Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PENYAKIT KATARAK”

Dosen Pembimbing :

Ns. Syarbaini, S.Kep., M.KM

Disusun oleh :

Kelompok 1

Tiara Rahminda PO71201200018

Emi Atmasari PO71201200020

Wahyu Fitria Anggraini PO71201200023

Deli PO71201200030

Siti Ayu Dinda Aryani PO71201200031

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN TINGKAT 11

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

TAHUN AJARAN 2021/2022


1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Pada Penyakit Katarak “ ini tepat
pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas bapak Ns. Syarbaini,
S.Kep., M.KM pada bidang studi Keperawatan Medikal Bedah II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang penyakit katarak bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada tugas bapak Ns. Syarbaini, S.Kep., M.KM, selaku Dosen
Pembimbing mata kuliah KMB II yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 11 Februari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
COVER ......................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ........................................................................................... .... 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................ … 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... … 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... .... 4
1.2 Tujuan Penulisan .................................................................................................. … 4
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep penyakit .................................................................................................. … 5
2.1.1 Definisi ...................................................................................................... .... 5
2.1.2 Klasifikasi ................................................................................................. .... 5
2.1.3 Etiologi....................................................................................................... .... 7
2.1.4 Patofisiologi ............................................................................................. .... 8
2.1.5 Faktor Resiko ............................................................................................. .... 8
2.1.6 Manifestasi Klinis ..................................................................................... .... 8
2.1.7 Komplikasi ................................................................................................ .... 9
2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik............................................................................. .... 9
2.1.8 Penatalaksanaan Medis ............................................................................. .... 9
2.2 Askep Teoritis dengan penderita Katarak ........................................................... … 9
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ............................................................................ .... 9
2.2.2 Diagnosa Keperawatan ............................................................................... .... 12
2.2.3 Intervensi Keperawatan .............................................................................. .... 15
2.2.4 Implementasi Keperawatan ......................................................................... .... 15
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................................ .... 16
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan. ......................................................................................................... .. 16
3.2 Saran…................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Katarak merupakan penyebab kebutaan yang mencakup kurang lebih separuh dari seluruh kebutaan di
dunia terutama di negara berkembang (Riskesdas, 2013). Mekanisme pembentukan katarak sangat
multifaktorial. Hilangnya transparansi di nukleus dan kortek lensa mata dapat terjadi akibat oksidasi membran
lipid, protein struktural atau enzimatik oleh peroksida atau radikal bebas yang disebabkan oleh sinar UV.
Faktor lainnya yang dapat menyebabkan terbentuknya katarak adalah proses degeneratif dan diabetes
melitus(Khan et al,2010;Gogate et al.,2014).

Terapi katarak adalah tindakan bedah dengan mengangkat lensa yang mengalami kekeruhan, karena
terapi medikamentosa tidak ada yang terbukti dapat menghilangkan katarak pada orang dewasa. Banyak
metode yang dapat dilakukan dengan tindakan bedah pada penderita katarak. Salah satunya dengan
fakoemulsifikasi yang merupakan tindakan bedah katarak dengan metode insisi yang kecil. Pada teknik ini
dibuat likuifikasi lensa dengan menggunakan probe ultrasonografi yang dimasukkan melalui insisi di kornea
atau sklera anterior (Soekardi et al,2004).

Penduduk di Indoensia memiliki kecenderungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan
penduduk di daerah sub tropis, sehingga menyebabkan prevalensi kejadian katarak di Indonesia masih tinggi
menurut Riskesdas tahun 2013.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.3 Untuk mengetahui konsep penyakit Katarak

1.2.2 Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dengan Katarak

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Makalah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas Keperawatan Medikal Bedah II pada khususnya
dan untuk membantu mahasiswa mengetahui masalah yang muncul pada kasus Katarak serta cara
penanganannya.

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:


a. Untuk pemenuhan tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II
b. Untuk mengetahui konsep penyakit Katarak
c. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan dengan Katarak

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Definisi

Katarak adalah kelainan mata yang menyebabkan penglihatan menjadi buram merupakan keadaan
patologis di mana lensa mata menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi protein lensa, sehingga
pandangan seperti tertutup kabut. kondisi ini merupakan penurunan progresif kejernihan lensa, sehingga
ketajaman penglihatan berkurang(corwin,2006).

Lensa mata merupakan bagian transparan di belakang pupil (titik hitam di tengah bagian mata yang
gelap ) yang berfungsi untuk memfokuskan cahaya pada lapisan retina. Katarak membuat kejernihan lensa
mata berkurang. Dan cahaya yang masuk ke mata terhalang . Katarak tidak menyebabkan rasa sakit, dan
termasuk kelainan mata yang umum terjadi terutama dengan pertambahan usia. katarak membutuhkan operasi
untuk mengganti lensa mata yang rusak dengan lensa buatan.

Katarak merupakan salah satu penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia bahkan di dunia perkiraan
insiden katarak adalah 0,1% per tahun dalam 1 tahun diperkirakan terdapat 1000 penderita baru katarak titik
penduduk Indonesia juga memiliki kecenderungan menderita katarak 15 tahun lebih cepat dibandingkan
penduduk di daerah subtropis, sekitar 16 sampai 22% penderita katarak yang dioperasi berusia di bawah 55
tahun (kementerian kesehatan RI 2014). Masih banyak penderita katarak yang tidak menyadari kelainan yang
dideritanya. Hal ini terlihat dari ketiga alasan terbanyak penderita katarak yang belum koperasi, yaitu
sebanyak 51,6% karena tidak mengetahui menderita katarak, 11,6% karena tidak mampu membiayai , dan
8,1% karena takut operasi (Riskesdas,2013).

2.1.2 Klasifikasi

1) Katarak kongenital
katarak kongenital biasanya muncul sebelum atas segera setelah bayi lahir dan bayi berusia kurang
dari 1 tahun penyebab utama adalah infeksi virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih di
dini. katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat
penanganannya yang kurang tepat. katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan
oleh ibu yang menderita penyakit rubella, galaktosemia, hemosisteinuri,toksoplasmosis, inklusi
sitomegalik, dan histoplasmosis.
kategori katarak kongenital terbagi menjadi dua kelompok yaitu kapsulentikuler(termasuk katarak
kapsuler dan katarak Polaris) serta katarak lentikuler(termasuk katarak yang mengenai korteks atau
5
nekleus lensa). Jenis-jenis katarak kongenital,yaitu katarak nuklear,zolular,bentuk kumparan,polar
anterior dan posterior,serta katarak piramidal.
2) Katarak rubela
penyakit rubella pada ibu hamil dapat mengakibatkan katarak pada lensa Fetus, terdapat dua bentuk
kekeruhan, yaitu kekeruhan sentral dengan perifer jernih seperti mutiara dan kekeruhan di luar nuklear
yaitu korteks anterior dan posterior atau total. Mekanisme terjadinya katarak rubella tidak jelas, tetapi
diketahui bahwa rubella dapat dengan mudah menular melalui barier plasenta. Virus ini dapat masuk
atau terjepit di dalam fisika lensa mata dan bertahan di dalamnya hingga lebih dari 1 tahun.
3) Katarak juvenil
kekeruhan katarak halus dan bulat umumnya timbul pada usia 30-an. Perkembangan katarak ini
lambat dan biasanya tidak mengganggu penglihatan, jika ke keluar ini menyatu maka akan berbentuk
cincin di perifer yang disebut katarak koronaria, apabila lapisan tipis dan kebiruan disebut katarak
serulea, katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan
penyakit lainnya seperti katarak metabolik, distrofik miotonik, katarak traumatik dan katarak
komplikata.
4) Katarak senilis
Katarak senilis biasanya muncul pada orang-orang berusia 50 tahun keatas, secara klinik, katarak
senilis dikenal dalam empat stadium yakni insipiens, imatur, matur, dan hipermatur. Katarak senilis
dibagi menjadi dua jenis yakni katarak kortikal dan katarak inti (nuklear). Katarak kortikal memiliki
kekeruhan korteks lensa perifer berbentuk ruji roda yang dipisahkan oleh celah-celah air.
Meningkatnya cairan yang masuk kedalam jenis a mengakibatkan terjadinya separasi lamelar, dan
akhirnya terjadi kekeruhan korteks berwarna abu-abu putih yang tidak merata. Pada katarak inti
(nuklear), kekeruhan inti embrional dan inti dewasa yang berwarna kecoklatan. Korteks anterior dan
posterior relatif jernih dan masih tipis. Bentuk kekeruhan nuclear ini bisa menyebabkan terjadinya
myopia berat yang memungkinkan penderita membaca jarak dekat tanpa memakai kacamata koreksi
seperti seharusnya (second sight)
5) Katarak intumesen
kekeruhan disertai pembengkakan lensa akibat lensa degeneratif yang menyerap masuknya air ke
dalam celah lensa disertai pembengkakan lensa akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi
dangkal dibanding dengan keadaan normal. Cembung lensa ini akan dapat memberikan penyulit
glaukoma. Katarak intumesen biasanya terjadi pada katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan
miopia lentikularis. Pada keadaan ini dapat terjadi hidrasi korteks sehingga akan mencembung dan
daya biasanya akan bertambah. Pada pemeriksaan slitlamp terlihat vakuol pada lensa disertai
peregangan jarak lamel serat lensa (Ilyas,2009)
6) Katarak brunesen

6
katarak yang berwarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada lensa, dapat terjadi pada
pasien diabetes melitus dan miopia tinggi ketajaman penglihatan lebih baik dari dugaan sebelumnya
dan biasanya terdapat pada orang berusia lebih dari 65 tahun yang belum memperlihatkan adanya
katarak kortikal posterior (Ilyas,2009).
7) Katarak diabetes
katarak dari sini muncul sebagai salah satu efek penyakit diabetes melitus, katarak diabetes terbagi
dalam tiga bentuk antara lain:
a. Katarak pada pasien dengan dehidrasi berat asidosis, dan hiperglikemia pada lensa mata pasien
akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut. Bila dehidrasi lama akan
terjadi kekeruhan lensa. Kekeruhan lensa tersebut akan hilang bila terjadi rehidrasi dan kadar
gula normal kembali
b. Katarak pada pasien diabetes juvenil dimana terjadi katarak serentak pada kedua mata dalam
48 jam titik katarak dapat terbentuk snowflake atau berbentuk piring subkapsular.
c. Katarak pada pasien diabetes dewasa, di mana gambaran secara histologik dan biokimia sama
dan katarak pasien non diabetik.

2.1.3 Etiologi

Berbagai kondisi yang dapat mencetuskan talak menurut corwin (2006) antara lain : usia lanjut dan
proses penuaan; kongenital atau bisa diturunkan; faktor lingkungan seperti merokok atau terpapar bahan-
bahan beracun; cenderamata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya
kortikosteroid). American Optometric Associationb (2018) menyebutkan bahwa sebagian besar katarak
disebabkan oleh perubahan yang berkaitan dengan usia pada lensa mata yang menyebabkannya nya menjadi
keruh atau buram titik namun, faktor-faktor lain dapat berkontribusi terhadap perkembangan katarak,
termasuk:

1) diabetes melitus. penderita diabetes berisiko lebih tinggi terkena katarak.


2) Narkoba. Pemakaian obat-obatan tertentu dapat menyebabkan katarak, misalnya
kortikosteroid,klorpromazin,dan obat obat terkait fenotiazin lainnya
3) Radiasi ultraviolet. Studi menunjukkan kemungkinan peningkatan pembentukan katarak dengan
paparan sinar ultraviolet (UV) yang tidak terlindungi
4) Merokok. Merokok berhubungan dengan peningkatan kekeruhan lensa mata
5) Alkohol. Beberapa penelitian menunjukkan peningkatan pembentukan katarak pada pasien dengan
konsumsi alkohol yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang dengan konsumsi alkohol lebih
rendah atau tidak mengkonsumsi sama sekali

7
6) Kekurangan nutrisi. Meskipun hasilnya tidak dapat disimpulkan, penelitian menunjukkan hubungan
erat antara pembentukan katarak dan tingkat rendah antioksidan (misalnya, vitamin c, vitamin e, dan
karotenoid)

2.1.4 Patofisiologi

Meskipun patogenesis katarak belum sepenuhnya dimengerti, lensa mata yang mengalami katarak
memiliki karakteristik tertentu titik pada lensa mata terdapat agregat- agregat protein yang menghamburkan
berkas cahaya dan mengurangi transparansinya. Perubahan protein lainnya akan mengakibatkan perubahan
warna lensa menjadi kuning atau coklat. Temuan tambahan mungkin berupa vesikel di antara serat-serat lensa
atau migrasi sel epitel dan pembesaran sel-sel epitel yang menyimpang (Vaughan dan Asbury, 2008).

2.1.5 Faktor dan Risiko

Faktor-faktor yang meningkatkan risiko katarak antara lain:

1) Penuaan usia
2) Diabetes
3) Paparan sinar matahari berlebih
4) Merokok
5) Kegemukan
6) Tekanan darah tinggi
7) Cedera mata atau peradangan sebelumnya
8) Operasi mata sebelumnya
9) Penggunaan obat kortikosteroid berkepanjangan
10) Minum alkohol dalam jumlah berlebihan

2.1.6 Manifestasi klinis

gejala katarak yang paling umum antara lain:

1) Penglihatan berkabut atau buram.


2) Warna tampak pudar.
3) Timbulnya Glary. Sorot lampu atau sinar matahari mungkin tampak terlalu terang. Sebuah lingkaran
cahaya akan muncul di sekitar lampu.
4) Penglihatan malam yang buruk.

8
5) Penglihatan ganda atau banyak gambar dalam satu mata titik gejala ini menjadi jelas ketika katarak
semakin membesar.

2.1.7 Komplikasi

Komplikasi pre operasi katarak antara lain glaukoma sekunder, universities, dan dislokasi lensa.
Komplikasi post operasi katarak meliputi afakia (iris tremulans,+10 sampai +13 diopter dengan adisi 3
diopter untuk penglihatan dekat) dan pseudofakia (dengan pemasangan IOL).

2.1.8 Pemeriksaan diagnostik

Katalog tak deteksi melalui pemeriksaan mata komprehensif yang meliputi:

1) Tes ketajaman visual titik tes grafik mata ini mengukur seberapa baik seseorang melihat pada berbagai
jarak.
2) Pemeriksaan pembesaran pupil. Pemeriksaan ini bertujuan mengetahui kondisi pupil,retina ,serta saraf
optik untuk tanda-tanda kerusakan dan masalah mata lainnya.
3) Tonometri. Instrumen mengukur tekanan di dalam mata.

2.1.9 Penatalaksanaan medis

1) Penatalaksanaan non bedah


Katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan menggunakan kacamata,lensa, cahaya yang lebih
terang, atau kacamata yang dapat meredam cahaya.
2) Penatalaksanaan bedah
Operasi katarak adalah proses menghilangkan lensa yang buram dan menggantinya dengan lensa
buatan yang transparan titik lensa buatan, yang disebut lensa intraokular diposisikan di tempat yang
sama dengan lensa alami dan akan menjadi bagian permanen dari mata pasien.

2.2 Askep Teoritis Dengan penderita Katarak

2.2.1 Pengkajian
a) Identitas/ Data demografi

Berisis nama,usia,jenis kelamin,pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara


langsung,tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga,dan keterangan lain
mengenai identitas pasien.

9
b) Anamnesis

Keluhan yang sering ditemukan adalah adanya penurunan penglihatan seperti pandangan
mata yang kabur, silau bila terkena cahaya/sinar, sulit melihat di malam hari.

c) Pengkajian

secara umum dilakukan dengan metode head to toe yang meliputi keadaan umum, status
kesadaran, tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik.

d) Riwayat kesehatan
1. Keluhan Utama

Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.

2. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat kesehatan dahulu pasien perlu diketahui untuk menemukan masalah


primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan ganda, atau
hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan apakah masalahnya
hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita
kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien pernah mengalami
cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang terakhir diderita pasien.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Tanyakan kepada pasien
apakah ia mengenakan kacamata atau lensa kontak, apakah pasien mengalami kesulitan
melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh, apakah ada keluhan dalam membaca atau
menonton televisi, bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah dengan
penglihatan lateral atau perifer.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-nenek

e) Pemeriksaan fisik

Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga
retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002).Katarak terlihat tampak hitam terhadap
refleks fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan
pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia
biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya
terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat
ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan
iris menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005).

f) Perubahan pola fungsi


Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut Gordon, 2006 adalah sebagai berikut :
1. Persepsi tehadap kesehatan

Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah kebiasaan


merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap
obat, makanan atau yang lainnya.

2. Pola aktifitas dan latihan

10
Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan diri,
dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3= perlu
bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/ tidak mampu. Skor dapat dinilai melalui :
Aktifitas 0 1 2 3 4

3. Pola istirahat tidur

Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia atau
masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.

4. Pola nutrisi metabolik

Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah
diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami perubahan atau
tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat badan yang drastis
dalam 3 bulan terakhir.

5. Pola eliminasi

Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan. Untuk
BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna, bau dan
frekuensi.

6. Pola kognitif perseptual

Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar,


melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan nyeri karena
suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.

7. Pola konsep diri

Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri,
ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.

8. Pola koping

Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan
menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga setelah sakit.

9. Pola seksual reproduksi

Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah
masalah saat menstruasi.

10. Pola peran hubungan

Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung dalam


menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan keluarga selama pasien dirawat di rumah
sakit.

11. Pola nilai dan kepercayaan

Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri kepada
Tuhan atas sakit yang diderita.

11
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Pre-Operasi
1. Gangguan persepsi sensori-perseptual penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori/status organ
indera,lingkungan secara terapetik dibatasi. d/d menurunnya ketajaman penglihatan,perubahan respon
biasanya terhadap rangsang.
2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan penglihatan

Post-Operasi
1.Nyeri yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian operasi

2. Harga diri rendah situasional b.d hambatan fungsi pengelihatan

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Pre-Operasi

No Diagnosa keperawatan Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI) TTD

Gangguan persepsi sensori- Setelah di lakukan Observasi


perseptual penglihatan b/d tindakan
gangguan penerimaan 1. periksa status mental status
keperawatan selama
sensori/status organ sensorik,dan tingkah
3 x 24 jam dengan
indera,lingkungan secara kenyamanan ( mis,kelelahan )
ekpetasi membaik
terapetik dibatasi. d/d dengan kriteria hasil : 2. monitor tingkat
menurunnya ketajaman
kesadaran,tanda tanda
penglihatan,perubahan respon 1. Verbalisasi
vital,warna kulit suhu,sensasi
biasanya terhadap rangsang. melihat bayangan
dan kondisi secara berkala
meningkat
Terapeutik
2. Tingkat
kesadaran meningkat 1.diskusikan tingkat toleransi
terhadap beban sensori ( mis
3. Reaksi pupil
terlalu terang )
meningkat
2. batas stimulus lingkungan (
4. Ketajaman
mis,cahaya )
penglihatan
meningkat 3. jadwalkan aktivitas harian
dan waktu istirahat
4. lakukan supervise dan
survelensi dalam memonitor
tindakan
Edukasi

12
1. Ajarkan cara
meminimalisasi stimulus (
mis,mengatur pencahayaan
ruangan )
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
obat yang mempengaruhi
persepsi stimulus
Defisit keperawatan diri b/d Setelah di lakukan Observasi
gangguan penglihatan tindakan
1. Monitor adanya
keperawatan selama
kemerahan eksudet atau
3 x 24 jam di
ulserasi
harapkan dapat
beraktifitas secara 2. Monitor reflex kornea
bertahap dengan
kriteria. Terapeutik

Hasil : 1. Tutup mata untuk


mencegah diplopia
1. Ketajaman
penglihatan membaik 2. Teteskan obat tetes
mata jika perlu
2. Reaksi pupil
meningkat 3. Oleskan salep mata
jika perlu
3. Ukuran pupil
membaik Edukasi

4. Gerakan mata 1. Anjurkan tidak


membaik menyentuh bola mata
2. Anjurkan tidak
terpapar debu dan polusi
3. Anjurkan tidak
terpapar cahaya terang terlalu
lama ( mis, layar
hp,laptop/televise )
4. Anjurkan
mengonsumsi makanan kaya
vitamin A
5. Anjurkan
menggunakan kacamata
protek UV/pakai topi lebar
saat berada di bawah panas
terik matahari
6. Anjurkan menghindari
membaca dengan
pencahayaan redup

13
Post-Operasi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan (SLKI) Intervensi (SIKI) TTD


Nyeri yang berhubungan Setelah dilakukan Observasi
dengan kurang pengetahuan tindakan keperawatan
tentang kejadian operasi 1) Identifikasi karakteristik
selama 3×24 jam
nyeri dan skala nyeri
diharapkan dapat
2) Identifikasi pengetahuan
beraktifitas secara
dan keyakinan tentang
bertahap, dengan
nyeri
kriteria hasil:
3) Identifikasi kesesuaian
1) Keluhan nyeri jenis analgesik dan tingkat
menurun keparahan nyeri
2) Penyatuan kulit 4) Monitor TTV sebelum dan
meningkat sesudah pemberian
3) Pembentukan analgesik
jaringan parut 5) Monitor efektivitas
meningkat analgesik
4) Peradangan 6) Monitor efek samping
luka menurun penggunaan analgesik
Terapeutik
1) Berikan tekhik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
2) Fasilitasi tempat istirahat
dan tidur
3) Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
4) Dapatkan persetujuan
untuk tindakan analgesik
Edukasi
1) Jelaskan penyebab pemicu
nyeri
2) Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4) Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

14
Harga diri rendah situasional Setelah dilakukan Observasi
b.d hambatan fungsi tindakan keperawatan
pengelihatan 1) Monitor verbalisasi yang
selama 1×24 jam merendahkan diri sendiri
diharapkan ekspetasi 2) Monitor tingkat harga diri
meningkat, dengan sendiri waktu sesuai
kriteria hasil: kebutuhan
1) Penilaian diri Terapeutik
positif
1) Motivasi terlibat dalam
meningkat
verbalisasi positif untuk
2) Perasaan malu diri sendiri
menurun 2) Diskusikan pernyataan
3) Penerimaan tentang harga diri
penilaian positif 3) Diskusikan percayaan
terhadap diri terhadap penilaian diri
sendiri 4) Diskusikan alasan
meningkat mengkritik diri atau rasa
4) Meremehkan bersalah
kemampuan 5) Berikan umpan balik
mengatasi positif atas peningkatan
mencapai tujuan
masalah
6) Fasilitasi lingkungan dan
menurun
aktivitas yang
meningkatkan harga diri
Edukasi
1) Jelaskan kepad keluarga
pentingknya dukungan
dalam perkembangan
konsep positif dari pasien
2) Ajarkan mengidentifikasi
kekuatan yang dimiliki
3) Anjurkan mengevaluasi
prilaku
4) Latih
pernyataan/kemampuan
positif diri
5) Latih cara berfikir dan
berprilaku positif

2.2.4 Implementasi keperawatan

Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaa dari sebuah rencana keperawatan ( intervensi )
yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaa
sudah dianggap sempurna.

15
2.2.5 Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah tindakan akhir dari sebuah prosen keperawaran. Evaluasi keperawatan
mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan klien , dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien ( hasil yang diamati )
dengan tujuan kriteria hasil.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Katarak adalah kelainan mata yang menyebabkan penglihatan menjadi buram merupakan
keadaan patologis di mana lensa mata menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi
protein lensa, sehingga pandangan seperti tertutup kabut. kondisi ini merupakan penurunan progresif
kejernihan lensa, sehingga ketajaman penglihatan berkurang.

3.2 Saran

Tenaga kesehatan

Sebagai tim tenaga kesehatan agar lebih bisa meningkatkan pengetahuan tentang katarak dan problem
solving yang efektif dan juga sebaiknya kita memberikan informasi atau health education mengenai katarak
kepada para lansia yang utama

Masyarakat
Masyarakat sebaiknya menghindari hal-hal yang dapat memicu terjadinya katarak dan meningkatkan
pola hidup yang sehat

16
DAFTAR PUSTAKA

Yunengsih .2019. Karya Tulis Ilmiah Penyakit Mata (Katarak). Padang : UNP
H.Rudi, U.S.Putri Maria. 2018. Buku Keperawatan Medikal Bedah 2 . Pustaka Baru Press
Tim Pokja SDKI DPP PPNI . 2017. Starndar Diagnosa Keperawatan Indonesia . Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat
Tim Pokja SIKI DPP PPNI . 2018 . Standar Intervensi Keperawatan Indonesia . Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat
Tim Pokja SLKI DPP PPNI . 2019 . Standar Luaran Keperawatan Indonesia . Jakarta Selatan : Dewan
Pengurus Pusat

17
18
19

Anda mungkin juga menyukai