MALARIA CEREBRAL
OLEH :
KELOMPOK II (DUA)
1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
segala limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah tentang “Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Malaria Cerebral” tepat pada
waktunya. Makalah ini penulis buat untuk memenuhi salah satu tugas dalam stase
Keperawatan Medikal Bedah.
Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun ini tak luput dari kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan
saran yang membangun dari para pembaca untuk penyempurnaan penyusunan makalah kami
ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata pengantar.......................................................................................................................i
Daftar isi.................................................................................................................................ii
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................................................3
1.3 Manfaat Penulisan ..........................................................................................................4
BAB 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi....................................................................................................................5
2.1.2 Etiologi....................................................................................................................5
2.1.3 Patogenesis..............................................................................................................8
2.1.4 Pathway...................................................................................................................9
2.1.5 Manifestasi Klinik...................................................................................................9
2.1.6 Komplikasi..............................................................................................................10
2.1.7 Diagnosa Banding...................................................................................................10
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang..........................................................................................11
2.1.9 Penatalaksanaan Medis...........................................................................................13
2.1.10 Prognosis...............................................................................................................16
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Penkajian Keperawatan...........................................................................................17
2.2.2 Diagnosis Keperawatan..........................................................................................21
2.2.3 Intervensi Keperawata............................................................................................22
2.2.4 Implementasi...........................................................................................................29
2.2.5 Evaluasi...................................................................................................................29
BAB 3 Asuhan Keperawatan Kasus Kelolaan ......................................................................
3.1 Penkajian Keperawatan..............................................................................................30
3.2 Diagnosis Keperawatan.............................................................................................40
3.3 Intervensi Keperawata...............................................................................................41
3.4 Implementasi..............................................................................................................47
3.5 Evaluasi......................................................................................................................52
ii
BAB 4 Pembahasan
4.1 Penkajian Keperawatan..............................................................................................54
4.2 Diagnosis Keperawatan.............................................................................................56
4.3 Intervensi Keperawata...............................................................................................56
4.4 Implementasi..............................................................................................................56
4.5 Evaluasi......................................................................................................................57
BAB 5 Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan................................................................................................................58
5.2 Saran..........................................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................60
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
hamil, selain itu malaria secara langsung dapat menyebabkan demam, anemia,
splenomegali, dan dapat menurunkan produktivitas kerja.Sebagian besar daerah di
Indonesia masih merupakan daerah endemik infeksi malaria, Indonesia bagian timur
seperti Papua, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan dan bahkan beberapa
daerah di Sumatra seperti Lampung, Bengkulu, Riau. Daerah di Jawa dan Bali pun
walaupun endemitas sudah sangat rendah, masih sering dijumpai letupan kasus malaria,
dan tentu saja hal ini disebabkan mudahnya transportasi untuk mobilisasi penduduk,
sehingga sering menyebabkan timbulnya malaria import (Harijanto, 2011).
Tujuan pengendalian malaria didaerah-daerah yang endemik malaria adalah
menurunkan serendah-rendahnya dampak malaria terhadap kesehatan masyarakat dengan
menggunakan semua sumber daya yang tersedia. Pengendalian dapat dilakukan secara
tidak langsung, yaitu dengan mengendalikan nyamuk anopheles yang menjadi vektor
penyakit. Seseorang seharusnya menghindari dari gigitan nyamuk dengan menggunakan
pakaian lengkap (tangan dan kaki tertutup), tidur ditempat tidur yang memakai kelambu,
memakai obat penolak nyamuk, menghindari untuk mengunjungi lokasi-lokasi yang
rawan malaria. Pengendalian nyamuk secara kimia dapat dilakukan dengan
menggunakan insektisida, yaitu penyemprotan dalam rumah dan sekitar rumah untuk
membunuh nyamuk dewasa atau membunuh jentik-jentik nyamuk dengan larvasida atau
menebar ikan pemakan jentik nyamuk. Pengendalian secara sanitasi yaitu membersihkan
sarang-sarang pembiakan nyamuk (Sembel, 2009).
Program eliminasi malaria di Indonesia tertuang dalam keputusan Menteri
Kesehatan RI No 293/MENKES/SK/IV/2009. Pelaksanaan pengendalian malaria menuju
eliminasi dilakukan secara bertahap dari satu pulau atau beberapa pulau sampai seluruh
pulau tercakup guna terwujudnya masyarakat yang hidup sehat yang terbebas dari
penularan malaria sampai tahun 2030 (Kemenkes RI, 2011). Saat ini pemerintah
Indonesia khususnya Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sudah on the track dalam
upaya eliminasi malaria pada 2030. Pada tahun 2016 jumlah kab/kota eliminasi malaria
sebanyak 247 dari target 245. Pada 2017 pemerintah berhasil memperluas daerah
eliminasi malaria yakni 266 kabupaten/kota dari target 265 kabupaten/kota. Sementara
tahun ini ditargetkan sebanyak 285 kabupaten/kota yang berhasil mencapai eliminasi, dan
300 kabupaten/kota pada 2019. Selain itu, pemerintah pun menargetkan tidak ada lagi
daerah endemis tinggi malaria di 2020. Pada 2025 semua kabupaten/kota mencapai
eliminasi, 2027 semua provinsi mencapai eliminasi, dan 2030 Indonesia mencapai
eliminasi. Eliminasi malaria adalah upaya untuk menghentikan penularan malaria
2
setempat dalam satu wilayah geografi tertentu. Maksudnya, kasus malaria masih ada
namun bukan didapat di daerah tersebut, dan bisa jadi masih ditemukan nyamuk penular
malarianya, sehingga tetap dibutuhkan kewaspadaan petugas kesehatan, pemerintah, dan
masyarakat untuk mencegah penularan kembali.(Depkes RI, 2018)
Annual Parasite Incidence (API) Nasional menunjukan penurunan dari tahun
2008-2009 yaitu 2,47 per 1.000 penduduk menjadi 1,85 per 1.000 penduduk. Sesuai
Target Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2010-2014 malaria merupakan
salah satu penyakit yang ditargetkan untuk menurunkan angka kesakitanya dari 2
menjadi 1 per 1.000 penduduk, sehingga masih harus dilakukan upaya efektif untuk
menurunkan angka kesakitan 0,85 per 1.000 penduduk dalam waktu 4 tahun, agar target
Rencana Strategis Kesehatan tahun 2015 tercapai (Kemenkes RI, 2011).
3
1. Bagi Klien / Masyarakat
Dapat menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan tentang penyakit
dengan kasus Malaria khusunya Malaria Serebral dalam pemenuhan kebutuhan
aktivitas.
2. Bagi Rumah Sakit
Sebagai penambah wawasan dan pedoman bagi tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami penyakit Malaria
dengan pemenuhan kebutuhan aktivitas.
3. Bagi Institusi
Sebagai muatan lokal untuk mata kuliah tentang penyakit Malaria khususnya
malaria serebral untuk diperdalam.
4. Bagi Penulis
Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis dalam
mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus tentang pelaksanaan
pemenuhan kebutuhan aktivitas pada pasien Malaria Serebral
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
Malaria serebral adalah suatu akut ensefalopati yang memenuhi 3 kriteria,
yaitu koma yang tidak dapat dibangunkan atau koma yang menetap > 30 menit setelah
kejang (GCS < 11, Blantyre coma scale < 3) disertai adanya P. falciparum yang
ditunjukkan dengan hapusan darah dan penyebab lain dari akut ensefalopati telah
disingkirkan (WHO, 2010).
2.1.2 Etiologi
5
Keterangan :
1) 1 : Eritrosit normal
2) 2-18 : Trofozoit (pada gambar 2-10 saling berhubungan dengan
fase ring dan trofozoit)
3) 19-26 : Skizon (pada gambar 26 adalah skizon yang pecah)
4) 27-28 : Makrogametosit (betina)
5) 29-30 : Mikrogametosit (jantan)
6
tersebar di sekitar inti. Mikrogamtosit berbentuk lebih lebar dan seperti sosis.
Sitoplasmamya biru pucat atau agak kemerah-merahan dan intinya berwarna
merah muda, besar dan tidak padat, butir-butir pigmen tersebar di sitoplasma
sekitar inti (Sutanto, 2013).
Keterangan:
1) Siklus Hidup pada Manusia
7
(skizon) pecah dan 6 - 36 merozoit yang keluar akan
menginfeksi sel darah merah lainnya. Siklus ini disebut
siklus erirositer.
2.1.3 Patogenesis
Eritrosit yang terinfeksi P. falciparum akan mengalami proses sekuestrasi,
yaitu tersebarnya eritrosit yang berparasit ke pembuluh kapiler organ dalam tubuh.
Eritrosit yang mengandung parasit muda (bentuk cincin) bersirkulasi dalam darah
perifer tetapi eritrosit berparasit matang terlokalisasi pada pembuluh darah organ.
Pada permukaan eritrosit yang terinfeksi akan membentuk knob yang berisi berbagai
antigen P. falciparum. Sitokin (TNF, IL-6 dan lain-lain) yang diproduksi oleh sel
makrofag, monosit, dan limfosit akan menyebabkan terekspresinya reseptor endotel
kapiler. Pada saat knob tersebut berikatan dengan reseptor sel endotel kapiler
terjadilah proses cytoadherence. Akibatnya terjadi obstruksi pembuluh kapiler yang
menyebabkan iskemia jaringan. Terjadinya sumbatan ini didukung terbentuknya
“rosette”, yaitu bergerombolnya sel darah merah yang berparasit dengan sel darah
merah lainnya. (Harijanto & Gunawan, 2008).
8
2.1.4 Pathway
9
2.1.6 Komplikasi
Komplikasi (WHO, 2010) yang terjadi akibat dari malaria cerebral adalah
sebagai berikut
a. Kecacatan
b. Defisit neurologis, misalnya kelemahan, paralisis flaccid, kebutan,
gangguan bicara dan epilepsi
c. Kematian
c. Tetanus
Pada malaria dan tetanus yang terjadi pada anak sering
menunjukkan gejala opistotonus. Hal tersebut harus dibedakan melalui
anamnesis yang detail, seperti riwayat luka sebelumnya dan demam yang
menyertai. pada tetanus terdapat riwat luka sebelumnya yang merupakan
port de entry kuman Clostridium tetani. Riwayat demam hanya
ditemukan pada 60% pasien tetanus. Pada malaria serebral gejala
opistotonus biasanya dibarengi dengan keadaan koma (penurunan
kesadaran), tidak seperti pada tetanus yang kesadarannya baik.
d. Penyakit pembuluh darah otak (stroke hemoragik/nonhemoragik)
10
e. Penyakit endokrin/metabolik (diabetes dan tiroid)
11
(mikroliter) darah maka jumlah parasit dikalikan 50 merupakan jumlah
parasit per mikroliter darah.
b. Tetes/hapusan darah tipis
Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium bila dengan
preparat darah tebal sulit ditentukan. Pengecatan yang digunakan
adalah pengecatan Giemsa. Pengecatan ini merupakan pengecatan
spesimen yang umum dipakai pada beberapa laboratorium dan
merupakan pengecatan yang mudah dengan hasil yang cukup baik.
Kepadatan parasit dinyatakan sebagai hitung parasit (parasite count).
Kepadatan parasit dapat dilakukan berdasar jumlah eritrosit yang
mengandung parasit per 1000 eritrosit. Jumlah parasit >100.000/μl
darah menandakan infeksi yang berat.
2. Tes Antigen
Ada dua jenis antigen yang digunakan yaitu histidine rich protein II
untuk mendeteksi antigen dari P. falciparum dan antigen terhadap lactate
dehydrogenase (LDH) yang terdapat pada plasmodium lainnya. Waktu deteksi
sangat cepat. Hanya 3-5 menit. Pemeriksaan ini juga tidak memerlukan latihan
khusus, tidak memerlukan alat khusus, dan sensitivitasnya baik. Tes ini
sekarang dikenal sebagai tes diagnostik cepat (rapid diagnostic test = RDT).
Tes ini bermanfaat sebagai penyaring karena sensitivitas dan spesifisitasnyaa
tinggi. Tes ini juga dapat dipakai sebagai tes deteksi parasit untuk pemberian
terapi kombinasi berbasis artemisin (artemisin combination therapy = ACT).
Keterbatasannya adalah, tes ini tidak dapat dipakai dalam pemantauan lanjut
maupun mendeteksi jumlah parasit.
3. Tes Serologi
Tes ini berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap
malaria atau pada keadaan jumlah parasit sangat minimal. Tes ini kurang
bermanfaat sebagai alat diagnostik sebab antibodi baru terjadi setelah dua
minggu terjadinya infeksi dan menetap 3 – 6 bulan. Namun demikian, tes ini
sangat spesifik dan sensitif sehingga bermanfaat terutama untuk penelitian
epidemiologi atau alat uji saring donor darah.
4. Tes Molekular
Pemeriksaan ini dianggap sangat baik karena menggunakan teknologi
12
amplifikasi asam deoksiribonukleat (deoxyribonucleic acid = DNA).
Sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini adalah walaupun
jumlah parasitnya sangat sedikit, masih dapat memberikan hasil positif. Tes ini
baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.
5. Pungsi Lumbal dan Analisis Cairan Serebrospinal
Pungsi lumbal dan analisis CSS bermanfaat terutama untuk
menyingkirkan diagnosis banding seperti infeksi otak. Pemeriksaan ini perlu
dikerjakan jika kita mendiagnosis banding malaria serebral dengan infeksi
otak. Tentu pemeriksaan ini harus memperhatikan adanya kontraindikasi.
Secara umum, dikerjakan pemeriksaan analisis CSS umum dan
mikrobiologis. Walaupun demikian, beberapa literatur menyebutkan peran
pengukuran asam laktat CSS untuk menentukan prognosis. Pemeriksaan
tersebut belum dapat dikerjakan di tempat kami.
6. Pencitraan Neurologis
Pencitraan otak dikerjakan untuk membantu menyingkirkan diagnosis
banding pada keadaan-keadaan tertentu, mencari kelainan otak primer yang
dapat terjadi pada malaria serebral, dan membantu mencari kontraindikasi
pungsi lumbal. Pemeriksaan MRI otak adalah pemeriksaan terpilih. Hasil MRI
otak juga mampu memperlihatkan tanda-tanda infark awal, penyangatan
parenkim dan leptomeningen, edema otak, hidrosefalus, maupun herniasi otak
dengan baik. Namun demikian, pemeriksaan MRI otak berlangsung lebih lama
dan cukup mahal. Pemeriksaan CT scan kepala dapat menjadi pilihan jika
MRI otak tidak memungkinkan. Pemeriksaan Doppler bermanfaat untuk
mengevaluasi aliran darah regional otak maupun memantau tanda-tanda
hipertensi intrakranial progresif.
13
Tabel 2.1
* Catatan :
a. Apabila ada kesesuain antara umur dan berat badan ( pada tabel pengobatan ) ,
maka dosis yang dipakai adalah berdasarkan berat badan
b. Apabila pasien P. Falciparum dengan BB > 80 Kg datang kembali dalam
waktu 2 bulan setelah pemberian obat dan pemeriksaan sediaan darah masih
positif P. Falciparum, maka diberikan DHP dengan dosis ditingkatkan
menjadi 5 tablet/hari selama 3 hari.
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong
karena bersifat iritasi lambung. Oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu
setiap akan minum obat anti malaria.
14
artesunat intramuskular ( dosis 2,4 mg/KgBB )
Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak tersedia dapat
diberikan kina drop.
Penderita dengan BB = 50 Kg
15
larutan 500 ml (hati-hatin overload cairan) dekstrose 5 % atau NaCl.
4. 4 jam selanjutnya, hanya diberikan cairan Dextrose 5% atau NaCl 0,9%.
5. Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti di atas sampai penderita
dapat minum kina per-oral.
6. Bila sudah dapat minum obat pemberian kina iv diganti dengan kina tablet
per-oral dengan dosis 10 mg/kgbb/kali diberikan tiap 8 jam. Kina
oraldiberikan bersama doksisiklin atau tetrasiklin pada orang dewasa atau
klindamisin pada ibu hamil. Dosis total kina selama 7 hari dihitung sejak
pemberian kina perinfus yang pertama.
2.1.10 Prognosis
16
dalam fungsinya, semakin baik prognosisnya.
c. Kepadatan parasit
Pada malaria serebral kadar laktat pada CSS meningkat, yaitu >2,2
mmol/l. Bila kadar laktat >6 mmol/l memiliki prognosa yang fatal.
17
Terdiri dari: nama pasien, umur, pendidikan, agama, pekarjaan, alamat
serta penanggung jawab pasien. Biasanya malaria diderita oleh seorang yang
tinggal di daerah atau lingkungan endemic malaria.
b. Data riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan klien saat masuk rumah sakit, keluhan saat dikaji :
demam , penurunana kesadaran, menurunnya nafsu makan, sakit
kepala berat ,mual, muntah, lemah, menggigil, malaise, nyeri sendi .
otot dan tulang, berkeringat.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Menggambarkan kesehatan pasien sebelumnya, apakah pasien
pernah mempunyai riwayat penyakit malaria atau meminum obat
malaria, apakah pernah bepergian dan bermalam didaerah endemik.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Menggambarkan adakah anggota keluarga yang mengalami
penyakit malaria, riwayat penyakit genetik, dan congenital dalam
keluarga.
4) Riwayat kebiasaan sehari-hari
- Pola nutrisi
Menggambarkan keluhan pasien berupa: mual, muntah
terus menerus, sering juga muntah darah.
- Pola eliminasi
BAK : pada malaria berat warna air kencing menjadi
seperti teh, dan volume air kencing yang berkurang sampai
tidak keluar air kencing sama sekali.
BAB : Kemungkinan terjadinya berak darah.
5) Pola istirahat dan tidur
Pada umumnya didapat keluhan berupa adanya gangguan
istirahat dan tidur yang disebabkan oleh nyeri kepala, mual, muntah
dan demam menggigil.
6) Pola aktivitas
Pada umumnya penderita malaria terdapat kelemahan atau
kelelahan saat melakukan aktivitas dikarenakan pasien mengalami
18
mual, muntah dan nyeri kepala.
7) Personal hygiene
Pada umumnya personal hygiene pada penderita malaria masih
cukup baik dan bersih.
c. Pemeriksaan Fisik (Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)
1) Keadaan umum
Di kaji penampilan dan tingkat kesadaran. Terjadi gangguan
kesadaran, kelemahan atau kelumpuhan otot
2) Tanda-tanda vital
Pasien mengalami demam 37,50C - 400C, penurunan tekanan
darah, nadi berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi nafas meningkat.
d. Pemeriksaan fisik
a) Pernapasan
- Inspeksi : Frekuensi pernapasan meningkat, bentuk dada
simetris/tidak dan ada/tidak benjolan atau bekas luka.
- Auskultasi : Suara nafas vesikuler.
- Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris/tidak, ada/tidak
benjolan dan nyeri tekan.
- Perkusi : Resonan.
b) Pencernaan
- Inspeksi : Mukosa bibir kering dan pecah-pecah, abdomen
simetris/tidak, ada/tidak luka operasi.
- Auskultasi : Bising usus (+)
- Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan, ada/tidak
pembesaran hepar atau limfa.
- Perkusi: Timpani
c) Penglihatan
- Inspeksi : Konjungtiva palpebra pucat.
- Palpasi : Ada/tidak benjolan dan nyeri tekan.
d) Pengecapan : Mulut terasa pahit
e) Pendengaran : Tidak ada gangguan pada pendengaran
f) Kardiovaskuler
- Inspeksi : ada/tidak bekas operasi dan benjolan.
19
- Palpasi : Ada/tidak nyeri tekan dan pembengkakan jantung.
- Perkusi : Redup pada bagian jantung.
- Auskultasi : Bunyi jantung I dan bunyi jantung II normal.
g) Perkemihan :volume air kencing berkurang, warna seperti teh.
h) Reproduksi : Tidak ada masalah pada sistem reproduksi.
i) Moskuloskeletal : Terjadi kelemahan pada otot.
j) Intergument : Warna ikterik/ kekuningan / tampak pucat.
e. Riwayat Psikologis dan Spiritual
1) Psikologi
Menggambarkan tentang reaksi pasien terhadap penyakit yang
di alami, cemas dan harapan pasien mendapatkan dukungan dari orang
- orang terdekat pasien.
2) Spiritual
Kepercayaan yang di anut pasien, kebiasaan beribadah, dan
sejauh mana kepercayaan tersebut mempengaruhi kehidupan pasien.
3) Pemeriksaan penunjang
- USG : pada penderita malaria kronis terdapat pembesaran
limpa Rontgen : pada penderita malaria kronis terlihat
pembesaran hati dan limpa.
- Laboratorium
Hitung leukosit darah rendah atau normal (n : 4.000-
10.000 mm3)
Jumlah trombosit sering menurun terutama pada malaria
berat (n : 150.000-400.000 sel/mm3)
Laju endap darah sangat tinggi (>5-15 mm/jam)
Hemoglobin darah rendah (<10 gr/dl)
Plasmodium terlihat dalam sediaan, DDR (+).
20
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien dengan malaria berdasarkan dari tanda dan
gejala yang timbul menurut Muttaqin (2011) adalah :
1. Hipertermia berhubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap fase eritrosit
oleh Plasmodium Faciparum
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi penyakit
3. Resiko Ketidakefektifan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan perununan
suplai O2 ke otak
4. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan Hb dalam darah
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan supai O2 ke
jaringan
6. Resiko Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan output berlebih
7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang tidak adekuat
8. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
21
2.2.3 Intervensi Keperawatan
N INTERVENSI KEPERAWATAN
DIAGNOSA KEPERAWATAN
O NOC NIC
1 Hipertermia (00007) NOC : NIC :
Definisi : Level 1 : Domain II : Kesehatan Level 1 : Domain 2 : Fisiologis Kompleks
Suhu inti tubuh diatas kisaran normal Fisiologis ( Lanjutan )
diural karena kegagalan termoregulasi Level 2 : Kelas I : Regulasi Level 2 : Kelas M : Thermoregulasi
Domain 2 : Keamanan dan perlindungan Metabolik Level 3 : Intervensi : Perawatan Hipertermia (3786)
Kelas 6 : Thermoregulasi Level 3 : Outcome : Thermoregulasi Intervensi (Aktivitas) :
( 0800) 1. Monitor tanda-tanda vital
Batasan Karakteristik : Skala Target Outcome : 2. Jauhkan pasien dari sumber panas,
- Postur Abnormal - 080018 Hipertermia (4-5) pindahkan kelingkungan yang lebih dingin
- Apnea - 080003 Sakit Kepala (4-5) 3. Longgarkan atau lepaskan pakaian
- Koma - 080007 Perubahan warna 4. Pasang akses IV ( Meningkatkan Intake
- Kulit kemerahan kulit (4-5) Cairan)
- Hipotensi - 080014 Dehidrasi (4-5) 5. Berikan metode pendinginan eksternal
- Bayi tidak dapat ( Kompres air hangat )
mempertahankan menyusu 6. Pasang NGT, Sesuai Kebutuhan
- Gelisah 7. Pasang Kateter Urin
8. Monitor urin output
- Letargi
9. Monitor abnormalitas status mental
- Kejang
10. Kolaborasi :
- Kulit terasa hangat
- Pemberian Obat antipiretik
- Stupor
- Pemberian Obat analgesik
- Takikardia ( sesuai program dokter )
- Takipnea
- Vasodilatasi
Faktor yang Berhubungan :
- Dehidrasi
- Pakaian yang tidak sesuai
22
- Aktivitas berlebihan
Poulasi Berisiko :
- Pemanjanan suhu lingkungan
tinggi
Kondisi Terkait :
- Penurunan perspirasi
- Penyakit
- Peningkatan laju metabolisme
- Iskemia
- Agens Farmaseutika
- Sepsis
- Trauma
23
- Masa tromboplastin parsial 3. Monitor kemampuan BAK, BAB
(PTT) abnormal 4. Monitor trombopbelitis dan tromboemboli
- Masa protombin (PT) abnormal pada vena.
- Segmen dinding ventrikel kiri Level 3 : Intervensi : Manajemen Kejang ( 2680)
akinetik Aktivitas :
- Aterosklerosis aortik 1. Pertahankan jalan napas
- Diseksi arteri 2. Pandu gerakan klien untuk mencegah
- Fibrilasi atrium terjadinya cedera
- Miksoma atrium 3. Tetap disisi klien untuk mencegah
terjadinya cedera
- Cedera otak
4. Kolaborasi : berikan obat anti kejang sesuai
- Neoplasma otak
program dokter.
- Stenosis karotid
- Aneurisma serebral
- Koagulapati
- Embolisme
- Hipertensi
24
- Penurunan tekanan inspirasi Ekspirasi (4-5) kebutuhan
- Penurunan ventilasi semenit Level 3 : Intervensi : Terapi Oksigen ( 3320)
- Penurunan kapasitas vital Aktivitas :
- Dispnea 1. Bersihkan mulut, hidung, dan sekresi trakea
- Peningkatan diameter anterior- dengan tepat.
posterior 2. Pertahanakan kepatenan jalan nafas
- Pernapasan cuping hidung 3. Berikan oksigen tambahan seperti yang
- Ortopnea diprogramkan
4. Monitor aliran oksigen
- Takipnea
5. Monitor efektivitas oksigen ( Misalnya
- Penggunaan otot bantu
Tekanan Oximetri )
pernapasan
Level 3 : Intervensi (Monitor Pernapasan )
Faktor yang Berhubungan :
Aktivitas :
- Ansietas 1. Monitor Kecepatan, irama, kedalam dan
- Posisi tubuh yang menghambat kesulitan bernafas
ekspansi paru 2. Monitor suara nafas
- Keletihan 3. Monitor Pola nafas Bradipnea, Takipnea,
- Hiperventilasi Hiperventilasi
- Keletihan otot pernapasan 4. Monitor kusmaul, pernapasan 1 :1
Kondisi terkait :
- Derfomitas Tulang
- Derfomitas dinding dada
- Sindrom hipoventilasi
- Gangguan muskuloskeletal
- Gangguan neurologis
25
Level 3 : Outcome : Status nutrisi : Aktivitas :
Asupan makan dan cairan (1008) 1. Pilih jenis dan ukuran selang nasogastrik
dengan mempertimbangkan penggunaan dan
Skala target outcome : rasionalisasi dilakukan penyisipan
- 100802 Asupan makanan 2. Jelaskan kepada pasien dan keluarga
secara oral (4-5) mengenai alasan pemasangan selang
- 100803 Asupan cairan gastrointestinal
secara oral (4-5) 3. Masukkan selang sesuai dengan protokol
- 100804 Asupan cairan institusi
intravena (4-5) Manajemen Nutrisi (1100)
- 100802 Asupan makan 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan
secara tube feeding (4-5) pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi
2. Identifikasi adanya alergi atau intoleransi
makanan yang dimiliki pasien
3. Kolaborasi : tentukan jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang dimiliki pasien
4. Kolaborasi : tentukan jumlah kalori dan
jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk
memenuhi persyaratan gizi.
26
Faktor Resiko : - 060107 Keseimbangan 4. Monitor TTV Pasien
- Asietas Intake dan Output dalam 24 Monitor Cairan ( 4130 )
- Berkeringat jam (4-5) 1. Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan
- Luka bakar - 060116 Turgor Kulit (4-5) cairan serta kebiasaan eliminasi
- Obstruksi intestinal - 060117 Kelembaban 2. Tentukan faktor-faktor resiko yang mungkin
- Pankreatitis membran mukosa (4-5) menyebabkan ketidakseimbangan cairan
- Program pengobatan Hidrasi 3. Tentukan apakan pasien mengalami
- Sepsis - 060201 Turgor Kulit (4-5) kehausan atau gejala perubahan cairan
- 060202 Membran mukosa (Pusing, sering berubah, pikiran, melamun,
- Trauma
lembab (4-5) ketakutan, mual ).
- 060215 Intake Cairan (4-5)
- 060219 Warna Urin Keruh
(4-5)
27
6 Intoleransi Aktivitas (00092) NOC : NIC :
Domain 4 : Aktivitas/Istirahat Level 1 : Domain 1 : Fungsi Level 1 : Domain 1 : Fisiologi Dasar
Kelas 4 : Respon Kardiovaskuler Kesehatan Level 2 : Kelas A : Manajemen Aktivitas dan
Pulmonal Level 2 : Kelas A : Pemeliharaan Latihan
Energi Level 3 : Intervensi : Manajemen Energi (0180)
Definisi : Ketidakcukupan energi Level 3 : Outcome : Toleransi Aktivitas :
psikologis atau fisiologis untuk terhadap aktivitas (0005) 5. Kaji status fisiologis pasien yang
mempertahankan atau menyelesaikan menyebabkan kelelahan sesuai dengan
aktivitas kehidupan sehari-hari yang Skala target outcom: konteks usia dan perkembangan
harus atau yang ingin dilakukan. - 000501 Saturasi Oksigen 6. Tentukan persepsi pasien atau orang
ketika beraktivitas (4-5) terdekat mengenai penyebab kelelahan
Batasan Karakteristik : - 000502 Frekuensi nadi 7. Pilih intervensi untuk mengurangi kelelahan
- Dispnea setelah beraktivitas ketika beraktivitas (4-5) baik secara farmakologis maupun no
- Keletihan - 000503 Frekuensi farmakologis dengan tepat
- Ketidaknyamanan setelah pernafasan ketika 8. Tentukan jenis dan banyaknya aktivitas
beraktivitas beraktivitas (4-5) yang dibutuhkan untuk menjaga kesehatan.
- Perubahan elektrokardiogram - 000508 Kemudahan
(EKG)(mis.,aritmia, bernapas ketika beraktivitas Intervensi : Terapi aktivitas (4310)
abnormalitas, konduksi, iskemia) (4-5) 1. Pertimbangkan kemampuan klien dalam
- Respon frekuensi jantung berpartisipasi melalui aktivitas spesifik
abnormal terhdapat aktivitas 2. Instruksikan pasien dan keluarga untuk
- Respon tekanan darah abnormal melaksanakan aktivitas
terhdap aktivitas 3. Instruksikan klien dan keluarga untuk
melaksanakan aktivitas yang diinginkan
Faktor yang berhubungan : maupun yang telah diresepkan
- Gaya hidup kurang gerak
- Imobilitas
- Ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen
- Tirah Baring
28
29
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh
perawat dan pasien (Riyadi, 2010). Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan
perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan
(Setiadi, 2012)
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan
intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan
( Deswani, 2009).
30
BAB 3
A. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Ny. K
Umur : 46 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMK
Agama : Islam
Alamat : Lapodi
No. RM : 568642
Ruangan : Ruang Interna
Tanggal Masuk : 17 Maret 2020
Tanggal Pengkajian : 18 Maret 2020
Pukul : 10.00 WIT
Diagnosa Medis : Malaria Serebral
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama saat masuk RS ( 17 Maret 2020)
- Keluhan utama klien masuk RS : Demam
- Keluhan yang Menyertai
Keluhan merasa mual, muntah satu kali, tubuh terasa panas,
pegal-pegal.
31
Klien megeluh terasa nyeri kepala hebat, nyeri pada
persendian, tulang dan otot skala nyeri 4 (1-5), tubuh terasa pegal-
pegal, lidah terasa pahit, merasa mual, tidak nafsu makan, nyeri pada
ulu hati, sakit kepala, panas pada tubuh hilang timbul, sering
berkeringat.
4. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : - Kesadaran : Apatis GCS 12 (E3V3M6)
Nadi : 90 x / menit
Suhu : 39oC
Respirasi : 22 x /menit
Berat Badan : 49 Kg
32
5. Pemeriksaaan Head to toe
a. Kepala :
Inspeksi :
- Distribusi rambut : Merata,
- Warna rambut : hitam dan keriting,
- Keadaan kulit kepala : kulit kepala terlihat bersih.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
b. Mata :
Inspeksi :
- Sklera : Ikterik
- Conjungtiva : Anemis
c. Telinga :
Inspeksi :
- Bentuk : Simetris
d. Hidung :
Inspeksi :
- Bentuk : Simetris,
- Penciuman : Normal
33
e. Mulut
Inspeksi :
f. Leher :
Inspeksi :
g. Thorak
Inspeksi :
- Pernafasan : Reguler
Palpasi :
Perkusi :
- Suara :Redup, resonan pada lapang paru.
Auskultasi :
h. Abdomen
- Inspeksi : Terlihat distensi, tidak ada benjolan, terdapat bekas luka
34
operasi ( Caesaria)
- Auskultasi : Bising usus 25 x/menit.
- Palpasi : Nyeri tekan epigastrik (+), tidak ada pembesaran pada hepar
- Perkusi : Timpani.
i. Ekstermitas :
- Atas : Akral dingin, udema tidak ada, tangan kiri terpasang infus dan
sedang transfusi darah.
- Bawah: Akral dingin, tidak ada varises, klien jarang menggerakan
kakinya karena masih merasa lemah. Kekuatan otot ekstremitas atas dan
bawah :
44444444
4444 4444
44444444
35
Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi :
Hemaktokrit 30 % 40-50 (P)
45-55 (L)
Haemoglobin 7.5 Gr/dl 12.0 – 14.0 (P)
13.0 – 16.0 (L)
Leokosit 3.0 103/µl 5.0 – 10.0
Trombosit 100.000 103/µl 150.000 – 400.000
Malaria/DDR :
Plasmodium (+++) Positif (-) Negatif
Flaciparum
15 mm/jam 0-10 (L)
LED 0-15 (P)
Kimia klinik :
Ureum serum 30 Mg/dl 20 -40
Kreatinin serum 0.7 Mg/dl 0.5 -1.2
Glukosa sewaktu :
Glukosa sewaktu 50 Mg/dl 70 – 120
Pembengkakan
USG
Hepar
8. Penatalaksanaan Medis
17 Maret 2020 18 Maret 2020 19 Maret 2020
36
katong I
2.Minum
37
1.BAB
2.BAK
6-8 x/hari 3-4 x/hari
- Pola BAK
Khas Khas
- Bau
Kuning Warna teh
- Warna
Tidak ada Tidak ada
- Kesulitan
3 Istirahat Tidur
TB : 155 Cm TB : 155 Cm
< 20 : Underweight
20-25 : Normal
25.30: Overweight
>30 : Obesitas
Klasifikasi Data
38
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
Klien Mengeluh : Klien tampak :
- Terasa nyeri pada daerah persendian, - Kesadaran Apatis (GCS 12)
tulang dan juga otot 4 (1-5). - Lemas
- Tubuh terasa pegal-pegal - Mukosa bibir kering
- Mual, muntah (1) - Conjungtiva anemis
- Nyeri ulu hati - Sklera ikterik
- Lidah terasa pahit - Akral teraba dingin
- Tidak ada nafsu makan - Skala Nyeri 4 (1-5)
- Sakit kepala berat - Tatapan tajam
- Panas pada tubuh sering dirasakan - Porsi makan 3 sendok
hilang timbul dan berkeringat - Minum 4-5 Gelas
- Mengigil - TD : 110/80 mmHg
- Nadi : 90 x/menit
- S : 390C
- RR : 22 x/menit
- DDR : P F +++
- Hb : 7.5 gr/dl
Analasisa Data
N
DATA ETIOLOGI PROBLEM
O
1 DS : - Klien mengeluh Inflamasi Parasit Hipertermia
demam, menggigil Malaria
- Klien mengeluh tubuh
terasa panas
DO :
- Suhu 380C
39
kering
2 DS : - Klien mengeluh nyeri Proses Inflamasi Nyeri Akut
kepala hebat Penyakit
DO : - Klien tampak (P.Falciparum)
memegang kepalanya
- Skala nyeri 4 (1-5)
- TTV :
TD : 110/70 mmHg
N : 90 x/ menit
RR : 22x/menit
S : 370C
3 DS : Klien mengeluh Penurunan supali O2 ke Resiko ketidakefektifan
kepalanya pusing otak perfusi jaringan cerebral
DO :
- Keadaan Umum :
Composmentis
- Klien tampak lemah
- TTV :
TD : 120/80 mmHg
S : 380C
N : 86 x/menit
R : 22 x/menit
- Akral dingin
- Hb : 7,5 gr/dl
- Hasil Pemeriksaan :
Malaria (+) P. Falciparum
4 DS: - Klien merasa mual dan Intake yang tidak Resiko
muntah 1 kali adekuat Ketidakseimbangan
- Klien tampak lemas nutrisi kurang dari
40
- Klien mengatakan tidak Kebutuhan tubuh.
nafsu makan
- Lidah terasa pahit
- Klien hanya
menghabiskan ½
porsi
- BB : 49 Kg
- TB : 155 Cm
- Klien tampak pucat
44444444
4444 4444
44444444
41
B. Diagnosis Keperawatan
1. Hipertermia bergubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap fase eritrosit
(P.Falciparum)
2. Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi parasit (P.Falciparum)
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan
supali O2 ke otak
4. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
5. Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
42
C. Intervensi Keperawatan
N DIAGNOSA INTERVENSI KEPERAWATAN
O KEPERAWATAN NOC NIC
1 Hipertermia (00007) NOC : NIC :
Definisi : Level 1 : Domain II : Level 1 : Domain 2 :
Suhu inti tubuh diatas kisaran Kesehatan Fisiologis Fisiologis Kompleks
normal diural karena Level 2 : Kelas I : ( Lanjutan )
kegagalan termoregulasi Regulasi Metabolik Level 2 : Kelas M :
Domain 2 : Keamanan dan Level 3 : Outcome : Thermoregulasi
perlindungan Thermoregulasi Level 3 : Intervensi :
Kelas 6 : Thermoregulasi ( 0800) Perawatan Hipertermia
Skala Target (3786)
Batasan Karakteristik : Outcome : Intervensi (Aktivitas) :
- Postur Abnormal - 080018 1. Monitor tanda-tanda
- Apnea Hipertermia (4- vital
- Koma 5) 2. Jauhkan pasien dari
- Kulit kemerahan - 080003 Sakit sumber panas,
- Hipotensi Kepala (4-5) pindahkan
- Bayi tidak dapat - 080007 kelingkungan yang
mempertahankan Perubahan lebih dingin
menyusu warna kulit (4- 3. Longgarkan atau
- Gelisah 5) lepaskan pakaian
- 080014 4. Pasang akses IV
- Letargi
Dehidrasi (4-5) ( Meningkatkan
- Kejang
Intake Cairan)
- Kulit terasa hangat 5. Berikan metode
- Stupor pendinginan
- Takikardia eksternal ( Kompres
- Takipnea air hangat )
- Vasodilatasi 6. Pasang NGT, Sesuai
Faktor yang Berhubungan : Kebutuhan
- Dehidrasi 7. Pasang Kateter Urin
- Pakaian yang tidak 8. Monitor urin output
sesuai 9. Monitor
- Aktivitas berlebihan abnormalitas status
Poulasi Berisiko : mental
- Pemanjanan suhu 10. Kolaborasi :
lingkungan tinggi - Pemb
Kondisi Terkait : erian
- Penurunan perspirasi Obat
- Penyakit antipireti
- Peningkatan laju k
metabolisme - Pemb
- Iskemia erian
- Agens Farmaseutika Obat
- Sepsis analgesik
- Trauma ( sesuai
program
dokter )
43
2 Resiko Ketidakefektifan NOC : NIC :
perfusi jaringan Otak (00201) Level 1 : Domain II : Level 1 : Domain 2 :
Domain 4 : Aktivitas/Istirahat Kesehatan Fisiologis Fisiologi : Kompleks
Kelas 4 : Respon Level 2 : Kelas E : Level 2 : Kelas I :
Kardiovaskuler/ Pulmonal Jantung Paru Manajemen Neurologis
Level 3 : Outcome : Level 3 : Intervensi :
Definisi : Perfusi Jaringan : Manajamen Edema Serebral
Rentan mengalami penurunan Serebral (0406) ( 2540 )
sirkulasi jaringan otak yang Aktivitas :
dapat mengganggu kesehatan Skala target outcome : 1. Monitor adanya
- 040602 kebingungan,
Faktor Resiko : Tekanan perubahan pikiran,
Penyalahgunaan Zat intrakranial (4- keluhan pusing ,
5) pingsan
Populasi Berisiko : - 040603 Sakit 2. Monitor status
Baru terjadi infark miokard kepala (4-5) neurologi dengan
- 040605 ketat dan bandingkan
Kondisi terkait : Kegelisahan (4- dengan nilai normal
- Masa tromboplastin 5) 3. Monitor TTV ( TD,
parsial (PTT) abnormal - 040609 Muntah N, S, RR )
- Masa protombin (PT) (4-5) Level 3 : Intervensi :
abnormal - 040616 Demam Manajemen Sensasi Perifer (
- Segmen dinding (4-5) 2660)
ventrikel kiri akinetik - 040619 Aktivitas :
- Aterosklerosis aortik Penurunan 1. Monitor sensasi
- Diseksi arteri tingkat tumpul atau tajam
- Fibrilasi atrium kesadaran (4-5) dan panas/ dingin
- Miksoma atrium ( yang dirasakan
pasien )
- Cedera otak
2. Monitor adanya
- Neoplasma otak
parasitesia dengan
- Stenosis karotid tepat ( misalnya mati
- Aneurisma serebral rasa , tingling,
- Koagulapati hipertesia, hipotesia,
- Embolisme dan tingkat nyeri ).
- Hipertensi 3. Monitor kemampuan
BAK, BAB
4. Monitor
trombopbelitis dan
tromboemboli pada
vena.
Level 3 : Intervensi :
Manajemen Kejang ( 2680)
Aktivitas :
1. Pertahankan jalan
napas
2. Pandu gerakan klien
untuk mencegah
terjadinya cedera
3. Tetap disisi klien
44
untuk mencegah
terjadinya cedera
4. Kolaborasi : berikan
obat anti kejang
sesuai program
dokter.
3 Ketidakseimbangan nutrisi : NOC: NIC :
kurang dari kebutuhan tubuh Level 1 : Domain II : Level 1 : Domain 1 :
( 00002 ) Kesehatan Fisiologi Fisiologi Dasar
Domain 2 : Nutrisi Level 2 : Kelas K : Level 2 : Kelas D :
Kelas 1 : Makan Pencernaan dan nutrisi Dukungan Nutrisi
Level 3 : Outcome : Level 3 : Intervensi :
Definisi : Status nutrisi : Asupan Intubasi Gastrointestinal
Asupan nutrisi tidak cukup makan dan cairan ( 1080)
untuk memenuhi kebutuhan (1008) Aktivitas :
metabolik 1. Pilih jenis dan
Skala target outcome : ukuran selang
Batasan Karakteristik : - 100802 Asupan nasogastrik dengan
- Berat Badan 20% atau makanan secara mempertimbangkan
lebih di bawah rentang oral (4-5) penggunaan dan
BB ideal - 100803 Asupan rasionalisasi
- Bising usus hiperaktif cairan secara dilakukan penyisipan
- Cepat kenyang setelah oral (4-5) 2. Jelaskan kepada
makan - 100804 Asupan pasien dan keluarga
- Diare cairan intravena mengenai alasan
- Gangguan sensasi rasa (4-5) pemasangan selang
- Kehilangan rambut - 100802 Asupan gastrointestinal
berlebihan makan secara 3. Masukkan selang
- Membran mukosa tube feeding (4- sesuai dengan
5) protokol institusi
pucat tonus otot
Manajemen Nutrisi (1100)
menurun
1. Tentukan status gizi
pasien dan
Faktor Yang Berhubungan :
kemampuan pasien
- Faktor biologis
untuk memenuhi
- Faktor ekonomi kebutuhan gizi
- Gangguan psikologis 2. Identifikasi adanya
- Ketidakmampuan alergi atau
mencerna makanan intoleransi makanan
- Ketidakmampuan yang dimiliki pasien
mengabsorpsi nutrient 3. Kolaborasi :
- Kurang asupan tentukan jumlah
makanan kalori dan jenis
nutrisi yang dimiliki
pasien
4. Kolaborasi :
tentukan jumlah
kalori dan jenis
nutrisi yang
dibutuhkan untuk
45
memenuhi
persyaratan gizi.
46
- Keluhan tentang
intensitas
menggunakan standar
skala nyeri
- Keluhan tentang
karakteristik nyeri
dengan menggunakan
standar instrument
nyeri
47
- Imobilitas kemampuan klien
- Ketidakseimbangan dalam berpartisipasi
antara suplai dan melalui aktivitas
kebutuhan oksigen spesifik
- Tirah Baring 2. Instruksikan pasien
dan keluarga untuk
melaksanakan
aktivitas
3. Instruksikan klien
dan keluarga untuk
melaksanakan
aktivitas yang
diinginkan maupun
yang telah
diresepkan
48
D. Implementasi Keperawatan
NO TGL/JAM DIAGNOSA IMPLEMENTASI RESPON PARAF
1 18 Maret Hipertermia 1. Memonitor 1. TTV
2020 (00007) tanda-tanda - TD : 110/90 mmHg
vital - N : 90 x/menit
11.00 - RR : 22 x/menit
WIT - S : 370 C
Klien mengatakan suhu
badannya menurun
2. Menjauhkan 2. Klien mengatakan
pasien dari bahwa klien merasa
sumber panas, nyaman
memindahkan
kelingkungan
yang lebih
dingin 3. Klien kooperatif
3. Melonggarkan megikuti anjuran
atau lepaskan perawat.
pakaian 4. Klien mengatakan ,
4. Memerikan dengan kompres air
metode hangat klien merasa
pendinginan nyaman
eksternal 5. Klien mengikuti
( Kompres air apa yang dianjurkan
hangat ) oleh perawat
5. Mengajurkan
klien untuk 6. Cairan Infus
banyak minum diberikan
8 gelas perhari berdasarkan terapi
yaitu RL dengan
6. Memasang D5% dengan
akses IV tetesan 20
( Meningkatkan gtt/menit.
Intake Cairan) - Klien merasa
kesakitan pada
saat dipasangkan
selang intravena
7. Paracetamol 3x 1
Inj. IV Artesunat 2 vial
7. Berkolaborasi - Klien mengatakan
untuk : minum obat tepat
- Pemberian waktu sesuai
Obat instruksi yang telah
antipiretik diberikan
dan
antimalaria
injeksi
49
2 18 Maret Resiko 1. Memonitor 1. Klien merasa cemas
2020 Ketidakefektifan adanya dan gelisah dan klien
perfusi jaringan kebingungan, mengeluh pusing
Pukul Otak (00201) perubahan
11.30 pikiran,
keluhan pusing
, pingsan
2. TTV :
2. Memonitor - TD : 110/70 mmHg
TTV - N : 90 x/menit
( TD, N, S, - S : 370 C
RR ) - RR : 22 X /menit
Klien mengatakan pada
pada tubuhnya hilang
timbul dan sering
berkeringat . klien
mengatakan susah tidur .
klien mengeluh tubuh
terasa pegal-pegal.
3. Klien sangat
3. Menganjurkan
koperatif mengikuti
pasien untuk
anjuran yang
tirah baring
diberikan oleh
perawat
4. Klien mengatakan
4. Monitor
masih bisa
adanya
merasakan adanya
parasitesia
rangsangan panas ,
dengan tepat
klien merasakan
( misalnya
nyeri .
mati rasa ,
Skala nyeri 3 (1-5)
tingling,
hipertesia,
5. Klien mengatakan
hipotesia, dan
frekuensi BAB
tingkat nyeri ).
masih sama seperti
5. Monitor
sebelum sakit.
kemampuan
Frekuensi BAK
BAK, BAB
berkurang,
6. Memantau
6. Klien mengatakan
tetesan
merasa sedikit
transfusi darah
membaik ketika
(pemberian
mendapatkan
transfusi
transfusi darah pada
darah, PRC
pukul 10.00 WIT
(packed red
cells)
50
3 18 Maret Ketidakseimban 1. Klien berisko
2020 gan nutrisi : kekurangan nutrisi
kurang dari 1. Menentukan dan klien tidak nafsu
Pukul kebutuhan tubuh status gizi makan ( makanan
12.00 ( 00002 ) pasien dan yang lunak dan
WIT kemampuan dalam porsi yang
pasien untuk hangat
memenuhi - Klien
kebutuhan gizi mengatakan
dapat memakan
makan yang
diberikan
- Klien
mengatakan
tidak
menghabiskan
makanannya
hanya ½ porsi
saja
- Klien mengeluh
lidah terasa pahit
dan mual
2. Klien mengatakan
tidak alergi terhadap
2. Mengidentifik makanan apapun
asi adanya
alergi atau
intoleransi
makanan yang 3. Klien mengikuti apa
dimiliki pasien yang dianjurkan oleh
3. Menganjurkan perawat
Klien makan
makanan
dalam keadaan 4. Klien mengatakan
hangat tidak dapat
4. Mengajurkan menghabiskan
klien makan makannnya hanya ½
makanan yang porsi. Dengan
lunak dalam keluhan klien yaitu
porsi kecil masih terasa pahit
namun sering pada lidah , dan
merasakan mual
51
Keluarga R: Kepala (Klien
untuk memegang kepala)
menenangkan S: GCS 12 E3V3M6
klien dengan T: saat terjadi demam
melakukan tinggi bersifat akut
komunikasi 2. Suami klien
teraupetik mencoba
3. Ajarkan menengakan klien
keluarga dengan berada di
(suami) dekat klien
penggunaan 3. Suami klien mengerti
teknik non dan dapat melakukan
farmakologis teknik napas dalam
yaitu napas dengan baik serta
dalam mencoba mengajak
4. Memberikan klien untuk
terapi melakukannya teknik
antipiretik oral napas dalam.
