Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Anak
yang dibina oleh Ibu Hurun Ain, S.Kep, Ns, M.Kep
dan Ibu Dr. Nurul Pujiastuti, S.Kep, Ns, M.Kes

Oleh Kelompok 4:
1. Laila Firda R P17220191002
2. Citra Noriya P17220191012
3. Mella Nur Sabillah P17220193028
4. Sevia Kurnia Fitri P17220193029

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENEKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D-III KEPERAWATAN LAWANG
Oktober 2020
Lembar Pengesahan
MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN MENINGITIS

Menyatakan bahwa makalah ini adalah hasil kerja kelompok yang dikerjakan
bersama-sama.

Oleh:
1. Laila Firda Rahmawati (P17220191002)
2. Citra Noriya (P17220191012)
3. Mella Nur Sabillah (P17220193028)
4. Sevia Kurnia Fitri (P17220193029)

Malang, 12 Oktober 2020


Dosen Pembimbing

Ibu Hurun Ain, S.Kep, Ns, M.Kep Ibu Dr. Nurul Pujiastuti, S.Kep, Ns, M.Kes
NIP. 19790104 200212 2 001 NIP. 197404 19199803 2 003
i

KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati
indahnya ciptaan-Nya. Disini penulis sangat bersyukur karena bisa
menyelesaikan Makalah yang berjudul ” ASUHAN KEPERAWATAN
MENINGITIS”
Dalam Makalah ini penulis mencoba untuk menjelaskan tentang Asuhan
Keperawatan Meningitis. Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam pembuatan Makalah ini. Namun tidak lepas
dari semua itu,penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak
kekurangan baik dari segi penyusuan bahasa dan aspek lainnya dan jauh dari
kesempurnaan,oleh karena itu penulis mohon maaf jika terdapat tulisan ataupun
kata-kata yang salah. Penulis juga mengharapkan saran dan kritik dari makalah
ini.

Lawang, 12 Oktober 2020

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan.................................................................................................2
1.3 Manfaat Penulisan...............................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
2.1 Pengertian Meningitis..........................................................................................3
2.2 Penyebab dari Meningitis....................................................................................3
2.3 Tanda dan gejala Meningitis................................................................................4
2.4 Patofisiologi Meningitis......................................................................................6
2.5 Komplikasi Meningitis.......................................................................................7
2.6 Prognosis Meningitis...........................................................................................8
2.7 Pemeriksaan penunjang untuk Meningitis..........................................................9
2.8 Penatalaksanaan medis untuk Meningitis..........................................................10
2.9 Asuhan keperawatan Pada Anak Meningitis.....................................................11
2.9.1 Pengkajian keperawatan........................................................................12
2.9.2 Diagnosa keperawatan...........................................................................14
2.9.3 Intervensi keperawatan..........................................................................15
2.9.4 Implementasi keperawatan....................................................................16
2.9.5 Evaluasi keperawatan............................................................................17
BAB III........................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan........................................................................................................18
3.2 Saran..................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meningitis adalah radang pada meningen (selaput) yang mengelilingi
otak dan medula spinalis(Muttaqin, 2008). Meningitis dapat menyerang semua
kelompok umur, meskipun pada kenyataannya kelompok umur yang paling
rawan terkena penyakit ini adalah anak- anak usia balita dan orang tua
(Andareto, 2015). Insidens 90 % dari semua kasus meningitis bakterial terjadi
pada anak yang berusia kurang dari 5 tahun, insiden puncak terdapat pada
rentang usia 6 sampai 12 bulan. Rentang usia dengan angka morbiditas tertinggi
adalah dari lahir sampai 4 tahun (Sowden & Betz, 2009).
Meningitis dianggap sebagai darurat medis yang perlu di kenali dan di
obati secara dini untuk mencegah kerusakan neurologis. Disorientasi dan
gangguan memori juga sering terjadi saat penyakit berlanjut, pasien dapat
mengalami letargi, tidak responif dan koma. Selain itu kejang juga dapat terjadi
yang merupakan akibat dari area iritabilitas di otak. ICP (Intracranial Pressure)
meningkat akibat perluasan pembengkakan di otak atau hidrosefalus. Tanda
awal peningkatan ICP mencakup penurunan tingkat kesadaran dan defisit
motorik lokal.
Pengetahuan dari orang tua sangat penting untuk mengenali gejala awal
meningitis sehingga anak mendapatkan pengobatan sesegera mungkin dan
terhindar dari komplikasi yang lebih parah. Anak dengan meningitis bakteri
akut mengalami hilang pendengaran (0,5-6,9% tipe sensorineural permanen dan
10,5% reversibel) yang banyak terjadi pada anak yang telah sakit selama 24
jam.
Infeksi fulminan akut terjadi pada sekitar 10 % pasien meningitis
meningokokus yang memunculkan tanda-tanda septikemia yang berlebihan.
Awitan demam tinggi, lesi purpurik ekstensif (di wajah dan ekstremitas), syok
dan tanda koagulasi intravaskular diseminata (DIC) erjadi secara mendadak,

1
2

kematian dapat terjadi dalam beberapa jam setelah awitan infeksi (Brunner &
Suddart, 2013).
1.2 Tujuan Penulisan

            Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penulisan yang dapat di ambil
adalah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan Meningitis?


2. Apakah penyebab dari Meningitis?
3. Bagaimana tanda dan gejala Meningitis?
4. Bagaimana patofisiologi dari Meningitis?
5. Bagaimana komplikasi dari Meningitis?
6. Bagaimana prognosis dari Meningitis?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang untuk Meningitis?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis untuk Meningitis?
9. Bagaimana asuhan keperawatan Meningitis?

1.3 Manfaat Penulisan

            Penulisan makalah ini bermanfaat untuk mengetahui :

1. Pengertian Meningitis
2. Penyebab dari Meningitis
3. Tanda dan gejala Meningitis
4. Patofisiologi Meningitis
5. Komplikasi Meningitis
6. Prognosis Meningitis
7. Pemeriksaan penunjang untuk Meningitis
8. Penatalaksanaan medis untuk Meningitis
9. Asuhan keperawatan Meningitis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Meningitis
Meningitis adalah radang pada meningen (selaput) yang mengelilingi otak dan
medula spinalis (Muttaqin, 2008). Meningitis adalah peradangan pada selaput
meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi
pada sistem saraf pusat (Suariadi & Yuliani, 2010).

Infeksi meningeal biasanya muncul melalui aliran darah akibat infeksi lain
(selulitis) atau melalui perluasan langsung (setelah cedera traumatik pada tulang
wajah). Meningitis bakterial atau meningokokal juga muncul sebagai infeksi
oportunis pada pasien AIDS dan sebagai komplikasi dari penyakit limfe (Brunner &
Suddart, 2013).

2.2 Penyebab dari Meningitis


Terdapat beberapa penyebab yang terjadi pada masalah meningitis yaitu
bakteri, faktor predisposisi, faktor maternal, dan faktor imunologi. Menurut (Suariadi
& Yuliani, 2010) penyebab meningitis antara lain.
a. Bakteri : Haemophilus influenza (tipe B), streptococcus pneumonia, Neisseria
meningitis, hemolytic streptococcus, staphylococcus aureu, e. coli
b. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan dengan
wanita
c. Faktor maternal : ruptur membrane fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan
d. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi immunoglobulin, anak
yang mendapat obat obat imunosupresi
e. Anak dengan kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang
berhubungan dengan sistem persarafan.

3
4

Meningitis merupakan akibat dari komplikasi penyakit lain atau kuman secara
hematogen sampai ke selaput otak, misalnya pada penyakit faringotonsilitis,
pneumonia, bronkopneumonia, endokarditis dan dapat pula sebagai perluasan
kontinuitatum dari peradangan organ/jaringan di
dekat selaput otak, misalnya abses otak, otitis media, mastoiditis, trombosis sinus
kavernosus dan lain-lain (Ngastiyah, 2012).

2.3 Tanda dan gejala Meningitis


Menurut (L. WONG, 2009), manifestasi klinis meningitis antara lain:

a. Meningitis bakteri

1) Neonatus: tanda-tanda Spesifik


a) Sangat sulit menegakkan diagnosis
b) Manifestasi penyakit samar dan tidak spesifik
c) Pada saat lahir terlihat sehat tetapi dalam beberapa hari mulai terlihat dan
menunjukkan perilaku yang buruk
d) Menolak pemberian susu/makan
e) Kemampuan menghisap buruk
f) Diare
g) Tonus otot buruk
h) Penurunan gerakan
i) Fontanela yang penuh, tegang dan menonjol dapat terlihat pada akhir
perjalanan penyakit
j) Leher biasanya lemas (supel)
2) Neonatus: tanda-tanda non spesifik
a) Hipotermia atau demam (tergantung maturitas bayi)
b) Ikterus
c) Iritabilitas
d) Mengantu
5

e) Kejang
f) Pernapasan ireguler atau apnea
g) Sianosis
h) Penurunan berat badan
3) Bayi dan anak yang masih kecil
a) Demam
b) Pemberian makan buruk
c) Vomitus
d) Iritabilitas yang nyata
e) Serangan kejang ( sering di sertai dengan tangisan bernada tinggi)
f) Fontanela menonjol
g) Kaku kuduk dapat terjadi atau tidak terjadi
h) Tanda brudzinski dan kernig tidak membantu dalam penegakan diagnosis
4) Anak-anak dan remaja
a) Demam
b) Menggigil
c) Sakit kepala
d) Vomitus
e) Perubahan sensorik
f) Kejang
g) Iritabilitas
h) Agitasi
i) Dapat terjadi fotofobia, delirium, halusinasi, perilaku agresif, mengantuk,
stupor, koma dan kaku kuduk
j) Dapat berlanjut menjadi opistotonus
k) Tanda kernig dan brudzinski positif
l) Ruam ptikie atau purpurik (infeksi meningokokus), khusus nya
jika disertai dengan keadaan mirip syok
m) Telinga mengeluarkan sekret yang kronis (meningitis pneumokokus).
5

b. Meningitis non bakteri (Aseptik)


Awitan meningitis aseptik bisa bersifat mendadak atau bertahap. Manifestasi
awal adalah sakit kepala, demam, malaise, gejala gastrointestinal, dan tanda-tanda
iritasi meningen yang timbul satu atau dua hari setelah awitan penyakit. Nyeri
abdomen, mual dan muntah merupakan gejala yang sering ditemukan; nyeri
punggung dan tungkai, tukak tenggorokan serta nyeri dada kadang-kadang di jumpai
dan dapat terjadi ruam mukulopapular. Biasanya semua gejala ini menghilang secara
spontan dan cepat. Anak akan sembuh dalam waktu 3 sampai 10 hari tanpa dampak
yang tersisa.
Gambaran klinis pada meningitis tuberkulosa :
Gejala awal biasanya di dahului oleh stadium prodromal berupa iritasi selaput
otak. Meningitis biasanya mulai perlahan –lahan tanpa panas atau terdapat kenaikan
suhu yang ringan saja. Sering di jumpai anak mudah terangsang atau menjadi apatis
dantidur nya sering terganggu. Anak besar dapat mengeluh nyeri kepala, anoreksia,
obstipasi dan muntah juga sering di jumpai.
Stadium transisi gejala lebih berat dan gejala ransangan meningeal mulai
nyata, kaku kuduk, seluruh tubuh menjadi kaku dan timbul opistotonus. Refleks
tendon menjadi lebih tinggi, ubun-ubun menonjol dan umumnya juga terdapat
kelumpuhan urat saraf mata sehingga timbul gejala strabismus dan mistagismus. Suhu
tubuh menjadi lebih tinggi dan kesadaran lebih menurun hingga timbul
stupor.Stadium terminal berupa kelumpuhan, koma menjadi lebih dalam, pupil
melebar dan tidak bereaksi sama sekali. Nadi dan pernapasan menjadi tidak teratur,
sering terjadi pernapasan cheyne Stokes. Hiperpireksia timbul dan anak meninggal
tanpa kesadarannya pulih kembali. Tiga stadium tersebut biasanya tidak mempunyai
batas yang jelas antara satu dengan stadium lainya, namun jika tidak di obati
umumnya berlangung 3 minggu sebelum anak meninggal (Ngastiyah, 2012).

2.4 Patofisiologi Meningitis


Meningitis terjadi akibat dari penyebaran penyakit di organ atau jaringan
tubuh yang lain. Virus atau bakteri menyebar secara hematogen sampai ke selaput
5

otak, misalnya penyakit Faringitis, Tonsilitis, Pneumonia, dan Bronchopneumonia.


