususnya untuk penelitian di lapangan.
Membuat ketebalan sediaan yang ideal sangat penting guna
memudahkan identifikasi parasit. Pemeriksaan parasit dilakukan
selama lima menit (diperkirakan 100 lapangan pandang dengan
pembesaran kuat). Preparat dinyatakan negatif bila setelah diperiksa
200 lapangan pandang dengan pembesaran kuat tidak ditemukan
parasit. Hitung parasit dapat dilakukan pada tetes tebal dengan
menghitung jumlah parasit per 200 leukosit. Bila leukosit 10.000/μl

11
(mikroliter) darah maka jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah
parasit per mikroliter darah.
b. Tetes/hapusan darah tipis
Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium bila dengan
preparat darah tebal sulit ditentukan. Pengecatan yang digunakan
adalah pengecatan Giemsa. Pengecatan ini merupakan pengecatan
spesimen yang umum dipakai pada beberapa laboratorium dan
merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil yang cukup baik.
Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count).
Kepadatan parasit dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang
mengandung parasit per 1000 eritrosit. Jumlah parasit >100.000/μl
darah menandakan infeksi yang berat.
2. Tes Antigen
Ada dua jenis antigen yang digunakan yaitu histidine rich protein II
untuk mendeteksi antigen dari P. falciparum dan antigen terhadap lactate
dehydrogenase (LDH) yang terdapat pada plasmodium lainnya. Waktu deteksi
sangat cepat. Hanya 3-5 menit. Pemeriksaan ini juga tidak memerlukan latihan
khusus, tidak memerlukan alat khusus, dan sensitivitasnya baik. Tes ini
sekarang dikenal sebagai tes diagnostik cepat (rapid diagnostic test = RDT).
Tes ini bermanfaat sebagai penyaring karena sensitivitas dan spesifisitasnyaa
tinggi. Tes ini juga dapat dipakai sebagai tes deteksi parasit untuk pemberian
terapi kombinasi berbasis artemisin (artemisin combination therapy = ACT).
Keterbatasannya adalah, tes ini tidak dapat dipakai dalam pemantauan lanjut
maupun mendeteksi jumlah parasit.

3. Tes Serologi
Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap
malaria atau pada keadaan jumlah parasit sangat minimal. Tes ini kurang
bermanfaat sebagai alat diagnostik sebab antibodi baru terjadi setelah dua
minggu terjadinya infeksi dan menetap 3 – 6 bulan. Namun demikian, tes ini
sangat spesifik dan sensitif sehingga bermanfaat terutama untuk penelitian
epidemiologi atau alat uji saring donor darah.

4. Tes Molekular
Pemeriksaan ini dianggap sangat baik karena menggunakan teknologi

12
amplifikasi asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid = DNA).
Sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini adalah walaupun
jumlah parasitnya sangat sedikit, masih dapat memberikan hasil positif. Tes ini
baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.
5. Pungsi Lumbal dan Analisis Cairan Serebrospinal
Pungsi lumbal dan analisis CSS bermanfaat terutama untuk
menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi otak. Pemeriksaan ini perlu
dikerjakan jika kita mendiagnosis banding malaria serebral dengan infeksi
otak. Tentu pemeriksaan ini harus memperhatikan adanya kontraindikasi.
Secara umum, dikerjakan pemeriksaan analisis CSS umum dan
mikrobiologis. Walaupun demikian, beberapa literatur menyebutkan peran
pengukuran asam laktat CSS untuk menentukan prognosis. Pemeriksaan
tersebut belum dapat dikerjakan di tempat kami.
6. Pencitraan Neurologis
Pencitraan otak dikerjakan untuk membantu menyingkirkan diagnosis
banding pada keadaan-keadaan tertentu, mencari kelainan otak primer yang
dapat terjadi pada malaria serebral, dan membantu mencari kontraindikasi
pungsi lumbal. Pemeriksaan MRI otak adalah pemeriksaan terpilih. Hasil MRI
otak juga mampu memperlihatkan tanda-tanda infark awal, penyangatan
parenkim dan leptomeningen, edema otak, hidrosefalus, maupun herniasi otak
dengan baik. Namun demikian, pemeriksaan MRI otak berlangsung lebih lama
dan cukup mahal. Pemeriksaan CT scan kepala dapat menjadi pilihan jika
MRI otak tidak memungkinkan. Pemeriksaan Doppler bermanfaat untuk
mengevaluasi aliran darah regional otak maupun memantau tanda-tanda
hipertensi intrakranial progresif.

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


Pengobatan Malaria P. Falciparum saat ini menggunakan ACT ditambah
primakuin .Primakuin untuk malaria falciparum hanya diberikan pada hari pertama
saja dengan dosis 0,25 mg/KgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6
bulan. (Kemenkes RI, 2017).

Dihidroartemisinin – Piperakuin (DHP) + Primakuin

13
Tabel 2.1

Pengobatan Malaria Falciparum menurut BB dengan DHP dan Primakuin

Jumlah Tablet per hari menurut berat badan


< 4 Kg 4-6 Kg >6-10 11-17 18-30 31-40 41-59 ≥ 60
Jenis
Hari kg Kg Kg Kg Kg Kg
Obat 0-1 2-5 <6-11 1-4 5-9 10-14 ≥ 15 ≥ 15
bulan bulan bulan tahun tahun Kg tahun tahun
1
1-3 DHP /3 ½ ½ 1 1½ 2 3 4
1 Primakuin - - ¼ ¼ ½ ¾ 1 1

* Catatan :

Sebaik dosis pemberian DHP berdasarkan berat badan, apabila penimbangan


berat badan tidak dapat dilakukan maka pemberian obat dapat berdasarkan kelompok
umur.

a. Apabila ada kesesuain antara umur dan berat badan ( pada tabel pengobatan ) ,
maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan
b. Apabila pasien P. Falciparum dengan BB > 80 Kg datang kembali dalam
waktu 2 bulan setelah pemberian obat dan pemeriksaan sediaan darah masih
positif P. Falciparum, maka diberikan DHP dengan dosis ditingkatkan
menjadi 5 tablet/hari selama 3 hari.

 Pengobatan Malaria Falciparum pada Ibu Hamil

UMUR KEHAMILAN PENGOBATAN


Trimester I – III (0-9 bulan ) ACT tablet selama 3 hari

Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong
karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu
setiap akan minum obat anti malaria.

 Pengobatan Malaria Berat


Jika puskesmas/klinik tidak memiliki fasilitas rawat inap, pasien malaria berat
harus langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap. Sebelum dirujuk berikan

14
artesunat intramuskular ( dosis 2,4 mg/KgBB )
Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia dapat
diberikan kina drop.

Kemasan dan Cara Pemberian Artesunat

Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg serbuk kering


asam artesunik dan pelarut dalam ampul yang berisi natrium bikarbonat 5 %.
Keduanya dicampur untuk membuat untuk 1 ml larutan sodium artesunat.
Kemudian diencerkan dengan Dextrose 5 % atau NaCl 0.9 % sebanyak 5 ml
sehingga didapat konsentrasi 60 mg/6ml (10 mg/ml). Obat diberikan secara bolus
perlahan-lahan.

Artsunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/KgBB intravena sebanyak 3 kali


jam ke 0, 12, 24. Selanjutnya diberikan 2,4 mg/Kg BB intravena setiap 24 jam
sehari sampai penderita mampu minum obat.

Contoh Perhitungan dosis :

Penderita dengan BB = 50 Kg

Dosis yang diperlukan 2,4 mg x 50 = 120 mg. Penderita tersebut


membutuhkan 2 vial artesunat perkali pemberian. Bila pengobatan dilanjutkan
dengan regimen DHP atau ACT lainnya (3 hari) + primakuin ( sesuai dengan
jenis plamosiumnya ).

Kemasan dan cara pemberian kina drip


Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk malaria berat. Obat
ini diberikan pada daerah yang tidak tersedia artesunat intramuskular/intravena.
Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%. Satu ampul berisi
500 mg / 2 ml.
Pemberian kina pada dewasa :
1. loading dose : 20 mg garam/kgbb dilarutkan dalam 500 ml (hati-hati
overload cairan) dextrose 5% atau NaCl 0,9% diberikan selama 4 jam
pertama.
2. 4 jam kedua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%.
3. 4 jam berikutnya berikan kina dengan dosis rumatan 10 mg/kgbb dalam

15
larutan 500 ml (hati-hatin overload cairan) dekstrose 5 % atau NaCl.
4. 4 jam selanjutnya, hanya diberikan cairan Dextrose 5% atau NaCl 0,9%.
5. Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti di atas sampai penderita
dapat minum kina per-oral.
6. Bila sudah dapat minum obat pemberian kina iv diganti dengan kina tablet
per-oral dengan dosis 10 mg/kgbb/kali diberikan tiap 8 jam. Kina
oraldiberikan bersama doksisiklin atau tetrasiklin pada orang dewasa atau
klindamisin pada ibu hamil. Dosis total kina selama 7 hari dihitung sejak
pemberian kina perinfus yang pertama.

Pemberian kina pada anak


Kina HCl 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan : 6 - 8
mg/kg bb) diencerkan dengan Dekstrosa 5 % atau NaCl 0,9 % sebanyak 5 - 10
cc/kgbb diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita dapat
minum obat.
Catatan :
1. Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena toksik bagi
jantung dan dapat menimbulkan kematian.
2. Dosis kina maksimum dewasa : 2.000 mg/hari.

