Anda di halaman 1dari 30

1

Asuhan Keperawatan Pada


Klien dengan Malaria Serebral

OLEH :
KELOMPOK II (DUA)
2

LATAR BELAKANG
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 41% populasi dunia dapat
terinfeksi malaria. Setiap tahun terdapat 300 – 500 juta penderita mengalami penyakit serius
dan sekurang-kurangnya 1-2,7 juta diantaranya meninggal karena malaria (Sembel, 2009).
Menurut WHO pula, Ini termasuk banyak dari Afrika Sub-Sahara, Asia, dan Amerika Latin.
Pada 2015, ada 214 juta kasus malaria di seluruh dunia. Malaria umumnya terkait dengan
kemiskinan dan memiliki efek negatif yang besar terhadap pembangunan ekonomi. Di Afrika,
malaria diperkirakan mengakibatkan kerugian yang besar dalam setiap tahunnya karena
menigkatnya biaya kesehatan, kehilangan kemampuan untuk bekerja, dan efek negatif pada
pariwisata. Situasi malaria di Indonesia menunjukkan masih terdapat 10,7 juta penduduk
yang tinggal di daerah endemis menengah dan tinggi malaria. Daerah tersebut terutama
meliputi Papua, Papua Barat, dan NTT. Pada 2017, dari jumlah 514 kabupaten/kota di
Indonesia, 266 (52%) di antaranya wilayah bebas malaria,172 kabupaten/kota (33%) endemis
rendah, 37 kabupaten/kota (7%) endemismenengah, dan 39 kabupaten/kota (8%) endemis
tinggi.
3
Tujuan Umum
Manfaat Penulisan
Untuk menggambarkan asuhan keperawatan
pada Ny.K dengan Diagnosa Medis “Malaria
Serebral” di ruang Interna RSUD Jayapura  Bagi Klien / Masyarakat
Dapat menambah wawasan dan meningkatkan pengetahuan
tentang penyakit dengan kasus Malaria khusunya Malaria
Serebral dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas.
 Bagi Rumah Sakit
Tujuan Khusus Sebagai penambah wawasan dan pedoman bagi tenaga
1. Untuk melakukan pengkajian pada Ny.K dengan diagnosa keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada
medis Malaria serebral di ruang Interna RSUD Jayapura. pasien yang mengalami penyakit Malaria dengan pemenuhan
2. Untuk menegakkan diagnosis keperawatan pada Ny.K dengan
kebutuhan aktivitas.
diagnosa medis Malaria serebral di ruang Interna RSUD
 Bagi Institusi
Jayapura.
3. Untuk merencanakan asuhan keperawatan pada Ny.K dengan Sebagai muatan lokal untuk mata kuliah tentang penyakit
diagnosa medis Malaria serebral di ruang Interna RSUD Malaria khususnya malaria serebral untuk diperdalam.
Jayapura.  Bagi Penulis
4. Untuk melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny.K Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis
dengan diagnosa medis Malaria serebral di ruang Interna dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya
RSUD Jayapura. studi kasus tentang pelaksanaan pemenuhan kebutuhan
5. Untuk membuat evaluasi pada Ny.K dengan diagnosa medis
aktivitas pada pasien Malaria Serebral
Malaria serebral di ruang Interna RSUD Jayapura.
4

DEFINISI SIKLUS HIDUP PLASMODIUM 4

Malaria serebral adalah suatu akut ensefalopati yang


memenuhi 3 kriteria, yaitu koma yang tidak dapat
dibangunkan atau koma yang menetap > 30 menit
setelah kejang (GCS < 11, Blantyre coma scale < 3)
disertai adanya P. falciparum yang ditunjukkan
dengan hapusan darah dan penyebab lain dari akut
ensefalopati telah disingkirkan (WHO, 2010).