Masuknya organisme melalui sel darah merah pada blood brain barrier. Penyebaran
organisme bisa terjadi akibat prosedur pembedahan, pecahnya abses serebral atau
kelainan sistem saraf pusat. Otorrhea atau rhinorrhea akibat fraktur dasar tengkorak
yang dapat menimbulkan meningitis, dimana terjadinya hubungan antara CSF
(Cerebro-spinal Fluid) dan dunia luar. Penumpukan pada CSF akan bertambah dan
mengganggu aliran CSF di sekitar otak dan medulla spinalis. Mikroorganisme masuk
ke susunan saraf pusat melalui ruang pada subarachnoid sehingga menimbulkan
respon peradangan seperti pada via, arachnoid, CSF, dan ventrikel. Efek peradangan
yang di sebabkan oleh mikroorganisme meningitis yang mensekresi toksik dan
terjadilah toksekmia, sehingga terjadi peningkatan suhu oleh hipotalamus yang
menyebabkan suhu tubuh meningkat atau terjadinya hipertermi(Suariadi & Yuliani,
2010).

2.5 Komplikasi Meningitis


Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) komplikasi yang dapat muncul pada
anak dengan meningitis antara lain.
a. Munculnya cairan pada lapisan subdural (efusi subdural). Cairan ini muncul karena
adanya desakan pada intrakranial yang meningkat sehingga memungkinkan lolosnya
cairan dari lapisan otak ke daerah subdural.
b. Peradangan pada daerah ventrikuler otak (ventrikulitis). Abses pada meningen
dapat sampai ke jaringan kranial lain baik melalui perembetan langsung maupun
hematogen termasuk ke ventrikuler.
c. Hidrosepalus. Peradangan pada meningen dapat merangsang kenaikan produksi
Liquor Cerebro Spinal (LCS). Cairan LCS pada meningitis lebih kental sehingga
memungkinkan terjadinya sumbatan pada saluran LCS yang menuju medulla spinalis.
Cairan tersebut akhirnya banyak tertahan di intracranial.
d. Abses otak. Abses otak terjadi apabila infeksi sudah menyebar ke otak karena
meningitis tidak mendapat pengobatan dan penatalaksanaan yang tepat.
5

e. Epilepsi.
f. Retardasi mental. Retardasi mental kemungkinan terjadi karena meningitis yang
sudah menyebar ke serebrum sehingga mengganggu gyrus otak anak sebagai tempat
menyimpan memori.
g. Serangan meningitis berulang. Kondisi ini terjadi karena pengobatan yang tidak
tuntas atau mikroorganisme yang sudah resisten terhadap antibiotik yang digunakan
untuk pengobatan.

2.6 Prognosis Meningitis


Komplikasi akut yang umumnya terjadi pada meningitis bakteri dapat berupa : syok,
gagal napas, apnu, perubahan status mental/koma, peningkatan TIK, kejang,
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC), efusi subdural, abses subdural, abses
intraserebral dan bahkan kematian. Pasien dapat mengalami perubahan status mental
atau bahkan koma.Sekitar 15% dari pasien anak yang menderita meningitis
pneumokokus mengalami syok (Kornelisse et al., 1995) dalam (Anggitha, 2017b).
Syok dan DIC sering berhubungan dengan meningitis meningokokus. Apnu atau
gagal napas dapat juga terjadi, terutama pada bayi. Kejang terjadi pada sekitar
sepertiga pasien. Kejang yang menetap (lebih dari 4 hari) atau mulai akhir cenderung
terkait dengan gejala sisa neurologis. Kejang fokal membawa prognosis yang lebih
buruk dibandingkan kejang umum. Jika terjadi kejang fokal harus diwaspadai
kemungkinan komplikasi seperti empiema subdural, abses otak, atau peningkatan
TIK dan disarankan dilakukan pemeriksaan neuroimaging. Efusi subdural yang
terjadi pada sepertiga pasien anak umumnya asimptomatik, dapat membaik secara
spontan dan tidak menyebabkan gejala sisa neurologi permanen. Dapat juga terjadi
Sindrom of Inappropriate Anti Diuretic Hormone (SIADH) sehingga elektrolit dan
keseimbangan cairan harus dipantau ketat.Semua komplikasi seperti syok, DIC,
perubahan status mental/koma,gangguan pernapasan, kejang, peningkatan TIK,
SIADH dan gejala lainnya ditangani dengan terapi yang lazim diberikan (Mace,
2008) dalam (Anggitha, 2017b)
5

2.7 Pemeriksaan penunjang untuk Meningitis

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa pungsi lumbal, CT Scan, MRI,
dan pemeriksaan laboratorium.

a.Pungsi Lumbal

Pungsi lumbal atau analisis cairan dan kultur cairan serebrospinal masih
menjadi metode definitif dalam mendiagnosis meningitis. Parameter yang diperiksa
pada pungsi lumbal adalah opening pressure, jumlah sel darah putih, glukosa,
protein, dan pemeriksaan mikrobiologi.

Pada meningitis bakteri biasanya ditemukan adanya peningkatan tekanan,


peningkatan sel darah putih (>80% neutrophil), penurunan glukosa, peningkatan
protein, dan ditemukan patogen bakteri.

Pada meningitis virus ditemukan tekanan normal atau sedikit meningkat,


peningkatan sel darah putih (biasanya mononuklear), glukosa dalam batas normal
atau sedikit menurun, protein dalam batas normal atau sedikit meningkat, dan
ditemukan gen virus pada PCR.

Pada pemeriksaan meningitis tuberkulosis biasanya ditemukan peningkatan


sel darah tekanan dan sel darah putih (biasanya limfosit), penurunan glukosa,
peningkatan protein, dan pada pemeriksaan basil tahan asam akan positif.

b. CT Scan

CT Scan kepala dapat dilakukan pada pasien dengan kecurigaan adanya


infeksi bakteri atau space occupying lession (SOL). Pada infeksi bakteri, beberapa
pasien akan memperlihatkan adanya meningeal enhancement. Menurut Infectious
Diseases Society of America, CT Scan sebaiknya tidak menunda pemeriksaan pungsi
lumbal. Beberapa kondisi yang mengharuskan skrining CT Scan sebelum pungsi
5

lumbal adalah status pasien immunocompromise, kejang dalam 1 minggu,


papilledema, dan defisit neurologis fokal.

CT scan juga dilakukan untuk mengeksklusi SOL. Misalnya, pada pasien


dengan defisit neurologis fokal. CT scan juga dapat membantu menyingkirkan
diagnosis perdarahan intrakranial.

c. Pemeriksaan Darah

Pemeriksaan darah tidak spesifik digunakan untuk mendiagnosis meningitis.


Kultur darah dapat dilakukan untuk mengkonfirmasi infeksi bakteri, terutama
penyakit meningococcal (Anggitha, 2017a).

2.8 Penatalaksanaan medis untuk Meningitis


Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) penatalaksanaan medis yang secara umum yang
dilakukan di rumah sakit antara lain :

a. Pemberian cairan intravena. Pilihan awal yang bersifat isotonik seperti asering
atau ringer laktat dengan dosis yang dipertimbangkan melalui penurunan berat
badan anak atau tingkat degidrasi yang diberikan karena pada anak yang
menderita meningitis sering datang dengan penurunan kesadaran karena
kekurangan cairan akibat muntah,pengeluaran cairan melalui proses evaporasi
akibat hipertermia dan intake cairan yang kurang akibat kesadaran yang
menurun.
b. Pemberian diazepam apabila anak mengalami kejang.Dosis awal diberikan
diazepam 0,5mg/Kg BB/kali pemberian melalui intravena. Setelah kejang dapat
diatasi maka diberikan fenobarbital dengan dosis awal pada neonates 30m, anak
kurang dari 1 tahun 50 mg sedangkan anak yang lebih dari 1 tahun 75 mg. Untuk
rumatannya diberikan fenobarbital 8-10 mg/Kg BB/ di bagi dalam dua kali
pemberian diberikan selama dua hari. Sedangkan pemberian fenobarbital dua
hari berikutnya dosis diturunkan menjadi 4-5 mg/Kg BB/ dibagi dua kali
pemberian. Pemberian diazepam selain untuk menurunkan kejangjuga
5

diharapkan dapat menurunkan suhu tubuh karena selain hasil toksik


kumanpeningkatan suhu tubuh berasal dari kontraksi otot akibat kejang.
c. Pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab. Antibiotik
yang sering dipakai adalah ampisilin dengan dosis 300-400 mg/KgBB dibagi
dalam enam dosis pemberian secara intravena dikombinasikan dengan
kloramfenikol 50 mg/KgBB dibagi dalam empat dosis pemberian. Pemberian
antibiotik ini yang paling rasional melalui kultur dari pengambilan cairan
serebrospinal melalui pungsi lumbal.
d. Penempatan pada ruang yang minimal rangsangan seperti rangsangan suara,
cahaya dan rangsangan polusi. Rangsangan yang berlebihan dapat
membangkitkan kejang pada anak karena peningkatan rangsang depolarisasi
neuron yang dapat berlangsung cepat.
e. Pembebasan jalan napas dengan menghisap lendir melalui suction dan
memposisikan anak pada posisi kepala miring hiperekstensi. Tindakan
pembebasan jalan napas dipadu dengan pemberian oksigen untuk mendukung
kebutuhan metabolism yang meningkat selain itu mungkin juga terjadi depresi
pusat pernapasan karena peningkatan tekanan intracranial sehingga peril
diberikan oksigen bertekanan lebih tinggi yang lebih mudah masuk ke saluran
pernapasan. Pemberian oksigen pada anak meningitis dianjurkan konsentrasi
yang masuk bisa tinggi melalui masker oksigen.

2.9 Asuhan keperawatan Pada Anak Meningitis


Asuhan Keperawatan Pada Anak Meningitis dengan Hipertermia

Dalam pemberian asuhan keperawatan, penelitian ini menggunakan


pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Adapun uraiannya
sebagaiberikut.
12

2.9.1 Pengkajian keperawatan

Menurut (Riyadi & Sukarmin, 2009) pengkajian fokus yang


memungkinkan muncul pada anak dengan meningitis yang sedang dirawat di
rumah sakit antara lain :
1. Riwayat kesehatan
Anak yang menderita meningitis mengalami gejala awal seperti peradangan pada
jaringan tubuh umumnya yaitu munculnya peningkatan suhu tubuh diatas nilai
normal, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, dan kulit terasa hangat.
2. Keluhan utama
Anak yang dibawa ke rumah sakit biasanya sudah mengalami peningkatan suhu
tubuh diikuti dengan penurunan kesadaran dan kejang.
3. Kondisi fisik
1) Kesadaran anak menurun apatis sampai dengan koma dengan nilai GCS
yang berkisar antara 3 sampai dengan 9. Kondisi ini diikuti dengan
peningkatan denyut jantung yang terkesan lemah dengan frekuensi
>100x/menit. Frekuensi pernapasan juga meningkat >30x/menit dengan
irama yang terkadang dangkal terkadang dalam, suara pernapasan mungkin
terdengar ronkhi basah karenapenumpukan secret. Nadi anak teraba lemah
karena penurunan cairan tubuh dan volume cairan darah akibat muntah
yang dialami oleh anak.
2) Pada pengkajian persarafan akan di jumpai kaku kuduk dengan reflek
kernig dan brudzinsky positif.
3) Turgor kulit anak mungkin juga mengalami penurunan akibat peningkatan
kehilangan cairan melalui proses evaporasi. Kualitas penurunan cairan juga
dapat dibuktikan dengan mukosa bibir yang kering dan penurunan berat
badan anak.
4. Kebutuhan fungsional
Kebutuhan fungsional yang mungkin akan terganggu pada anak dengan
meningitis antara lain :
14

1) Kebutuhan rasa aman dan nyaman


13

Kebutuhan rasa aman terganggu karena meningitis dapat membuat anak


mengalami penurunan kesadaran yang berakibat penurunan respon
terhadap rangsangan dari dalam seperti pengeluaran sekresi trakeobronkial
maupun dari luar seperti rangsangan yang berupa panas, nyeri maupun
rangsangan suara. Kondisi ini dapat berakibat anak berisiko cedera fisik
sehingga terganggu rasa amannya. Sedangkan rasa nyaman mengalami
gangguan karena anak mengalami peningkatan suhu tubuh rata-rata di atas
37,5ºC.
2) Kebutuhan oksigenasi
Peningkatan sekresi trakeobronkial dan spasme otot bronkial dapat
menjadi jalan nafas sempit sehingga asupan oksigen mengalami penurunan.
Pada pengkajian ini mungkin ditemukan anak terlihat pucat sampai
kebiruan terutama di jaringan perifer. Anak juga terlihat frekuensi
pernafasan meningkat >30x/menit sebagai kompensasi pemenuhan
kebutuhan oksigen tubuh.
3) Kebutuhan cairan dan elektrolit
Anak yang menderita meningitis mengalami peningkatan rangsangan
pengeluaran gastrointestinal karena penekanan pada saraf pusat.
Peningkatan rangsangan ini dapat berakibat mual dan muntah yang
berakibat proyektil akibat peningkatan tekanan intracranial. Penderita dapat
mengalami defisit cairan tubuh yang dapat dilihat pada pemantauan
balance cairan, yaitu jumlah cairan yang keluar lebih banyak daripada
jumlah cairan yang masuk. Jumlah muntah mungkin juga cukup banyak,
dapat mencapai kurang lebih 500 cc dalam sehari. Pada saat kesadaran
yang masih baik anak yang sudah dapat berbicara dengan baik akan
mengatakan haus.
5. Hasil pemeriksaan fisik
Menurut (Kartini Anggraini, 2019)pemeriksaan rangsangan meningeal pada
penderita dengan meningitis biasanya ditemukan hasil positif. Pemeriksaan
tersebut adalah sebagai berikut ;
14

5.1. Pemeriksaan Kaku Kuduk


Pasien berbaring dengan posisi telentang kemudian dilakukan gerakan
pasif berupa fleksi dan rotasi kepala. Tanda kaku kuduk positif (+) bila
didapatkan kekakuan dan tahanan pada pergerakan fleksi kepala disertai rasa
nyeri dan spasme otot. Dagu tidak dapat disentuhkan ke dada dan juga
didapatkan tahanan pada hiperekstensi dan rotasi kepala.
5.2. Pemeriksaan Kernig
Pasien berbaring denan posisi terlentang kemudian dilakukan fleksi pada
sendi panggul kemudian dilakukan ekstensi tungkai bawah pada sendi lutut
sejauh mungkin tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig positif (+) bila ekstensi sendi
lutut tidak mencapai sudut 135º (kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna)
disertai spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri.
5.3. Pemeriksaan Tanda Brudzinski I
Pasien berbaring terlentang dan pemeriksa meletakkan tangan kirinya
dibawah kepala dan tangan kanan diatas dada pasien kemudian dilakukan
fleksi kepala dengan ke arah dada sejauh mungkin. Tanda Brudzkinski I
positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi kedua tungkai/kedua lutut.
5.4. Pemeriksaan Tanda Brudzkinski II
Pasien berbaring terlentang, salah satu tungkainya diangkat dalam sikap
lurus di sendi lutut dan ditekukkan di sendi panggul. Tanda Brudzkinski II
positif (+) bila pada pemeriksaan terjadi fleksi reflektorik pada sendi panggul
dan lutut kontralateral.

2.9.2Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan keputusan tentang respon klien tentang


masalah kesehatan aktual atau potensial, sebagai dasar seleksi intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan sesuai dengan kewenangan perawatan
(Harnilawati,2013) dalam (Kartini Anggraini, 2019)
15

Menurut (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma 2015) dalam (Kartini
Anggraini, 2019) pada pasien
dengan meningitis terdapat beberapa diagnosa keperawatan yang kemungkinan
muncul, yaitu :
a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
b. Nyeri akut berhubungan dengan proses infeksi
c. Resiko cidera berhubungan dengan kejang

2.9.3Intervensi keperawatan

Suatu intervensi didefinisikan sebagai segala treatment yang dikerjakan


perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penelitian klinis untuk mencapai
luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI, 2018) dalam (Kartini Anggraini, 2019).
Rencana keperawatan merupakan fase dari proses keperawatan yang
penuh pertimbangan dan sistematis serta mencakup pembuatan keputusan untuk
menyelesaikan masalah (Kozier et al., 2010) dalam (Kartini Anggraini, 2019)
Tujuan (NOC) dan Intervensi (NIC) menurut (Amin Huda Nurarif &
Hardhi Kusuma 2015) dalam (Kartini Anggraini, 2019) pada diagnosa keperawatan
yang muncul pada penyakit
meningitis, meliputi :

Tabel 1
Intervensi Untuk Masalah Keperawatan Hipertermia Pada Meningitis
No Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Intervensi
Keperawatan Hasil (NOC) Keperawatan (NIC)
1 Hipertermia  Thermoregulation Fever Treatment
Kriteria hasil : a. Monitor suhu
a. Suhu tubuh dalam sesering mungkin
rentang normal b. Monitor warna dan
b. Nadi dan RR dalam suhu kulit
rentang normal c. Monitor tekanan
c. Tidak ada darah, nadi, dan
16

perubahan warna RR
kulit dan tidak ada d. Berikan anti piretik
pusing e. Selimuti pasien
f. Kompres pasien
pada lipat paha dan
aksila
Temperature
Regulation
1. Monitor suhu
minimal tiap 2 jam
2. Monitor TD, nadi,
dan RR
3. Monitor warna dan
suhu kulit
4. Selimuti pasien
untuk mencegah
hilangnya kehangatan
tubuh
5. Berikan anti piretik
jika perlu

2.9.4Implementasi keperawatan

Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat


melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya.
Berdasarkan terminology NIC, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus yang digunakan untuk
melaksanakan intervensi (Kozier et al., 2010) dalam (Kartini Anggraini, 2019)
Adapun implementasi yang dilakukan sesuai dengan perencanaan menurut
(Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma 2015) dalam (Kartini Anggraini, 2019).
a. Monitor suhu sesering mungkin minimal tiap 2 jam
16

b. Monitor warna dan suhu kulit


c. Monitor tekanan darah, nadi, dan RR
d. Berikan anti piretik jika perlu
e. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh
f. Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
17

2.9.5Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah fase kelima dan fase terakhir dalam proses
keperawatan. Evaluasi merupakan aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan dan
terarah ketika pasien dan professional kesehatan menentukan kemajuan pasien
menuju pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan.
Evaluasi ini akan menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri,
dilanjutkan atau diubah(Kozier et al., 2010) dalam (Kartini Anggraini, 2019).
Adapun hasil yang diharapkan menurut (Amin Huda Nurarif & Hardhi
Kusuma 2015) dalam (Kartini Anggraini, 2019) yaitu :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal
b. Nadi dan RR dalam rentang normal
c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Meningitis adalah radang pada meningen (selaput) yang mengelilingi otak dan
medula spinalis (Muttaqin, 2008). Meningitis adalah peradangan pada selaput
meningen, cairan serebrospinal dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi
pada sistem saraf pusat (Suariadi & Yuliani, 2010)
Penyebab dari meningitis yaitua. Bakteri, faktor predisposisi, faktor maternal,
infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan, faktor imunologi, dan snak dengan
kelainan sistem saraf pusat, tanda dan gejal meningitis juga berbeda sesuai
penyebabnya.
3.2 Saran
Sebaiknya untuk penulisan makalah selanjutnya diharapkan tidak ada atau
meminimalisir plagiasi didalam makalah. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca, khususnya bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang, untuk
menambah wawasan mengenai asuhan keperawatan meningitis

18
19

DAFTAR PUSTAKA
Andareto, O. (2015). Katalog Dalam Terbitan (KDT) Kesehatan Obi Andareto

Penyakit Menular di Sekitar Anda. Pustaka Ilmu Semesta.

Anggitha, G. R. (2017a). Diagnosis Meningitis. Pemeriksaan Penunjang.

https://www.alomedika.com/penyakit/neurologi/meningitis/diagnosis

Anggitha, G. R. (2017b). Prognosis Meningitis. Prognosis Meningitis.

https://www.alomedika.com/penyakit/neurologi/meningitis/prognosis

Brunner, & Suddart. (2013). Keperawatan Medikal Bedah: Edisi 12. EGC.

Kartini Anggraini, P. K. (2019). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Anak

Meningitis Dengan Hipertermia di Ruang Cempaka III RSUP Sanglah tahun

2019. http://respository.potekkes-denpasar.ac.id/2364/3/BAB%20II_1.pdf

L. WONG, D. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Wong Vol. 1. EGC.

http://ucs.sulsellib.net//index.php?p=show_detail&id=67464

Muttaqin, A. (2008). Asuhan keperawatan klien dengan gangguan sistem persarafan.

Salemba Medika.

Ngastiyah. (2012). Perawatan Anak Sakit: Edisi 2. EGC.

Riyadi, S., & Sukarmin. (2009). Asuhan Keperawatan Pada anak/ Sujono Riyadi &

Sukarmin – Edisi Pertama. Graha Ilmu.

Sowden, L. A., & Betz, C. L. (2009). Buku Saku keperawatan Pediatri: Edisi 5. EGC.

Suariadi, & Yuliani, R. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Anak: Edisi 2. CV

Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai