Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY.

K (62 TAHUN) DENGAN


KATARAK DI RUANG POLIKLINIK MATA
METRO HOSPITALS CIKUPA

Di Susun oleh :
Tim Poliklinik

Desember 2020
Jalan Raya Serang KM 16,8, Sukamulya, Cikupa, Tangerang
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas laporan kasus “Asuhan
Keperawatan Pada Ny. K (62 tahun) Dengan Katarak Di Ruang Poliknik Mata
Metro Hospital Cikupa” dapat terselesaikan tepat waktu.

Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada teman-teman dan


semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan kasus ini. Terutama
kepala ruangan, dan teman-teman sejawat sekalian yang tidak dapat penyusun
sebutkan satu persatu, yang telah membantu di dalam menyelesaikan laporan
kasus ini.

Akhirnya, sebagai penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan


kasus ini masih jauh dari kesempurnaan. Ibarat pepatah mengatakan “tak ada
gading yang tak retak”, begitu pula dengan makalah ini. Oleh karena itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua kalangan terutama pembaca,
yang sifatnya membangun dalam penyusunan laporan kasus selanjutnya.

Tangerang, 12 Desember 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Hal

Kata Pengatar.............................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan........................................................................................ 3
E Ruang Lingkup Penulisan............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Katarak............................................................................................ 4
B. Etiologi Katarak............................................................................................. 4
C. Patofisiologi Katarak..................................................................................... 5
D. Manifestasi Klinis.......................................................................................... 7
E. Pemeriksaan Penunjang................................................................................. 8
F. Penatalaksanaan............................................................................................. 9
G. Komplikasi Katarak.........................................................................................11
BAB III LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian.......................................................................................................17
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................................27
C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.......................................28
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu di dunia karena penyakit


ini menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi secara perlahan-
lahan. Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang
lensa mata.
Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan
meningkat dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan di dunia dapat dicegah dan
diobati. Kebutaan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi
yang serius bagi setiap negara. Studi yang dilakukan Eye Disease evalence
Research Group (2004) memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita penyakit
mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut
menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan meningkat terutama bagi mereka yang
telah berumur diatas 65 tahun. Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula resiko
kesehatan mata, WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai kondisi kebutaan
di dunia, khususnya dinegara berkembang.
Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya
berada di negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara
tertinggi di Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut spesialis
Mata dari RS Pondok Indah Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya angka kebutaan di
Indonesia disebabkan usia harapan hidup orang Indonesia semakin meningkat,
Karena beberapa penyakit mata disebabkan proses penuaan. Artinya semakin
banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula penduduk yang
berpotensi mengalami penyakit mata.
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah
katarak (0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak
merupakan kelainan mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh.
Dalam keadaan normal jernih dan tembus cahaya. Selama ini katarak banyak

1
diderita mereka yang berusia tua. Karena itu, penyakit ini sering diremehkan
kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen Kesehatan
Indonsia (Depkes) bahwa 1,5  juta orang Indonesia mengalami kebutaan karena
katarak dan rata-rata diderita yang berusia 40-55 tahun.
Penderita rata-rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara
mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan dan kebanyakan katarak terjadi
karena proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan,
dari data statistik lebih dari 90 persen orang berusia di atas 65 tahun menderita
katarak, sekitar 55% orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya berkurang
akibat katarak (Irawan, 2008).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang akan dibahas
dalam laporan kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan katarak
pada Ny. K di Ruang Poliklinik Mata Metro Hospitals Cikupa”.

C. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan dengan katarak
terhadap Ny. K di Ruang Poliklinik Mata Metro Hospitals Cikupa.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari laporan tugas akhir ini adalah untuk memberikan
gambaran tentang:
a. Pengkajian pada klien dengan kasus katarak di Ruang Poliklinik Mata
Metro Hospitals Cikupa
b. Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan kasus katarak di
Ruang Poliklinik Mata Metro Hospitals Cikupa
c. Rencana keperawatan dengan Implementasi keperawatan pada klien
dengan katarak di Ruang Poliklinik Mata Metro Hospitals Cikupa
d. Evaluasi pada klien dengan kasus katarak di Ruang Poliklinik Mata
Metro Hospitals Cikupa

2
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Sebagai penerapan ilmu dan pengetahuan dan keterampilan dalam menangani
masalah keperawatan serta menerapkan asuhan keperawatan katarak.
2. Bagi Ruang Poliklinik
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan pelayanan Asuhan
Keperawatan kasus katarak di Ruang Poliklinik Mata Metro Hospitals Cikupa
berdasarkan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Nursing
Intervension Classification (NIC), Nursing Outcome Classification (NOC).

E. Ruang Lingkup Penulisan


Penulisan Laporan Kasus pada Ny. K dengan katarak di Ruang Poliklinik Mata
Metro Hospitals Cikupa meliputi gambaran tentang pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan dan
evaluasi yang dilaksanakan pada tanggal 26 November 2020.

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi Katarak
Katarak berasal dari yunani “Katarrhakies”, Inggris “Cataract” dan latin
“tatalacta” yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana
penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah
setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terajadi karena hidrasi
(penambahan cairan) lensa dinaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya
(Ilyas dan Yulianti, 2017).
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau
bahan lensa didalam kapsul lensa atau suatu keadaan patologik lensa dimana lensa
menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein. Kekeruhan
dapat terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada
berbagai usia tertentu (Ilyas, 2005).
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya
(Faradilla, 2009).

Gambar 1.1 Lensa Mata


Sumber: (Faradila, 2009)

B. Etiologi Katarak

1. Faktor Presipitasi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
karena hidrasi (penambahan cairan) lensa, dinaturasi protein lensa terjadi
akibat kedua-duanya (Ilyas dan Yulainti, 2017).

4
2. Faktor Prediposisi
Soeharjo dan Hartono (2007) menyatakan bahwa faktor predisposisi
timbulnnya katarak yaitu :
a. Faktor individu (Usia, jenis kelamin, ras)
b. Faktor lingkungan (Merokok, paparan sinar ultraviolet, nutrisi, status
sosial ekonomi, tingkat pendidikan, penggunaan alkohol, diabetes
mellitus, dehidrasi, hipertensi, penggunaan steroid, indeks masa tubuh,
obat–obat penyakit).

