Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PSORIASIS PUSTULOSA GENERALISTA

DISUSUN UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH

KEPERAWATAH MEDIKAL BEDAH

DOSEN PEMBIMBING : Ns. Ni

OLEH :

AMBAR YULIANI (161030100183)

KELAS : 7A KEPERAWATAN

STIKes WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2019-2020
LAPORAN PENDAHULUAN
PSORIASIS PUSTULOSA GENERALISTA

I. KONSEP MEDIS
A. Definisi
1. Psoriasis merupakan penyakit inflamasi non infeksius yang kronik pada kulit
dimana produksi sel-sel epidermis terjadi dengan kecepatan ± 6 hingga 9 kali lebih
besar dari pada kecepatan yang normal. (Brunner & Suddarth, 2002).
2. Psoriasis adalah suatu dermatosis yang karonik residif dengan gambaran klinis
yang khas yaitu adanya makula eritamatosa yang berbentuk bulat atau tebal lonjong
dengan diatasnya ada skuama yang tebal, berlapis-lapis dan berwarna putih
mengkilat. (Kapita Selekta Kedokteran, 2001).
3. Psoriasis adalah penyakit inflamasi kulit yang bersifat kronik dan rekuren, yang
khas ditandai dengan papula atau plak eritematosa, kering, batas tegas dan tertutup
skuama tebal berlapis-lapis, berwarna putih keabu-abuan atau putih seperti perak /
mika.
B. Etiologi
Secara pasti belum dapat diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi
yaitu :
1. Genetik/herediter
Penyakit ini diturunkan melalui suatu gen yang dominan
2. Defek pada epidermis
Ditemukan adanya peningkatan dari ribonuklease dan penurunan dari
deoxyribonuklease pada sel-sel epidermis
3. Defek enzim pada kulit.
Pada epidermis yang normal prpses keratinisasi berlangsung dalam 24 hari,
sedangkan pada psoriasis proses tersebut berlangsung dalam 3-4 hari.
4. Hormonal
Hal ini terlihat terutama pada wanita tetapi belum jelas hubungannya. Pada
wanita, insidens psoriasis meningkat pada masa pubertas dari pada masa
klimakterium.
5. Tekanan mental terutama pada orang dewasa.
6. Infeksi
Infeksi merupakan faktor pencetus dan faktor yang memperberat timbulnya
psoriasis, biasanya infeksi akut seperti tonsilitis. Pada anak-anak serung
ditemukan psoriasis yang timbul 2 minggu setelah tonsilitis.
7. Sinar matahari
Pada bangsa-bangsa yang sering terkena sinar matahari jarang terkena psoriasis.

C. Manifestasi Klinis
Lesi muncul sebagai bercak-bercak merah benjol pada kulit yang ditutupi oleh
sisik berwarna perak. Bercak-bercak bersisik tersebut terbentuk karena penumpukan
kulit yang hidup dan mati akibat peningkatan kecepatan pertumbuhn serta pergantian
sel-sel kulit yang sangat besar. Jika sisik tersebut dikerok, maka terlihat dasar lesi yang
berwarna merah gelap dengan titik-titik perdarahan. Bercak-bercak ini tidak basa dan
bisa terasa gatal atau tidak gatal.
Lesi dapat tetap berukuran kecil sehingga terbentuk psoriasis gutata. Biasanya
lesi melebar secara perlahan-lahan, tetapi setelah beberapa bulan kemudian, lesi-lesi
tersebut akan menyatu sehingga terbentuk bercak irreguler yang lebar. Psoriasis dapat
menimbulkan permasalahan mulai dari masalah kosmetika yang mengganggu hingga
keadaan yang menimbulkan cacat dan ketidak mampuan fisi
Tempat-tempat tertentu pada tubuh cenderung terkena kelainan ini. Termpat-
tempat tersebut mencakup kulit kepala, daerah sekitar siku serta lutut, punggung bagian
bawah dan genitalia. Psoriasis juga dapat ditemukan pada permukaan ekstensor lengan
dan tungkai, daerah disekitar sakrum serta lipatan intergluteal. Distribusi simetri
bilateral merupakan ciri khas psoriasis. Pada kurang lebih seperempat hingga separuh
dari pasien-pasien, kelainan tersebut mengenai kuku yang menyebabkan terjadinya
pitting, perubahan warna kuku serta penggumpalan pada ujung bebas dan pemisahan
lempeng kuku. Kalau psoriasis terjadi pada telapak kaki dan tangan keadaan ini bisa
menimbulkan lesi pustuler.

