Anda di halaman 1dari 21

SISTEMATIKA LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN HERPES ZOSTER

A. Definisi
Herpes zoster (HZ) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Varisela-
zoster yang bersifat terlokalisir, terutama menyerang orang dewasa dengan ciri
berupa nyeri radikuler, unilateral, dan gerombolan vesikel yang tersebar sesuai
dermatom yang diinervasi 1,2 oleh satu ganglion saraf sensoris (Staf, Fungsional,
Kesehatan, Ayuningati, & Indramaya, 2013)
Herpes zoster adalah manifestasi klinis karena reaktivasi virus varisela
zoster (VZV). Karakteristik penyakit ini ditandai dengan adanya ruam vesikular
unilateral yang berkelompok dengan nyeri yang radikular sekitar dermatom (Agus,
Suputra, Darmada, Made, & Rusyati, n.d.).
Menurut Purrawan Juradi, dkk (1982)  herpes zoster adalah radang kulit
dengan sifat khasnya yaitu terdapat vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang
persyarafan sensorik sesuai dengan dermatomnya dan biasanya unilateral.
Menurut Arif Mansyur, herpes zoster (campak, cacar ular) adalah penyakit
yang disebabkan infeksi virus varicella. Zoster yang menyerang kulit dan mukosa
infeksi ini merupakan reaktivitas virus yang terjadi setelah infeksi primer kadang-
kadang infeksi berlangsung sub kronis.
Menurut Jewerz .E. dkk (1984) herpes zoster adalah suatu penyakit
sporadik yang melemahkan pada orang dewasa yang ditandai oleh reaksi
peradangan radiks posterior syaraf dan ganglia. Diikuti oleh kelompok vesikel di
atas kulit yang dipersyarafi oleh syaraf sensorik yang terkena.
Menurut Peruus herpes zoster adalah radang kulit akut yang disebabkan
oleh virus Varisella zoster dengan sifat khas yaitu tersusun sepanjang persyarafan
sensorik.
Kesimpulan dari penulis tentang Herpes zoster adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster yang menyerang kulit dan mukosa.
Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer. Herpes
zoster disebut juga shingles. Dikalangan awam popular atau lebih dikenal dengan
sebutan “dampa” atau “cacar air”.

1
B. Etiologi
Herpes zoster optalmika disebabkan oleh reaktivasi dari virus cacar air
(varisela zoster) pada orang yang pernah terserang virus ini sebelumnya, (Jarratt,
1996:131- 133)
Herpes zoster disebabkan oleh infeksi virus varisela zoster (VVZ) dan
tergolong virus berinti DNA, virus ini berukuran 140-200 nm, yang termasuk
subfamili alfa herpes viridae. Berdasarkan sifat biologisnya seperti siklus replikasi,
penjamu, sifat sitotoksik dan sel tempat hidup laten diklasifikasikan kedalam 3
subfamili yaitu alfa, beta dan gamma. VVZ dalam subfamili alfa mempunyai sifat
khas menyebabkan infeksi primer pada sel epitel yang menimbulkan lesi vaskuler.
Selanjutnya setelah infeksi primer, infeksi oleh virus herpes alfa biasanya menetap
dalam bentuk laten didalam neuron dari ganglion. Virus yang laten ini pada saatnya
akan menimbulkan kekambuhan secara periodik. (Harahap,Marwali. 2000)