ETIOLOGI

Penyebab malaria serebral adalah akibat sumbatan


pembuluh darah kapiler di otak karena menurunnya
aliran darah efektif dan adanya hemolisa sel darah. Hal
tersebut dikarenakan oleh infeksi Plasmodium
falciparum yang ditularkan oleh nyamuk anopheles
betina (Combes; Coltel; Faille; Wassmer; Grau, 2006).
5

PATOGENESIS

Eritrosit yang terinfeksi P. falciparum akan mengalami proses sekuestrasi, yaitu


tersebarnya eritrosit yang berparasit ke pembuluh kapiler organ dalam tubuh.
Eritrosit yang mengandung parasit muda (bentuk cincin) bersirkulasi dalam darah
perifer tetapi eritrosit berparasit matang terlokalisasi pada pembuluh darah organ.
Pada permukaan eritrosit yang terinfeksi akan membentuk knob yang berisi
berbagai antigen P. falciparum. Sitokin (TNF, IL-6 dan lain-lain) yang diproduksi oleh
sel makrofag, monosit, dan limfosit akan menyebabkan terekspresinya reseptor
endotel kapiler. Pada saat knob tersebut berikatan dengan reseptor sel endotel
kapiler terjadilah proses cytoadherence. Akibatnya terjadi obstruksi pembuluh
kapiler yang menyebabkan iskemia jaringan. Terjadinya sumbatan ini didukung
terbentuknya “rosette”, yaitu bergerombolnya sel darah merah yang berparasit
dengan sel darah merah lainnya ( Harijanto & Gunawan, 2008)
6
6
PATHWAY

( Harijanto & Gunawan, 2008)


MANIFESTASI KLINIK DIAGNOSA BANDING
Manifestasi klinis yang didapatkan pada malaria serebral dibagi
menjadi 2 fase, yaitu (Munthe, 2001):  Meningitis
 Fase prodromal: gejala yang timbul tidak spesifik, penderita
 Tifoid ensefalopati
mengeluh sakit pinggang, mialgia, demam yang hilang timbul
serta kadang-kadang menggigil, dan sakit kepala.
 Tetanus
 Fase akut: gejala yang timbul menjadi bertambah berat  Penyakit pembuluh darah otak (stroke
dengan timbulnya komplikasi seperti sakit kepala yang sangat hemoragik/nonhemoragik) 
hebat, mual, muntah, diare, batuk berdarah, gangguan  Penyakit endokrin/metabolik (diabetes dan tiroid)
kesadaran, pingsan, kejang, hepatomegaly, hipoglikemi ,
splenomegaly dan dapat berakhir dengan kematian. Pada fase
akut ini dalam pemeriksaan fisik akan ditemukan cornea mata
divergen, anemia, ikterik, purpura, akan tetapi tidak ditemukan PEMERIKSAAN PENUNJANG
adanya tanda rangsang meningeal.

a. Pemeriksaan Hapusan Darah Untuk Malaria


• Tetes/hapusan darah tebal
KOMPLIKASI • Tetes/hapusan darah tipis
b. Tes Antigen
Komplikasi menurut WHO 2010, yang terjadi akibat dari malaria c. Tes Serologi
cerebral adalah sebagai berikut d. Tes Molekular
• Kecacatan e. Pungsi Lumbal dan Analisis Cairan Serebrospinal
• Defisit neurologis, misalnya kelemahan, paralisis flaccid, kebutan,
f. Pencitraan Neurologis
gangguan bicara dan epilepsi
• Kematian 7
PENATALAKSANAAN
Pengobatan Malaria P. Falciparum saat ini menggunakan ACT ditambah primakuin .Primakuin untuk malaria falciparum
hanya diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,25 mg/KgBB. Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6
bulan. (Kemenkes RI, 2017).

Dihidroartemisinin – Piperakuin (DHP) + Primakuin

Pengobatan Malaria Falciparum menurut BB dengan DHP dan Primakuin

Jumlah Tablet per hari menurut berat badan

Jenis < 4 Kg 4-6 Kg >6-10 kg 11-17 Kg 18-30 Kg 31-40 Kg 41-59 Kg ≥ 60 Kg


Hari
Obat 0-1 bulan 2-5 bulan <6-11 1-4 tahun 5-9 tahun 10-14 Kg ≥15 ≥15
bulan tahun tahun
1-3 DHP 1
/3 ½ ½ 1 1½ 2 3 4

1 Primakuin - - ¼ ¼ ½ ¾ 1 1 8
9
 
Pengobatan Malaria Berat
 Pengobatan Malaria Falciparum Jika puskesmas/klinik tidak memiliki fasilitas rawat inap, pasien
pada Ibu Hamil malaria berat harus langsung dirujuk ke fasilitas yang lebih
lengkap. Sebelum dirujuk berikan artesunat intramuskular
UMUR KEHAMILAN PENGOBATAN ( dosis 2,4 mg/KgBB )
Artesunat intravena merupakan pilihan utama. Jika tidak
Trimester I-III (0-9 Bulan ) ACT Tablet Selama 3 hari
tersedia dapat diberikan kina drop.
 