D. Patofisiologi
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan tamabahan. Dimulai
dengan makula dan papel eritematosa dengan ukuran mencapai lentikular numular yang
menyebar secara sentrifugal.
Pemeriksaan histopatologi pada biopsi kulit penderita psoriasis menunjukkan
adanya penebalan epidermis dan stratum korneum dan pelebaran pembuluh-pembuluh
darah dermis bagian atas. Jumlah sel-sel basal yang bermitosis jelas meningkat. Sel-sel
yang membelah dengan cepat itu bergerak dengan cepat ke bagian permukaan epidermis
yang menebal. Proliferasi dan migrasi sel-sel epidermis yang cepat ini menyebabkan
epidermis menjadi tebal dan diliputi keratin yang tebal (sisik yang berwarna seperti
perak). Peningkatan kecepatan mitosis sel-sel epidermis ini agaknya antara lain
disebabkan oleh kadar nukleotida siklik yang abnormal, terutama adenosin monofosfat
(AMP) siklik dan guanosin monofosfat (GMP) sikli. Prostaglandin dan poliamin juga
abnormal pada penyakit ini. Peranan setiap kelainan tersebut dalam mempengaruhi
pembentukan plak psoriatik belum dapat dimengerti secara jelas. Akibat penyebaran
yang seperti ini dijumpai beberapa bentuk psoriasis. Bentuk titik (psoriasis pungtata),
bentuk tetes-tetes (psoriasis gutata), bentuk numular (psoriasis numular), psoriasis
folikularis atau psoriasis universalis (pada seluruh tubuh).

E. Bentuk Klinis
ada psoriasis terdapat berbagai bentuk klinis :
1. Psoriasis Vulgaris
Bentuk ini paling lazim terdapat karena itu disebut vulgaris. Dinamakan pula tipe
plak karena lesi-lesinya berbentuk plak.
2. Psoriasis gutata
Diameter kelainan biasanya tidak melebihi 1 cm. Timbulnya mendadak dan
desimata, umumnya setelah infeksi stafilokokus disaluran nafas bagian atas
sehabis influensa atau mosbili, terutama pada anak dan dewasa muda. Selain itu
juga dapat timbul infeksi yang lain, baik bakterial maupun viral.
3. Psoriasis Infeksa (Psoriasis fleksural).
Psoriasis tersebut mempunyai tempat predileksi pada daerah fleksus sesuai dengan
namanya.
4. Psoriasis exudativa
Bentuk tersebut sangat jarang. Biasanya kelainan psoriasis kering, tetapi pada
bentuk ini kelainanya membasa seperti dermatitis akut.
5. Psoriasis seboroik ( Seboroyasis)
Gambaran klinis psoriasis seboroik merupakan gabungan antara psoriasis dan
dermatitis seboroik, skuama yang biasanya kering menjadi agak berminyak dan
agak lunak. Selai berlokasi pada tempat yang lazim juga pada tempat seboroik.
6. Psoriasis pustulosa
Ada dua pendapat mengenai psoriasis pustulosa, yaitu pertama dianggap sebagai
penyakit tersendiri; kedua dianggap sebagai varian psoriasis. Terdapat dua
bentuk
psoriasis pustulosa bentuk lokalisata contohnya psoriasis pustulosa pulmo plantar
(barber) dan bentuk generalisata, contohnya psoriasis pustulosa gen akut.
7. Eritroderma psoriatik
Dapat disebabkan oleh pengobatan topikal yang terlalu kuat atau oleh penyakit
sendiri yang meluas. Biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi
karena terdapat eritema dan skuamar yang tebal dan menyeluruh. Ada kalanya lesi
psorisis masih tampak samar-samar yakni lebih eritematosa dan kulitnya lebih
tinggi.

F. Komplikasi
1. Eritroderma
Beberapa psoriasis dapat berubah menjadi eritroderma. Hal ini disebabkan oleh :
a. Tekanan mental
b. Obat-obatan diantaranya pemakaian obat-obat kuinidin (derivat dari kinina)
c. Terapi berlebihan.
d. Pemakaian preparat terapi yang berlebihan misal konsentrasi yang lebih dari
20 %.
e. Fokal infeksi
Umumnya kalau terjadi komplikasi eritroderma prognosisnya kurang baik dan
sering sukar disembuhkan meskipun telah diberi bermacam-macam pengobatan
termasuk kortikosteroid.
2. Artritis
Dapat monoartritis maupun poliartritis dan dapat menyerang sendi kecil dan sendi
besar. Pada kedaan ini perlu di DD/ dengan artritis rematoid.
G. Penatalaksanaan
Penyebab psoriasis belum diketahui dengan pasti, maka belum ada obat pilihan
psoriasis sebaiknya diobati secara topikal, jika hasilnya tidak memuaskan baru
dipertimbangkan pengobatan sistemik, karena efek sampimg pengobatan sistemik lebih
banyak.
1. Terapi topikal
Ada beberapa obat yang dapat dianggap sebagai anti psoriasis yaitu :
a. Preparat ter, Ada 3 macam preparat ter yaitu :
1) Ter dari kayu : oleum cadini, pix liquid, oleum nisci
2) Ter batu bara : liantral, liquor carbonis detergent
3) Ter fosil : Ictiol
Yang dipakai untuk pengobatan psoriasis adalah preparat ter dari kayu
dan batu bara. Preparat ter dari batu bara efeknya lebih kuat dari 0ada ter dari
kayu tetapi daya erosi terhadap kulit lebih besar. Jadi untuk psoriasis yang
kronik dipakai preparat ter dari batu bara, sedang kasus baru dipakai preparat
ter dari kayu. Efek dari preparat ter adalah anti gatal, keratolitik, vasokostriksi
dan menaikkan ambang ransang.
b. Mercury praecipitatum album
Preparat ini mengandung Hg yang dapat menimbulkan dermatitis
kontak dan bila dipakai terlalu banyak dan terlalu lama terjadi kelainanan ginjal
(Nefritis). Pada terapi topikal biasanya obat-obat tersebut diatas digunakan
dalam kombinasi. Disamping itu perlu pula dikombinasi dengan Asam salisilat
untuk memperkuat daya kerja pemakaian obat ini sebaiknya sesudah mandi.
Bila lesi generalisata atau universal pemakaian obat tersebut dapat
secara parsial, misalnya hari I yang diobati muka dan ekstremitas atas, hari II
badan, hari III ekstremitas bawah, hari IV muka dan ekstremitas, dan
seterusnya.
Disamping itu harus diperiksa kadar protein urin tiap minggu. Hal ini
juga perlu dilakukan pada pemakaian pada pemakaian obat-obat tersebut
jangka panjang. Bila terjadi komplikasi eritroderma, pengobatan dan preparat
ter harus dihentikan kemudian diberi prednison tablet 3 x 10 mg/hari. Untuk
melunakkan kulit dan menghilangkan squama dapat diberikan lanolin 5 (10%)
dan vaselin ad 50.
2. Terapi sistemik
Bisanya diberikan :
a. Kortikosteroid
Kortikosteroid hanya digunakan pada eritroderma psoriasis eritrodermik dan
psoriasis pustulosa generalisata. Dosis permulaan 40-60 mg prednison sehari.
Jika telah sembuh dosis diturunkan perlahan –lahan
b. Obat sitostatik yang biasanya digunakan adalah metotreksat. Indikasinya ialah
untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis artritis dengan lesi kulit, dan
eritroderma karena psoriasis yang sukar terkontrol dengan obat standar.
Kontraindikasinya ialah jika terdapat kelainan hepar, ginjal, sistem
hematopoetik, kehamilan, penyakit infeksi aktif (misalnya Tuberkulosis), ulkus
pepetikum, kolitis ulserosa dan psikosis.
c. Levodova
Levodova sebenarnya dipakai untuk penyakit parkinson. Diantaranya
penderita parkinson sekaligus juga menderita psoriasis, ada yang membaik
psoriasisnya dengan pengobatan levodova. Efek samping yaitu muntah, mual,
anoreksia, hipotensi, gangguan psikik dan pada jantung.
d. DDS
DDS (Diaminodifenilsulfon) dipakai sebagai pengobatan psoriasis pustulosa
tipe barber dengan dosis 2 x 1000 mg sehari. Efek samping yaitu anemia
hemolitik, methemoglobinemia, dan agranulositosis.
e. Etretinat (tegison, tigason)
Obat ini merupakan retinoid aromatik, digunakan bagi psoriasis yang
sukar disembuhkan dengan obat-obat lain mengingat efek sampingnya. Dapat
pula digunakan untuk eritroderma psoriatik. Cara kerjanya belum diketahui
pasti. Pda psoriasis oba tersebut mengurangi proliferasi sel epidermal pada lesi
psoriasis dan kulit normal. Efek sampingnya sangat banyak diantaranya; pada
kulit (menipis), selaput lendir pada mulut, mata dan hidung kering, peningkatan
lipid darah, gangguan fungsi hepar, hiperostosis dan teratogenik.
f. Siklospurin
Efeknya ialah imunosupresif. Dosisnya 6 mg/kg BB sehari. Bersifat
nefrotoksik dan hepatotoksik. Hasil pengobatan untuk psoriasis baik, hanya
setelah obat dihentikan dapat terjadi kekambuhan.
H. Pemeriksaan Diagnostik/penunjang
Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium darah dan biopsi
histopatologi. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium
darah dan biopsi histopatologi. Pemeriksaan penunjang yang paling umum
dilakukan untuk mengkonfirmasi suatu psoriasis ialah biopsi kulit dengan
menggunakan pewarnaan hematoksilin-eosin.\

II. ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Identitas klien
Lakukan pengkajian pada identitas klien dan isi identitasnya yang meliputi: nama,
jenis kelamin, suku bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, dan tanggal pengkajian
2. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah Penderita
biasanya mengeluh adanya gatal ringan pada tempat-tempat predileksi, yakni pada
kulit kepala, perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor
terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Penderita penyakit psoriasis menampakkan gejala Penderita biasanya mengeluh
adanya gatal ringan pada tempat-tempat predileksi, yakni pada kulit kepala,
perbatasan daerah tersebut dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor
terutama siku serta lutut, dan daerah lumbosakral. Kelainan kulit terdiri atas
bercak-bercak eritema yang meninggi (plak) dengan skuama diatasnya. Eritema
berbatas tegas dan merata. Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih
seperti mika, serta transparan.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Apakah pasien mempunyai riwayat merokok, minuman beralkohol.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Ada atau tidak anggota keluarga yang pernah menderita penyakit psoriasis

Data dasar pengkajian pasien


Pengkajian 11 Pola Gordon:
1. Pola Persepsi Kesehatan
a. Adanya riwayat infeksi sebelumya.
b. Pengobatan sebelumnya tidak berhasil.
c. Riwayat mengonsumsi obat-obatan tertentu, mis., vitamin; jamu.
d. Adakah konsultasi rutin ke Dokter.
e. Hygiene personal yang kurang.
f. Lingkungan yang kurang sehat, tinggal berdesak-desakan.

