Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

Di Susun Oleh :
Desi Marlina
Dwi Ayu Oktaviani
Upit Riyana
Yati Rohayati
MK : Kewarganegaraan

AKADEMI KEBIDANAN BINA HUSADA


TANGERANG
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena
atas limpahan Karunia, Rahmat, dan Hidayah-Nya yang berupa
kesehatan, sehingga makalah ‘ dapat terselesaikan tepat pada
waktunya.
Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok mata kuliah
Kewarganegaraan. Kami  berusaha menyusun makalah ini dengan
segala kemampuan, namun menyadari bahwa makalah ini masih
banyak memiliki kekurangan baik dari segi penulisan maupun segi
penyusunan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun akan kami terima dengan senang hati demi perbaikan
makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini bisa memberikan informasi mengenai
Pancasila Sebagai Sistem Filsafat dan bermanfaat bagi para
pembacanya. Atas perhatian dan kesempatan yang diberikan untuk
membuat makalah ini saya ucapkan terima kasih.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Setiap negara atau bangsa di dunia ini mempunyai sistem
nilai (filsafat) tertentu yang menjadi pegangan bagi anggota
masyarakat dalam menjalankan kehidupan dan pemerintahannya.
Filsafat negara merupakan pandangan hidup bangsa yang diyakini
kebenarannnya dan diaplikasikan dalam kehidupan masyarakat
yang mendiami negara tersebut. Pandangan hidup bangsa
merupakan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap bangsa. Nilai-nilai
tersebut akan mempengaruhi segala aspek suatu bangsa. Nilai
adalah suatu konsepsi yang secara eksplisit maupun implisit
menjadi milik atau ciri khas seseorang atau masyarakat. Pada
konsep tersembunyi bahwa pilihan nilai merupakan suatu ukuran
atau standar yang memiliki kelestarian yang secara umum
digunakan untuk mengorganisasikan sistem tingkah laku suatu
masyarakat (Prayitno, 1989:1).
Sistem nilai ( filsafat) yang dianut suatu bangsa merupakan
filsafat masyarakat budaya bangsa. Bagi suatu bangsa, filsafat
merupakan sumber dari segala sumber hukum yang berlaku dalam
suatu masyarakat, bangsa, dan negara. Oleh karena itu, filsafat
berfungsi dalam menentukan pandangan hidup suatu masyarakat
dalam menghadapi suatu masalah, hakikat dan sifat hidup, hakikat
kerja, hakikat kedudukan manusia, etika dan tata krama pergaulan
dalam ruang dan waktu, serta hakikat hubungan manusia dengan
manusia lainnya (Prayitno, 1989:2).
Indonesia adalah salah satu negara yang juga memiliki
filsafat seperti bangsa-bangsa lain. Filsafat ini tak lain adalah yang
kita kenal dengan nama Pancasila yang terdiri dari lima sila.
Pancasila merupakan filsafat hidup bangsa Indonesia.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Filsafat Dan Dasar Filsafat Pancasila


Secara etimologi, filsafat berasal dari bahasa Yunani,
yaitu philosophia. Kata itu terdiri dari kata philo, philos,
philein yang mempunyai arti cinta / pecinta / mencintai
dan sophia yang berarti kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat
kebenaran. Jadi secara harfiah istilah filsafat adalah cinta pada
kebijaksanaan atau kebenaran yang hakiki.
Pada umumnya terdapat dua pengertian filsafat yaitu
filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk. Selain itu,
ada pengertian lain, yaitu filsafat sebagai ilmu dan filsafat sebagai
pandangan hidup. Disamping itu, dikenal pula filsafat dalam arti
teoritis dan filsafat dalam arti praktis. Pancasila dapat digolongkan
sebagai filsafat dalam arti produk, filsafat sebagai pandangan
hidup, dan filsafat dalam arti praktis. Hal itu berarti Pancasila
mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan
dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan sehari-
hari dan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara bagi bangsa Indonesia dimanapun mereka berada.
Apabila kita bicara tentang filsafat, ada dua hal yang patut
diperhatikan, yaitu filsafat sebagai metode dan filsafat sebagai
suatu pandangan, keduanya sangat berguna untuk memahami
Pancasila. Di sisi lain, kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya
bukanlah hanya merupakan kesatuan yang bersifat formal logis
saja namun juga meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar
epistemologi dan dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila. Filsafat
Pancasila adalah refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila
sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa dengan tujuan
untuk mendapatkan pokok-pokok pengertian secara mendasar dan
menyeluruh. Pembahasan filsafat dapat dilakukan secara deduktif
(dengan mencari hakikat Pancasila serta menganalisis dan
menyusunnya secara sistematis menjadi keutuhan pandangan yang
komprehensif dan secara induktif (dengan mengamati gejala-gejala
sosial budaya masyarakat, merefleksikannya dan menarik arti dan
makna yang hakiki dari gejala-gejala itu). Dengan demikian,
filsafat Pancasila akan mengungkapkan konsep-konsep kebenaran
yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan bagi
manusia pada umumnya
Kedudukan dan fungsi Pancasila harus dipahami sesuai
dengan konteksnya, misalnya Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa Indonesia, sebagai dasar filsafat negara Republik
Indonesia, sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia. Seluruh
kedudukan dan fungsi Pancasila itu bukanlah berdiri secara
sendiri-sendiri namun bilamana dikelompokan maka akan kembali
pada dua kedudukan dan fungsi Pancasila yaitu sebagai dasar
filsafat negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Ada beberapa dasar yang menjadikan pancasila sebagai
filsafat bangsa Indonesia yaitu :

1.    Landasan Ontologis Pancasila


            Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang
menyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau
eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika. Jadi ontologi
adalah bidang filsafat yang menyelidiki makna yang ada
(eksistensi dan keberadaan), sumber ada, jenis ada, dan hakikat
ada, termasuk ada alam, manusia, metafisika dan kesemestaan atau
kosmologi. Dasar ontologi Pancasila adalah manusia yang
memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh karenanya disebut
juga sebagai dasar antropologis. Subyek pendukungnya adalah
manusia, yakni : yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang
berpersatuan, yang berkerakyatan dan yang berkeadilan pada
hakikatnya adalah manusia. Hal yang sama juga berlaku dalam
konteks negara Indonesia, Pancasila adalah filsafat negara dan
pendukung pokok negara adalah rakyat (manusia).

2.    Landasan Epistemologis Pancasila


            Epistemologi adalah cabang filsafat  yang menyelidiki asal,
syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.
Pengetahuan manusia sebagai hasil pengalaman dan pemikiran,
membentuk budaya. Bagaimana manusia mengetahui bahwa ia
tahu atau mengetahui bahwa sesuatu itu pengetahuan menjadi
penyelidikan epistemologi. Dengan kata lain, adalah
bidang/cabang yang menyelidiki makna dan nilai ilmu
pengetahuan, sumbernya, syarat-syarat dan proses terjadinya ilmu,
termasuk semantik, logika, matematika dan teori ilmu.
                        Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada
hakikatnya adalah suatu sistem pengetahuan. Dalam kehidupan
sehari-hari Pancasila menjadi pedoman atau dasar bagi bangsa
Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia,
masyarakat, bangsa, dan negara tentang makna hidup serta sebagai
dasar bagi manusia Indonesia untuk menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Pancasila dalam pengertian
seperti itu telah menjadi suatu sistem cita-cita atau keyakinan-
keyakinan (belief system) sehingga telah menjelma menjadi
ideologi yang mengandung tiga unsur yaitu :
a.    Logos (rasionalitas atau penalaran)
b.    Pathos (penghayatan)
c.    Ethos (kesusilaan).
                       
3.     Landasan Aksiologis Pancasila
                        Aksiologi mempunyai arti nilai, manfaat, pikiran
dan atau ilmu/teori. Menurut Brameld, aksiologi adalah cabang
filsafat yang menyelidiki
a.    Tingkah laku moral, yang berwujud etika,
b.  Ekspresi etika, yang berwujud estetika atau seni dan keindahan,
c.   Sosio politik yang berwujud ideologi.
                        Kehidupan manusia sebagai mahluk subyek budaya,
pencipta dan penegak nilai, berarti manusia secara sadar mencari
memilih dan melaksanakan (menikmati) nilai. Jadi nilai merupakan
fungsi rohani jasmani manusia. Dengan demikian, aksiologi adalah
cabang fisafat yang menyelidiki makna nilai, sumber nilai, jenis
nilai, tingkatan nilai dan hakikat nilai, termasuk estetika, etika,
ketuhanan dan agama. Berdasarkan uraian tersebut maka dapat
dikemukakan pula bahwa yang mengandung nilai itu bukan hanya
yang bersifat material saja tetapi juga sesuatu yang bersifat
nonmaterial/rokhaniah. Nilai-nilai material relatif mudah diukur
yaitu dengan menggunakan indra maupun alat pengukur lainnya,
sedangkan nilai rokhaniah alat ukurnya adalah hati nurani manusia
yang dibantu indra manusia yaitu cipta, rasa, karsa serta keyakinan
manusia.
 Arti Pancasila Sebagai Filsafat
Bangsa Indonesia sudah ada sejak zaman Sriwijaya dan
zaman Majapahit dalam satu kesatuan. Namun, dengan datangnya
bangsa barat  persatuan dan kesatuan itu dipecah oleh mereka
dalam rangka menguasai daerah Indonesia yang kaya raya ini. Arti
Pancasila sebagai dasar filsafat negara adalah sama dan mutlak
bagi seluruh tumpah darah Indonesia. Tidak ada tempat bagi warga
negara Indonesia yang pro dan kontra, karena Pancasila sudah
ditetapkan sebagai filsafat bangsa Indonesia.
Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai fungsi filsafat
Pancasila perlu dikaji tantang ilmu-ilmu yang erat kaitannya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Fungsi filsafat secara umum,
sebagai berikut :
1.     Memberi jawaban atas pernyataan yang bersifat fundamental atau
mendasar dalam kehidupan bernegara. Segala aspek yang erat
kaitannya dengan kehidupan masyarakat bangsa tersebut dan yang
berkaitan dengan kelangsungan hidup dari negara bersangkutan.
Oleh karena itu, fungsi Pancasila sebagai filsafat dalam kehidupan
bernegara, haruslah memberikan jawaban yang mendasar tentang
hakikat kehidupan bernegara. Hal yang fundamental dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, susunan politik atau sistem
politik dari negara, bentuk negara, susunan  perekonomian dan
dasar-dasar pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam hal ini
Pancasila yang dikaji dari sudut fungsinya  telah mampu
memberikan jawabannya.
2.     Filsafat Pancasila mampu memberikan dan mencari kebenaran
yang substansi tentang hakikat negara, ide negara, dan tujuan
negara. Dasar Negara kita ada lima dasar dimana setap silanya
berkaitan dengan sila yang lain dan merupakan satu kesatuan yang
utuh, tidak terbagi dan tidak terpisahkan. Saling memberikan arah
dan sebagai dasar kepada sila yang lainnya. Tujuan negara akan
selalu kita temukan dalam setiap konstitusi negara bersangkutan.
Karenanya tidak selalu sama dan bahkan ada kecenderungan
perbedaan yang jauh sekali antara tujuan disatu negara dengan
negara lain. Bagi Indonesia secara fundamental tujuan itu ialah
Pancasila dan sekaligus menjadi dasar berdirinya negara ini.
3.     Pancasila sebagi filsafat bangsa harus mampu menjadi perangkat
dan pemersatu dari berbagai ilmu yang dikembangkan di
Indonesia. Fungsi filsafat akan terlihaat jelas, kalau di negara itu
sudah berjalan keteraturan kehidupan bernegara.

Kedudukan  Dan Pandangan Integralistik Pancasila


Sebagai  Sistem Filsafat
Pancasila merupakan suatu sistem filsafat. Dalam sistem itu
masing-masing silanya saling kait mengkait merupakan satu
kesatuan yang menyeluruh. Di dalam Pancasila tercakup filsafat
hidup dan cita-cita luhur bangsa Indonesia tentang hubunagan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama
manusia, hubungan manusia dengan lingkungannya. Menurut
Driyakarya, Pancasila memperoleh dasarnya pada eksistensi
manusia sebagai manusia, lepas dari keadaan hidupnya yang
tertentu. Pancasila merupakan filsafat tentang kodrat manusia.
Dalam pancasila tersimpul hal-hal yang asasi tentang manusia.
Oleh karena itu, pokok-pokok Pancasila bersifat universal.
Berdasarkan hal tersebut,  dapat diperoleh unsur inti yang tetap
dari Pancasila, yang tidak mengalami perubahan dalam dunia yang
selalu berubah ini. Sifatnya yang abstrak, umum dan universal ini
mengemukakan Pancasila dalam isi dan artinya sama dan mutlak
bagi seluruh bangsa, diseluruh tumpah darah dan sepanjang waktu
sebagai cita-cita bangsa dalam Negara Republik Indonesia yang
diproklamirkan pada 17 Agustus 1945.
Secara lebih lanjut dapat dikemukakan pula bahwa dasar
filsafat bangsa Indonesia bersifat majemuk tunggal (monopluralis),
yang merupakan persatuan dan kesatuan dari sila-silanya. Akan
tetapi bukan manusia yang menjadi dasar persatuan dan kesatuan
dari sila-sila Pancasila itu, melainkan dasar persatuan dan kesatuan
itu terletak pada hakikat manusia. Secara hakiki, susunan kodrat
manusia terdiri atas jiwa dan badan, sifat kodratnya adalah sebagai
makhluk individu dan makhluk  sosial, dan kedudukan kodratnya
adalah sebagai makhluk Tuhan dan makhluk yang berdiri sendiri
(otonom). Aspek-aspek hakikat kodrat manusia itu dalam
realitasnya saling berhubungan erat, saling brkaitan, yang satu
tidak dapat dipisahkan dari yang lain. Jadi bersifat monopluralis,
dan hakiikat manusia yang monopluralis itulah yang menjadi dasar
persatuan dan kesatuan sila-sila Pancasila yang merupakan dasar
filsafat Negara Indonesia.
Pancasila yang bulat dan utuh yang bersifat majemuk
tunggal itu menjadi dasar hidup bersama bangsa Indonesia yang
bersifat majemuk tunggal pula. Dalam kenyataannya, bangsa
Indonesia itu terdiri dari berbagai suku bangsa, adat istiadat,
kebudayaan dan  agama  yang berbeda. Dan diantara perbedaan
yang ada sebenarnya juga terdapat kesamaan. Secara hakiki,
bangsa Indonesia yang memiliki perbedaan-perbedaan itu juga
memiliki kesamaan,.bangsa Indonesia berasal dari keturunan nenek
moyang yang sama, jadi dapat dikatakan memiliki kesatuan  darah.
Dapat diungkapkan pula bahwa bangsa Indonesia yang memiliki
perbedaan itu juga mempunyai kesamaan sejarah dan nasib
kehidupan. Secara bersama bangsa Indonesia pernah dijajah,
berjuang melawan penjajahan, merdeka dari penjajahan. Dan yang
lebih penting lagi adalah bahwa setelah merdek, bangsa Indonesia
mempunyai kesamaan tekad yaitu mengurus kepentingannya
sendiri dalam bentuk Negara yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur. Kesadaran akan perbedaan dan kesamaan inilah
yang menumbuhkan niat, kehendak (karsa dan Wollen) untuk
selalu menuju kepada persatuan dan kesatuan bangsa atau yang
lebih dikenal dengan wawasan “ bhineka tunggal ika “.
Pernyataan lebih lanjut adalah bagaimana bangsa Indonesia
melaksanakan kehidupan bersama berlandaskan kepada dasar
filsafat Pancasila sebagai asas persatuan dan kesatuan sebagai
perwujudan hakikat kodrat manusia. Pada saat mendirikan Negara
Indonesia, para pendiri sepakat untuk mendirikan Negara
Indonesia yang sesuai dengan keistimewaan sifat dan corak
masyarakat Indonesia,yaitu Negara yang berdasar atas aliran
pikiran Negara (staatsidee) negara yang integralistik, negara yang
bersatu dengan seluruh rakyatnya, yang mengatasi seluruh
golongan dalam bidang apapun.
Jadi negara sebagai susunan dari seluruh masyarakat
dimana segala golongan, segala bagian dan seluruh anggotanya
berhubungan erat satu dengan  lainnya dan merupakan persatuan
dan kesatuan yang organis. Kepentingan individu dan kepentingan
bersama harus diserasikan dan diseimbangkan antara satu dengan
lainnya. Hidup kenegaraan diatur dalam prinsip solidaritas,
menuntut bahwa kebersamaan dan individu tidak  dapat
dipertentangkan satu dengan lainnya. Negara harus dipandang
sebagai institusi seluruh rakyat yang memberi tempat bagi semua
golongan dan lapisan masyarakat dalam bidang apapun.
Sebaliknya negara juga bertanggung jawab atas kemerdekaan dan
kesejahteraan semua warga negara. Tujuan Negara adalah
kesejahteraan umum. Oleh karena itu negara tidak mempersatukan
diri dengan golongan  terbesar, juga tidak mempersatukan diri
dengan golongan yang paling kuat, melainkan Negara
mengusahakan tujuannya dengan memperhatikan semuua
golongan dan semua perseorangan. Negara mempersatukan diri
dengan seluruh lapisan masyarakat.

2.2. CIRI-CIRI KHAS MENGENAI PANCASILA


Ciri dan Nilai yang terkandung pada Pancasila sebagai Ideologi
Terbuka
Pancasil sebagai ideologi terbuka adalah ideologi yang
mampu mengikuti perkembangan zaman dan bersifat dinamis.
Di mana nilai-nilai dasar Pancasila dapat dikembangkan
sesuai dengan kehidupan bangsa Indonesia dan tuntutan
perkembangan zaman.
Ideologi banyak diterapkan oleh bangsa-bangsa dunia.
Sehingga mereka bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan
zamannya.
Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki makna setiap
sila yang terkandung dalam landasan dasar negara, yakni
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan bisa
berkembang seiring dinamika kehidupan bangsa Indonesia. Meski
Pancasila sebagai ideologi terbuka, tapi nilai luhur yang ada pada
falsafah tidak goyah dan tetap tertanam
Ciri-ciri ideologi terbuka Ada beberapa ciri- ciri Pancasila sebagai
ideologi terbuka. Karena Pancasila akan berperan penting dalam
menyikapi perkembangan zaman. Dalam buku Spiritualisme
Pancasila (2018) karya Fokky Fuad Wasitaatmadja dkk, Berikut
ciri-ciri:
1. Nilai dan cita-cita tidak dapat dipaksakan dari luar.
Pada ciri tersebut nilai dan cita-cita berasal dan diambil
dari moral, budaya masyarakat itu sendiri. Tidak dapat dipaksakan
dari luar.
2. Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang
Dalam ideologi terbuka disepakai secara musyawarah dari
konsensus masyarakat atau demokratis. Bukan dihasilkan oleh
ideologi sekelompok orang.
3. Nilai-nilai sifatnya dasar, secara garis besar saja
Dalam ideologi terbuka, nilai-nilai sifatnya dasar. Sehingga
tidak langsung operasional. Ideologi memiliki sifat inkulisif, tidak
otoriter dan tidak bisa melegitimasi kekuasaan kelompok atau
golongan tertentu.
1. Nilai yang terkandung
Dikutip situs Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud), dalam kedudukannya sebagai dasar Negara.
Pancasila harus dijadikan jiwa (volkgeits) bangsa Indonesia dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara terutama dalam
pengembangan Pancasila sebagai Ideologi terbuka. Terdapat nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai ideologi terbuka.
Berikut nilai-nilai yang terkandung:
a. Nilai dasar
Pada nilai dasar tersebut merupakan esensi dari sila-sila
Pancasila yang bersifat universal. Sehingga dalam nilai dasar
tersebut terkandung cita-cita, tujuan serta nilai yang baik dan
benar. Pada nilai dasar tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.
Karena Pembukaan UUD 1945 berkedudukan sebagai suatu norma
dasar yang merupakan tertib hukum tertinggi. Kemudian sebagai
sumber hukum positif dan memiliki kedudukan sebagai pokok
kaidah negara yang fundamental.
b. Nilai instrumental
Nilai instrumental memberikan arahan, kebijakan, strategi,
sasaran dan lembaga pelaksanaannya. Nilai instrumental
merupakan jabaran lebih lanjur dari nilai-nilai dasar ideologi
Pancasila. Di mana penjabarannya disesuaikan dengan
perkembangan zaman.
c.NilaiPraktis
Realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu pengamalan
bersifat nyata dalam bermasyarakat, bernegara dan berbangsa.
Pada nilai praktis inilah penjabaran nilai-nilai Pancasila senantiasa
berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan.

2.3. SUSUNAN MENGENAI SILA-SILA YANG BERSIFAT


HIERARGIS PYRAMIDAL
2.3.1. Pancasila sebagai sistem nilai
Dalam Pendidikan Pancasila (2002) karya Purwastuti dkk,
Pancasila sebagai sistem nilai artinya mengandung serangkaian
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan
yang merupakan satu kesatuan utuh dan sistematis. Kesatuan sila-
sila Pancasila bersifat organis, susunannya bersifat hierarkis dan
berbentuk piramidal. Menurut Kaelan dalam Pendidikan Pancasila
(2001), Pancasila bersifat organis artinya sila-sila Pancasila
merupakan satu kesatuan dan keutuhan yang majemuk tunggal.
Setiap sila tidak dapat berdiri sendiri dan tidak saling bertentangan.
Menurut Notonagoro dalam Pancasila Secara Ilmiah Populer
(1975), Pancasila memiliki susunan yang bersifat hierarki
(urutannya logis) dan berbentuk piramidal. Hierarkis berarti
tingkat. Sedangkan piramidal digunakan untuk menggambarkan
hubungan bertingkat dari sila-sila Pancasila. Maksudnya sebagai
berikut:
1. Sila 1 ditempatkan di urutan paling atas karena bangsa Indonesia
meyakini segala sesuatu berasal dan akan kembali kepada
Tuhan, sehingga disebut sebagai Causa Prima (sebab pertama).
2. Manusia sebagai subyek pendukung pokok negara sehingga
negara harus berlaku sebagai lembaga kemanusiaan (sila 2).
3. Negara adalah akibat adanya manusia yang bersatu (sila 3),
sehingga terbentuk persekutuan hidup bersama yang disebut
rakyat.
4. Rakyat mewakilkan kekuasaannya kepada lembaga perwakilan
rakyat yang menjalankan fungsi secara bijaksana,
mengedepankan musyawarah dan mewakili aspirasi rakyat (sila
4).
5. Negara memiliki tujuan mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia (Sila 5).

2.3.2. Pancasila Nilai Obyektif Dan Subyektif Pancasila


Dalam Pendidikan Pancasila (2001) karya Kaelan,
Pancasila sebagai sistem nilai dari kualitas nilai-nilai Pancasila
bersifat obyektif dan subyektif. Berikut ini penjelasannya:
a. Nilai obyektif Pancasila Nilai Pancasila bersifat obyektif artinya:

1. Rumusan nilai-nilai dari sila-sila Pancasila bersifat umum,


universal dan asbtrak.
2. Nilai-nilai Pancasila berlaku tidak terikat oleh ruang dan waktu.
3. Pancasila yang termuat dalam Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 memenuhi syarat sebagai pokok
kaidah negara yang fundamental sehingga merupakan suatu
sumber hukum positif di Indonesia dan berkedudukan sebagai
tertib hukum yang tertinggi. Pancasila tidak dapat diubah secara
hukum sebab berkaitan dengan kelangsungan hidup negara.
b. Nilai Subyektif Pancasila
Sifat subyektif Pancasila melekat pada pembawa dan
pendukung nilai-nilai Pancasila seperti masyarakat dan pemerintah
Indonesia. Darji Darmodiharjo dalam Penjabaran Nilai-nilai
Pancasila Dalam Sistem Hukum Indonesia (1996) menjelaskan
nilai Pancasila bersifat subyektif terletak pada:
1. Nilai-nilai Pancasila sebagai hasil pemikiran, penilaian dan
refleksi filosofis bangsa Indonesia.
2. Nilai-nilai Pancasila merupakan falsafah (pandangan hidup)
bangsa Indonesia sehingga menjadi jati diri bangsa. Yang
diyakini kebenaran, kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan
nilai-nilainya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
3. Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai yang sesuai dengan
hati nurani bangsa Indonesia karena bersumber dari
kepribadian bangsa.
BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa


filsafat adalah cinta akankebijakan. Sedangkan Pancasila sebagai
sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama antara sila yang satu dengan sila
yang lain untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan
suatu kesatuan yang utuh yang mempunyai beberapa inti sila, nilai
dan landasan yang mendasar.

3.2  Saran

            Dalam makalah ini penulis berkeinginan memberikan saran


kepada pembaca agar ikut peduli dalam mengetahui sejauh mana
kita mempelajari tentang filsafat, filsafat pancasila, dan pancasila
sebagai sistem filsafat. Semoga dengan makalah ini para pembaca
dapat menambah cakrawala ilmu pengetahuan.

Daftar Pustaka
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/19/153000269/panca
sila-sebagai-sistem-nilai?page=all.
http://ilhamberkuliah.blogspot.com/2015/01/makalah-pancasila-
sebagai-sistem.html
https://www.kompas.com/skola/read/2020/03/11/190000169/ciri-
dan-nilai-yang-terkandung-pada-pancasila-sebagai-ideologi-
terbuka?page=all.

Anda mungkin juga menyukai