Pengobatan malaria berat pada ibu hamil


Pengobatan malaria berat untuk ibu hamil dilakukan dengan memberikan
artesunat injeksi atau kina HCl drip intravena.

2.1.10 Prognosis

Tergantung pada (Zulkarnain dan setiawan, 2007; Harijanto, 2007):

a. Kecepatan/ ketepatan diagnosis dan pengobatan


Makin cepat dan tepat dalam menegakkan diagnosis dan
pengobatannya akan memperbaiki prognosisnya serta memperkecil angka
kematiannya.
b.  Kegagalan fungsi organ
Semakin sedikit bagian vital yang terganggu dan mengalami kegagalan

16
dalam fungsinya, semakin baik prognosisnya.
c.  Kepadatan parasit

Pada pemeriksaan hitung parasit ( parasite count)  semakin


padat/ banyak jumlah parasitnya yang didapatkan, semakin
buruk prognosisnya, terlebih lagi bila didapatkan bentuk skizon
dalam pemeriksaan darah tepinya.

d.  Kadar laktat pada CSS (cairan serebro-spinal)

Pada malaria serebral kadar laktat pada CSS meningkat, yaitu >2,2
mmol/l. Bila kadar laktat >6 mmol/l memiliki prognosa yang fatal.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian Keperawatan


Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan terorganisasi
dalam pemberian asuhan keperawatan, yang difokuskan pada reaksi dan respons unik
individu pada suatu kelompok atau perorangan terhadap gangguan kesehatan yang
dialami, baik, aktual, maupun potensial. Proses keperawatan juga dapat diartikan
sebagai pendekatan yang digunakan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan,
sehingga kebutuhan dasar klien dapat teratasi. Proses keperawatan terdiri dari lima
tahap, yaitu : pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
(Deswani, 2009).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dalam asuhan keperawatan dan landasan
proses keperawatan. Oleh karena itu dibutuhkan pengkajian yang cermat guna
mengenal masalah klien sepertimengumpulkan semua informasi yang bersangkutan
dengan masa lalu dan saat ini, data objektif dan subjektif dari klien, keluarga,
masyarakat, lingkungan, atau budaya.
Keberhasilan asuhan keperawatan sangat tergantung kecermatan dan ketelitian
dalam pengkajian (Deswani, 2009).
Pengkajian :
a. Identitas pasien

17
Terdiri dari: nama pasien, umur, pendidikan, agama, pekarjaan, alamat
serta penanggung jawab pasien. Biasanya malaria diderita oleh seorang yang
tinggal di daerah atau lingkungan endemic malaria.
b. Data riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan klien saat masuk rumah sakit, keluhan saat dikaji :
demam , penurunana kesadaran, menurunnya nafsu makan, sakit
kepala berat ,mual, muntah, lemah, menggigil, malaise, nyeri sendi .
otot dan tulang, berkeringat.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Menggambarkan kesehatan pasien sebelumnya, apakah pasien
pernah mempunyai riwayat penyakit malaria atau meminum obat
malaria, apakah pernah bepergian dan bermalam didaerah endemik.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Menggambarkan adakah anggota keluarga yang mengalami
penyakit malaria, riwayat penyakit genetik, dan congenital dalam
keluarga.
4) Riwayat kebiasaan sehari-hari
- Pola nutrisi
Menggambarkan keluhan pasien berupa: mual, muntah
terus menerus, sering juga muntah darah.
- Pola eliminasi
BAK : pada malaria berat warna air kencing menjadi
seperti teh, dan volume air kencing yang berkurang sampai
tidak keluar air kencing sama sekali.
BAB : Kemungkinan terjadinya berak darah.
5) Pola istirahat dan tidur
Pada umumnya didapat keluhan berupa adanya gangguan
istirahat dan tidur yang disebabkan oleh nyeri kepala, mual, muntah
dan demam menggigil.
6) Pola aktivitas
Pada umumnya penderita malaria terdapat kelemahan atau
kelelahan saat melakukan aktivitas dikarenakan pasien mengalami

18
mual, muntah dan nyeri kepala.
7) Personal hygiene
Pada umumnya personal hygiene pada penderita malaria masih
cukup baik dan bersih.
c. Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
1) Keadaan umum
Di kaji penampilan dan tingkat kesadaran. Terjadi gangguan
kesadaran, kelemahan atau kelumpuhan otot
2) Tanda-tanda vital
Pasien mengalami demam 37,50C - 400C, penurunan tekanan
darah, nadi berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi nafas meningkat.
d. Pemeriksaan fisik
a) Pernapasan
- Inspeksi : Frekuensi pernapasan meningkat, bentuk dada
simetris/tidak dan ada/tidak benjolan atau bekas luka.
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler.
- Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris/tidak, ada/tidak
benjolan dan nyeri tekan.
- Perkusi : Resonan.
b) Pencernaan
- Inspeksi : Mukosa bibir kering dan pecah-pecah, abdomen
simetris/tidak, ada/tidak luka operasi.
- Auskultasi : Bising usus (+)
- Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan, ada/tidak
pembesaran hepar atau limfa.
- Perkusi: Timpani
c) Penglihatan
- Inspeksi : Konjungtiva palpebra pucat.
- Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan.
d) Pengecapan : Mulut terasa pahit
e) Pendengaran : Tidak ada gangguan pada pendengaran
f) Kardiovaskuler
- Inspeksi : ada/tidak bekas operasi dan benjolan.

19
- Palpasi : Ada/tidak nyeri tekan dan pembengkakan jantung.
- Perkusi : Redup pada bagian jantung.
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan bunyi jantung II normal.
g) Perkemihan :volume air kencing berkurang, warna seperti teh.
h) Reproduksi : Tidak ada masalah pada sistem reproduksi.
i) Moskuloskeletal : Terjadi kelemahan pada otot.
j) Intergument : Warna ikterik/ kekuningan / tampak pucat.
e. Riwayat Psikologis dan Spiritual
1) Psikologi
Menggambarkan tentang reaksi pasien terhadap penyakit yang
di alami, cemas dan harapan pasien mendapatkan dukungan dari orang
- orang terdekat pasien.
2) Spiritual
Kepercayaan yang di anut pasien, kebiasaan beribadah, dan
sejauh mana kepercayaan tersebut mempengaruhi kehidupan pasien.
3) Pemeriksaan penunjang
- USG : pada penderita malaria kronis terdapat pembesaran
limpa Rontgen : pada penderita malaria kronis terlihat
pembesaran hati dan limpa.
- Laboratorium
 Hitung leukosit darah rendah atau normal (n : 4.000-
10.000 mm3)
 Jumlah trombosit sering menurun terutama pada malaria
berat (n : 150.000-400.000 sel/mm3)
 Laju endap darah sangat tinggi (>5-15 mm/jam)
 Hemoglobin darah rendah (<10 gr/dl)
 Plasmodium terlihat dalam sediaan, DDR (+).

20
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda dan
gejala yang timbul menurut Muttaqin (2011) adalah :
1. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap fase eritrosit
oleh Plasmodium Faciparum
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi penyakit
3. Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan perununan
suplai O2 ke otak
4. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan Hb dalam darah
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan supai O2 ke
jaringan
6. Resiko Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan output berlebih
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

21
2.2.3 Intervensi Keperawatan
N INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
O NOC NIC
1 Hipertermia (00007) NOC : NIC :
Definisi : Level 1 : Domain II : Kesehatan Level 1 : Domain 2 : Fisiologis Kompleks
Suhu inti tubuh diatas kisaran normal Fisiologis ( Lanjutan )
diural karena kegagalan termoregulasi Level 2 : Kelas I : Regulasi Level 2 : Kelas M : Thermoregulasi
Domain 2 : Keamanan dan perlindungan Metabolik Level 3 : Intervensi : Perawatan Hipertermia (3786)
Kelas 6 : Thermoregulasi Level 3 : Outcome : Thermoregulasi Intervensi (Aktivitas) :
( 0800) 1. Monitor tanda-tanda vital
Batasan Karakteristik : Skala Target Outcome : 2. Jauhkan pasien dari sumber panas,
- Postur Abnormal - 080018 Hipertermia (4-5) pindahkan kelingkungan yang lebih dingin
- Apnea - 080003 Sakit Kepala (4-5) 3. Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Koma - 080007 Perubahan warna 4. Pasang akses IV ( Meningkatkan Intake
- Kulit kemerahan kulit (4-5) Cairan)
- Hipotensi - 080014 Dehidrasi (4-5) 5. Berikan metode pendinginan eksternal
- Bayi tidak dapat ( Kompres air hangat )
mempertahankan menyusu 6. Pasang NGT, Sesuai Kebutuhan
- Gelisah 7. Pasang Kateter Urin
8. Monitor urin output
- Letargi
9. Monitor abnormalitas status mental
- Kejang
10. Kolaborasi :
- Kulit terasa hangat
- Pemberian Obat antipiretik
- Stupor
- Pemberian Obat analgesik
- Takikardia ( sesuai program dokter )
- Takipnea
- Vasodilatasi
Faktor yang Berhubungan :
- Dehidrasi
- Pakaian yang tidak sesuai

22
- Aktivitas berlebihan
Poulasi Berisiko :
- Pemanjanan suhu lingkungan
tinggi
Kondisi Terkait :
- Penurunan perspirasi
- Penyakit
- Peningkatan laju metabolisme
- Iskemia
- Agens Farmaseutika
- Sepsis
- Trauma

2 Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan NOC : NIC :


Otak (00201) Level 1 : Domain II : Kesehatan Level 1 : Domain 2 : Fisiologi : Kompleks
Domain 4 : Aktivitas/Istirahat Fisiologis Level 2 : Kelas I : Manajemen Neurologis
Kelas 4 : Respon Kardiovaskuler/ Level 2 : Kelas E : Jantung Paru Level 3 : Intervensi : Manajamen Edema Serebral
Pulmonal Level 3 : Outcome : Perfusi ( 2540 )
Jaringan : Serebral (0406) Aktivitas :
Definisi : 1. Monitor adanya kebingungan, perubahan
Rentan mengalami penurunan sirkulasi Skala target outcome : pikiran, keluhan pusing , pingsan
jaringan otak yang dapat mengganggu - 040602 Tekanan intrakranial 2. Monitor status neurologi dengan ketat dan
kesehatan (4-5) bandingkan dengan nilai normal
- 040603 Sakit kepala (4-5) 3. Monitor TTV ( TD, N, S, RR )
Faktor Resiko : - 040605 Kegelisahan (4-5) Level 3 : Intervensi : Manajemen Sensasi Perifer
Penyalahgunaan Zat - 040609 Muntah (4-5) ( 2660)
- 040616 Demam (4-5) Aktivitas :
Populasi Berisiko : - 040619 Penurunan tingkat 1. Monitor sensasi tumpul atau tajam dan
Baru terjadi infark miokard kesadaran (4-5) panas/ dingin ( yang dirasakan pasien )
2. Monitor adanya parasitesia dengan tepat
Kondisi terkait : ( misalnya mati rasa , tingling, hipertesia,
hipotesia, dan tingkat nyeri ).

23
- Masa tromboplastin parsial 3. Monitor kemampuan BAK, BAB
(PTT) abnormal 4. Monitor trombopbelitis dan tromboemboli
- Masa protombin (PT) abnormal pada vena.
- Segmen dinding ventrikel kiri Level 3 : Intervensi : Manajemen Kejang ( 2680)
akinetik Aktivitas :
- Aterosklerosis aortik 1. Pertahankan jalan napas
- Diseksi arteri 2. Pandu gerakan klien untuk mencegah
- Fibrilasi atrium terjadinya cedera
- Miksoma atrium 3. Tetap disisi klien untuk mencegah
terjadinya cedera
- Cedera otak
4. Kolaborasi : berikan obat anti kejang sesuai
- Neoplasma otak
program dokter.
- Stenosis karotid
- Aneurisma serebral
- Koagulapati
- Embolisme
- Hipertensi

3 Ketidakefektifan pola napas ( 00032) NIC : NIC


Domain 4 : Aktivitas / Istirahat Level 1 : Domain 2 : Kesehatan Level 1 : Domain 2 : Fisiologi Kompleks (Lanjutan)
Kelas 4 : Respon kardiovaskuler Fisiologi Level 2 : Kelas K : Manajemen Pernapasan
Pulmonal Level 2 : Kelas E : Jantung Paru Level 3 : Intervensi : Manajemen Jalan Nafas
Level 3 : Status Pernapasan ( 3140 )
Definisi : Ventilasi ( 0403) Aktivitas :
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak Skala target Outcome : 1. Buka jalan nafas dengan Chin Lift atau Jaw
memberi ventilasi adekuat. - 040301 : Frekuensi Thrust sebagaimana mestinya
pernapasan (4-5) 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Batasan Karakteristik : - 040309 : Penggunaan otot ventilasi
- Pola napas abnormal bantu nafas (4-5) 3. Identifikasi kebutuhan aktual dan potensial
- Perubahan ekskursi dada - 040313 : Dispneu saat pasien untuk memasukan alat membuka
- Bradipnea Istirahat (4-5) jalan nafas
- Penurunan tekanan ekspirasi - 040332 : Gangguan 4. Kolaborasi : Berikan Bronkodilator sesuai

24
- Penurunan tekanan inspirasi Ekspirasi (4-5) kebutuhan
- Penurunan ventilasi semenit Level 3 : Intervensi : Terapi Oksigen ( 3320)
- Penurunan kapasitas vital Aktivitas :
- Dispnea 1. Bersihkan mulut, hidung, dan sekresi trakea
- Peningkatan diameter anterior- dengan tepat.
posterior 2. Pertahanakan kepatenan jalan nafas
- Pernapasan cuping hidung 3. Berikan oksigen tambahan seperti yang
- Ortopnea diprogramkan
4. Monitor aliran oksigen
- Takipnea
5. Monitor efektivitas oksigen ( Misalnya
- Penggunaan otot bantu
Tekanan Oximetri )
pernapasan
Level 3 : Intervensi (Monitor Pernapasan )
Faktor yang Berhubungan :
Aktivitas :
- Ansietas 1. Monitor Kecepatan, irama, kedalam dan
- Posisi tubuh yang menghambat kesulitan bernafas
ekspansi paru 2. Monitor suara nafas
- Keletihan 3. Monitor Pola nafas Bradipnea, Takipnea,
- Hiperventilasi Hiperventilasi
- Keletihan otot pernapasan 4. Monitor kusmaul, pernapasan 1 :1
Kondisi terkait :
- Derfomitas Tulang
- Derfomitas dinding dada
- Sindrom hipoventilasi
- Gangguan muskuloskeletal
- Gangguan neurologis

4 - Ketidakmampuan mencerna NOC: NIC :


makanan Level 1 : Domain II : Kesehatan Level 1 : Domain 1 : Fisiologi Dasar
- Ketidakmampuan mengabsorpsi Fisiologi Level 2 : Kelas D : Dukungan Nutrisi
nutrient Level 2 : Kelas K : Pencernaan dan Level 3 : Intervensi : Intubasi Gastrointestinal
- Kurang asupan makanan nutrisi ( 1080)

25
Level 3 : Outcome : Status nutrisi : Aktivitas :
Asupan makan dan cairan (1008) 1. Pilih jenis dan ukuran selang nasogastrik
dengan mempertimbangkan penggunaan dan
Skala target outcome : rasionalisasi dilakukan penyisipan
- 100802 Asupan makanan 2. Jelaskan kepada pasien dan keluarga
secara oral (4-5) mengenai alasan pemasangan selang
- 100803 Asupan cairan gastrointestinal
secara oral (4-5) 3. Masukkan selang sesuai dengan protokol
- 100804 Asupan cairan institusi
intravena (4-5) Manajemen Nutrisi (1100)
- 100802 Asupan makan 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan
secara tube feeding (4-5) pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
2. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi
makanan yang dimiliki pasien
3. Kolaborasi : tentukan jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang dimiliki pasien
4. Kolaborasi : tentukan jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi.

5 Resiko Ketidakseimbangan Volume NOC : NIC:


Cairan ( 00025) Level 1 : Domain II: Kesehatan Kelas 1 : Domain 2 : Fisiologis : Kompleks
Domain 2 : Nutrisi Cairan (00025) Level 2 : Kelas N : Manajemen Perfusi Jaringan
Kelas 5 : Hidrasi Level 2 : Kelas G : Cairan dan Level 3 : Intervensi : Manajemen Cairan (4120)
Elektrolit Aktivitas :
Definisi : Level : Ootcome : 1. Timbang BB setiap hari dan monitor status
Kerentanan terhadap penurunan, - 0601 Keseimbangan Cairan pasien
peningkatan, atau pergeseran cepat - 0602 Hidrasi 2. Jaga intake/asupan yang akurat dan catat ouput
cairan intravaskuler, interstisial, pasien
dan/atau intrasesuler, lain, yang dapat Skala target Outcome 3. Monitor status hidrasi (membran mukosa
menggangggu kesehatan . Keseimbanga Cairan : lembab, denyut nadi adekuat, dan tekanan
- 060101 Tekanan Darah (4-5) darah)

26
Faktor Resiko : - 060107 Keseimbangan 4. Monitor TTV Pasien
- Asietas Intake dan Output dalam 24 Monitor Cairan ( 4130 )
- Berkeringat jam (4-5) 1. Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan
- Luka bakar - 060116 Turgor Kulit (4-5) cairan serta kebiasaan eliminasi
- Obstruksi intestinal - 060117 Kelembaban 2. Tentukan faktor-faktor resiko yang mungkin
- Pankreatitis membran mukosa (4-5) menyebabkan ketidakseimbangan cairan
- Program pengobatan Hidrasi 3. Tentukan apakan pasien mengalami
- Sepsis - 060201 Turgor Kulit (4-5) kehausan atau gejala perubahan cairan
- 060202 Membran mukosa (Pusing, sering berubah, pikiran, melamun,
- Trauma
lembab (4-5) ketakutan, mual ).
- 060215 Intake Cairan (4-5)
- 060219 Warna Urin Keruh
(4-5)