C. Manifestasi Klinis
1. Gejala prodromal sistematik (demam, pusing, malese) maupun gejala prodomal
lokal (nyeri otot tulang, gatal, pegal).
2. Setelah itu timbul eritema yang dalam waktu singkat menjadi vesikel yang
berkelompok, vesikel ini berisi cairan yang jernih kemudian menjadi keruh
(berwarna abu-abu) dapat menjadi pustule dan krusta. (Prof. dr. Adhi Juwanda,
199:107).
3. Gambaran yang khas pada herpes zoster adalah erupsi yang lokalisata dan hampir
selalu unilateral
Menurut daerah penyerangnya dikenal :
a) Herpes zosrter of oftalmikus : menyerang dahi dan sekitar mata
b) Herpes zosrter servikalis : menyerang pundak dan lengan
c) Herpes zosrter torakalis : menyerang dada dan perut
d) Herpes zosrter lumbalis : menyerang bokong dan paha.
e) Herpes zosrter sakralis : menyerang sekitar anus dan getalia
f) Herpes zosrter atikum : menyerang telinga.
(Prof.dr.Adhi Juwanda, 199:107)

2
D. Patofisiologi
Menurut (Price, Sylvia Anderson. 2005)

VIRUS VARISELA ZOESTER

Infeksi primer ,infeksi virus alfa menetap


dalam bentuk laten neuron dari ganglion

Presdisposisi pada klien pernah menderita cacar air,


sistem imun yang lemah dan yang menderita kelainan maglinitas
Reaksi virus varisela zoester

Vesikula tersebar

Respon inflamasi respon inflamasi kondisi kerusakan Ganggilion posterior ,


ganggilion anterior
lokal sistemik integritas kulit susunan saraf tepi dan
bagian motorik ganggion kranilas
kranialis
kerusakan saraf perifer gangguan respon psikologis gejala prodomal
gastroinstestinal sistemik
nyeri terjadi lesi pada kulit nyeri
otot

Mk : gangguan demam,

Mk: gangguan kerusakan integritas mual,anoreksia kepercayaan diri pusing


istirahat dan tidur kulit dan malesie
Mk :keseimbangan Mk :Gangguan
Mk : gangguan nutrisi kurang dari rasa
gambar diri kebutuhan ketidaknyamana
reaksi inflamasi n
MK
Kurangnya pengetahuan
Mk:hipertermi
Terjadinya garukan pada lesi

Port de entree kuman

Mk : resiko infeksi

3
E. Komplikasi
Komplikasi herpes zoster menurut Bricker dkk, 2002 adalah sebagai berikut:
1) Neuralgia paska herpetik
Neuralgia paska herpetik adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan sampai
beberapa tahun. Keadaan ini cenderung timbul pada umur diatas 40 tahun,
persentasenya 10 - 15 % dengan gradasi nyeri yang bervariasi. Semakin tua umur
penderita maka semakin tinggi persentasenya.

2) Infeksi sekunder
Pada penderita tanpa disertai defisiensi imunitas biasanya tanpa komplikasi.
Sebaliknya pada yang disertai defisiensi imunitas, infeksi H.I.V., keganasan, atau
berusia lanjut dapat disertai komplikasi. Vesikel sering manjadi ulkus dengan
jaringan nekrotik.
3) Kelainan pada mata
Pada herpes zoster oftatmikus, kelainan yang muncul dapat berupa: ptosis
paralitik, keratitis, skleritis, uveitis, korioratinitis dan neuritis optik.
4) Sindrom Ramsay Hunt
Sindrom Ramsay Hunt terjadi karena gangguan pada nervus fasialis dan otikus,
sehingga memberikan gejala paralisis otot muka (paralisis Bell), kelainan kulit
yang sesuai dengan tingkat persarafan, tinitus, vertigo, gangguan pendengaran,
nistagmus, nausea, dan gangguan pengecapan.
5) Paralisis motorik
Paralisis motorik dapat terjadi pada 1-5% kasus, yang terjadi akibat perjalanan
virus secara kontinuitatum dari ganglion sensorik ke sistem saraf yang berdekatan.
Paralisis ini biasanya muncul dalam 2 minggu sejak munculnya lesi. Berbagai
paralisis dapat terjadi seperti: di wajah, diafragma, batang tubuh, ekstremitas,
vesika urinaria dan anus. Umumnya akan sembuh spontan.

F. Prognosis
Herpes zoster merupakan penyakit self limiting atau dapat sembuh sendiri
dan biasanya sembuh dalam waktu 10:15 hari. Prognosis untuk pasien usia muda
dan sehat sangat baik karena Pada orang tua memiliki resiko yang lebih tinggi

4
untuk terjadinya komplikasi herpes zoster seperti neualgia pascaherpes, infeksi
sekunder dan timbulnya jaringan parut.

Varicella dan herpes zoster pada anak imunokompeten tanpa disertai


komplikasi prognosis biasanya sangat baik sedangkan pada anak
imunokompromais, angka morbiditas dan mortalitasnya signifikan. (Blackwell
Science, 2000)

G. Penatalaksanaan
Terapi sistemik umumnya bersifat simtomatis, untuk nyeri diberi analgetik.
Jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik. Indikasi obat antiviral ialah
herpes zoster oftalmikus dan pasien dengan defisiensi imunitas mengingat
komplikasinya. Obat yang biasa digunakan ialah asiklovir dengan diberikan dalam
3 hari pertama sejak lesi muncul.(Handoko, 2009:112).
Dosis asiklovir yang dianjurkan adalah 5 X 800 mg sehari dan biasanya
diberikan 7 hari. Jika lesi baru masih muncul obat tersebut dapat dilanjutkan dan
dihentikan sesudah 2 hari sejak lesi baru tidak timbul lagi. Indikasi pemberian
kortikosteroid adalah untuk sindrom ramsay hunt. Pemberian harus sedini mungkin
untuk mencegah terjadi nya paralisis. Biasanya 3 x 20 mg sehari, setelah seminggu
dosis diturunkan secara bertahap.(Handoko, 2009:113). Pengobatan topikal
bergantung pada stadiumnya. Jika masih stadium vesikel diberikan bedak dengan
tujuan protektif untuk mencegah pecahnya vesikel agar tidak terjadi infeksi
sekunder

5
6
7
KASUS HERPES ZOSTER
1. IDENTITAS PASIEN

Nama pasien : Tn. D


Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki- laki
Suku/ bangsa : Aceh/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Alamat : Sigli

2. RIWAYAT KEPERAWATAN
a. Keluhan utama
Nyeri pada daerah bibir
b. Riwayat Perawatan Sekarang
Tuan D. 55 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan adanya rasa tidak
nyaman dan adanya lepuhan yang dikelilingi oleh daerah kemerahan
membentuk sebuah gelembung cair pada daerah bibir. Keluhan ini disertai
dengan rasa gatal, perih, serta semakin banyak.
c. Riwayat keperawatan yang lalu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah mengeluh sakit seperti ini, hanya
pernah sakit flu dan demam ringan.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga tidak ada yang pernah menderita sakit yang dialami pasien saat ini
dan keluarga serta pasien tidak mempunyai riwayat penyakit jantung, DM
maupun hipertensi.

8
e. Genogram

Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
: Tinggal serumah
: Garis keturunan

9
A. Pola Konsep Diri
f. Gambaran Diri
Pasien mengatakan senang dengan anggota tubuhnya saat ini
g. Identitas Diri
Pasien dapat menyebutkan identitas diri seperti nama, tanggal lahir
h. Peran Diri
Pasien mengatakan di rumah berperan sebagai seorang ayah, kepala rumah
tangga, dan pencari nafkah
i. Ideal Diri
Pasien mengatakan mempunyai harapan sebagai seorang ayah yang baik buat
anak dan istrinya

10
j. harga diri
Pasien tidak mengalami gangguan harga diri
B. Perubahan Pola Kesehatan
k. Pola Nutrisi
Di rumah : Pasien makan 2-3x/ hari ,minum dalam sehari : 500-
1000cc/hari minum air putih, susu dan teh
Di RS : pasien mengatakan kesulitan untuk makan karena susah untuk
membuka mulut akibat rasa perih dari penyakit yang diderita
l. Pola Kebersihan Diri
Di Rumah : Pasien mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, keramas
2-3 kali per-minggu, gunting kuku 1 kali per-minggu
Di RS : pasien mengatakan mandi sendiri tetapi sedikit susah dan
harus menghindari bagian mata terkena air sehingga sering dibantu
serta pandangan pasien kabur sehingga harus diawas dan dibantu
m. Pola Eliminasi
Di Rumah : BAB: 1-2 kali/sehari, konsistensi lembek, berwarna
kecoklatan, BAK: 4-5 kali / hari dengan warna kuning jernih
Di RS : pola eliminasi diakukan secara mandiri
n. Pola Aktivitas
Di Rumah : Pasien mengatakan sebelum sakit, Pasien melakukan
aktivitas sehari-harinya secara mandiri
Di RS : Dilakukan secara mandiri
C. Pola Istirahat tidur
Di Rumah : Pasien mengatakan tidur dalam sehari biasanya sekitar 10
jam
Di RS : Pasien mengatakan di RS sulit untuk tidur bila nyeri dan perih
timbul
D. Pengkajian Fisik
Kesadaran  : Composmetis

Tekanan Darah    : 130/ 90 mmHg

Nadi                     : 112 x/ menit

11
Pernafasan            : 22 x/ menit

Suhu tubuh           : 37,5  C

Kulit :

Kulit lembab, bersih, turgor baik, tidak terdapat pitting edema, warna kulit sawo
matang, tidak ada hiperpigmentasi.

Kepala :

Bentuk kepala normosephal, bersih, tidak berbau, tidak ada lesi, rambut hitam
lurus.

Mata :

Isokor, reflek pupil simetris, diameter pupil ± 4 mm, konjungtiva tidak anemis,
sclera tidak ikteric, tidak ada ptosis, koordinasi gerak mata simetris dan mampu
mengikuti pergerakan benda secara terbatas dalam 6 titik sudut pandang yang
berbeda.

Hidung :

Simetris, bersih, tidak ada polip hidung, cuping hidung tidak ada.

Telinga :

Simetris, bersih, tidak ada tanda peradangan ditelinga/ mastoid. Cerumen tidak ada,
reflek suara baik dan telinga sedikit berdenging.

Mulut :

Bibir tidak cyanosis, mukosa bibir lembab, lidah bersih, tidak ada pembesaran
tonsil, tidak ada stomatitis dan gigi masih genap. Sekitar bibir terdapat bintik bintik
kemerahan yang membentuk gelembung yang berisi cairan.

Leher :

Simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid.

Dada :

12
o.  Jantung

▪         Inspeksi              : Simetris, statis, dinamis

▪         Palpasi                : teraba normal

▪         Perkusi                : Konfigurasi jantung dalam batas normal

▪         Auskultasi           : normal         

p. Paru – paru

▪         Inspeksi              : Simetris, statis, dinamis

▪         Palpasi                : Sterm fremitus kanan = kiri

▪         Perkusi                : Sonor seluruh lapang paru

▪         Auskultasi           : Suara dasar vesikuler, suara tambahan ( - )

q. Perut :

▪         Inspeksi              : Datar

▪         Palpasi                : Supel, tidak ada massa

▪         Perkusi                : timpani

▪         Auskultasi           : bising usus ( + )

r. Ekstrimitas :

Tidak ditemukan lesi maupun udem pada ektrimitas atas maupun bawah.

A. Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan


DS : Varicela Zoster Virus
 Pasien daerah mulut
terasa nyeri dan berat jika Inflamasi dan neuralgia
digerakkan. berat
 Pasien juga merasakankan
nyeri dikulit daerah Virus aktif ikut serabut Nyeri
muncul gelembung saraf sensorik

13
DO :
 ada Vesikel bergerombol Neuritis
di sekitar mulut, berwarna
merah, suhu : 37° C Pelepasan mediator nyeri
 Pasien tampak meringis
Nyeri
DS : Varicela Zoster Virus
 Pasien mengatakan Sejak
2 hari yang lalu, muncul
gelembung daerah bibir. Meninggalkan lesi di kulit
dan permukaan mukosa Kerusakan integritas
DO : ke ujung serabut saraf kulit
 ada Vesikel bergerombol
di sekitar mulut, berwarna
merah karusakan integritas kulit

Varicela Zoster Virus

DS :
Inflamasi dan neuralgia
 pasien mengatakan susah
berat
untuk membuka mulutnya
Gangguan Menelan
Virus aktif ikut serabut
DO :
saraf sensorik
 pasien hanya mampu
menghabiskan 5 sendok
Neuritis
makan tiap kali makan

Pelepasan mediator nyeri

Nyeri

14
Gangguan menelan

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b.d agen cedera biologis (kerusakan jaringan tubuh)

2. Kerusakan integritas kulit b.d vesikel yang mudah pecah

3. Gangguan menelan b.d vesikel pada daerah mulut

C. Intervensi Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera (kerusakan jaringan tubuh)


NOC: Tingkat Nyeri 2 dan 3 NIC
Kontrol Nyeri 1 dan 4
Skala outcome 1 2 3 4 5 Pain Management (4092)

Penggunaan analgesik 1. Lakukan pengkajian komprehensif


mengenai nyeri klien (nyeri pasien
Ekspresi wajah
tersebut terjadi pada saat pasien
menelan makanan)
Nyeri yang dilaporkan
2. Minimalkan faktor yang
Menggunakan tindakan menimbulkan nyeri padaklien
pengurangan nyeri tanpa 3. Ajarkan mengenai managemen nyeri
analgesik/non farmakologi (teknikdistraksi misalnya, napas
Keterangan penilaian
dalam)
1: sangatberat/tidak pernah menunjukkan
4. Ajarkan klien untuk memonitor nyeri
2: berat/jarang menunjukkan
(respon yang dilami oleh pasien
3: cukup/ kadang menunjukkan
sendiri dapat diidentifikasi)
4: Ringan/sering menunjukkan
5. Anjurkan untuk istirahat agar
5: Tidakada/konsisten
meminimalkan nyeri

15
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan
professional untuk pemberian
analgesic efektif untuk Pereda nyeri
Tujuan :  setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri yang
dirasakan berkurang atau dapat diadaptasi oleh klien

2. Kerusakan integritas kulit b.d vesikel yang mudah pecah

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam kerusakan integritas kulit


pasien teratasi
NOC NIC
1. Mandikan pasien dengan sabun dan
Skala outcome 1 2 3 4 5 air hangat
2. Anjurkan pasien mengenakan
Suhu kulit
pakaian yang longgar
Lesi pada kulit
3. Jaga kebersihan kulit agar tetap
sensasi
bersih dan tetap kering
Integritas kulit 4. Kaji tingkat kerusakan kulit
Keteranganpenilaian
5. Mobilisasi pasien (ubah posisi )
1: sangatberat
setiap 2 jam sekali
2: berat
6. Monitor status nutrisi pasien
3: cukup
4: Ringan
5: Tidakada

3. Gangguan menelan b.d vesikel pada daerah mulut

Tujuan: Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam jumlah porsi makan pasien
meningkat

16
NOC : NIC
1. Pantau
Skala Outcome 1 2 3 4 5 kandungan
(Sangat (banyak (cukup (sedikit (Tidak nutrisi dan kalori
terganggu terganggu) terganggu terganggu) terganggu) pada catatan
) ) asupan
Penerimaan
2.   Ketahui
makananan
mempertahankan makanan
makanan di kesukaan pasien
mulut 3.    Timbang
pasien pada
interval yang
tepat
4.    Ajarkan
pasien dan
keluarga tentang
makanan yang
bergizi dan tidak
mahal
5.    Diskusikan
dengan ahli gizi
dalam
menentukan
kebutuhan nutrisi
untuk pasien
dengan
ketidakadekuatan
asupan nutrisi
atau kehilangan
nutrisi