C. Patofisiologi Katarak
Katarak umumnya merupakan penyakit usia lanjut pada usia diatas 70
tahun, dapat diperkirakan adanya katarak dalam berbagai derajat, namun katarak
juga diakibatkan oleh kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata lokal
menahun (Tamsuri, 2010).
Secara kimiawi, pembentukan katarak ditandai dengan berkurangnya
ambilan oksigen dan bertambahnya kandungan air yang kemudian diikuti dengan
dehidrasi. Kandungan natrium dan kalsium bertambah, sedangkan kandungan
kalium, asam askorbat dan protein berkurang. Lensa yang mengalami katarak
tidak mangandung glutation. Usaha mempercepat atau memperlambat perubahan
kimiawi ini dengan cara pengobatan belum berhasil, dan penyebab maupun
implikasinya tidak diketahui. Akhir-akhir ini, peran radiasi sinar ultraviolet
sebagai salah satu faktor dalam pembentukan katarak senil, tampak lebih nyata.
penyelidikan epidemologi menunjukkan bahwa didaerah-daerah yang sepanjang
tahun selalu ada sinar matahari yang kuat, insiden kataraknya meningkat pada usia
65 tahun atau lebih. Pada penelitian lebih lanjut, ternyata sinar ultraviolet memang
mempunyai efek terhadap lensa. pengobatan katarak adalah dengan tindakan
pembedahan. Setelah pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa
kontak atau lensa tanam intraokular (Tamsuri, 2010).

5
Gambar 2.1
Pathway Katarak

Perubahan usia

Perubahan fisik mata Perubahan warna pada Perubahan kimia


(lensa mata ) nucleus mata

Perubahan protein
Hilangnya transparansi lensa
Perubahan serabut
lensa
halus yang
memanjang dari
badan silier keluar
lensa Perubahan dalam
KATARAK serabut lensa
mengalami denaturasi

Penglihatan
menjadi
Operasi
distorsi Ansietas Terjadi koagulasi

Sensitifitas dan Tindakan


ketajaman pembedahan dengan Dx: Resiko Infeksi
menurun mengganti lensa

Luka post operasi


Sensitif dari cahaya

Pandangan kabur
Dx: Resiko Mata Kering

Dx: Resiko Jatuh

Sumber : (Suzanne, C. Smeltzer, 2001)

6
D. Manifestasi Klinis
Menurut Faradila (2009), manifestasi katarak adalah :
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
Pada kasus katarak dapat muncul gejala penglihatan tidak jelas atau
pandangan kabur dikarenakan cahaya memasuki mata melewati lensa, lensa
memfokuskan cahaya ke retina sehingga meyalurkan sinyal visual melalui
saraf optik ke otak. Penglihatan kabur pada penderita katarak dikarenakan ada
kekeruhan pada lensa yang menghalangi cahaya masuk didalam mata.
Katarak bersifat progresif yang berarti memburuk seiring berjalannya waktu
(Stoppler, 2010).
2. Peka terhadap sinar atau cahaya
Rasa silau atau fotophobia terjadi pada kasus katarak karena pada
lensa yang sudah keruh, cahaya akan dipendekkan dan tidak ditransmisikan
atau dipantulkan kembali dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada
retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan dengan
distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya
hitam, akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Orang dengan katarak
secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari silau yang
disebabkan oleh cahaya yang salah arah (Andra, 2013).
3. Dapat melihat ganda pada satu mata
Diplopia monokular (penglihatan ganda bila salah satu mata ditutup)
ini umumnya terjadi akibat perubahan indeks refraksi antara lapisan nuklear
dengan korteks lensa sehingga membentuk daerah refraksi yang multipel
dikeluhkan pada seseorang dengan histeria, astigmatisma (silinder), pupil
ganda, dan lensa sublukasi (Mutiarasari dan Handayani, 2011).
4. Penurunan ketajaman penglihatan
Penurunan ketajaman penglihatan pada mata yang tampak secara
struktural utuh dikenal sebagai ambliopia. Pada ambliopia, sistem pusat
menjadi tidak mengidentifikasi stimulus visual yaitu sinyal dikirm dari mata,
namun tidak dikenali otak (Corwin, 2009).

7
5. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu
Lensa mata tidak mampu mengatur transportasi glukosa seiring
dengan peningkatan konsentrasi gula diekstra seluler. Keadaan ini
menyebabkan keruntuhan dan pencairan serat lensa yang akhirnya
membentuk kekeruhan pada lensa (Pollreisz, 2010).
Selain itu, katarak dibagi menjadi 4 stadium, yaitu stadium insipen,
matur dan hipermatur. Saat memasuki stadium insipen kekeruhan tidak
teratur seperti bercak dikorteks anterior dan posterior sehingga menimbulkan
keluhan pollopia. Pada stadium yang lebih lanjut terjadi kekeruhan yang lebih
tebal tetapi belum mengenai seluruh lensa lebih lanjut. Pada stadium ini
terjadi penumpukan cairan dan disintegrasi serabut artinya lensa
mencembung yang menimbulkan keluhan miopi dan menyebabkan iris
terdorong ke depan serta bilik

E. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Ilyas (2010), pemeriksaan yang dilakukan pada penderita katarak yaitu :
1. Kartu nama snellen/ mesin telebinokuler (tes ketajaman penglihatan dan
sentra penglihatan) mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa,
akvesus atau vitres humor, kesalahan refraksi atau penyakit sistem saraf atau
penglihatan ke retina atau jalan optik.
2. Lapang penglihatan, penurunan mungkin disebabkan oleh cairan cercor
vaskuler masaa tumor pada hipofisis otak, kirotois atau patologis arteri
serebral,gloukoma.
3. Pengukuran tonografi, mengkaji tekanan intraokuler (TIO) normalnya 12-25
mmHg.
4. Pemeriksaan olfamaskopi, mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi
optik, papil edema, perdarahan retina; dan mikroaneurisma, dilatasi dan
pemeriksaan berlahan-lampu memastikan diagnosa katarak.
5. Darah lengkap, laju sedimentasi (LED). Menujukkan anemia sistematik atau
infeksi. Untuk operasi katarak sebenarnya tidak direkomendasikan
pemeriksaan lab rutin kecuali ada penurunan kondisi kesehatan pasien.

8
6. EKG, kolesterol serum dan pemeriksaan lipid. Dilakukan untuk memastikan
atreosklerosis.
7. Tes toleransi glukosa (FBS).
Menunjukkan adanya atau kontrol diabetes. Keadaan gula yang tidak
terkontrol dapat memperlambat penyembuhan luka dan mempercepat
komplikasi pada pasien. Jika suatu keadaan tersebut berlangsung terus
menerus maka akan terjadi kerusakan sel-sel kelenjar lakrimal. Hal tersebut
yang kemudian akan menyebabkan penurunan produksi aqueous dari kelenjar
lakrimal. Selain itu penurunan tersebut juga dikarenakan penurunan refleks
berkedip. Refleks berkedip diatur oleh 3 sistem stimulasi : sistem sensori tepi,
sistem stimulasi retina, dan sistem psikogenik. Pada pasien diabetik
penurunan reflek berkedip merupakan akibat dari kerusakan syaraf tepi yang
mengatur sinkronisasi antara kepekaan kornea dan konjungtiva dengan
kelenjar air mata. Hal tersebut menyebabkan penurunan signal stimulasi pada
permukan bola mata ke kelenjar lakrimal sehingga mengganggu regulasi air
mata.

F. Penatalaksanaan
Menurut Faradila (2009), penatalaksanaan medis pada penderita katarak, yaitu :
Solusi untuk menyembuhkan penyakit katarak secara medis umumnya
dengan jalan operasi phoco + ioL. Penilaian bedah didasarkan pada lokasi, ukuran
dan kepadatan katarak. Katarak akan dibedah bila sudah terlalu luas mengenai
bagian dari lensa mata atau katarak total. Lapisan mata diangkat dan diganti lensa
buatan lensa buatan (lensa intaokuler). Pembedahan katarak bertujuan untuk
mengeluarkan lensa yang keruh. Lensa dapat dikeluarkan dengan pinset atau
batang kecil yang dibekukan. Kadang–kadang dilakukan dengan menghancurkan
lensa dan mengisap keluar. Adapun teknik yang digunakan pada operasi katarak
adalah:

1. Fakoemulsifikasi
Merupakan teknologi terkini, hanya dengan melakukan sayatan (3mm)
pada kornea. Getaran ultrasonic pada alat fakoemulsifikasi dipergunakan

9
untuk mengambil lensa yang mengalami katarak, lalu kemudian diganti
dengan lensa tanam permanen yang dapat dilihat. Luka hasil sayatan pada
kornea kadang tidak memerlukan penjahitan, sehingga pemulihan penglihatan
segera dapat dirasakan. Teknik fakoemulsifikasi memakan waktu 20-30 menit
dan hanya memerlukan pembiusan topical atau tetes mata selama operasi.
2. Ekstra Kapsuler
Dengan teknik ini diperlukan sayatan kornea lebih panjang agar dapat
mengeluarkan inti lensa secara utuh, kemudian sisa lensa dilakukan aspirasi.
Lensa mata yang telah diambil digantikan dengan lensa tanam permanen.
Diakhiri dengan menutup luka dengan beberapa jahitan.
a) Ekstra Capsular Catarak Ekstraktie (ECCE)
Merupakan teknik operasi katarak dengan melakukan
pengangkatan nukleus lensa dan korteks melalui pembukaan kapsul
anterior yang lebar 9-10mm, dan meninggalkan kapsul posterior.
Korteks dan nucleus diangkat, kapsul posterior ditinggalkan untuk
mencegah prolaps vitreus, melindungi retina dari sinar ultraviolet dan
memberikan sokongan untuk implantasi lensa intra okuler.
b) Ekstra Capsular Catarak Ekstraktie (ECCE)
Merupakan teknik operasi katarak dengan melakukan
pengangkatan nukleus lensa dan korteks melalui pembukaan kapsul
anterior yang lebar 9-10mm, dan meninggalkan kapsul posterior.
Korteks dan nucleus diangkat, kapsul posterior ditinggalkan
untuk mencegah prolaps vitreus, melindungi retina dari sinar
ultraviolet dan memberikan sokongan untuk implantasi lensa intra
okuler.
c) Ekstra Capsular Catarak Ekstraktie (ECCE)
Merupakan teknik operasi katarak dengan melakukan
pengangkatan nukleus lensa dan korteks melalui pembukaan kapsul
anterior yang lebar 9-10 mm, dan meninggalkan kapsul posterior.
Korteks dan nucleus diangkat, kapsul posterior ditinggalkan
untuk mencegah prolaps vitreus, melindungi retina dari sinar

10
ultraviolet dan memberikan sokongan untuk implantasi lensa intra
okuler.
d) Intra Capsular Catarak Ekstraktie (ICCE)
Merupakan teknik bedah yang digunakan sebelum adanya bedah
katarak ekstrakapsular. Seluruh lensa bersama dengan pembungkus
atau kapsulnya dikeluarkan. Diperlukan sayatan yang cukup luas dan
jahitan yang banyak (14-15 mm). Prosedur tersebut relatif beresiko
tinggi disebabkan oleh insisi yang lebar dan tekanan pada badan
vitreus. Metode ini sekarang sudah ditinggalkan. Kerugian tindakan
ini antara lain, angka kejadian Cystoid Macular Edema dan Retinal
Detachment setelah operasi lebih tinggi, insisi yang sangat lebar dan
astigmatisma yang tinggi. Resiko kehilangan vitreus selama operasi
sangat besar. Lensa diangkat seluruhnya. Keuntungannya prosedur
mudah dilakukan. Kerugiannya mata berisiko mengalami retina
detachment (lepasnya lensa).

G. Komplikasi Katarak

Andra dan Yessi (2013), menyatakan komplikasi katarak adalah sebagai berikut :
1. Glukoma
Katarak yang immatur akan menyerap cairan sehingga ukurannya
membesar sehingga menyumbat sudut bilik mata, sedangkan katarak yang
hipermatur, lensa akan pecah dan komposisi lensa dapat menyumbat sudut
bilik mata. Pasca bedah katarak, yang mengakibatkan terbentuknya sinekia
dan terbentuknya blokade pupil akibat radang di daerah pupil.
2. Edemakornea
Edema korena terjadi karena adanya hidrasi yang berlebihan atau
akumulasi cairan dibagian kornea, maka hal itu menyebabkan pembengkakan
kornea.

11
1. Rencana Tindakan Keperawatan

Tabel 2.1 Rencana Keperawatan Pada Kasus Anemia Deangan Gangguan


Sirkulasi

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1 Perfusi perifer Perfusi jaringan : perifer Perawatan sirkulasi : (4066:391)
tidak efektif (407:447) 1. Lakukan penilaian yang kemprehensif
berhubungan 1. Pengisian kapiler jari (5) pada sirkulasi perifer (CRT)
dengan 2. Suhu kulit ujung kaki (5) 2. Inspeksi kulit apakah terdapat luka tekan
penurunan 3. Kekuatan denyut nadi (5) dan jaringan yang tidak utuh
kosentrasi 4. Nilai rata rata tekanan 3. Mengintruksikan klien untuk merubah
hemoglobin darah (5) posisi setiap 2 jam sekali
5. Muka pucat (5) 4. Intruksikan klien mengenai faktor –
Status sirkulasi (401:561) faktor yang mempengaruhi sirkulasi
1. Tekanan darah sistol dan darah
diastol (5) 5. Pertahankan status hidrasi untuk
2. Kelelahan (5) menurunkan viskositas darah
3. Pingsan (5) Manajemen Cairan (4120:157)
4. Pitting edema (5) 1. Monitor status hidrasi (misalnya,
membrane mukosa lembab, denyut nadi
adekuat, tekanan darah.
2. Dukung peningkatan asupan kalori
3. Lakukan perawatan mulut sebelum
amakan
4. Sediakan suplemen makanan jika
diperlukan
5. Persiapkan pemberian produk -produk
darah (misalnya, cek darah dan
mempersiapkan pemasangan infus)
6. Berikan produk -produk darah
(misalnya, trombosit dan plasma yang

12
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
baru)
7. Atur ketersediaan produk darah untuk
transfusi
8. Persiapkan pemberian produk -produk
darah (misalnya, cek darah dan
mempersiapkan pemasangan infus)
9. Berikan produk -produk darah
(misalnya, trombosit dan plasma yang
baru)
2 Defisit nutrisi Status Nutrisi : (1004:551) Manajemen Nutrisi : (1100:197)
berhubungan 1. Asupan gizi (5) 1. Identifikasi adanya alergi atau
dengan 2. Asupan makanan (5) intoleransi makanan yang dimiliki
kurangnya 3. Asupan cairan (5) pasien
asupan 4. Energi (5) 2. Instruksikan kepada pasien mengenai
makanan Status Nutrisi: Asupan Nutrisi kebutuhan nutrisi
(1009:553) 3. Ciptakan lingkungan yang optimal pada
1. Asupan kalori (5) saat mengkonsumsi makan
2. Asupan protein (5) 4. Tawarkan makanan ringan yang padat
3. Asupan lemak (5) gizi
4. Asupan karbohidrat (5) Bantuan Peningkatan Berat Badan :
5. Asupan zat besi (5 (1240:78)
1. Timbang pasien pada jam yang sama
2. Dukung peningkatan asupan kalori
3. Lakukan perawatan mulut sebelum
makan
4. Sediakan suplemen makanan jika
diperlukan

3 Intoleransi Daya tahan ( 1:80) Manajemen Energi (180:177)


aktivitas 1. Melakukan aktifitas rutin 1. Kaji status fisiologis pasien yang
berhubungan (5) menyebabkan kelelahan
dengan proses 2. Aktifitas fisik (5) 2. Tentukan persepsi pasien/orang terdekat

13
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
metabolisme 3. Pemulihan energi setelah mengenai penyebab kelelahan
yang terganggu istirahat (5) 3. Pilih intervensi untuk mengurangi
4. Hemoglobin (5) kelelahan baik secara farmakologi
5. Hematokrit (5) maupun nonfarmakologi
Toleransi terhadap aktifitas 4. Tingkatkan tirah baring
(5:582) 5. Susun kegiatan fisik untuk mengurangi
1. Frekuensi nadi setelah penggunaan cadangan O2 untuk fungsi
beraktifitas (5) organ vital
2. Kekuatan tubuh bagian atas 6. Bantu aktifitas harian pasien
(5) 7. Anjurkan keluarga membantu pasien
3. Kekuatan tubuh bagian dalam aktivitas sehari-hari yang teratur
bawah (5) sesuai kebutuhan
4. Kemudahan dalam 8. Ajarkan pasien mengenai pengelolaan
melakukan aktifitas harian kegiatan dan manajemen waktu untuk
(5) mencegah kelelahan
9. Memantau tanda – tanda vital klien
10. Evaluasi secara bertahap kenaikan level
aktivitas klien
4 Ansietas Tingat kecemasan:(1211:572) Pengurangan Kecemasan : (5820:319)
berhubungan 1. Tidak dapat beristirahat (5) 1. Kaji untuk tanda verbal dan non verbal
dengan krisis 2. Perasaan gelisah (5) kecemasan
situasional 3. Kesulitan berkosentrasi (5) 2. Jelaskan semua prosedur termasuk
4. Pusing (5) sensasi yang akan dirasakan yang
5. Gangguan tidur (5) mungkin akan dialami klien selama
prosedur dilakukan
3. Anjurkan keluarga untuk mendampingi
klien
4. Ciptakan atmosfer rasa aman untuk
meningkatkan kepercayaan
5. Anjurkan verbalisasi perasaan, persepsi
dan ketakutan
Peningkatan Keselamatan: (5380:327)

14
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Sediakan lingkungan yang tidak
mengancam
2. Tunjukkan ketenangan
3. Jelaskan semua prosedur pada pasien
atau keluarga
Terapi Relaksasi : (6040:446)
1. Gunakan suara yang lembut dengan
irama yang lambat untuk setiap kata
2. Tunjukkan dan praktikkan teknik
relaksasi pada klien
5 Resiko infeksi Keparahan infeksi: (703:145) Kontrol Infeksi: (6540:134)
berhubungan 1. Kemerahan (5) 1. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
dengan ketidak 2. Nyeri (5) tindakan keperawatan
adekuatan 3. Ketidakstabilan suhu (5) 2. Pertahankan lingkungan aseptik selama
pertahanan 4. Hilang nafsu makan (5) pemasangan alat
tubuh sekunder 3. Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
4. Tingkatkan intake nutrisi
5. Berikan terapi antibiotik
Perlindungan Infeksi: (6550:398)
1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi
sistemik dan local
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
Monitor hitung mutlak granulosit, WBC,
dan, hasil - hasil diferensial

15
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Suarni & Apriyani, 2017)
5. Evaluasi
Menurut Craven dan Hirnle (2000), Evaluasi didefinisikan sebagai
keputusan dari efektifitas asuhan keperawatan antara dasar tujuan
keperawatan klien yang telah ditetapkan dengan respon prilaku klien yang
tampil.

16
BAB III
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Oleh : Tim Poliklinik


Hari/Tanggal : Kamis, 26 November 2020
Jam : 13.00 WIB
Tempat : Poliklinik Metro Hospitals Cikupa
Metode : Observasi, wawancara,
pemeriksaan fisik, studi
dokumentasi
Sumber : Pasien, keluarga, rekam medis

1. Data Dasar
a. Identitas Klien
Nama : Ny. K
Umur : 62 th
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Panongan
Agama : Islam
Suku : Jawa
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Diagnosa Medis : Katarak
Tanggal masuk : 26 November 2020

17
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. E
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Hubungan dengan pasien : Anak pasien
Pendidikan terahir : SMA
Pekerjaan : Buruh

c. Riwayat Kesehatan
Presipitasi : Karena sering terpaparnya sinar matahari dan usia
Predisposisi : Diabetes Mellitus
2. Data Fokus
1) Keluhan utama
Pasien mengatakan penglihatan mata kanan tidak jelas, buram dan
berkabut. Pasien mengatakan menyadari pandangan mulai tidak jelas sejak
pasien mempunyai diabetes mellitus tahun 2015. Pasien cemas akan
dilakukannya operasi katarak hari ini 26 November jam 15.00WIB.
2) Riwayat penyakit dahulu
Pasien mengatakan mempunyai riwayat Diabetes Mellitus ± 5 tahun dan
gula darahnya pernah mencapai 400 mg/dl. Pasien rutin minum metformin
dan glimepiride. Pasien mempunyai riwayat hipertensi dan rutin minum
obat hipertensi.
3) Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan kakeknya mempunyai riwayat Diabetes Mellitus dan
kedua kakaknya juga mempunyai Diabetes Mellitus. Keluarga tidak ada
yang terkena katarak dan hanya Ny K saja.
4) Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Keadaan/penampilan umum : gelisah
Kesadaran : GCS : E4V5M6 (ComposMentis)

18
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 86x/menit
Respirasi : 20x/menit
Suhu : 36C
3) Status gizi
Berat badan : 42 Kg
Tinggi badan : 150 cm
4) Pemeriksaan fisik
a. Intergumen : Warna kulit kecoklatan, tidak bersisik,dan tidak
ada lesi
b. Kepala
Muka : Warna muka kecoklatan, bersih, dan tidak ada lesi
Mata :
Pre operasi Kamis, 26 November 2020
VOD 20/70 VOS 20/60, kedua lensa mata tampak keruh
Post operasi Jumat, 27 November 2020
Mata sebelah kanan tertutup kasa, Keadaan balutan bersih
c. Telinga : Telinga bersih dan pendengaran baik
d. Leher : Tidak ada pembesaran tyroid
5) Pengkajian resiko jatuh

No PENILAIAN
A Cara berjalan pasien (salah satu atau lebih ):

1. Tidak seimbang/sempoyongan/limbung
2. Jalan menggunakan alat bantu ( kruk, tripot, kursi roda, orang lain)
B Menompang saat akan duduk : tampak memegang pinggiran kursi atau
meja/benda lain sebagai penompang saat akan duduk
HASIL PENILAIAN
 Risiko jatuh rendah : ditemukan salah satu A atau B
 √Risiko jatuh tinggi : ditemukan A dan B
INTERVENSI STANDAR – Semua Tingkat Resiko Jatuh
 √ Edukasi pasien dan keluarga pencegahan jatuh
 √ Keluarga mendampingi pasien selama di rumah sakit
 Upayakan pencegahan maksimal :lantai tidak licin, sendal anti slip,
tidak ada genangan air
19
 √ Bantu mobilisasi pasien terutama jika akan berpindah tempat/posisi
 Pasien di pasang stiker kuning di dada sebelah kanan
6) Pemeriksaan Penunjang

Hasil laboratorium tanggal 24 November 2020

Jenis Hasil Satuan Nilai Normal


Pemerikksaan
Hemoglobin 13.8 g/dL 12.00 – 15.0
Hematokrit 38.8 % 37.0 – 47.0
Eritrosit 5.06 Juta/ uL 4.20 – 5.40
Leukosit 8.62 ribu/ uL 5.00 – 10.00
Trombosit 456 ribu/ uL 150 – 450
Masa Perdarahan 2.00 menit 1.00 – 3.00
Masa Pembekuan 11.00 menit 10.00 – 14.00
GDS 215 mg/dL 50 - 180
hBsag Non reaktif Non reaktif
Rapid test Non reaktif Non reaktif

Hasil foto thorax tanggal 13 November 2020


Cardiomegaly

a. Terapi pengobatan premedikasi

Nama obat Rute Dosis Indikasi Efek samping


Midriatil Tetes 0,5% Memperbesar pupil Penglihatan buram

Obat yang digunakan pasien sebelum operasi

Nama Obat Rute Dosis Indikasi Efek samping


Amlodipine Oral 5 mg Selain untuk hipertensi, Bengkak, sakit kepala,
amlodipine juga lemas, pusing berputar,
diindikasikan juga untuk mual.
penyakit jantung koroner
dan nyeri dada (angina).
Amlodipin relatif aman
dan tidak ada kontra
indikasi khusus.
Glimepiride Oral 2 x 1mg Mengendalikan kadar Pusing, sakit kepala,
gula darah muntah, mual, sakit perut

20
atau diare, hipokalemia.
Metformin Oral 3 x 500mg Mengendalikan kadar Batuk, demam menggigil,
gula darah diare, sakit perut, nafsu
makan menurun, mual
muntah, nyeri otot.

21
Obat yang digunakan pasien setelah operasi

Nama Obat Rute Dosis Indikasi Efek samping


Ciproflolaxcin Peroral 500 mg Infeksi pada saluran Mual, muntah, diare, pusing,
pernafasan, saluran rasa letih, insomnia
pencernaan, infeksi
saluran kemih, infeksi
pada kulit, tulang dan
sendi osteomeitis akut,
mengobati sakit tipes
Paracetamol Peroral 500 mg Mengurangi rasa nyeri Mual, muntah, mengantuk,
seperti nyeri ringan, sakit sakit kepala
telinga, nyeri otot,
dismenore, setelah cabut
gigi
Siloxan Tetes 1 tetes Melumaskan mata serta Peningkatan TIO
membantu mengatasi Hipertermia
iritasi pada mata Mengurangi produksi air
ludah
LFX Tetes 1 tetes Pengobatan topical untuk Iritasi. reaksi syok
infeksi ocular eksternal anafilaksis (hentikan
mata seperti penggunaan), hipersensitif
konjungtivitis yang (kemerahan), konjungtivitas
disebabkan
mikroorganisme
P pred Tetes 1 tetes Anti radang Penglihatan kabur, berair,
sensasi rasa menyengat atau
terbakar pada mata

Pengelompokan Data Pre Operasi

22
Data Subyektif Data Obyektif
1. Pasien mengatakan mata sebelah 1. Pemeriksaan fisik mata
kanan pasien tidak dapat melihat VOD 20/70 VOS 20/60
dengan jelas buram dan berkabut Kedua lensa keruh, konjugtiva hiperemi
2. Pasien mengatakan menyadari 2. Hasil gula darah pada tanggal 26 November 2020
padangan mulai tidak jelas sejak GDS : 215 mg/dl
pasien mempunyai diabetes 3. Hasil gula darah pada tanggal 13 Oktober 2020
mellitus ± 5 tahun yang lalu GDS : 402 mg/dl
3. Pasien mengatakan mempunyai 4. Pasien tampak gelisah, wajah tegang
riwayat Diabetes Mellitus ± 5 5. Tanda – tanda vital pre operasi
tahun yang lalu dan gula darahnya Tekanan darah : 130/90mmHg
pernah mencapai 400 mg/dl. Nadi : 86x/menit
Pasien rutin minum glimepiride Respirasi : 20 x/menit
dan metformin.
4. Pasien mengatakan kakeknya
mempunyai riwayat Diabetes
Mellitus dan kedua kakaknya
juga mempunyai Diabetes
Mellitus
5. Pasien mengatakan cemas akan
dilakukan tindakan operasi,
karena Ny K baru pertama kali
menjalani
Operasi
6. Pasien mengatakan cemas karena
takut darah, dan disuntik bius
7. Pasien mengatakan khawatir jika
akan terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.

Pengelompakan Data Post Operasi

Data Subyektif Data Obyektif

23
1. Pasien mengatakan mata 1. Pemeriksaan fisik mata
sebelah kanan pasien tidak VOD 20/70 VOS 6/60
dapat melihat dengan jelas Kedualensakeruh, konjugtiva hiperemi
buram dan berkabut 2. Tanda – tanda vital
2. Pasien mengatakan mata Tekanan darah : 130/90mmHg Nadi : 86x/menit
sebelah kanan tidak dapat Respirasi : 20 x/menit S : 36,5℃
melihat dengan jelas dan 3. Pasien jalan tampak selalu didampingi keluarganya
mata sebelah kiri sudah 4. Pengkajian resiko jatuh post operasi pasien
tidak befungsi beresiko tinggi
3. Pasien mengatakan selama
habis operasi aktivitas
pasien dibantu oleh
keluarganya terutama saat
ke kamar mandi karna mata
sebelah kanan masih
tertutup oleh kassa dan
mata sebelah kiri sudah
tidak berfungsi karna
katarak juga

Analisa Data Pre Operasi

24
No Data Etiologi Problem
1. DS :
- Pasien mengatakan Program Pengobatan Risiko Mata
mata sebelah kanan Kering
penglihatan tidak dengan factor
jelas, buram dan resiko
berkabut kerusakan
- Pasien mengatakan permukaan
menyadari ocular
pandangan mulai
tidak jelas sejak
pasien mempunyai
diabetes melitus ± 5
tahun yang lalu
DO :
- VOS 20/70
- VOD 20/60
- Lensa keruh
2. DS:
- Pasien mengatakan Resiko
mempunyai - ketidakstabil
Riwayat DM ± 5 an kadar
tahun yang lalu dan glukosa
gula darahnya darah dengan
pernah mencapai factor resiko
400 mg/dl. Pasien pemantauan
rutin minum obat gula darah
glimepiride dan tidak adekuat
metformin
- Pasien mengatakan
kakeknya
mempunyai
Riwayat DM dan
kedua kakaknya
juga mempunyai
DM
DO:
Hasil GDS tanggal
26 November 2020
215 mg/dl
3. DS :
Ansietas
- Pasien mengatakan cemas Stressor (tindakan
gelisah karena operasi operasi)
pertama kalinya
- Pasien mengatakan cemas

25
No Data Etiologi Problem
karena takut darah, dan
disuntik bius
- Pasien mengatakan khawatir
jika akan terjadi hal-hal yang
tidak diinginkan.
DO:

- Pasien tampak tegang


- Pasien tampak cemas
- TD : 130/90 mmHg
- N : 86x/menit
- RR : 20 kali/menit
- S : 36,3°C     

Analisa Data Post Operasi

No Data Etiologi Problem


1 DS : -
DO:
Resiko infeksi
- Terdapat
dengan faktor
balutan kassa
resiko prosedur
pada mata
infasif
kanan,
kondisi
balutan bersih
- Suhu : 36,5℃
- Leukosit :
8.62 ribu/ µL
- Tindakan
phaco+IOL
- Pasien post -
op 26
November
2020
2 DS:
- Pasien
mengatakan
mata kanan Resiko jatuh
masih belum dengan faktor
melihat - resiko gangguan
dengan jelas visual
dan mata kiri
penglihatan

26
No Data Etiologi Problem
juga buram
DO :
- Pasien jalan
tampak selalu
didampingi
keluarganya
- Pengkajian
resiko jatuh
post operasi
resiko tinggi
- Pasien jalan
tampak di
bantu
keluarganya
- Pasien jalan
tampak
meraba-raba
benda di
sekitar

B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan pre operasi
a. Resiko mata kering berhubungan dengan program pengobatan
b. Resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah dengan
faktor resiko pemantauan gula darah tidak adekuat
c. Ansietas berhubungan dengan stressor (tindakan operasi)

2. Diagnosa keperawatan post operasi


a. Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur invasif
b. Resiko jatuh dengan faktor resiko gangguan visual

27
C. Intervensi, Implementasi dan Evaluasi Pre Op Katarak

Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Resiko mata kering Setelah Pencegahan mata 1. Mengetahui Kamis 26 November 2020 Kamis, 26 november 2020
dengan faktor risiko dilakukan kering gejala awal
yang timbul Jam : 12.00 WIB 12.15 WIB
program tindakan
1. Monitor tanda-tanda sehingga bisa
pengobatan keperawatan 1. Mengobservasi S:
dan gejala ditangani lebih
ditandai dengan : selama 1x24 jam tanda dan gejala
(kemerahan nyeri, lanjut - Klien mengatakan
DS: diharapkan tidak penglihatan kabur) (kemerahan, nyeri,
terjadi mata 3. Membantu penglihatan kabur) pandangan mata
DS : 2. Siapkan pasien mempersiapkan kanan masih kabur
kering dengan untuk operasi keperluan
- Pasien kriteria hasil : katarak sebelum
mengatakan 3. Anjurkan pasien operasi O:
Kontrol risiko :
mata sebelah untuk tidak 4. Menghindari
gangguan - Visus okuli dektra
kanan menyentuh mata penyebaran
penglihatan penglihatan 4. Kolaborasi 20/70
infeksi
tidak jelas, 1. Memonitor pemberian obat tetes 5. Mengurangi - Visus okuli sinistra
buram dan gejala mata gejala dan 20/60
berkabut penyakit mempercepat 12.15 WIB
- Pasien mata pemulihan
2. Memberikan arahan 12.20 WIB
mengatakan 2. Mengguna
menyadari untuk tidak
kan obat S:
pandangan menyentuh mata
mata sesuai
mulai tidak resep - Klien mengatakan
jelas sejak paham akan apa
pasien yang dianjurkan
mempunyai - Klien mengatakan
DM ± 5 tahun tidak akan

28
Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
yang lalu menggosok matanya
jika merasa gatal
DO : O:
- VOS 20/70 - Klien tampak
- VOD 20/60 mengerti
- Lensa
keruh
12.30 WIB 12.35 WIB

3. Mengelola S: -
pemberian obat tetes
O:
mata
- Midriatil 1 tetes - Obat tetes mata
midriatil sudah
diteteskan pada
pukul 12.30 WIB
pada mata sebelah
kanan, tidak ada
alergi obat

13.00 WIB

29
Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
4. Menyiapkan 14.00 WIB
pasien untuk
operasi katarak S:
- Pasien mengatakan
sudah siap untuk
dipindah diruang
operasi

O:
- Klien sudah
memakai baju
operasi

14.30 WIB
S:

- Klien mengatakan
pandangan mata
kanan masih kabur
O:
- Obat tetes mata
midriatil sudah
diteteskan pada
pukul 12.30 WIB

30
Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
pada mata sebelah
kanan, tidak ada
alergi obat
- Klien sudah
memakai baju
operasi

A : Masalah risiko mata


kering berhubungan
dengan program
pengobatan teratasi
P : Hentikan intervensi

2 Resiko Setelah Manajemen 1. Mengetahui Kamis, 12 Juli 2018 Kamis, 12 Juli 2018
ketidakstabilan dilakukan Hiperglikemi keadaan Jam 13.15 WIB Jam 13.20
kadar glukosa tindakan 1. Monitor kadar umum Memonitor kadar glukosa WIB
darah dengan keperawatan glukosa darah (kondisi darah S:-
faktor resiko selama 1x2 2. Cek gula darah hiperglikemi) O:
pemantauan gula jam 2. Untuk 26 november2020
darah tidak diharapkan 3. Instruksikan pada mengetahui GDS: 215mg/dl
adekuat ditandai manajemen pasien dan kadar gula A:
dengan diri diabetes keluarga darah pasien Masala resiko
DS: baik dengan mengenai 3. Memberikan Ketidakstabilan kadar
- Pasien kriteria hasil: manajemen informasi glukosa darah teratasi
diabetes

31
Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
mengatakan Kadar gula pada keluarga sebagian
mempunyai darah Pengajaran peresepan untuk
Riwayat DM 1. Tidak ada diet memahami P:
± 5 tahun peningkatan pengobatan Lanjutkan intervensi
yang lalu dan glukosa 4. Kaji pengetahuan 4. Mengetahui 1. Monitor kadar
gula darah dan pola makan sejauh glukosa darah
darahnya 2. Pasien dan mengenai diet mana 2. Cek guladarah
pernah mengikuti diabetes pengetahuan 3. Instruksikan
mencapai jumlah, jenis 5. Bantu klien pasien pada pasien dan
400 mg/dl. dan jadwal dalam memilih mengenai diet keluarga mengenai
Pasien rutin untuk makanan yang diabetes manajemen diabetes
minum obat manajemen sesuai dengan mellitus 4. Kaji pengetahuan
glimepiride diet diabetes dietdiabetes 5. Untuk dan pola makan dan
dan mellitus 6. Kolaborasi dengan mendukung mengenai diet
metformin ahli gizi dalam
Tidak ada keberhasilan diabetes
- Pasien diet diabetes
peningkatan dalam 5. Bantu klien dalam
mengatakan mellitus program memilih makanan
kakeknya pengobatan yang sesuai dengan
mempunyai 6. Menentukan diet diabetes
riwayat diet yang
Diabetes diperlukan
Millitus dan
dan kedua membantu
kakaknya dalam
juga penyembuhan
mempunyai
Diabetes

32
Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Mellitus
- Data
Obyektif:
- Hasil gula
darah pada
tanggal 13
oktober 2020
402
mg/dl

3. Ansietas Setelah Pengurangan 1. Kekhawatiran Kamis, 26 november Kamis, 26 november


berhubungan dilakukan kecemasan yang tidak 2020 2020
dengan ditandai tindakan 1. Gunakan diungkapkan
dengan keperawatan pendekatan yang dapat Jam 13.25 WIB Jam 13.30
Stressor selama 1x2jam tenang dan memperkuat 1. Melakukan WIB
(tindakan diharapkan meyakinkan ansietas pendekatan S:
operasi) tangkat dengan pasien dengan Pasien mengatakan
Data Subyektif : kecemasan komunikasi 2. Reaksi komunikasi cemas karena akan
Pasien mengatakan pasien terapiutik verbal/non terapiutik serta menjalankan operasi
cemas akan berkurang 2. Kaji untuk tanda verbal dapat mengobservasi O:
dilakukan tindakan dengan kriteria verbal dan non menunjakan kecemasan dan Pasien tampak gelisah
operasi, karena hasil verbal kecemasan rasa tegang, Mengkaji skala dan tegang
Tn. S baru pertama : seperti gelisah, marah dan ansietas
kali menjalani Tingkat wajahtegang gelisah
operasi kecemasan 3. Dorong keluarga 3. Dukung
Data Obyektif: 1. Ansietas untuk keluarga
- Pasien pasien mendampingi dapat Jam 13.45

33
Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
tampak berkurang pasien selama memperuat WIB S :
gelisah, dari operasi mekanisme Pasien mengatakan bisa
wajah tegang ansietas Monitor tanda-tanda koping klien Jam 13.35 WIB melakukan relaksasi
Tanda-tanda vital ringan vital sehingga 2. Mengajarkan nafas dalam
preoperasi menjadi 4. Monitor tekanan tingkat teknik relaksasi O:
Tekanan darah : tidak ada darah, nadi dan ansietas nafas dalam Pasien mampu
130/90 mmHg 2. Pasien pernafasan berkurang 3. Menganjurkan mempraktekan relaksasi
Nadi : 86 x/menit tidak Teknik relaksasi 4. Mengetahui keluarga untuk nafas dalam
Respirasi: 20 gelisah 5. Ajarkan dan perubahan selalu
x/menit 3. Wajah bimbing relaksasi tekanan mendampingiklie Jam 06.15
Skala ansietas pasien nafas dalam pada darah, n WIB S :
(kecemasan tidak pasien respirasi, nadi - Keluarga
ringan) tegang secara pasien
4. Tidak continue mengatakan
terjadi untuk selalu
peningkata mengetahui mendampingi
n nadi, keadaan pasien
tekanan umum O:
darah 5. Meningkatkan - Anak ny K
dan istirahat, dan tampak antusias
pernafasan dapat mengantarkan
meningkatkan keruang operasi
koping

Jam 14.00

34
Diagnosa Perencanaan
No. Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
WIB S :
Pasien mengatakan
siap keruang operasi,
pasien yakin
semuanya akan baik-
baik saja dan pasien
mengatakan sudah
berdoa semoga diberi
kelancaran O :
Pasien tampak lebih
tenang karna sudah
berdoa dan yakin
semuanya akan baik-
baik saja

A:
Masalah ansietas
berhubungan
dengan stressor
teratasi
Pasien lebih tenang
P:
Hentikan intervesi
1. Pasien dilakukan
tindakan operasi
jam 15.00 WIB

35
Intervensi, Implementasi dan evaluasi Keperawatan Post Op Katarak

No. Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi


Keperawatan Tujuan & Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1. Resiko infeksi Setalah dilakukan Monitor tanda –tanda Jumat, 27 november Jumat, 27 november 2020
dengan faktor resiko tindakan keperawatan vital 1. Peningkatan 2020
prosedur invasif selama 1x pertemuan 1. Monitor suhu suhu tubuh dan Jam 15.10 WIB
ditandai dengan Diharapakan tidak tubuh pasien mengidentifikasi Jam 15.00 WIB S:-
Data Subyektif : - terjadi keparahan terjadinya infeksi Mengukur suhu O : suhu tubuh pasien
Data Obyektif: Infeksi dengan tubuh pasien 36,5°C
- Terdapat balut kriteria hasil : Kontrol infeksi 2. Agar ketrampilan
dengan kassa, Keparahan infeksi 2. Lakukan teknik dapat diterapkan
kondisi balutan 1. Kemerahan tidak perawatan luka dalam mencegah Jam 15.20 Jam 15.30 WIB
bersih dan mata ada steril penekanan pada Melakukan perawatan S:
sebelah kanan 2. Nyeri tidak ada 3. Ajarkan pasien area luka post luka dengan steril - Pasien mengatakan
sudah tidak 3. Suhu dalam batas dan keluarga operasi yang tidak nyeri pada area
berfungsi normal (36,5C- mengenai dapat operasi
- Tanda-tanda vital 37,5C) perawatan pasca meningkatkan Jam 15.35 - Pasien mengatakan
post operasi 4. Klien operasi tekanan Mengajarkan kepada lebih nyaman setelah
Tekanan darah : mengetahui 4. Kelola pemberian intraokuler pasien dan keluarga perban di buka
130/80 mmHg perilaku yang antibiotik mengenai perawatan O:
Nadi : 80 x/menit disarankan. Perlindungan 3. Teknik aseptik pasca operasi - Mata pasien bersih
Respirasi : 20 infeksi menurunkan - Tidakada edema pada
x/menit 5. Monitor resiko Jam 15.35 palpebra
Suhu : 36,5C adanya tanda penyebaran - Balutan kassa sudah di
Memberikan obat tetes
- Leukosit7.35 dan gejala bakteri ganti
mata FLX 1 tetes
infeksi (tidak
ada nyeri, 4. Antibiotik
tidak merupakan Jam 15.45
terasa panas, golongan untuk S:

36
No. Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan & Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
tidak terjadi mencegah - Pasien mengatakan
edema, dan infeksi mengerti bagaimana
tidak 5. Mengetahui perawatan pasca
kemerahan) sejauh mana operasi
Infeksi yang O:
ditimbulkan - Pasien dan keluarga
kooperatif
- Pasien dan keluarga
tampak mememahami
cara perawatan di
rumah
- Pasien dan keluarga
dapat menjawab apa
yang di evaluasi

Jam 15.40
S:
Pasien mengatakan lebih
nyaman saat diberikan obat
tetes mata
O:
Obat tetes mata LFX sudah
diberikan dan tidak ada
tanda-tanda alergi

Jam 15.45
S:

37
No. Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan & Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
- Pasien mengatakan
tidak nyeri pada area
operasi
- Pasien mengatakan
mengerti bagaimana
perawatan pasca
operasi
O:
- Suhu tubuh 36,2 °C
- Mata pasienbersih
- Tidakada edema pada
palpebra
- Balutan kassa sudah di
ganti
- Obat tetes mata LFX
sudah diberikan dan
tidak ada tanda-tanda
alergi

A:
Masalah resiko infeksi
teratasi sebagian
P:
Lanjutkan intervensi
- Monitor suhu tubuh
pasien
- Lakukan perawatan
lukasteril

38
No. Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan & Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
- Kelola pemberian
antibiotik
- Monitor tanda – tanda
infeksi

2 Resiko jatuh Setalah dilakukan Pencegahan jatuh 1. Gaya berjalan yang Jumat,27 november Jumat, 27 november 2020
dengan faktor tindakan keperawatan cepat dan seimbang 2020
resiko gangguan selama 1x pertemuan 1. Monitor gaya sebagai indicator Jam 15.10 WIB
visual Diharapakan tidak berjalan nilai resiko jatuh Jam 15.00 WIB S:
terjadi keparahan (terutama 2. Informasi yang Mengkajigayab Pasien mengatakan kalau
Infeksi dengan kecepatan), diberikan bertujuan erjalan sedang berjalan sambil
kriteria hasil : keseimbangan untuk menyadarkan berpegangan dengan benda
Kejadian jatuh dan tingkat klien dan keluarga disekitarnya
Tidak terjadi kelelahan untuk menghindari O:
kejadian jatuh saat dengan factor resiko Pasien berjalan sambil
berjalan ambulansi 3. Meminimalisir didampingi oleh
2. Berikan kejadian jatuh keluarganya
informasi pada
klien dan
keluarga factorKeluarga sebagai
resiko jatuh pengawas dan Jam 15.20 Jam 15.30 WIB
3. Sediakan pelindung klien saat Mengedukasi pasien S:
pencahayaan melakukan aktivitas dan keluarga jika - Pasien mengatakan
yang cukup untuk mencegah jatuh pasien berpotensi akan selalu berhati-
dalam rangka untuk jatuh dan hati
meningkatan menyediakan - Keluarga pasien
pandangan pencahayaan yang mengatakan akan
cukup saat di rumah selalu mengawasi

39
No. Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan & Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
Kolaborasikan pasien dalam
dengan keluarga berkegiatan
untuk meningkatkan O:
pengawasan - Pasien dan keluarga
tampak paham apa
yang harus dilakukan

Jam 15.45
S:
- Pasien mengatakan
keluarganya selalu
mendampinginya
O:
- Anak pasien selalu
menemani pasien

Jam 16.00 WIB


S:
- Pasien mengatakan
akan selalu berhati-
hati
- Keluarga pasien
mengatakan akan
selalu menemani dan
mengawasi pasien

40
No. Diagnosa Perencanaan Implementasi Evaluasi
Keperawatan Tujuan & Intervensi Rasional
Kriteria Hasil

O:
- Pasien berjalan masih
digandeng
keluarganya

A:
Resiko jatuh dengan faktor
resiko gangguan visual
teratasi sebagian

P:
Lanjutkan intervensi
1. Monitor gaya berjalan
(terutama kecepatan),
keseimbangan dan
tingkat kelelahan dengan
ambulansi
2. Kolaborasikan dengan
keluarga untuk
meningkatkan
pengawasan

41
DAFTAR PUSTAKA

Faradila.2009.Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas


KedokteranUniversity Of Riau
Hartono. 2007. Oftalmoskopi Dasar dan Klinis. Yogyakarta : Pustaka
Cendekia Hidayat. 2012. Konsep dan Proses Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika

Ilyas, Sidarta. 2005. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke tiga. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Ilyas, Sidarta dan Sri Rahayu Yulianti. 2017. Ilmu Penyakit Mata Edisi ke
5.Jakarta
Khurana,A.K. 2007. Comprehensive Ophtalmology.Edisi 4. New Delhi
:New AgeInternational (P) Limited
Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Mediaction
Moorhead Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC)
IndonesianEdition. Indonesia : Mocomedia
Mutisari, Diah & Handayani, Fitriah. 2013. Katarak Juvenill, Edisi XIV Inspirasi

Nanda. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017


Edisi 10.Jakarta : EGC

Pollreisz. 2010. Diabetic Catarac-Pathogenesis, Epidemiologi and


Treatment. Journal of Ophtalmology

Anda mungkin juga menyukai