Kemasan dan Cara Pemberian Artesunat
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan
Artesunat parenteral tersedia dalam vial yang berisi 60 mg
dalam keadaan perut kosong karena bersifat
serbuk kering asam artesunik dan pelarut dalam ampul yang
iritasi lambung. Oleh sebab itu penderita harus
berisi natrium bikarbonat 5 %. Keduanya dicampur untuk
makan terlebih dahulu setiap akan minum obat anti
membuat untuk 1 ml larutan sodium artesunat. Kemudian
malaria.
diencerkan dengan Dextrose 5 % atau NaCl 0.9 % sebanyak 5
ml sehingga didapat konsentrasi 60 mg/6ml (10 mg/ml). Obat
diberikan secara bolus perlahan-lahan.
Pengobatan malaria berat pada ibu hamil Artsunat diberikan dengan dosis 2,4 mg/KgBB intravena
Pengobatan malaria berat untuk ibu hamil dilakukan sebanyak 3 kali jam ke 0, 12, 24. Selanjutnya diberikan 2,4
dengan memberikan artesunat injeksi atau kina HCl  BB intravena setiap 24 jam sehari sampai penderita
mg/Kg
drip intravena. mampu minum obat. Pemberian 2 vial artesunat perkali
pemberian
10

Lanjutan...
Kemasan dan cara pemberian kina drip
Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk malaria berat. Obat ini diberikan pada daerah yang tidak tersedia artesunat
intramuskular/intravena. Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina dihidroklorida 25%. Satu ampul berisi 500 mg / 2 ml.
Pemberian kina pada dewasa :
1. loading dose : 20 mg garam/kgbb dilarutkan dalam 500 ml (hati-hati overload cairan) dextrose 5% atau NaCl 0,9% diberikan selama 4
jam pertama.
2. 4 jam kedua hanya diberikan cairan dextrose 5% atau NaCl 0,9%.
3. 4 jam berikutnya berikan kina dengan dosis rumatan 10 mg/kgbb dalam larutan 500 ml (hati-hatin overload cairan) dekstrose 5 % atau
NaCl.
4. 4 jam selanjutnya, hanya diberikan cairan Dextrose 5% atau NaCl 0,9%.
5. Setelah itu diberikan lagi dosis rumatan seperti di atas sampai penderita dapat minum kina per-oral.
6. Bila sudah dapat minum obat pemberian kina iv diganti dengan kina tablet per-oral dengan dosis 10 mg/kgbb/kali diberikan tiap 8 jam.
Kina oraldiberikan bersama doksisiklin atau tetrasiklin pada orang dewasa atau klindamisin pada ibu hamil. Dosis total kina selama 7
hari dihitung sejak pemberian kina perinfus yang pertama.
 
Pemberian kina pada anak
Kina HCl 25 % (per-infus) dosis 10 mg/kgbb (bila umur < 2 bulan : 6 - 8 mg/kg bb) diencerkan dengan Dekstrosa 5 % atau NaCl 0,9 %
sebanyak 5 - 10 cc/kgbb diberikan selama 4 jam, diulang setiap 8 jam sampai penderita dapat minum obat.
Catatan :
Kina tidak boleh diberikan secara bolus intra vena, karena toksik bagijantung dan dapat menimbulkan kematian.
Dosis kina maksimum dewasa : 2.000 mg/hari.
11

PROGNOSIS
Tergantung pada (Zulkarnain dan setiawan, 2007; Harijanto, 2007): Kecepatan/ ketepatan
diagnosis dan pengobatan.Makin cepat dan tepat dalam menegakkan diagnosis dan
pengobatannya akan memperbaiki prognosisnya serta memperkecil angka kematiannya.
a. Kegagalan fungsi organ
Semakin sedikit bagian vital yang terganggu dan mengalami kegagalan dalam fungsinya,
semakin baik prognosisnya.
b. Kepadatan parasit
Pada pemeriksaan hitung parasit ( parasite count)  semakin padat/ banyak
jumlah parasitnya yang didapatkan, semakin buruk prognosisnya, terlebih lagi bila
didapatkan bentuk skizon dalam pemeriksaan darah tepinya.
c. Kadar laktat pada CSS (cairan serebro-spinal)
Pada malaria serebral kadar laktat pada CSS meningkat, yaitu >2,2 mmol/l. Bila kadar
laktat >6 mmol/l memiliki prognosa yang  fatal.
12

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. K


DENGAN MALARIA SEREBRAL
13

ASUHAN KEPERAWATAN
a. Identitas Klien
Nama : Ny. K 3. Riwayat Kesehatan
Umur : 46 Tahun Keluhan utama • Keluhan utama klien masuk RS : Demam
Jenis Kelamin : Perempuan saat • Keluhan yang Menyertai
masuk RS ( 17 Keluhan merasa mual, muntah satu kali, tubuh terasa
Pendidikan : SMK Maret 2020) panas, sering berkeringat, kepala pusing, seluruh tubuh
Agama : Islam dirasakan sakit dan pegal-pegal.
Alamat : Lapodi
No. RM : 568642 Keluhan Utama • Keluhan utama pada saat dikaji : Nyeri
Ruangan : Ruang Interna saat dikaji • Keluhan yang menyertai
Tanggal Masuk : 17 Maret 2020 ( 18 Maret Klien megeluh terasa nyeri kepala hebat, nyeri pada
2020 ) persendian, tulang dan otot skala nyeri 4 (1-5), tubuh terasa
Tanggal Pengkajian : 18 Maret 2020 pegal-pegal, lidah terasa pahit, merasa mual, tidak nafsu
Pukul : 10.00 WIT makan, nyeri pada ulu hati, sakit kepala, panas pada tubuh
Diagnosa Medis : Malaria Serebral hilang timbul, sering berkeringat.

Riwayat Klien mengatakan 6 bulan lalupernah dirawat dengan


b. Identitas Penanggung Jawab Kesehatan malaria tropika ( P. Falciparum) dan dirawat selama 3 hari
Dahulu di ruang Ruang Interna RSUD Jayapura. Klien juga memiliki
Nama : Ny. A riwayat operasi caesaria : 1 kali karena melahirkan anak
Umur : 50 Tahun kembar pada tahun 2003.
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : S1
Riwayat Dalam keluarga Ny. K, terdapat keluarga yang pernah
Agama : Islam
Kesehatan mengalami penyakit malaria yaitu suaminya, anak pertama
Alamat : Lapodi
Keluarga dan anak kedua.
Hubungan dengan Keluarga : Suami
14
POLA HEAD TO 4. Pemeriksaan Fisik
Kepala Inspeksi :
Penglihatan : Tatapan tajam
TOEHidung Inspeksi
Bentuk
:
: Simetris,
Letak Mata: Simentris Penciuman : Normal Keadaan Kesadaran : Apatis GCS 12 (E3V3M6)
Sklera : Ikterik Palpasi : Tidak ada nyeri tekan. Umum Suara Jelas, tapi hanya kata-kata saja
Conjungtiva : Anemis
Sekret : Tidak ada Tekanan 110/70 mmHg
Pupil : isokor, reflek cahaya positif. Darah
Nadi 90 x/menit

Suhu 39oC
Mata Inspeksi : Mulut Inspeksi :
Penglihatan : Tatapan tajam Mukosa bibir : Kering Respirasi 22 x /menit
Letak Mata: Simentris Hygiene : Lidah terlihat kotor, tidak ada
Sklera : Ikterik Conjungtiva : lesi, tidak ada stomatitis, lidah terasa pahit, Berat Badan 49 Kg
Anemis tidak ada caries.
Sekret : Tidak ada Tinggi Badan 155 Cm
Pupil : isokor, reflek cahaya
positif.
IMT 20.4 (Normal)

Telinga Inspeksi Leher Inspeksi


Bentuk : Simetris Bendungan vena jugularis : Tidak
Hygiene : Telinga tampak bersih ada
Pendengaran: Baik (Bersifat apatis) Pembesaran kelenjar tyroid : Tidak
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan. ada
Pembesaran kelenjar getah bening : Tidak
ada
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

Lanjutan...
Thorax Inspeksi
Bentuk Dada : simetris
Pernafasan : Reguler
Alat Bantu : Tidak ada
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada
Perkusi
Suara :Redup, resonan pada lapang paru.
Auskultasi
Irama jantung : Teratur, bunyi jantung 1 normal, bunyi jantung II normal, bunyi nafas vesikuler, tidak ada wheezing,
tidak ada ronchi.
Abdomen Inspeksi : Terlihat distensi, tidak ada benjolan, terdapat bekas luka operasi ( Caesaria)
Auskultasi : Bising usus 25 x/menit.
Palpasi : Nyeri tekan epigastrik (+), ada pembesaran pada hepar
Perkusi : Timpani.
Ekstermitas Atas : Akral dingin, udema tidak ada, tangan kiri terpasang infus dan sedang transfusi darah.
Bawah: Akral dingin, tidak ada varises, klien jarang menggerakan kakinya karena masih merasa lemah. Kekuatan otot
ekstremitas atas dan bawah :
Data Psikologi Klien terlihat sangat cemas
Data sosial Pekerjaan klien sebagai seorang Ibu rumah tangga,tinggal pada perumahan padat penduduk, tidur tidak menggunakan
ekonomi kelambu, ventilasi rumah tidak terpasang kawat kasa, Sanitasi lingkungan rumah kurang baik (Sumber : Suami Klien )

15
16

Data Penunjang Penatalaksanaan


Jenis pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan Medis
17 Maret 2020 18 Maret 2020
Intavena: Intavena:
Hematologi :       - Infus RL 20 tts/menit - Infus RL 20
Hemaktokrit 30 % 40-50 (P) tts/menit
- D5% 20 tts/menit
    45-55 (L) - D5% 20 tts/menit
Haemoglobin 7.5 Gr/dl - Ondan sentron 1x1
      12.0 – 14.0 (P) - Ranitidin 2 x1 - Ondan sentron 1x1
Leokosit 3.0 103/µl 13.0 – 16.0 (L) - Ranitidin 2 x1
- Cefotaxime 2x1
Trombosit 100.000 103/µl 5.0 – 10.0 - Cefotaxime 2x1
150.000 – 400.000 - Inj. Artesunate 2 vial
sebanyak 3 kali - Inj. Artesunate 2
Malaria/DDR :       vial pukul 01.00
(0,12,24)
Plasmodium (+++) Positif (-) Negatif WIT
Flaciparum 13.00 WIT
Oral : - Sanmol drips 100cc
15 mm/jam 0-10 (L)
LED 0-15 (P) - Paracetamol 3 x 500 mg - Transfusi darah
Kimia klinik : Ureum         katong I
serum Kreatinin 30 Mg/dl 20 -40  
serum 0.7 Mg/dl 0.5 -1.2
Glukosa sewaktu :      
Glukosa sewaktu 50 Mg/dl 70. – 120

USG
Pembengkakan  
Hepar
 

17
POLA KEBIASAAN
NO POLA
KEBIASAAN
SEBELUM SAKIT SEHARI-HARI
SAAT SAKIT NO POLA SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT
KEBIASAAN
1 Nutrisi 3
1.Makan 3x/hari 3x /hari Istirahat Tidur
Makan 1 porsi Sendok Frekuensi 6-8 Jam/hari 4-5 Jam
Porsi Nasi, lauk, pauk, buah Bubur, lauk,pauk,buah Kesulitan Tidak ada Nyeri kepala,demam,
Jenis makanan Tidak ada Tidak ada badan pegal-pegal,
Pantangan Tidak ada Tidak ada nafsu makan, keringat
Kesulitan   mula, muntah
2.Minum    
Minum 6-8 gelas / hari 4 Aktivitas Aktivitas klien Dibantu Oleh
Jenis Air putih, teh manis,sirup 4-5 gelas/hari dikerjakan secara keluarga dan
Frekuensi 6-8 gelas / hari Air putih mandiri perawat
Kesulitan Tidak ada 4-5 gelas/hari
Mual, muntah
Status Nutrisi BB : 49 Kg BB : 49 Kg
TB: 155 Cm TB: 155 Cm
IMT : 20.4 (Normal) IMT : 20.4 (Normal)
2 Eliminasi
1.BAB
Pola BAB 1 x/hari 1 x/ hari
Bau Khas Khas
Konsistensi Lembek Lembek
Warna Kuning Kuning
Kesulitan Tidak ada Tidak ada
2.BAK    
Pola BAK 6-8 x/hari 3-4 x/hari
Bau Khas Khas
Warna Kuning Warna teh
Kesulitan Tidak ada Tidak ada 
18

KLASIFIKASI DATA 18



19

ANALISIS DATA 19


DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Hipertermia bergubungan dengan proses inflamasi


sekunder terhadap fase eritrosit (P.Falciparum)
2. Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi
parasit (P.Falciparum)
3. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
berhubungan dengan penurunan supali O2 ke otak
4. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
5. Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
fisik

20
INTERVENSI KEPERAWATAN

21
22
23
IMPLEMENTASI

24
25
EVALUASI

26
27
KESIMPULAN
1. Dari pengkajian yang dilakukan pada Ny. K dengan penyakit malaria serebral, penulis mendapatkan data-data pengkajian
meliputi : identitas pasien, identitas penanggung jawab , riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan masa lalu,
riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik, data psikologi, data penunjang, penatalaksanaan medis, dan kebiasaan
sehari-hari klien.
2. Setelah data-data tersebut terkumpul, penulis menganalisa data yangtelah ditemukan untuk menemukan masalah
keperawatan klien,setelah itu penulis menyusun diagnosa keperawatan untuk menunjang proses keperawatan dan
ditemukan 5 diagnosa keperawatan pada Ny. K
• Hipertermia bergubungan dengan proses inflamasi sekunder terhadap fase eritrosit (P.Falciparum)
• Nyeri Akut berhubungan dengan proses inflamasi parasit (P.Falciparum)
• Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penurunan supali O 2 ke otak
• Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
• Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik
3. Berdasarkan diagnosa keperawatan, penulis menyusun intervensi yang disesuaikan dengan tinjauan teori menurut
NANDA NIC-NOC 2015-2017 dengan mempertimbangkan prosedur kebijakan dan fasilitas diruangan rawat inap tempat
klien dirawat, serta disesuaikan juga dengan kemampuan penulis dan keadaan klien.
4. Kemudian rencana-rencana tersebut penulis implementasikan pada klien dan keluarga, sekaligus mengevaluasi setiap
respon hasil atau kemajuan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.
5. Pada evaluasi di semua tindakan keperawatan dikategorikan berhasil karena dari enam diagnosa yang disusun sesuai
masalah pada Ny. K menunjukan bahwa semua masalah dapat teratasi dengan baik.

28
SARAN

1. Bagi Klien / Masyarakat


Saran bagi klien dan masyarakat , adalah mencegah terjadinya malaria serebral, diharapkan
masyarakat jika mengalami gejala-gejala penyakit malaria harus segera memeriksakan
kesehatannya di pelayanan kesehatan teredekat .
2. Bagi Rumah Sakit
Diharapkan bagi istansi pelayanan agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang tepat bagi
pasien dengan masalah kesehatan malaria serebral
3. Bagi Institusi
Kepada pihak akademik diharapkan dapat lebih memperluas dalam pemberian materi tentang
malaria dan dapat menambah buku-buku tentang Malaria edisi terbaru sehingga peneliti
selanjutnya tidak kesulitan mencari untuk referensi.
4. Bagi Penulis
Bagi penulis diharapkan kedepannya bisa melakukan penelitian lebih lanjut mengenai masalah
Malaria Serebral sehingga penulis bisa mendapatkan pengetahuan dan data lebih mengenai
Malaria Serebral

29
30

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai