Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN

PENDAHULUAN

LAPARATOMI

1. KONSEP DASAR

1.1 Pengertian

Laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada


usus akibat terjadinya perlekatan usus dan biasanya terjadi pada
usus halus. (Arif Mansjoer, 2000);

Laparatomi adalah prosedur tindakan pembedahan dengan


membuka cavum abdomen dengan tujuan eksplorasi.

Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan


perawatan yang diberikan kepada pasien-pasien yang telah
menjalani operasi pembedahan perut.

Adapun tindakan bedah digestif yang sering dilakukan


dengan tenik insisi laparatomi ini adalah herniotomi,
gasterektomi, kolesistoduodenostomi, hepatorektomi,
splenoktomi, apendektomi, kolostomi, hemoroidektomi dfan
fistuloktomi.

1.2 Etiologi

1) Trauma abdomen (tumpul atau tajam).


2) Peritonitis.
3) Perdarahan pada saluran pencernaan
4) Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5) Masa pada abdomen ( Tumor, cyste dll).
1.3 Klasifikasi

1) Midline incision

Metode insisi yang paling sering digunakan, karena


sedikit perdarahan, eksplorasi dapat lebih luas, cepat di buka
dan di tutup, serta tidak memotong ligamen dan saraf.
Namun demikian, kerugian jenis insis ini adalah terjadinya
hernia cikatrialis. Indikasinya pada eksplorasi gaster,
pankreas, hepar, dan lien serta di bawah umbilikus untuk
eksplorasi ginekologis, rektosigmoid, dan organ dalam pelvis.

2). Paramedian yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5


cm), panjang (12,5 cm). Terbagi atas 2 yaitu, paramedian
kanan dan kiri, dengan indikasi pada jenis operasi lambung,
eksplorasi pankreas, organ pelvis, usus bagian bagian bawah,
serta plenoktomi. Paramedian insicion memiliki keuntungan
antara lain
: merupakan bentuk insisi anatomis dan fisiologis, tidak
memotong ligamen dan saraf, dan insisi mudah diperluas ke
arah atas dan bawah.

3). Transverse upper abdomen incision yaitu ; insisi di


bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan
splenektomy.

4). Transverse lower abdomen incision yaitu; insisi melintang


di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior spinal iliaka,
misalnya; pada operasi appendectomy.

1.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi yang biasa timbul pada pasien post laparatomy diantaranya :
 Nyeri tekan pada area sekitar insisi
pembedahan
 Dapat terjadi peningkatan respirasi, tekanan darah, dan
nadi.
 Kelemaha
n
 Mual, muntah,
anoreksia
 Konstipas
i
1.5 Komplikasi
a. Syok
1) Digambarkan sebagai tidak memadainya oksigenasi selular yang disertai
dengan ketidakmampuan untuk mengekspresikan produk metabolisme.

Manifestasi Klinis :
a. Pucat

b. Kulit dingin dan terasa basah


c. Pernafasan cepat

d. Sianosis pada bibir, gusi dan lidah

e. Nadi cepat, lemah dan bergetar

f. Penurunan tekanan nadi


g. Tekanan darah rendah dan urine pekat.
b. Hemorrhagi
1) Hemoragi primer : terjadi pada waktu pembedahan
2) Hemoragi intermediari : beberapa jam setelah pembedahan ketika
kenaikan tekanan darah ke tingkat normalnya melepaskan bekuan yang

tersangkut dengan tidak aman dari pembuluh darah yang tidak terikat
3) Hemoragi sekunder : beberapa waktu setelah pembedahan bila ligatur
slip karena pembuluh darah tidak terikat dengan baik atau menjadi
terinfeksi atau mengalami erosi oleh selang drainage.

Manifestasi Klinis Hemorrhagi : Gelisah, , terus bergerak, merasa haus, kulit


dingin-basah-pucat, nadi meningkat, suhu turun, pernafasan cepat dan dalam,
bibir dan konjungtiva pucat dan pasien melemah.

a. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis.


b. Tromboplebitis postoperasi biasanya timbul 7 - 14 hari setelah operasi.
c. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah tersebut lepas dari dinding
pembuluh darah vena dan ikut aliran darah sebagai emboli ke paru-paru,
hati, dan otak.
d. Buruknya integriats kulit sehubungan dengan luka infeksi.
Infeksi luka sering muncul pada 36 - 46 jam setelah operasi. Organisme
yang paling sering menimbulkan infeksi adalah stapilokokus aureus,
mikroorganisme; gram positif. Buruknya integritas kulit sehubungan dengan
dehisensi luka atau eviserasi. Dehisensi luka merupakan terbukanya tepi-
tepi luka. Eviserasi luka adalah keluarnya organ-organ dalam melalui
insisi.Faktor penyebab dehisensi atau eviserasi adalah infeksi luka,
kesalahan menutup waktu pembedahan, ketegangan yang berat pada dinding
abdomen sebagai akibat dari batuk dan muntah.

1.6 Penatalaksanaan Medis


a. Pasien dijaga tetap hangat tapi tidak sampai kepanasan

b. Dibaringkan datar di tempat tidur dengan tungkai dinaikkan.


c. Pemantauan status pernafasan dan CV.

d. Penentuan gas darah dan terapi oksigen melalui intubasi atau nasal kanul
jika diindikasikan.
e. Penggantian cairan dan darah kristaloid (ex : RL) atau koloid (ex :
komponen darah, albumin, plasma atau pengganti plasma).
f. Terapi obat : kardiotonik (meningkatkan efisiensi jantung) atau diuretik
(mengurangi retensi cairan dan edema)

Anda mungkin juga menyukai