27
6 Intoleransi Aktivitas (00092) NOC : NIC :
Domain 4 : Aktivitas/Istirahat Level 1 : Domain 1 : Fungsi Level 1 : Domain 1 : Fisiologi Dasar
Kelas 4 : Respon Kardiovaskuler Kesehatan Level 2 : Kelas A : Manajemen Aktivitas dan
Pulmonal Level 2 : Kelas A : Pemeliharaan Latihan
Energi Level 3 : Intervensi : Manajemen Energi (0180)
Definisi : Ketidakcukupan energi Level 3 : Outcome : Toleransi Aktivitas :
psikologis atau fisiologis untuk terhadap aktivitas (0005) 5. Kaji status fisiologis pasien yang
mempertahankan atau menyelesaikan menyebabkan kelelahan sesuai dengan
aktivitas kehidupan sehari-hari yang Skala target outcom: konteks usia dan perkembangan
harus atau yang ingin dilakukan. - 000501 Saturasi Oksigen 6. Tentukan persepsi pasien atau orang
ketika beraktivitas (4-5) terdekat mengenai penyebab kelelahan
Batasan Karakteristik : - 000502 Frekuensi nadi 7. Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan
- Dispnea setelah beraktivitas ketika beraktivitas (4-5) baik secara farmakologis maupun no
- Keletihan - 000503 Frekuensi farmakologis dengan tepat
- Ketidaknyamanan setelah pernafasan ketika 8. Tentukan jenis dan banyaknya aktivitas
beraktivitas beraktivitas (4-5) yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan.
- Perubahan elektrokardiogram - 000508 Kemudahan
(EKG)(mis.,aritmia, bernapas ketika beraktivitas Intervensi : Terapi aktivitas (4310)
abnormalitas, konduksi, iskemia) (4-5) 1. Pertimbangkan kemampuan klien dalam
- Respon frekuensi jantung berpartisipasi melalui aktivitas spesifik
abnormal terhdapat aktivitas 2. Instruksikan pasien dan keluarga untuk
- Respon tekanan darah abnormal melaksanakan aktivitas
terhdap aktivitas 3. Instruksikan klien dan keluarga untuk
melaksanakan aktivitas yang diinginkan
Faktor yang berhubungan : maupun yang telah diresepkan
- Gaya hidup kurang gerak
- Imobilitas
- Ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
- Tirah Baring

28
29
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan pasien (Riyadi, 2010). Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan
(Setiadi, 2012)

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan
( Deswani, 2009).

30
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS KELOLAAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Ny. K
Umur : 46 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMK
Agama : Islam
Alamat : Lapodi
No. RM : 568642
Ruangan : Ruang Interna
Tanggal Masuk : 17 Maret 2020
Tanggal Pengkajian : 18 Maret 2020
Pukul : 10.00 WIT
Diagnosa Medis : Malaria Serebral

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. A
Umur : 50 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Alamat : Lapodi
Hubungan dengan Keluarga : Suami

3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama saat masuk RS ( 17 Maret 2020)
- Keluhan utama klien masuk RS : Demam
- Keluhan yang Menyertai
Keluhan merasa mual, muntah satu kali, tubuh terasa panas,

sering berkeringat, kepala pusing, seluruh tubuh dirasakan sakit dan

pegal-pegal.

b. Keluhan Utama saat dikaji ( 18 Maret 2020 )

- Keluhan utama pada saat dikaji : Nyeri

- Keluhan yang menyertai

31
Klien megeluh terasa nyeri kepala hebat, nyeri pada

persendian, tulang dan otot skala nyeri 4 (1-5), tubuh terasa pegal-

pegal, lidah terasa pahit, merasa mual, tidak nafsu makan, nyeri pada

ulu hati, sakit kepala, panas pada tubuh hilang timbul, sering

berkeringat.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien mengatakan 6 bulan lalupernah dirawat dengan malaria tropika

( P. Falciparum) dan dirawat selama 3 hari di ruang Ruang Interna RSUD

Jayapura. Klien juga memiliki riwayat operasi caesaria : 1 kali karena

melahirkan anak kembar pada tahun 2003.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dalam keluarga Ny. K, terdapat keluarga yang pernah mengalami

penyakit malaria yaitu suaminya, anak pertama dan anak kedua.

4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : - Kesadaran : Apatis GCS 12 (E3V3M6)

- Suara Jelas, tapi hanya kata-kata


saja
Tekanan Darah : 110/70 mmHg

Nadi : 90 x / menit

Suhu : 39oC

Respirasi : 22 x /menit

Berat Badan : 49 Kg

Tinggi Badan : 155 Cm

32
5. Pemeriksaaan Head to toe
a. Kepala :
Inspeksi :
- Distribusi rambut : Merata,
- Warna rambut : hitam dan keriting,
- Keadaan kulit kepala : kulit kepala terlihat bersih.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan

b. Mata :
Inspeksi :

- Penglihatan : Tatapan tajam

- Letak Mata : Simentris

- Sklera : Ikterik

- Conjungtiva : Anemis

- Sekret : Tidak ada

- Pupil : isokor, reflek cahaya positif.

c. Telinga :

Inspeksi :

- Bentuk : Simetris

- Hygiene : Telinga tampak bersih

- Pendengaran : Baik (Bersifat apatis)

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

d. Hidung :

Inspeksi :

- Bentuk : Simetris,

- Penciuman : Normal

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

33
e. Mulut

Inspeksi :

- Mukosa bibir : Kering

- Hygiene : Lidah terlihat kotor, tidak ada lesi, tidak ada

stomatitis, lidah terasa pahit, tidak ada caries.

f. Leher :

Inspeksi :

- Bendungan vena jugularis : Tidak ada

- Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak ada

- Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak ada

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

g. Thorak

Inspeksi :

- Bentuk Dada : simetris

- Pernafasan : Reguler

- Alat Bantu : Tidak ada

Palpasi :

- Nyeri tekan : Tidak ada

Perkusi :
- Suara :Redup, resonan pada lapang paru.
Auskultasi :

- Irama jantung : Teratur, bunyi jantung 1 normal, bunyi

jantung II normal, bunyi nafas vesikuler, tidak ada wheezing,

tidak ada ronchi.

h. Abdomen
- Inspeksi : Terlihat distensi, tidak ada benjolan, terdapat bekas luka

34
operasi ( Caesaria)
- Auskultasi : Bising usus 25 x/menit.
- Palpasi : Nyeri tekan epigastrik (+), tidak ada pembesaran pada hepar
- Perkusi : Timpani.
i. Ekstermitas :
- Atas : Akral dingin, udema tidak ada, tangan kiri terpasang infus dan
sedang transfusi darah.
- Bawah: Akral dingin, tidak ada varises, klien jarang menggerakan
kakinya karena masih merasa lemah. Kekuatan otot ekstremitas atas dan
bawah :

44444444
4444 4444
44444444

6. Data Psikologi : Klien terlihat sangat cemas


7. Data sosial ekonomi : Pekerjaan klien sebagai seorang Ibu rumah tangga,tinggal
pada perumahan padat penduduk, tidur tidak menggunakan kelambu, ventilasi
rumah tidak terpasang kawat kasa, Sanitasi lingkungan rumah kurang baik (Sumber :
Suami Klien )

7. Data penunjang : tanggal 17 Maret 2020, pukul 11.00 WIT.

Tabel 3.1 Data Penunjang

35
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan

Hematologi :
Hemaktokrit 30 % 40-50 (P)
45-55 (L)
Haemoglobin 7.5 Gr/dl 12.0 – 14.0 (P)
13.0 – 16.0 (L)
Leokosit 3.0 103/µl 5.0 – 10.0
Trombosit 100.000 103/µl 150.000 – 400.000

Malaria/DDR :
Plasmodium (+++) Positif (-) Negatif
Flaciparum
15 mm/jam 0-10 (L)
LED 0-15 (P)
Kimia klinik :
Ureum serum 30 Mg/dl 20 -40
Kreatinin serum 0.7 Mg/dl 0.5 -1.2

Glukosa sewaktu :
Glukosa sewaktu 50 Mg/dl 70 – 120

Pembengkakan
USG
Hepar

8. Penatalaksanaan Medis
17 Maret 2020 18 Maret 2020 19 Maret 2020

Intavena: Intavena: Intavena:


- Infus RL 20 tts/menit - Infus RL 20 - Infus RL 20
- D5% 20 tts/menit tts/menit tts/menit
- Ondan sentron 1x1 - D5% 20 tts/menit - D5% 20
- Ondan sentron tts/menit
- Ranitidin 2 x1
1x1 - Ondan sentron
- Cefotaxime 2x1 1x1
- Ranitidin 2 x1
- Inj. Artesunate 2 vial - Ranitidin 2 x1
- Cefotaxime 2x1
sebanyak 3 kali - Cefotaxime
- Inj. Artesunate 2
(0,12,24) 2x1
vial pukul 01.00
- Inj. Artesunate
13.00 WIT
WIT
2 vial pukul
Oral :
- Sanmol drips 01.00 WIT
- Paracetamol 3 x 500 100cc
mg - Transfusi darah
- Transfusi darah katong I

36
katong I

9. Kebiasaan sehari – hari

No Pola Sebelum Sakit Saat Sakit


1 Nutrisi

1.Makan 3x/hari 3x /hari

- Makan 1 porsi 2 Sendok

- Porsi Nasi, lauk, pauk, buah Bubur, lauk,pauk,buah

- Jenis makanan Tidak ada Tidak ada


- Pantangan Tidak ada Tidak ada nafsu makan,
- Kesulitan mula, muntah

2.Minum

- Minum 6-8 gelas / hari 4-5 gelas/hari

Air putih, teh manis,sirup


- Jenis Air putih
6-8 gelas / hari
- Frekuensi 4-5 gelas/hari
Tidak ada
- Kesulitan
Mual, muntah
a.
2 Eliminasi

37
1.BAB

- Pola BAB 1 x/hari 1 x/ hari

- Bau Khas Khas

- Konsistensi Lembek Lembek

- Warna Kuning Kuning

Tidak ada Tidak ada


- Kesulitan

2.BAK
6-8 x/hari 3-4 x/hari
- Pola BAK
Khas Khas
- Bau
Kuning Warna teh
- Warna
Tidak ada Tidak ada
- Kesulitan

3 Istirahat Tidur

- Frekuensi 6-8 Jam/hari 4-5 Jam

- Kesulitan Tidak ada Nyeri kepala,demam,


badan pegal-pegal,
keringat
4 Aktivitas Aktivitas klien dikerjakan Dibantu Oleh keluarga
secara mandiri dan perawat
5 Status Nutrisi BB : 49 Kg BB : 49 Kg

TB : 155 Cm TB : 155 Cm

IMT : 20.4 (Normal) IMT : 20.4 (Normal)


Keterangan :

< 20 : Underweight

20-25 : Normal

25.30: Overweight

>30 : Obesitas

Klasifikasi Data

38
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
Klien Mengeluh : Klien tampak :
- Terasa nyeri pada daerah persendian, - Kesadaran Apatis (GCS 12)
tulang dan juga otot 4 (1-5). - Lemas
- Tubuh terasa pegal-pegal - Mukosa bibir kering
- Mual, muntah (1) - Conjungtiva anemis
- Nyeri ulu hati - Sklera ikterik
- Lidah terasa pahit - Akral teraba dingin
- Tidak ada nafsu makan - Skala Nyeri 4 (1-5)
- Sakit kepala berat - Tatapan tajam
- Panas pada tubuh sering dirasakan - Porsi makan 3 sendok
hilang timbul dan berkeringat - Minum 4-5 Gelas
- Mengigil - TD : 110/80 mmHg
- Nadi : 90 x/menit
- S : 390C
- RR : 22 x/menit
- DDR : P F +++
- Hb : 7.5 gr/dl

Analasisa Data
N
DATA ETIOLOGI PROBLEM
O
1 DS : - Klien mengeluh Inflamasi Parasit Hipertermia
demam, menggigil Malaria
- Klien mengeluh tubuh
terasa panas
DO :
- Suhu 380C

- Klien tampak lemah


- Mukosa bibir tampak

39
kering
2 DS : - Klien mengeluh nyeri Proses Inflamasi Nyeri Akut
kepala hebat Penyakit
DO : - Klien tampak (P.Falciparum)
memegang kepalanya
- Skala nyeri 4 (1-5)
- TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 90 x/ menit
RR : 22x/menit
S : 370C
3 DS : Klien mengeluh Penurunan supali O2 ke Resiko ketidakefektifan
kepalanya pusing otak perfusi jaringan cerebral
DO :
- Keadaan Umum :
Composmentis
- Klien tampak lemah

- TTV :

 TD : 120/80 mmHg

 S : 380C

 N : 86 x/menit

 R : 22 x/menit
- Akral dingin

- Klien tampak pucat


- Klien tampak cemas

- Hb : 7,5 gr/dl
- Hasil Pemeriksaan :
Malaria (+) P. Falciparum
4 DS: - Klien merasa mual dan Intake yang tidak Resiko
muntah 1 kali adekuat Ketidakseimbangan
- Klien tampak lemas nutrisi kurang dari

40
- Klien mengatakan tidak Kebutuhan tubuh.
nafsu makan
- Lidah terasa pahit

- Nyeri pada ulu hati


DO :
- Klien tampak lemas

- Klien hanya
menghabiskan ½
porsi
- BB : 49 Kg

- TB : 155 Cm
- Klien tampak pucat

- Mukosa bibir tampak


kering
5 DS: - Klien mengatakan Kelemahan Fisik Intoleransi Aktivitas
seluruh tubuh terasa
sakit
DO : - Klien tampak lemah
- Aktivitas klien hanya
ditempat tidur
- Semua kebutuhan
klien dibantu oleh
keluarga dan perawat
- Kekuatan otot

44444444
4444 4444
44444444

41
B. Diagnosis Keperawatan
1. Hipertermia bergubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap fase eritrosit
(P.Falciparum)
2. Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi parasit (P.Falciparum)
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
supali O2 ke otak
4. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
5. Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik

42
C. Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
O KEPERAWATAN NOC NIC
1 Hipertermia (00007) NOC : NIC :
Definisi : Level 1 : Domain II : Level 1 : Domain 2 :
Suhu inti tubuh diatas kisaran Kesehatan Fisiologis Fisiologis Kompleks
normal diural karena Level 2 : Kelas I : ( Lanjutan )
kegagalan termoregulasi Regulasi Metabolik Level 2 : Kelas M :
Domain 2 : Keamanan dan Level 3 : Outcome : Thermoregulasi
perlindungan Thermoregulasi Level 3 : Intervensi :
Kelas 6 : Thermoregulasi ( 0800) Perawatan Hipertermia
Skala Target (3786)
Batasan Karakteristik : Outcome : Intervensi (Aktivitas) :
- Postur Abnormal - 080018 1. Monitor tanda-tanda
- Apnea Hipertermia (4- vital
- Koma 5) 2. Jauhkan pasien dari
- Kulit kemerahan - 080003 Sakit sumber panas,
- Hipotensi Kepala (4-5) pindahkan
- Bayi tidak dapat - 080007 kelingkungan yang
mempertahankan Perubahan lebih dingin
menyusu warna kulit (4- 3. Longgarkan atau
- Gelisah 5) lepaskan pakaian
- 080014 4. Pasang akses IV
- Letargi
Dehidrasi (4-5) ( Meningkatkan
- Kejang
Intake Cairan)
- Kulit terasa hangat 5. Berikan metode
- Stupor pendinginan
- Takikardia eksternal ( Kompres
- Takipnea air hangat )
- Vasodilatasi 6. Pasang NGT, Sesuai
Faktor yang Berhubungan : Kebutuhan
- Dehidrasi 7. Pasang Kateter Urin
- Pakaian yang tidak 8. Monitor urin output
sesuai 9. Monitor
- Aktivitas berlebihan abnormalitas status
Poulasi Berisiko : mental
- Pemanjanan suhu 10. Kolaborasi :
lingkungan tinggi - Pemb
Kondisi Terkait : erian
- Penurunan perspirasi Obat
- Penyakit antipireti
- Peningkatan laju k
metabolisme - Pemb
- Iskemia erian
- Agens Farmaseutika Obat
- Sepsis analgesik
- Trauma ( sesuai
program
dokter )

43
2 Resiko Ketidakefektifan NOC : NIC :
perfusi jaringan Otak (00201) Level 1 : Domain II : Level 1 : Domain 2 :
Domain 4 : Aktivitas/Istirahat Kesehatan Fisiologis Fisiologi : Kompleks
Kelas 4 : Respon Level 2 : Kelas E : Level 2 : Kelas I :
Kardiovaskuler/ Pulmonal Jantung Paru Manajemen Neurologis
Level 3 : Outcome : Level 3 : Intervensi :
Definisi : Perfusi Jaringan : Manajamen Edema Serebral
Rentan mengalami penurunan Serebral (0406) ( 2540 )
sirkulasi jaringan otak yang Aktivitas :
dapat mengganggu kesehatan Skala target outcome : 1. Monitor adanya
- 040602 kebingungan,
Faktor Resiko : Tekanan perubahan pikiran,
Penyalahgunaan Zat intrakranial (4- keluhan pusing ,
5) pingsan
Populasi Berisiko : - 040603 Sakit 2. Monitor status
Baru terjadi infark miokard kepala (4-5) neurologi dengan
- 040605 ketat dan bandingkan
Kondisi terkait : Kegelisahan (4- dengan nilai normal
- Masa tromboplastin 5) 3. Monitor TTV ( TD,
parsial (PTT) abnormal - 040609 Muntah N, S, RR )
- Masa protombin (PT) (4-5) Level 3 : Intervensi :
abnormal - 040616 Demam Manajemen Sensasi Perifer (
- Segmen dinding (4-5) 2660)
ventrikel kiri akinetik - 040619 Aktivitas :
- Aterosklerosis aortik Penurunan 1. Monitor sensasi
- Diseksi arteri tingkat tumpul atau tajam
- Fibrilasi atrium kesadaran (4-5) dan panas/ dingin
- Miksoma atrium ( yang dirasakan
pasien )
- Cedera otak
2. Monitor adanya
- Neoplasma otak
parasitesia dengan
- Stenosis karotid tepat ( misalnya mati
- Aneurisma serebral rasa , tingling,
- Koagulapati hipertesia, hipotesia,
- Embolisme dan tingkat nyeri ).
- Hipertensi 3. Monitor kemampuan
BAK, BAB
4. Monitor
trombopbelitis dan
tromboemboli pada
vena.
Level 3 : Intervensi :
Manajemen Kejang ( 2680)
Aktivitas :
1. Pertahankan jalan
napas
2. Pandu gerakan klien
untuk mencegah
terjadinya cedera
3. Tetap disisi klien

44
untuk mencegah
terjadinya cedera
4. Kolaborasi : berikan
obat anti kejang
sesuai program
dokter.
3 Ketidakseimbangan nutrisi : NOC: NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh Level 1 : Domain II : Level 1 : Domain 1 :
( 00002 ) Kesehatan Fisiologi Fisiologi Dasar
Domain 2 : Nutrisi Level 2 : Kelas K : Level 2 : Kelas D :
Kelas 1 : Makan Pencernaan dan nutrisi Dukungan Nutrisi
Level 3 : Outcome : Level 3 : Intervensi :
Definisi : Status nutrisi : Asupan Intubasi Gastrointestinal
Asupan nutrisi tidak cukup makan dan cairan ( 1080)
untuk memenuhi kebutuhan (1008) Aktivitas :
metabolik 1. Pilih jenis dan
Skala target outcome : ukuran selang
Batasan Karakteristik : - 100802 Asupan nasogastrik dengan
- Berat Badan 20% atau makanan secara mempertimbangkan
lebih di bawah rentang oral (4-5) penggunaan dan
BB ideal - 100803 Asupan rasionalisasi
- Bising usus hiperaktif cairan secara dilakukan penyisipan
- Cepat kenyang setelah oral (4-5) 2. Jelaskan kepada
makan - 100804 Asupan pasien dan keluarga
- Diare cairan intravena mengenai alasan
- Gangguan sensasi rasa (4-5) pemasangan selang
- Kehilangan rambut - 100802 Asupan gastrointestinal
berlebihan makan secara 3. Masukkan selang
- Membran mukosa tube feeding (4- sesuai dengan
5) protokol institusi
pucat tonus otot
Manajemen Nutrisi (1100)
menurun
1. Tentukan status gizi
pasien dan
Faktor Yang Berhubungan :
kemampuan pasien
- Faktor biologis
untuk memenuhi
- Faktor ekonomi kebutuhan gizi
- Gangguan psikologis 2. Identifikasi adanya
- Ketidakmampuan alergi atau
mencerna makanan intoleransi makanan
- Ketidakmampuan yang dimiliki pasien
mengabsorpsi nutrient 3. Kolaborasi :
- Kurang asupan tentukan jumlah
makanan kalori dan jenis
nutrisi yang dimiliki
pasien
4. Kolaborasi :
tentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan untuk

45
memenuhi
persyaratan gizi.

4 Nyeri Akut (00132) NOC : NIC :


Definisi : Level 1 : Domain IV : Level 1 : Domain 1 :
Pengalaman sensori dan Pengetahuan tentang Fisiologis Dasar
emosional tidak kesehatan dan perilaku Level 2 : Kelas E :
menyenangkan berkaitan Level 2 : Kelas Q: Peniongkatan kenyamanan
dengan kerusakan jaringan Perilaku Sehat fisik
actual dan/ potensial/ yang Level 3 : Outcome : Level 3 : Intervensi :
digambarkan sebagai Kontrol Nyeri (1605) management nyeri (1400)
kerusakan (International Indikator: Intervensi (Aktivitas) :
Assosiation for the study of - 160502 - Lakukan pengkajian
pain); awitan yang tiba-tiba (Mengenali nyeri secara
atau lambat dengan intensitas kapan nyeri komprehensif
ringan hingga berat, dengan terjadi. Dengan meliputi lokasi,
berakhirnya dapat diantisipasi skala 4-5) karakteristik, durasi,
atau diprediksi, dan dengan - 160501 frekuensi, kualitas,
durasi < dari 3 bulan. (mengambarka intensitas, atau berat
Domain 2 : Kenyamanan n faktor nyeri, dan faktor
Kelas 1 : Kenyamanan fisik penyebab pencetus
dengan skala 4- - Bantu keluarga
Batasan Karakteristik : 5) dalam mencari dan
- Perubahan selera - 160503 menyediakan
makan (menggunakan dukungan
- Perubaghan pada tindakan - Berikan informasi
parameter fisiologis pencengahan tentang mengenai
- Diaphoresis dengan skala 4- nyeri
- Perilaku distraksi 5) - Ajar penggunaan
- Bukti nyeri dengan - 160504 teknik non
menggunakan satandar (menggunakan farmakologis
daftar periksa nyeri tindakan - Kolaborasi, ajarkan
untuk pasien yang penggurangan metode farmakologis
tidak dapat nyeri tanpa untuk menurunkan
mengungkapkannya anlgesik nyeri
- Perilaku ekspresi dengan skala 4-
- Ekspresi wajah nyeri 5)
- Sikap tubuh 160505
melindungi (menggunakan
- Putus asa analgesic yang
- Focus menyempit direkomendasika
- Sikap melindungi area n dengan skala 4-
5)
nyeri
- Perilaku protektif
- Laporan tentang
perilaku nyeri atau
perubahan aktivitas
- Dilatasi pupil
- Focus pada diri sendiri

46
- Keluhan tentang
intensitas
menggunakan standar
skala nyeri
- Keluhan tentang
karakteristik nyeri
dengan menggunakan
standar instrument
nyeri

Faktor yang Berhubungan :


- Agens cedera biologis
- Agens cedera kimiawi
- Agens cedera fisik

5 Intoleransi Aktivitas (00092) NOC : NIC :


Domain 4 : Aktivitas/Istirahat Level 1 : Domain 1 : Level 1 : Domain 1 :
Kelas 4 : Respon Fungsi Kesehatan Fisiologi Dasar
Kardiovaskuler Pulmonal Level 2 : Kelas A : Level 2 : Kelas A :
Pemeliharaan Energi Manajemen Aktivitas dan
Definisi : Ketidakcukupan Level 3 : Outcome : Latihan
energi psikologis atau Toleransi terhadap Level 3 : Intervensi :
fisiologis untuk aktivitas (0005) Manajemen Energi (0180)
mempertahankan atau Aktivitas :
menyelesaikan aktivitas Skala target outcom: 1. Kaji status fisiologis
kehidupan sehari-hari yang - 000501 pasien yang
harus atau yang ingin Saturasi menyebabkan
dilakukan. Oksigen ketika kelelahan sesuai
beraktivitas (4- dengan konteks usia
Batasan Karakteristik : 5) dan perkembangan
- Dispnea setelah - 000502 2. Tentukan persepsi
beraktivitas Frekuensi nadi pasien atau orang
- Keletihan ketika terdekat mengenai
- Ketidaknyamanan beraktivitas (4- penyebab kelelahan
setelah beraktivitas 5) 3. Pilih intervensi
- Perubahan - 000503 untuk mengurangi
elektrokardiogram Frekuensi kelelahan baik secara
(EKG)(mis.,aritmia, pernafasan farmakologis
abnormalitas, ketika maupun no
konduksi, iskemia) beraktivitas (4- farmakologis dengan
- Respon frekuensi 5) tepat
jantung abnormal - 000508 4. Tentukan jenis dan
terhdapat aktivitas Kemudahan banyaknya aktivitas
- Respon tekanan darah bernapas ketika yang dibutuhkan
abnormal terhdap beraktivitas (4- untuk menjaga
aktivitas 5) kesehatan.
Faktor yang berhubungan :
- Gaya hidup kurang Intervensi : Terapi aktivitas
gerak (4310)
1. Pertimbangkan

47
- Imobilitas kemampuan klien
- Ketidakseimbangan dalam berpartisipasi
antara suplai dan melalui aktivitas
kebutuhan oksigen spesifik
- Tirah Baring 2. Instruksikan pasien
dan keluarga untuk
melaksanakan
aktivitas
3. Instruksikan klien
dan keluarga untuk
melaksanakan
aktivitas yang
diinginkan maupun
yang telah
diresepkan

48
D. Implementasi Keperawatan
NO TGL/JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI RESPON PARAF
1 18 Maret Hipertermia 1. Memonitor 1. TTV
2020 (00007) tanda-tanda - TD : 110/90 mmHg
vital - N : 90 x/menit
11.00 - RR : 22 x/menit
WIT - S : 370 C
Klien mengatakan suhu
badannya menurun
2. Menjauhkan 2. Klien mengatakan
pasien dari bahwa klien merasa
sumber panas, nyaman
memindahkan
kelingkungan
yang lebih
dingin 3. Klien kooperatif
3. Melonggarkan megikuti anjuran
atau lepaskan perawat.
pakaian 4. Klien mengatakan ,
4. Memerikan dengan kompres air
metode hangat klien merasa
pendinginan nyaman
eksternal 5. Klien mengikuti
( Kompres air apa yang dianjurkan
hangat ) oleh perawat
5. Mengajurkan
klien untuk 6. Cairan Infus
banyak minum diberikan
8 gelas perhari berdasarkan terapi
yaitu RL dengan
6. Memasang D5% dengan
akses IV tetesan 20
( Meningkatkan gtt/menit.
Intake Cairan) - Klien merasa
kesakitan pada
saat dipasangkan
selang intravena
7. Paracetamol 3x 1
Inj. IV Artesunat 2 vial
7. Berkolaborasi - Klien mengatakan
untuk : minum obat tepat
- Pemberian waktu sesuai
Obat instruksi yang telah
antipiretik diberikan
dan
antimalaria
injeksi

49
2 18 Maret Resiko 1. Memonitor 1. Klien merasa cemas
2020 Ketidakefektifan adanya dan gelisah dan klien
perfusi jaringan kebingungan, mengeluh pusing
Pukul Otak (00201) perubahan
11.30 pikiran,
keluhan pusing
, pingsan

2. TTV :
2. Memonitor - TD : 110/70 mmHg
TTV - N : 90 x/menit
( TD, N, S, - S : 370 C
RR ) - RR : 22 X /menit
Klien mengatakan pada
pada tubuhnya hilang
timbul dan sering
berkeringat . klien
mengatakan susah tidur .
klien mengeluh tubuh
terasa pegal-pegal.

3. Klien sangat
3. Menganjurkan
koperatif mengikuti
pasien untuk
anjuran yang
tirah baring
diberikan oleh
perawat
4. Klien mengatakan
4. Monitor
masih bisa
adanya
merasakan adanya
parasitesia
rangsangan panas ,
dengan tepat
klien merasakan
( misalnya
nyeri .
mati rasa ,
Skala nyeri 3 (1-5)
tingling,
hipertesia,
5. Klien mengatakan
hipotesia, dan
frekuensi BAB
tingkat nyeri ).
masih sama seperti
5. Monitor
sebelum sakit.
kemampuan
Frekuensi BAK
BAK, BAB
berkurang,
6. Memantau
6. Klien mengatakan
tetesan
merasa sedikit
transfusi darah
membaik ketika
(pemberian
mendapatkan
transfusi
transfusi darah pada
darah, PRC
pukul 10.00 WIT
(packed red
cells)

50
3 18 Maret Ketidakseimban 1. Klien berisko
2020 gan nutrisi : kekurangan nutrisi
kurang dari 1. Menentukan dan klien tidak nafsu
Pukul kebutuhan tubuh status gizi makan ( makanan
12.00 ( 00002 ) pasien dan yang lunak dan
WIT kemampuan dalam porsi yang
pasien untuk hangat
memenuhi - Klien
kebutuhan gizi mengatakan
dapat memakan
makan yang
diberikan
- Klien
mengatakan
tidak
menghabiskan
makanannya
hanya ½ porsi
saja
- Klien mengeluh
lidah terasa pahit
dan mual
2. Klien mengatakan
tidak alergi terhadap
2. Mengidentifik makanan apapun
asi adanya
alergi atau
intoleransi
makanan yang 3. Klien mengikuti apa
dimiliki pasien yang dianjurkan oleh
3. Menganjurkan perawat
Klien makan
makanan
dalam keadaan 4. Klien mengatakan
hangat tidak dapat
4. Mengajurkan menghabiskan
klien makan makannnya hanya ½
makanan yang porsi. Dengan
lunak dalam keluhan klien yaitu
porsi kecil masih terasa pahit
namun sering pada lidah , dan
merasakan mual

4 18 Maret Nyeri Akut 1. Melakukan 1. Hasil Pengkajian


2020 (00132) pengkajian P : inflamasi P
nyeri Falciparum (+++)
Pukul (P,Q,R,S,T) Q: tidak dapat dikaji
13.30 2. Kolaborasi (Pasien Berteriak-
WIT dengan teriak)

51
Keluarga R: Kepala (Klien
untuk memegang kepala)
menenangkan S: GCS 12 E3V3M6
klien dengan T: saat terjadi demam
melakukan tinggi bersifat akut
komunikasi 2. Suami klien
teraupetik mencoba
3. Ajarkan menengakan klien
keluarga dengan berada di
(suami) dekat klien
penggunaan 3. Suami klien mengerti
teknik non dan dapat melakukan
farmakologis teknik napas dalam
yaitu napas dengan baik serta
dalam mencoba mengajak
4. Memberikan klien untuk
terapi melakukannya teknik
antipiretik oral napas dalam.
Respon klien,
mencoba melakukan
4. Obat antipiretik
Paracetamol 500mg
11.00 WIT
Respon klien:
Klien meminum obat
dan menelan obat
tersebut

5. 18 Maret Intoleransi 1. Mengkaji dan Klien berteriak dan


2020 Aktivitas membantu hanya mau
(00092) kemampuan berkomunikasi
Pukul klien dalam dengan suami
13.30 berpartisipasi
WIT melalui
aktivitas
2. Memonitor
respon
psikologis
klien dalam
melakukan
aktivitas

E. Evaluasi
DIAGNOSA
NO TANGAL SOAP PARAF
KEPERAWATAN
1 19 Maret Hipertermia S:
2020 - Klien mengatakan tidak

52
merasakan demam dan suhu
badan klien teraba hangat
O:
- Suhu : 37,60C
- Klien tampak segar
- Mukosa bibir klien lembab
A:
- Hipertermia berhubungan
dengan proses inflamasi
sekunder terhadap fase eritrosit
(P.Falciparum) – Belum
Teratasi
P:
- Intervensi dipertahankan :
1. Kompres air hangat
2. Intake cairan yang adekuat
3. Observasi TTV
4. Inj. Aresunat 2 vial dan
antipiretik
5.
2 19 Maret Resiko S:
2020 ketidakefektifan - Klien mengatakan sudah tidak
perfusi jaringan merasakan pusing lagi
cerebral O:
- Keadaan Umum Composmentis
(GCS 15 )
- TTV
TD : 120/80 mmHg
S : 370C
N : 86 x/menit
R : 18 x/menit
- Akral hangat
- Klien tampak segar
- Hb : 13,0 gr/dl
- Hasil pemeriksaan Malaria
P.Falciparum (-)
A:
- Masalah hipertermi
berhubungan dengan proses
inflamasi sekunder terhadap fase
eritrosit P. Falciparum -
Teratasi
P:
- Intervensi dipertahankan
3 19 Maret Resiko S:
2020 ketidakseimbangan - Klien mengatakan tidak lagi

53
nutrisi kurang dari merasa mual dan muntah
kebutuhn tubuh - Klien mengatakan tidak merasa
lemas lagi
- Klien mengatakan suadah
mengalami peningkatan nafsu
makan
- Klien mengatakan lidah tidak
lagi terasa pahit
- Klien mengatakan tidak
merasakan nyeri pada ulu hati
O:
- Klien tampak segar
- Klien tampak menghabiskan 1
porsi makanan
- BB : 51 Kg
- TB : 155 cm
A:
- Resiko ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral berhubungan
dengan penurunan supali O2 ke
otak – Teratasi
P: Intervensi dipertahankan
4 19 Maret Nyeri Akut S:
2020 - Klien (Suami) memahami teknik
napas dalam
O:
- Klien berteriak – teriak
- Klien (Suami) mencoba
menenangkan klien
- Klien mencoba melakukan
teknik napas dalam
A:
- Nyeri akut belum teratasi
P:
- Intervensi Dilanjutkan
- Manajemen Nyeri
- Teknik napas dalam
- Terapi antipiretik
5 19 Maret Intoleransi S:
2020 Aktivitas - Klien berteriak dan hanya mau
berkomunikasi dengan suami

O:
- Klien berteriak dan hanya mau
berkomunikasi dengan suami

54
A:
- Malasah belum teratasi
P:
- Intervensi Dilanjutkan
- Manajemen aktivitas latihan
(Observasi)

BAB IV

PEMBAHASAN

55
Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. K dengan kasus Malaria
Serebral di Ruang Interna RSUD Jayapura tahun 2020 yang dimulai dari tanggal 18 Maret
2020 sampai 22 Maret 2020 ditemukan beberapa persamaan atau kesenjangan antar teori
yang ada dengan data yang di dapatkan.

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Dalam mengumpulkan
data ditemukan beberapa kesenjangan dan persamaan antara lain : pada riwayat kesehatan
sekarang, pada Ny. K ditemukan keluhan Demam dirasakan sejak satu minggu yang lalu,
tubuh menggigil merasa kedinginan, merasa mual yang disertai dengan muntah,nyeri pada
uluh hati, lidah terasa pahit, tidak ada nafsu makan, kepala terasa pusing, tubuh terasa
panas, sering berkeringat, seluruh tubuh dirasakan sakit (nyeri pada persendian dan juga
otot) dan pegal-pegal,tubuh terasa lemah, dan klien mengeluh hasil labor haemoglobinnya
rendah yaitu 7,5 gr/dl. Keluhan yang dialami oleh Ny. K tersebut sama dengan manifestasi
klinis yang dapat ditimbulkan oleh malaria pada tinjauan teoritis. Akan tetapi ada beberapa
gejala pada tinjauan teoritis yaitu pembesaran limpa (splenomegali) dan pembesaran
hepar(hepatomegali) pada kasus Ny. K tidak penulis temukan. Dalam hal ini tidak terdapat
kesesuian data seperti teori yang dikemukakan oleh Munthe, 2001.
Pada riwayat kesehatan dahulu Ny. K ditemukan bahwa Ny. K 2 tahun yang lalu
pernah dirawat di RS selama 3 hari dengan alasan penyakit yang sama yaitu malaria.
Berdasarkan tinjauan toritis bahwa malaria merupakan penyakit yang sewaktu-waktu dapat
kambuh kembali di sebabkan oleh parasit malaria.
Pada riwayat kesehatan keluarga terdapat keluarga Ny. K yang pernah mengalami
penyakit malaria yaitu suaminya, anak pertama dan anak kedua. Berdasarkan tinjauan
teoritis menurut pendapat Handayani wiwik (2008) bahwa malaria merupakan infeksi
parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium
yang ditularkan ke manusia melalui air liur nyamuk. Pada keluarga Ny. K sepertinya sudah
terjadi penularan penyakit malaria antar keluarga sehingga terdapat keluarga selain Ny. K
yang pernah mengalami penyakit malaria.
Pada pengkajian kebiasaan hidup sehari-hari Ny. K pada kebutuhan nutrisi Ny. T
selama dirumah sakit hanya makan ½ porsi makanan beda dengan selama dirumah
sewaktu sehat klien dapat menghabiskan 1 porsi makan. Klien menemukan kesulitan saat
makan yaitu perut terasa mual, nyeri pada uluh hati, lidah terasa pahit. Pada kebutuhan

56
istirahat dan tidur Ny. K kurang dari kebutuhan yang seharusnya/ biasanya sebanyak 6-8
jam menjadi 4-6 jam hal tersebut dikarenakan tubuh Ny. K sering terasa panas, sering
berkeringat, terasa nyeri pada sendi tulang dan otot, tubuh terasa pegal sehingga klien
menjadi susah untuk tidur. Pada kebutuhan aktivitas klien klien hanya berada ditempat
tidur semua aktivitas klien di bantu oleh keluarga di karenakan klien mengalami
kelemahan fisik. Berdasarkan tanda dan gejala menurut pendapat Harijanto (2009) bahwa
manifestasi klinis pada malaria serupa dengan yang dialami Ny. K yaitu merasa mual,
muntah, tidak nafsu makan,terasa lesuh/lemah, demam yang dirasakn hilang timbul, nyeri
pada sendi tulang dan otot, tubuh terasa pegal-pegal sehingga menyebabkan terganggunya
kebutuhan istirahat dan tidur Ny. K
Pada tinjauan kasus hasil laboratorium Ny. K ditemukan beberapa persamaan
patinjauan teoritis seperti leukosit darah rendah : 3.0 103/µl (N = 5.0 – 10.0 103/µl ),
Leukosit rendah (Leukopenia) menunjukkan adanya proses infeksi, hemoglobin rendah
(7,5 gr/dl) berdasarkan menurut pendapat zulkoni akhsin (2009) malaria dapat
menyebabkan anemia dikarenakan sel darah merah lisis akibat siklus hidup parasit dan
penghancuran sel darah merah baik yang terinfeksi maupun tidak terinfeksi oleh limpa.
Hemaktokrit rendah (30%) menunjukan penurunan persentase konsentrasi eritrosit dalam
plasma darah, trombosit turun (100.000 sel/mm3) sesuai dengan tinjauan teori jumlah
trombosit sering menurun (N = 150.000- 400.000 sel/mm3) menurut penulis Pada
pemeriksaan ureum serum dan kreatinin serum pada Ny. K normal yaitu ureum serum 30.0
mg/dl (N= 20-40 mg/dl) dan kreatinin serum 0.7 mg/dl (N= 0.5-1.2 mg/dl), ini menunjukan
bahwa fungsi ginjal pada Ny. K masih baik dan Ny. K belum mengalami komplikasi lebih
lanjut dari penyakit malaria yang diderita, yang mana menurut widoyono (2008) .Pada
pemeriksaan glukosa sewaktu/BBS pada Ny. K rendah yaitu 65 mg/dl (N=70-120 mg/dl)
ini menunjukan bahwa Ny. K hipoglikemia edangkan menurut widoyono (2008) .

B. Diagnosa Keperawatan
Pada diagnosa keperawatan penulis hanya menganalisa data yang diperoleh dari
pengkajian sebelum menegakan diagnosa keperawatan. Dalam asuhan keperawatan pada
tinjauan kasus, penulis menemukan 5 diagnosa keperawatan yang terdiri dari :
1. Hipertermia bergubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap fase
eritrosit (P.Falciparum)
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

57
penurunan supali O2 ke otak
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses inflamasi parasit
5. Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Dalam hal ini tidak terdapat kesesuain antara teori (Mutaqin, 2011) dan tinjauan
kasus karena pada teori terdapat 8 diagnosa masalah dan

C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang penulis susun pada studi kasus telah mengacu pada
asuhan keperawatan secara teoritis dengan disesuaikan pada prioritas masalah
keperawatan yang dirumuskan. Penulis membuat intervensi dan prioritas waktu dengan
menyesuaikan pada masalah keperawatan yang ditemukan dan sesuai dengan kemampuan
yang dipunyai oleh penulis untuk menyelesaikan/ mengatasi masalah dengan
memanfaatkan fasilitas yang ada. Intervensi yang ada pada tinjauan teoritis menurut
NANDA NIC-NOC 2015-2017 dapat direncanakan pada kasus.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pengolahan data dan perwujudan dari rencana tindakan
keperawatan, meliputi tindakan yang telah direncanakan oleh perawat dalam membantu
klien. Dalam melakukan tindakan keperawatan harus memperhatikan kenyamanan dan
keadaan klien. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pada Ny. K dengan penyakit
malaria di ruang rawat inap Ruang Interna RSUD Jayapura, penulis melakukanya selama
lima hari perawatan dan yang dilakukan adalah sesuai dengan perencanaan.
Pelaksanaan tindakan perawatan pada klien dapat dilakukan dengan baik karena
faktor yang mendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ini. Adapun faktor
pendukung lain antara lain :
1. Adanya kerja sama dan kolaborasi antar tim kesehatan yang lain dan yang
paling mendukung adalah kerjasama antara penulis dan keluarga.
2. Karena adanya motivasi yang kuat dari keluarga untuk kesembuhan klien
sehingga keluarga selalu mendukung dan melaksanakan anjuran perawat.

58
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan, yang digunakan sebagai
alat ukur berhasil atau tidaknya tindakan keperawatan kepada klien, sesuai dengan diagnosa,
tujuan dan kriteria hasil. Dari 5 diagnosa keperawatan yang telah disusun sesuai dengan
masalah utama, selama melakukan 1 hari perawatan pada Ny. K dengan penyakit malaria
serebral sejak tanggal 18 Maret 2020 sampai 19 maret 2020 , 4 masalah keperawatan berhasil
diatasai dan 1 masalah keperawatan yang masih dilanjutkan intervensinya.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
1. Dari pengkajian yang dilakukan pada Ny. K dengan penyakit malaria serebral, penulis
mendapatkan data-data pengkajian meliputi : identitas pasien, identitas penanggung

59
jawab , riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga, pemeriksaan fisik, data psikologi, data penunjang, penatalaksanaan medis,
dan kebiasaan sehari-hari klien.
2. Setelah data-data tersebut terkumpul, penulis menganalisa data yangtelah ditemukan
untuk menemukan masalah keperawatan klien,setelah itu penulis menyusun diagnosa
keperawatan untuk menunjang proses keperawatan dan ditemukan 5 diagnosa
keperawatan pada Ny. K
- Hipertermia bergubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap fase
eritrosit (P.Falciparum)
- Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi parasit (P.Falciparum)
- Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
penurunan supali O2 ke otak
- Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
- Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Berdasarkan diagnosa keperawatan, penulis menyusun intervensi yang disesuaikan
dengan tinjauan teori menurut NANDA NIC-NOC 2015-2017 dengan
mempertimbangkan prosedur kebijakan dan fasilitas diruangan rawat inap tempat
klien dirawat, serta disesuaikan juga dengan kemampuan penulis dan keadaan klien.
4. Kemudian rencana-rencana tersebut penulis implementasikan pada klien dan
keluarga, sekaligus mengevaluasi setiap respon hasil atau kemajuan klien setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
5. Pada evaluasi di semua tindakan keperawatan dikategorikan berhasil karena dari enam
diagnosa yang disusun sesuai masalah pada Ny. K menunjukan bahwa semua masalah
dapat teratasi dengan baik.

5.2 Saran

1. Bagi Klien / Masyarakat


Saran bagi klien dan masyarakat , adalah mencegah terjadinya malaria
serebral, diharapkan masyarakat jika mengalami gejala-gejala penyakit malaria harus
segera memeriksakan kesehatannya di pelayanan kesehatan teredekat .

60
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan bagi istansi pelayanan agar dapat memberikan asuhan
keperawatan yang tepat bagi pasien dengan masalah kesehatan malaria serebral
3. Bagi Institusi
Kepada pihak akademik diharapkan dapat lebih memperluas dalam pemberian
materi tentang malaria dan dapat menambah buku-buku tentang Malaria edisi terbaru
sehingga peneliti selanjutnya tidak kesulitan mencari untuk referensi.
4. Bagi Penulis
Bagi penulis diharapkan kedepannya bisa melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai masalah Malaria Serebral sehingga penulis bisa mendapatkan pengetahuan
dan data lebih mengenai Malaria Serebral

DAFTAR PUSTAKA

Budiono, Sumirah Budi Pertami. 2015. Konsep dasar Keperawatan. Jakarta : Bumi Medika
Bulechek, Gloria M et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Singapore:
Elsavier, Alih Bahasa Intansari Nurjannah & Roxsana Devi Tumanggor.
CDC. Malaria: Biology. Updated 20 December 2017. [dikutip 24 Februari 2021]. Tersedia
dari: https:// www.cdc.gov/malaria/about/biology/.
61
Harijanto PN, Nugroho A, Gunawan CA. Editor. Malaria: dari mokeluler ke klinis. Edisi ke-
2. Jakarta. EGC:2008.
Kemenkes RI. Info Data Dan Informasi Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakart : Kemenkes
RI; 2017.
Moorhead, sue et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi 5. Singapore:
Elsevies, Alih Bahasa Intansari Nurjannah & Roxsana Devi Tumanggor
Nurarif, Amin Huda & Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis & Nanda Nic-Noc Jilid 3. Yogyakarta: Medication Publishing
Nurarif & Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction
Robbins. 2007. Buku ajar : Patologi. Jakarta : EGC
Smeltzer, S. C. And Bare, B. G. 2012.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Sudart Edisi 8. Jakarta: EGC
Sucipto, Cecep Dani. 2017. Manual Lengkap Malaria. Jakarta : EGC
Tarwoto et al. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Cetakan
Pertama. Trans Info Media: Jakarta
WHO. World malaria 2017. Zurich. WHO:217.

62

Anda mungkin juga menyukai