17
Implementasi Nama Pasien : Tn. D
No. Registrasi :
Tanda
Hari / No. Diagnosis Tangan dan
Jam Implementasi
tanggal Keperawatan Nama
Perawat
1 1. melakukan pengkajian
komprehensif mengenai nyeri
klien (nyeri pasien tersebut
terjadi pada saat menggerakkan
mata)
2. Meminimalkan faktor yang
menimbulkan nyeri pada klien
3. Mengajarkan mengenai
managemen nyeri
(teknikdistraksi misalnya, napas
dalam)
4. Mengajarkan klien untuk
memonitor nyeri (respon yang
dilami oleh pasien sendiri dapat
diidentifikasi)
5. Menganjurkan untuk istirahat
agar meminimalkan nyeri
6. MelakukanKolaborasi dengan
tenaga kesehatan professional
untuk pemberian analgesic
efektif untuk Pereda nyeri
2 1. Mandikan pasien dengan sabun

18
dan air hangat
2. Anjurkan pada pasien untuk
mengenakan pakaian yang
longgar
3. Anjurkan pada pasien dan
keluarga untuk menjaga
kebersihan kulit agar tetap bersih
dan tetap kering
4. Kaji tingkat kerusakan kulit
5. Mobilisasi pasien (ubah posisi )
setiap 2 jam sekali
6. Monitor status nutrisi pasien
3 1. Memantau kandungan nutrisi dan
kalori pada catatan asupan   

2. Mengetahui makanan kesukaan


pasien

3. Menimbang pasien pada interval


yang tepat

4. Mendiskusikan dengan ahli gizi


dalam menentukan kebutuhan nutrisi

D. Evaluasi Keperawatan
Dx
Evaluasi Ttd
Kep

19
S : pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
O:
No Tingkat Nyeri: Indikator S.A S.T S.Ak
1 Ekspresi wajah 2 5 3
2 Nyeri yang dilaporkan 2 5 3
No Kontrol Nyeri: Indikator S.A S.T S.Ak
1. 1 Menggunakananalgesik 1 5 4
yang direkomendasikan
2 Menggunakan tindakan non 1 5 3
farmakologi
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan rencana tindakan sesuai program
S: Pasien mengatakan masih gatal, tapi tidak menggaruk. Pasien dan
2
keluarga juga sudah mempraktekkan kebersihan diri dan lingkungan
sekitar
O:
No Indikator S.A S.T S.Ak

1 suhu kulit 3 5 3
2 Lesi pada kulit 2 5 3
3 sensasi 2 5 3
4 Integritas kulit 2 5 3
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan rencana tindakan sesuai program

3 S : pasien bisa sedikit menambah porsi makannya


O:
No indikator S.A S. S.Ak
T
1 Deteksi gangguan 3 5 4
2 Kontrol gangguan 1 5 3
3. Pengetahuan : kontrol gangguan 1 5 4

A : masalah teratasi sebagian


P : pertahankan kondisi

20
Daftar Pustaka

https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/9810

Agus, I. G., Suputra, B., Darmada, I. G. K., Made, L., & Rusyati, M. (n.d.). HERPES
ZOSTER CRURIS DEXTRA : A CASE REPORT.

Staf, D., Fungsional, M., Kesehatan, I., Ayuningati, L. K., & Indramaya, D. M. (2013).
Studi Retrospektif : Karakteristik Pasien Herpes Zoster ( Retrospective Study :
Characteristic of Herpes Zoster Patients ). 211–217.

NANDA.2018 . Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020,editor , T.


Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru, Edisi 11, Jakarta : EGC

Wasitaatmadja,S,M. 2010 Anatomi Kulit dan Faal Kulit. ed. 6 Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Muttaqin, A., & Sari, K. (2013). asuhan keperawatan gangguan sistem integumen. jakarta.

21

Anda mungkin juga menyukai