Respon klien,
mencoba melakukan
4. Obat antipiretik
Paracetamol 500mg
11.00 WIT
Respon klien:
Klien meminum obat
dan menelan obat
tersebut
E. Evaluasi
DIAGNOSA
NO TANGAL SOAP PARAF
KEPERAWATAN
1 19 Maret Hipertermia S:
2020 - Klien mengatakan tidak
52
merasakan demam dan suhu
badan klien teraba hangat
O:
- Suhu : 37,60C
- Klien tampak segar
- Mukosa bibir klien lembab
A:
- Hipertermia berhubungan
dengan proses inflamasi
sekunder terhadap fase eritrosit
(P.Falciparum) – Belum
Teratasi
P:
- Intervensi dipertahankan :
1. Kompres air hangat
2. Intake cairan yang adekuat
3. Observasi TTV
4. Inj. Aresunat 2 vial dan
antipiretik
5.
2 19 Maret Resiko S:
2020 ketidakefektifan - Klien mengatakan sudah tidak
perfusi jaringan merasakan pusing lagi
cerebral O:
- Keadaan Umum Composmentis
(GCS 15 )
- TTV
TD : 120/80 mmHg
S : 370C
N : 86 x/menit
R : 18 x/menit
- Akral hangat
- Klien tampak segar
- Hb : 13,0 gr/dl
- Hasil pemeriksaan Malaria
P.Falciparum (-)
A:
- Masalah hipertermi
berhubungan dengan proses
inflamasi sekunder terhadap fase
eritrosit P. Falciparum -
Teratasi
P:
- Intervensi dipertahankan
3 19 Maret Resiko S:
2020 ketidakseimbangan - Klien mengatakan tidak lagi
53
nutrisi kurang dari merasa mual dan muntah
kebutuhn tubuh - Klien mengatakan tidak merasa
lemas lagi
- Klien mengatakan suadah
mengalami peningkatan nafsu
makan
- Klien mengatakan lidah tidak
lagi terasa pahit
- Klien mengatakan tidak
merasakan nyeri pada ulu hati
O:
- Klien tampak segar
- Klien tampak menghabiskan 1
porsi makanan
- BB : 51 Kg
- TB : 155 cm
A:
- Resiko ketidakefektifan perfusi
jaringan serebral berhubungan
dengan penurunan supali O2 ke
otak – Teratasi
P: Intervensi dipertahankan
4 19 Maret Nyeri Akut S:
2020 - Klien (Suami) memahami teknik
napas dalam
O:
- Klien berteriak – teriak
- Klien (Suami) mencoba
menenangkan klien
- Klien mencoba melakukan
teknik napas dalam
A:
- Nyeri akut belum teratasi
P:
- Intervensi Dilanjutkan
- Manajemen Nyeri
- Teknik napas dalam
- Terapi antipiretik
5 19 Maret Intoleransi S:
2020 Aktivitas - Klien berteriak dan hanya mau
berkomunikasi dengan suami
O:
- Klien berteriak dan hanya mau
berkomunikasi dengan suami
54
A:
- Malasah belum teratasi
P:
- Intervensi Dilanjutkan
- Manajemen aktivitas latihan
(Observasi)
BAB IV
PEMBAHASAN
55
Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. K dengan kasus Malaria
Serebral di Ruang Interna RSUD Jayapura tahun 2020 yang dimulai dari tanggal 18 Maret
2020 sampai 22 Maret 2020 ditemukan beberapa persamaan atau kesenjangan antar teori
yang ada dengan data yang di dapatkan.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan. Dalam mengumpulkan
data ditemukan beberapa kesenjangan dan persamaan antara lain : pada riwayat kesehatan
sekarang, pada Ny. K ditemukan keluhan Demam dirasakan sejak satu minggu yang lalu,
tubuh menggigil merasa kedinginan, merasa mual yang disertai dengan muntah,nyeri pada
uluh hati, lidah terasa pahit, tidak ada nafsu makan, kepala terasa pusing, tubuh terasa
panas, sering berkeringat, seluruh tubuh dirasakan sakit (nyeri pada persendian dan juga
otot) dan pegal-pegal,tubuh terasa lemah, dan klien mengeluh hasil labor haemoglobinnya
rendah yaitu 7,5 gr/dl. Keluhan yang dialami oleh Ny. K tersebut sama dengan manifestasi
klinis yang dapat ditimbulkan oleh malaria pada tinjauan teoritis. Akan tetapi ada beberapa
gejala pada tinjauan teoritis yaitu pembesaran limpa (splenomegali) dan pembesaran
hepar(hepatomegali) pada kasus Ny. K tidak penulis temukan. Dalam hal ini tidak terdapat
kesesuian data seperti teori yang dikemukakan oleh Munthe, 2001.
Pada riwayat kesehatan dahulu Ny. K ditemukan bahwa Ny. K 2 tahun yang lalu
pernah dirawat di RS selama 3 hari dengan alasan penyakit yang sama yaitu malaria.
Berdasarkan tinjauan toritis bahwa malaria merupakan penyakit yang sewaktu-waktu dapat
kambuh kembali di sebabkan oleh parasit malaria.
Pada riwayat kesehatan keluarga terdapat keluarga Ny. K yang pernah mengalami
penyakit malaria yaitu suaminya, anak pertama dan anak kedua. Berdasarkan tinjauan
teoritis menurut pendapat Handayani wiwik (2008) bahwa malaria merupakan infeksi
parasit pada sel darah merah yang disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium
yang ditularkan ke manusia melalui air liur nyamuk. Pada keluarga Ny. K sepertinya sudah
terjadi penularan penyakit malaria antar keluarga sehingga terdapat keluarga selain Ny. K
yang pernah mengalami penyakit malaria.
Pada pengkajian kebiasaan hidup sehari-hari Ny. K pada kebutuhan nutrisi Ny. T
selama dirumah sakit hanya makan ½ porsi makanan beda dengan selama dirumah
sewaktu sehat klien dapat menghabiskan 1 porsi makan. Klien menemukan kesulitan saat
makan yaitu perut terasa mual, nyeri pada uluh hati, lidah terasa pahit. Pada kebutuhan
56
istirahat dan tidur Ny. K kurang dari kebutuhan yang seharusnya/ biasanya sebanyak 6-8
jam menjadi 4-6 jam hal tersebut dikarenakan tubuh Ny. K sering terasa panas, sering
berkeringat, terasa nyeri pada sendi tulang dan otot, tubuh terasa pegal sehingga klien
menjadi susah untuk tidur. Pada kebutuhan aktivitas klien klien hanya berada ditempat
tidur semua aktivitas klien di bantu oleh keluarga di karenakan klien mengalami
kelemahan fisik. Berdasarkan tanda dan gejala menurut pendapat Harijanto (2009) bahwa
manifestasi klinis pada malaria serupa dengan yang dialami Ny. K yaitu merasa mual,
muntah, tidak nafsu makan,terasa lesuh/lemah, demam yang dirasakn hilang timbul, nyeri
pada sendi tulang dan otot, tubuh terasa pegal-pegal sehingga menyebabkan terganggunya
kebutuhan istirahat dan tidur Ny. K
Pada tinjauan kasus hasil laboratorium Ny. K ditemukan beberapa persamaan
patinjauan teoritis seperti leukosit darah rendah : 3.0 103/µl (N = 5.0 – 10.0 103/µl ),
Leukosit rendah (Leukopenia) menunjukkan adanya proses infeksi, hemoglobin rendah
(7,5 gr/dl) berdasarkan menurut pendapat zulkoni akhsin (2009) malaria dapat
menyebabkan anemia dikarenakan sel darah merah lisis akibat siklus hidup parasit dan
penghancuran sel darah merah baik yang terinfeksi maupun tidak terinfeksi oleh limpa.
Hemaktokrit rendah (30%) menunjukan penurunan persentase konsentrasi eritrosit dalam
plasma darah, trombosit turun (100.000 sel/mm3) sesuai dengan tinjauan teori jumlah
trombosit sering menurun (N = 150.000- 400.000 sel/mm3) menurut penulis Pada
pemeriksaan ureum serum dan kreatinin serum pada Ny. K normal yaitu ureum serum 30.0
mg/dl (N= 20-40 mg/dl) dan kreatinin serum 0.7 mg/dl (N= 0.5-1.2 mg/dl), ini menunjukan
bahwa fungsi ginjal pada Ny. K masih baik dan Ny. K belum mengalami komplikasi lebih
lanjut dari penyakit malaria yang diderita, yang mana menurut widoyono (2008) .Pada
pemeriksaan glukosa sewaktu/BBS pada Ny. K rendah yaitu 65 mg/dl (N=70-120 mg/dl)
ini menunjukan bahwa Ny. K hipoglikemia edangkan menurut widoyono (2008) .
B. Diagnosa Keperawatan
Pada diagnosa keperawatan penulis hanya menganalisa data yang diperoleh dari
pengkajian sebelum menegakan diagnosa keperawatan. Dalam asuhan keperawatan pada
tinjauan kasus, penulis menemukan 5 diagnosa keperawatan yang terdiri dari :
1. Hipertermia bergubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap fase
eritrosit (P.Falciparum)
2. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
57
penurunan supali O2 ke otak
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
4. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses inflamasi parasit
5. Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Dalam hal ini tidak terdapat kesesuain antara teori (Mutaqin, 2011) dan tinjauan
kasus karena pada teori terdapat 8 diagnosa masalah dan
C. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan yang penulis susun pada studi kasus telah mengacu pada
asuhan keperawatan secara teoritis dengan disesuaikan pada prioritas masalah
keperawatan yang dirumuskan. Penulis membuat intervensi dan prioritas waktu dengan
menyesuaikan pada masalah keperawatan yang ditemukan dan sesuai dengan kemampuan
yang dipunyai oleh penulis untuk menyelesaikan/ mengatasi masalah dengan
memanfaatkan fasilitas yang ada. Intervensi yang ada pada tinjauan teoritis menurut
NANDA NIC-NOC 2015-2017 dapat direncanakan pada kasus.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pengolahan data dan perwujudan dari rencana tindakan
keperawatan, meliputi tindakan yang telah direncanakan oleh perawat dalam membantu
klien. Dalam melakukan tindakan keperawatan harus memperhatikan kenyamanan dan
keadaan klien. Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan pada Ny. K dengan penyakit
malaria di ruang rawat inap Ruang Interna RSUD Jayapura, penulis melakukanya selama
lima hari perawatan dan yang dilakukan adalah sesuai dengan perencanaan.
Pelaksanaan tindakan perawatan pada klien dapat dilakukan dengan baik karena
faktor yang mendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ini. Adapun faktor
pendukung lain antara lain :
1. Adanya kerja sama dan kolaborasi antar tim kesehatan yang lain dan yang
paling mendukung adalah kerjasama antara penulis dan keluarga.
2. Karena adanya motivasi yang kuat dari keluarga untuk kesembuhan klien
sehingga keluarga selalu mendukung dan melaksanakan anjuran perawat.
58
E. Evaluasi keperawatan
Evaluasi merupakan bagian akhir dari proses keperawatan, yang digunakan sebagai
alat ukur berhasil atau tidaknya tindakan keperawatan kepada klien, sesuai dengan diagnosa,
tujuan dan kriteria hasil. Dari 5 diagnosa keperawatan yang telah disusun sesuai dengan
masalah utama, selama melakukan 1 hari perawatan pada Ny. K dengan penyakit malaria
serebral sejak tanggal 18 Maret 2020 sampai 19 maret 2020 , 4 masalah keperawatan berhasil
diatasai dan 1 masalah keperawatan yang masih dilanjutkan intervensinya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari pengkajian yang dilakukan pada Ny. K dengan penyakit malaria serebral, penulis
mendapatkan data-data pengkajian meliputi : identitas pasien, identitas penanggung
59
jawab , riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga, pemeriksaan fisik, data psikologi, data penunjang, penatalaksanaan medis,
dan kebiasaan sehari-hari klien.
2. Setelah data-data tersebut terkumpul, penulis menganalisa data yangtelah ditemukan
untuk menemukan masalah keperawatan klien,setelah itu penulis menyusun diagnosa
keperawatan untuk menunjang proses keperawatan dan ditemukan 5 diagnosa
keperawatan pada Ny. K
- Hipertermia bergubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap fase
eritrosit (P.Falciparum)
- Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi parasit (P.Falciparum)
- Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
penurunan supali O2 ke otak
- Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat
- Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Berdasarkan diagnosa keperawatan, penulis menyusun intervensi yang disesuaikan
dengan tinjauan teori menurut NANDA NIC-NOC 2015-2017 dengan
mempertimbangkan prosedur kebijakan dan fasilitas diruangan rawat inap tempat
klien dirawat, serta disesuaikan juga dengan kemampuan penulis dan keadaan klien.
4. Kemudian rencana-rencana tersebut penulis implementasikan pada klien dan
keluarga, sekaligus mengevaluasi setiap respon hasil atau kemajuan klien setelah
dilakukan tindakan keperawatan.
5. Pada evaluasi di semua tindakan keperawatan dikategorikan berhasil karena dari enam
diagnosa yang disusun sesuai masalah pada Ny. K menunjukan bahwa semua masalah
dapat teratasi dengan baik.
5.2 Saran
60
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan bagi istansi pelayanan agar dapat memberikan asuhan
keperawatan yang tepat bagi pasien dengan masalah kesehatan malaria serebral
3. Bagi Institusi
Kepada pihak akademik diharapkan dapat lebih memperluas dalam pemberian
materi tentang malaria dan dapat menambah buku-buku tentang Malaria edisi terbaru
sehingga peneliti selanjutnya tidak kesulitan mencari untuk referensi.
4. Bagi Penulis
Bagi penulis diharapkan kedepannya bisa melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai masalah Malaria Serebral sehingga penulis bisa mendapatkan pengetahuan
dan data lebih mengenai Malaria Serebral
DAFTAR PUSTAKA
Budiono, Sumirah Budi Pertami. 2015. Konsep dasar Keperawatan. Jakarta : Bumi Medika
Bulechek, Gloria M et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Singapore:
Elsavier, Alih Bahasa Intansari Nurjannah & Roxsana Devi Tumanggor.
CDC. Malaria: Biology. Updated 20 December 2017. [dikutip 24 Februari 2021]. Tersedia
dari: https:// www.cdc.gov/malaria/about/biology/.
61
Harijanto PN, Nugroho A, Gunawan CA. Editor. Malaria: dari mokeluler ke klinis. Edisi ke-
2. Jakarta. EGC:2008.
Kemenkes RI. Info Data Dan Informasi Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakart : Kemenkes
RI; 2017.
Moorhead, sue et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi 5. Singapore:
Elsevies, Alih Bahasa Intansari Nurjannah & Roxsana Devi Tumanggor
Nurarif, Amin Huda & Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosis Medis & Nanda Nic-Noc Jilid 3. Yogyakarta: Medication Publishing
Nurarif & Kusuma. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA
NIC-NOC. Jogjakarta : MediAction
Robbins. 2007. Buku ajar : Patologi. Jakarta : EGC
Smeltzer, S. C. And Bare, B. G. 2012.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Sudart Edisi 8. Jakarta: EGC
Sucipto, Cecep Dani. 2017. Manual Lengkap Malaria. Jakarta : EGC
Tarwoto et al. 2009. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Cetakan
Pertama. Trans Info Media: Jakarta
WHO. World malaria 2017. Zurich. WHO:217.
62