2. Pola Nutrisi Metabolik


a. Pola makan sehari-hari: jumlah makanan, waktu makan, berapa kali sehari
makan.
b. Kebiasaan mengonsumsi makanan tertentu: berminyak, pedas.
c. Jenis makanan yang disukai.
d. Napsu makan menurun.
e. Muntah-muntah.
f. Penurunan berat badan.
g. Turgor kulit buruk, kering, bersisik, pecah-pecah, benjolan.
h. Perubahan warna kulit, terdapat bercak-bercak, gatal-gatal, rasa terbakar atau
perih.

3. Pola Eliminasi
a. Sering berkeringat.
b. Tanyakan pola berkemih dan bowel.

4. Pola Aktivitas dan Latihan


a. Pemenuhan sehari-hari terganggu.
b. Kelemahan umum, malaise.
c. Toleransi terhadap aktivitas rendah.
d. Mudah berkeringat saat melakukan aktivitas ringan.
e. Perubahan pola napas saat melakukan aktivitas.
5. Pola Tidur dan Istirahat
a. Kesulitan tidur pada malam hari karena stres.
b. Mimpi buruk.
6. Pola Persepsi Kognitif
a. Perubahan dalam konsentrasi dan daya ingat.
b. Pengetahuan akan penyakitnya.
7. Pola Persepsi dan Konsep Diri
a. Perasaan tidak percaya diri atau minder.
b. Perasaan terisolasi.
8. Pola Hubungan dengan Sesama
a. Hidup sendiri atau berkeluarga
b. Frekuensi interaksi berkurang
c. Perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran
9. Pola Reproduksi Seksualitas
a. Gangguan pemenuhan kebutuhan biologis dengan pasangan.
b. Penggunaan obat KB mempengaruhi hormon.
10. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi Terhadap Stress
a. Emosi tidak stabil
b. Ansietas, takut akan penyakitnya
c. Disorientasi, gelisah
11. Pola Sistem Kepercayaan
a. Perubahan dalam diri klien dalam melakukan ibadah
b. Agama yang dianut

B. Diagnosa
1. Gangguan integritas kulit b.d lesi dan reaksi inflamasi
2. Ganguan citra tubuh b.d perasaan mau terhadap penampakan diri dan persepsi dari
tentang ketidak berhasian.
3. Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder akibat
penyakit psoriasis
4. Gangguan konsep diri berhubungan dengan krisis kepercayaan diri
5. Kurang pengetahuan terhadap penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurang pemajanan, kesalahan interpretasi, kurang informasi.

II. ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
Pada saat pengkajian yang perlu ditanyakan :
a. Keluhan utama
b. Mulai kapan gejala timbul
c. Perjalanan penyakit
1) Terus menerus dari ringan, sedang, dan berat
2) Hilang timbul
3) Pada saat/musim tertentu
d. Sebelum gejala timbul, apakah klien mengkonsumsi obat-obatan tertentu
e. Pernahkah klien mendapatkan pengobatan sebelumnya dan bagaimana hasilnya
f. Apakah dalam keluarga, ada yang mempunyai penyakit seperti yang diderita klien
g. Bagaimana lingkungan tempat tinggal klien

B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : klien dalam keadaan normothermi dengan kriteria body temperature :
36,20c – 37,20c, klien tidak mengeluh panas.
Tindakan : 1) Beri kompres dingin
2) Anjurkan klien memakai pakaian yang menyerap keringat
3) Kolaborasi pemberian antipiretik
b. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang dengan kriteria : skala nyeri 3, ekpresi
wajah klien relaks.
Tindakan : 1) Ketahui nyeri klien
2) Berikan tindakan penghilang nyeri
a. Ajarkan tehnik relaksasi
b. Tehnik pengalihan perhatian
3) Berikan posisi nyaman menurut klien
4) Kolaborasi pemberian penghilang nyeri optimal (analgetik)
c. Gangguan rasa nyaman : gatal berhubungan dengan invasi bakteri sekunder
Tujuan : Gatal berkurang sampai hilang dengan kriteria, klien melaporkan
gatar berkurang sampai hilang, tidak menggaruk lesi.
Tindakan : 1) Alih baring tiap 2 jam
2) Anjurkan klien untuk tidak menggaruk daerah yang gatal
3) Kolaborasi pemberian therapi topika
d. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan proses inflamasi, jaringan
terbuka
Tujuan : Tidak terjadi defisit volume cairan dengan kriteria tidak ada tanda dan
gejala dehidrasi berat badan ideal.
Tindakan : 1) Pantau intake dan output cairan
2) Timbang berat badan tiap hari
3) Pantau tanda dan gejala dehidrasi
4) Anjurkan klien banyak minum
5) Kolaborasi pemberian cairan parenteral

e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit


Tujuan : Menunjukkan regenerasi jaringan
Tindakan : 1) Kaji ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan jaringan nekrotik
dan kondisi sekitar luka
2) Berikan perawatan luka yang tepat dan tindakan kontrol infeksi
3) Evaluasi ukuran, warna, kedalaman luka, perhatikan ada/tidaknya
penyembuhan
4) Kolaborasi pemberian theraphi.
C. Implementasi
a. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit
1) Memberi proses dingin
2) Menganjurkan klien memakai pakaian yang menyerap keringat
3) Kolaborasi pemberian antipiretik
b. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan
1) Mengetahui nyeri klien
2) Memberikan tindakan penghilang nyeri
a) Mengajarkan teknik relaksasi
b) Teknik pengalihan perhatian
3) Memberikan posisi nyaman menurut klien
4) Kolaborasi pemberian penghilang nyeri optimal (analgetik)
c. Gangguan rasa nyaman : gatal berhubungan dengan invasi bakteri sekunder
1) Melakukan alih baring tiap 2 jam
2) Menganjurkan klien untuk tidak menggaruk daerah yang gatal
3) Kolabs pemberian therapi topikal
d. Resiko penyakit volume cairan berhubungan dengan proses inflamasi, jaringan
terbuka
1) Memantau intake dan output cairan
2) Menimbang berat badan tiap hari
3) Memantau tanda dan gejala dehidrasi
4) Kolaborasi pemberian cairan parenteral
e. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit
1) Mengkaji ukuran, warna, kedalaman luka, memperhatikan jaringan nekrotik
dan kondisi sekitar luka.
2) Memberikan perawatan luka yang tepat dan tindakan kontrol infeksi
3) Mengevaluasi ukuran, warna, kedalaman luka, memperhatikan ada/tidaknya
penyembuhan.
4) Kolaborasi pemberian therapy

D. Evaluasi
a. Tidak terjadi peningkatan suhu tubuh, klien dalam keadaan normothermi (36,20c –
37,20 c)
b. Gangguan rasa nyaman : nyeri berkurang/hilang
c. Gangguan rasa nyaman : gatal berkurang/hilang
d. Tidak terjadi defisit volume cairan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi VIII, EGC.

Carpenito, Lynda Jual, 2004. Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Jakarta : EGC

Djuanda, A. 2007. Dermatosis Eritroskuamosa dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 5.
Jakarta: Penerbit FK UI

Doengoes, E, Marilynn. 2002. “Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan


dan Pendokomentasian Perawatan Pasien ”. Edisi III, Jakarta : EGC

Mansur Aris. 2001. Kapita Selekta. Edisi III. Media Aeftulapiut.

Smeltzer, Suzanne. 2002. “Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”. Edisi 8, Volume 3. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai