Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENYEBAB KEBUTAAN
DOSEN PENGAMPU : Dr.Zaldi Z, Sp.M

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :


1. ELLEN YAPUTERI (21114041454)
2. ANDINI KESUMA NINGSIH (21114041446)
3. FITRI NURHALIZA MA’ARIF (21114041492)
4. ESTER SITANGGANG (21114041439)
5. RANGGA SEPTIAN ADIDTYA (21114041442)
6. ABEDNEGO DIO PANJAITAN (21114041445)
7. ANGGI NOVITA RAMADANI (21114041447)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III REFRAKSI OPTISI


STIKES BINALITA SUDAMA MEDAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidaya-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penyebab Kebutaan”.
Penyusunan makalah ini kami selesaikan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pencegahan Kebutaan.
Makalah ini juga kami susun sedemikian rupa dengan mencari dan menggabungkan
sejumlah informasi yang kami dapatkan baik melalui buku maupun internet. Kami berharap
dengan informasi yang kami dapat dan kemudian kami sajikan ini dapat memberikan penjelasan
yang cukup tentang Penyebab Kebutaan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
sebatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya
kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembacanya. Dan kami
akhiri dengan wabillahi taufiq wal hidayah wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Medan, 22 Mei 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi..................................................................................................................ii
Daftar Gambar ............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………..............1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................3
2.1 Katarak............................................................................................................3
2.2 Glaukoma........................................................................................................4
2.3 Refraktif Error.................................................................................................5
2.4 Kelainan Retina.............................................................................................16
2.5 Kelainan Kornea...........................................................................................17
BAB III PENUTUP ..................................................................................................19
3.1 Kesimpulan........................................................................................................19
3.2 Saran .................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................20

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1........................................................................................................................7

Gambar 2.3......................................................................................................................13

Gambar 2.4......................................................................................................................15

Gmabar 2.5......................................................................................................................16

3
BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutaan merupakan salah satu masalah besar yang tengah dihadapi oleh bangsa
Indonesia saat ini. Kejadiannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini diperkuat
dengan data dari World Health Organization (WHO, 2002).
Berdasarkan data WHO pada tahun 2020, ada sekitar 1 milliar penduduk di seluruh
dunia yang menderita gangguan penglihatan berat atau kebutaan. Di Indonesia sendiri,
sampai tahun 2020, tercatat ada sekitar 6,4 juta penduduk yang mengalami kebutaan. Di
Indonesia, penyebab kebutaan tertinggi disebabkan karena katarak, glaukoma, kelainan
refraksi, penyakit kornea beserta penyakit retina. Penyebab gangguan penglihatan dan
kebutaan mengalami pergeseran dari penyakit infeksi menjadi noninfeksi. Upaya
pencegahan yang telah dilakukan dalam menurunkan angka kebutaan karena penyakit
infeksi dinilai cukup berhasil.
World Health Organization menetapkan beberapa penyakit mata yang menjadi
prioritas untuk program eliminasi penyebab kebutaan. Penyakit mata yang menjadi
prioritas merupakan penyakit yang dapat diobati maupun dicegah yaitu katarak,
kelainan refraksi, trakoma, onkosersiasis dan defisiensi vitamin A. Penyakit lain yang
menjadi perhatian WHO yaitu retinopati diabetik, glaukoma dan AMD (age-related
macular degeneration).

1.2 Rumusan Masalah


1 Apa penyebab kebutaan terbesar ?
2 Apa itu katarak ?
3 Apa itu glaukoma?
4 Apa itu refraktif error ?
5 Apa itu Kelainan Retina?
6 Apa itu kelainan kornea?

4
1.3 Tujuan Penulisan
1 Untuk mengetahui mengenai penyebab kebutaan.
2 Untuk mengetahui tentang katarak
3 Untuk mengetahui tentang glaukoma
4 .Untuk mengetahui tentang refraktif error
5 Untuk mengetahui tentang kelainan retina
6 Untuk mengetahui tentang kelainan kornea

5
BAB II PEMBAHASAN
PEMBAHASAN

Penyebab kebutaan
Penyebab kebutaan dapat dari berbagai kondisi, tapi sering kali disebabkan oleh penyakit
pada mata atau gangguan pada kesehatan secara umum. Ketika salah satu dari bagian mata rusak,
baik karena sakit atau cedera, kebutaan dapat terjadi.Adapun penyebab kebutaannya adalah :
2.1 KATARAK
Katarak merupakan suatu keadaan dimana lensa kristalina pada mata menjadi keruh
sehingga mempengarauhi penglihatan, jika katarak tidak diobati maka dapat menyebabkan
kebutaan. Katarak dapat memiliki derajat kepadatan (density) yang sangat bervariasi dan
dapat disebabkan oleh berbagai hal, namun umumnya disebabkan oleh proses degeneratif.
Lebih dari 12 juta orang di dunia itu buta dikarenakan katarak. Mereka sering mengira
jika itu hanya akan terjadi pada orang yang sudah tua, tetapi di negara miskin katarak dapat
menyebabkan kehilangan penglihatan bagi ribuan bayi dan anak kecil. Untungnya, kondisi
ini dapat diobatai dengan operasi.
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat dibagi dalam golongan sebagai berikut
yaitu:
a. Katarak Kongenital yaitu katarak yang terlihat pada usia dibawah 1 tahun.
b. Juvenil yaitu katarak yang terlihat pada usia 1 tahun dan dibawah usia 40 tahun.
c. Katarak Persenil yaitu katarak sesudah usia 30-40 tahun.
d. Katarak Senil yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.
Biasanya katarak secara umum disebabkan karena adanya penambahan usia
(penuaan). Kadang bisa juga karena trauma yang mengakibatkan perubahan pada jaringan
mata. Penyebab terjadinya kekeruhan lensa bisa disebabkan oleh gangguan
perkembangan dan metabolisme dasar lensa atau akibat sekunder dari tindakan
pembedahan lensa, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, dan penyakit lokal
ataupun umum (Vaughan, 1999).

6
Gambar 2.1 Katarak.
Katarak adalah suatu penyakit ketika lensa mata menjadi keruh dan berawan. Pada
umumnya, katarak berkembang perlahan dan awalnya tidak terasa mengganggu. Namun,
lama-kelamaan, katarak akan mengganggu penglihatan dan membuat pengidap merasa
seperti melihat jendela berkabut, sulit menyetir, membaca, serta melakukan aktivitas sehari-
hari. Penyakit mata ini merupakan penyebab kebutaan utama di dunia yang dapat diobati.

2.1.1Gejala Katarak
Pengidapnya bisa mengalami beberapa gejala, contohnya seperti:
 Pandangan kabur seperti berkabut.
 Melihat lingkaran di sekeliling cahaya.
 Pandangan ganda.
 Penurunan penglihatan pada malam hari.
 Rasa silau saat melihat lampu mobil, matahari, atau lampu.
 Sering mengganti ukuran kacamata.
 Warna di sekitar terlihat memudar.

2.1.2 Penyebab Katarak


Penyebab katarak yang paling umum ditemui adalah akibat proses penuaan atau trauma
yang menyebabkan perubahan pada jaringan mata. Lensa mata sebagian besar terdiri dari
air dan protein. Dengan bertambahnya usia, lensa menjadi semakin tebal dan tidak
fleksibel.
Hal tersebut menyebabkan gumpalan protein dan mengurangi cahaya yang masuk ke
retina, sebuah lapisan yang sensitif terhadap cahaya yang terletak di belakang dalam mata.
Kondisi tersebut pada akhirnya menyebabkan pandangan kabur dan tidak tajam. Perubahan

7
lensa diawali dengan warna kuning kecoklatan ringan, tetapi semakin memburuk seiring
dengan bertambahnya waktu.
Beberapa kelainan genetik bawaan juga bisa menyebabkan masalah kesehatan lain yang
bisa meningkatkan risiko katarak. Selain itu, katarak juga bisa disebabkan oleh kondisi
mata lain, operasi mata sebelumnya, atau kondisi medis seperti diabetes. Penggunaan obat
steroid jangka panjang juga bisa menyebabkan penyakit mata tersebut berkembang.

2.1.3 Faktor Risiko Katarak


Terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko katarak, antara lain:
 Penuaan. Penuaan adalah penyebab tersering dari kekeruhan lensa atau katarak.
 Riwayat trauma. Lensa mata yang pernah mengalami trauma, seperti masuknya
serpihan material tajam ke mata, terbentur bola, kembang api, dapat membuat
katarak timbul lebih cepat.
 Infeksi saat kehamilan. Jika ibu saat hamil mengidap infeksi, khususnya rubella,
dapat menjadi penyebab utama terjadinya katarak kongenital pada anak yang
dilahirkan. Katarak kongenital dapat terjadi pada salah satu atau kedua mata anak.
 Mengonsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka waktu lama, seperti obat
kortikosteroid dan amiodaron, dapat memicu katarak.
 Pengidap penyakit tertentu. Pengidap diabetes melitus, hipertensi, hipokalemia, dan
dermatitis atopik, dapat berkaitan dengan timbulnya katarak di kemudian hari.
 Kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol.
 Paparan sinar matahari yang lama pada mata.
 Paparan toksin atau racun
 Riwayat keluarga yang mengidap katarak.
 Riwayat operasi pada mata.

2.1.4 Diagnosis Katarak


Dokter akan mendiagnosis katarak dengan meninjau riwayat kesehatan dan gejala
kamu, serta melakukan pemeriksaan mata yang menyeluruh, meliputi:
 Pemeriksaan lapang pandang.
 Tes ketajaman penglihatan.

8
Pemeriksaan dengan menggunakan alat yang diarahkan dari samping mata, guna
memperlihatkan kekeruhan pada lensa mata (shadow test).
Pemeriksaan tambahan lain yang juga dapat dilakukan untuk mendiagnosis katarak,
antara lain:
Pemeriksaan dengan alat slit lamp, yang memungkinkan dokter mata untuk melihat
struktur di bagian depan mata kamu.
Pemeriksaan oftalmoskopi daerah retina, jika dicurigai adanya kelainan pada berbagai
organ lain dalam mata.
Tonometri aplanasi. Tes ini mengukur tekanan cairan di mata.

2.1.5 Jenis jenis katarak


 Katarak nuklir
Jenis katarak ini merupakan jenis yang paling umum terjadi pada lansia akibat
proses penuaan yang terbentuk di bagian tengah lensa mata. Gejala awal katarak
nuklir bagi lansia yang memiliki rabun dekat dapat berupa penglihatan yang
membaik, karena katarak menimbulkan efek rabun jauh sehingga menetralkan
kondisi rabun dekatnya.
Namun, untuk lansia dengan penglihatan yang baik, katarak mampu
mengakibatkan kondisi rabun jauh yang bisa menyebabkan penglihatan
penderitanya menjadi kabur yang seiring berjalannya waktu lensa matanya akan
mengeras lalu berubah menjadi berwarna kuning pekat kecoklatan hingga membuat
penderitanya semakin sulit untuk melihat dan membedakan warna.
 Katarak traumatik
Jenis katarak ini terjadi karena penderitanya pernah mengalami kejadian yang
menyebabkan adanya trauma atau cedera di lensa mata, seperti kecelakaan hingga
terbentur pada bagian mata, terkena pecahan kaca, terkena serpihan batu, bahan
kimia hingga terpapar suhu panas yang dapat muncul secara langsung pasca
kejadian atau beberapa tahun kemudian.
 Katarak kongenital
Jenis katarak kongenital merupakan katarak pada anak yang terbentuk sejak
dilahirkan atau pada masa kanak-kanak. Katarak kongenital ini ditandai dengan

9
bagian tengah mata atau pupil terlihat abu-abu atau putih, bahkan seluruh pupil
akan tertutup.
Mayoritas kasus katarak ini berhubungan dengan faktor genetik. Namun pada
kasus lain, katarak juga bisa diakibatkan oleh kondisi atau penyakit tertentu selama
masa kehamilan, seperti penyakit rubella atau kondisi galaktosemia pada bayi.
 Katarak kortikal
Pada jenis katarak ini, penderita diabetes memiliki risiko lebih besar untuk
terkena katarak kortikal. Katarak kortikal membentuk area putih seperti jari-jari
roda yang mengelilingi lensa yang terjadi pada area korteks atau bagian tepi luar
lensa, hingga menyebabkan cahaya yang masuk ke mata menjadi tersebar dan
penderitanya akan sering merasa silau atau penglihatan yang menjadi lebih kabur.
Pengidap katarak jenis kortikal ini umumnya akan mengalami kesulitan dalam
penglihatannya saat mengemudi di malam hari, membedakan warna serta melihat
objek yang jauh.
 Katarak subcapsular
Katarak subcapsular merupakan jenis katarak yang cenderung lebih cepat
perkembangannya bila dibandingkan dengan jenis katarak lainnya. Penderita
katarak subcapsular ini biasanya akan terganggu pada penglihatan jarak dekatnya
(terutama ketika membaca) dan mengalami kesulitan untuk melihat pada cahaya
yang terang.
Katarak subcapsular terbagi menjadi 2 jenis, yaitu katarak subcapsular posterior
yang terbentuk di area belakang lensa atau tepat di jalur cahaya ketika melewati
lensa yang umumnya disebabkan oleh penyakit diabetes, dan katarak subcapsular
anterior yang terletak di depan lensa yang umumnya diakibatkan oleh cedera.

Di sisi lain, katarak juga ada yang disebabkan atau muncul pasca menjalani
pengobatan radiasi, efek samping operasi mata dan penyalahgunaan obat steroid. Segera
lakukan pemeriksaan ke dokter mata bila mengalami gangguan penglihatan, agar bisa
segera mendapatkan penanganan yang optimal. Karena jenis katarak yang berbeda-beda
juga mempunyai penyebab serta gejala yang berbeda pula.

10
2.2 Glaukoma
Glaukoma atau glukoma adalah kerusakan saraf mata yang menyebabkan gangguan
penglihatan dan kebutaan. Biasanya kondisi ini disebabkan oleh tekanan bola mata yang
tinggi. Saraf mata adalah sekumpulan serat saraf yang menghubungkan retina ke otak.
Saat saraf mata rusak, sinyal yang menyampaikan apa yang Anda lihat ke otak akan
terganggu. Secara perlahan, hal ini menyebabkan komplikasi glaukoma berupa hilangnya
penglihatan atau kebutaan.
Terdapat beberapa jenis glaukoma, yaitu glaukoma sudut terbuka, sudut tertutup,
tekanan normal, kongenital, dan sekunder. Di antara itu, glaukoma sudut terbuka adalah
yang paling sering terjadi.
2.2.1 Penyebab Glaukoma
Penyebab glaukoma terjadi karena meningkatnya tekanan di dalam mata (tekanan
intraokular), baik akibat produksi cairan mata yang berlebihan, maupun akibat
terhalangnya saluran pembuangan cairan tersebut.
Tekanan ini dapat merusak serabut saraf retina, yaitu jaringan saraf yang melapisi
bagian belakang mata, dan saraf optik yang menghubungkan mata ke otak. Hingga kini,
belum jelas kenapa produksi cairan mata bisa berlebihan atau kenapa saluran
pembuangannya bisa tersumbat.
2.2.2 Gejala Glaukoma
Berikut gejala glaukoma yang umumnya dialami pengidap:
 Nyeri pada mata.
 Sakit kepala.
 Melihat bayangan lingkaran di sekeliling cahaya.
 Mata memerah.
 Mual atau muntah.
 Mata berkabut (khususnya pada bayi).
 Penglihatan yang makin menyempit hingga akhirnya tidak dapat melihat obyek
sama sekali.

11
2.2.3 Jenis glaukoma
1. Glaukoma sudut tertutup
Jenis glaukoma ini lebih banyak ditemukan di negara-negara Asia. Pada kasus ini,
iris menonjol ke depan dan mempersempit atau menghalangi sudut drainase yang
dibentuk oleh kornea dan iris. Akibatnya, cairan tidak bisa mengalir dengan baik
melalui mata dan tekanan meningkat.
2. Glaukoma sudut terbuka
Pada kondisi ini, struktur mata tampak normal, tapi ada gangguan di dalam
saluran mata yang disebut trabecular meshwork. Hal ini menyebabkan tekanan pada
mata meningkat secara bertahap yang berujung pada kerusakan saraf optik. Glaukoma
sudut terbuka terjadi sangat lambat sehingga sering kali terlambat disadari.
3. Glaukoma sekunder
Ini adalah jenis glaukoma yang disebabkan oleh peradangan pada lapisan tengah
mata (uveitis) atau cedera pada mata.
4. Glaukoma kongenital
Merupakan kondisi glaukoma yang disebabkan oleh kelainan pada mata (kondisi
bawaan). Glaukoma kongenital umumnya diidap oleh anak-anak.

2.3 Refraktif Error


Hampir setengah dari gangguan penglihatan itu disebabkan karena refraktif error,
termasuk miopia, hipermetropia dan astigmatisme. Penyimpangan pada bentuk bola mata
ini dapat menyebabkan penglihatan kabur, tetapi dapat diperbaiki dengan kacamata jika
diperlukan. Namun, kondisi tersebut dapat menjadi masalah di negara berpenghasilan
rendah, di mana orang mungkin tidak mampu membeli tes penglihatan atau kacamata
untuk membantu meningkatkan penglihatan mereka.
Hampir setengah dari gangguan penglihatan itu disebabkan karena refraktif error,
termasuk miopia, hipermetropia dan astigmatisme. Penyimpangan pada bentuk bola mata
ini dapat menyebabkan penglihatan kabur, tetapi dapat diperbaiki dengan kacamata jika
diperlukan. Namun, kondisi tersebut dapat menjadi masalah di negara berpenghasilan

12
rendah, di mana orang mungkin tidak mampu membeli tes penglihatan atau kacamata
untuk membantu meningkatkan penglihatan mereka.

Gambar 2.3 Kelainan Refraksi.


Dikutip dari: Chennai Eye Care Hospital

2.3.1 Jenis-Jenis Kelainan Refraksi

Kelainan refraksi terjadi karena ketidakmampuan komponen anatomi dan


fisiologis mata untuk memfokuskan cahaya ke retina (ametropia). Kelainan
refraksi juga mencerminkan ketidaksesuaian antara panjang aksial mata dan
kekuatan optiknya, sehingga gambar retina menjadi kabur. Ketidaksesuaian ini
biasanya ditemukan pada bayi baru lahir, yang sering menunjukkan kelainan
refraksi yang signifikan. Namun, dalam banyak kasus, kelainan ini menurun
selama perkembangan awal, ketika mata mengalami emmetropisasi karena
pengaruh komponen optik, yaitu kornea dan lensa kristal intraokular.

 Miopia terjadi ketika cahaya terfokus di depan retina yang


menyebabkan penglihatan jarak jauh terlihat kabur. Penglihatan
jarak dekat tetap normal, meskipun pada orang dengan miopia
tingkat tinggi perlu memegang benda di dekat mata mereka untuk
melihatnya dengan jelas. Miopia dapat terjadi sebagai bagian dari
sindrom kongenital sistemik yang melibatkan beberapa jaringan

13
tubuh, yang disebut miopia sindromik. Namun, sebagian besar
miopia berada di luar kategori ini dan biasanya diklasifikasikan
menurut usia onsetnya, yaitu miopia bawaan yang hadir pada
masa bayi seringkali pada bayi prematur, prasekolah, remaja atau
sekolah (bentuk yang paling umum), dan onset dewasa. Miopia
yang terjadi pada remaja dan dewasa sebagian besar bersifat
aksial, akibat dari pertumbuhan mata yang tidak teratur. Miopia
membawa risiko gangguan penglihatan yang signifikan terkait
dengan ablasi retina, makulopati miopik, glaukoma, dan katarak,
bahkan ketika hanya muncul dalam derajat rendah hingga sedang,
dan risiko komplikasi patologis tersebut jauh lebih besar pada
miopia dengan derajat tinggi (lebih buruk dari −6.00 D)

 Hipermetropia (hiperopia) terjadi ketika cahaya difokuskan di


belakang retina . Usia individu dan derajat hiperopia menentukan
sejauh mana kemampuan mata untuk mengakomodasi. Pada
hiperopia dengan derajat kecil, jarak dan penglihatan jarak dekat
pada orang yang berusia lebih muda sering kali jelas, tetapi
mereka mungkin mengalami gejala asthenopik (kelelahan) pada
mata yang sering ditandai dengan ketidaknyamanan visual atau
sakit kepala. Individu dengan hiperopia Dengan bertambahnya
usia, penglihatan jarak dekat dan jarak jauh semakin menurun
karena berkurangnya fleksibilitas lensa, yang membatasi
kemampuan untuk mengakomodasi. Lensa yang tidak fleksibel
terkait usia menyebabkan presbiopia yang meningkatkan
kesulitan dalam melihat dengan jelas pada jarak dekat misalnya
dalam jangkauan lengan. Hal ini terjadi secara alami diluar dari
kelainan refraksi lainnya pada sekitar usia 40 dan seterusnya.
Tanda-tanda awal pada penurunan akomodasi antara lain
meningkatnya kesulitan akomodasi dalam kondisi cahaya yang
redup dan mata yang lelah karena akomodasi terus menerus.
Sementara itu, astigmatisme terjadi ketika sistem optik mata tidak

14
dapat menghasilkan titik fokus, yang menyebabkan gambar
terlihat kabur. Sinar cahaya dibiaskan ke dua titik fokus yang
berbeda, tidak terfokus pada retina pada mata dan biasanya dapat
terjadi bersamaan dengan miopia atau hiperopia dan juga
presbiopia.

2.4 Kelainan Retina


Kelainan retina adalah kelainan mata yang menyerang retina dan menyebabkan
penglihatan penderitanya terganggu. Penyakit retina menimbulkan gangguan penglihatan,
seperti pandangan kabur, pandangan bergaris, bahkan hingga kehilangan penglihatan.

2.4.1 Ablasio Retina


Ablasi retina adalah penyakit akibat robekan pada retina sehingga retina terlepas
dari posisi normalnya. Ablasi retina dapat terjadi akibat perubahan kondisi cairan pada
bola mata atau munculnya jaringan parut di area retina, khususnya pada penderita
diabetes.

Gambar 2.4 ablasio retina

2.4.2 Retinoblastoma
Retinoblastoma adalah penyakit retina yang disebabkan oleh tumbuhnya jaringan
kanker pada retina. Jaringan kanker yang terbentuk dapat menyebar ke jaringan lain,
seperti otak dan tulang belakang. Retinoblastoma merupakan penyakit retina yang cukup
langka dan biasanya terjadi pada anak-anak.

15
2.4.3 Retinopathy Diabetik
Penyakit mata ini disebabkan karena tingginya kadar gula darah dan tekanan darah
tinggi. Itu dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah di mata, sehingga lama
kelamaan dapat menyebabkan kebutaan.
Penderita yang mengedap penyakit diabetes juga mempunyai resiko lebih tinggi
menderita penyakit mata lainnya, termasuk katarak dan glaukoma. Menjaga kadar gula
darah, tekanan darah dan kadar kolestrol dibawah kontrol dapat menghindari masalah
penglihatan yang berhubungan dengan diabetes.
Retinopati diabetika dapat dibedakan menjadi non proliferatif dan proliferatid.
Hiperglikemi yang terjadi pada DM lambat laun akan menyebabkan gangguan pada
dinding pembuluh darah baik makro ataupun mikro, termasuk pembuluh darah pada
retina mata.

Gambar 2.5 Retinopathy Diabetik


2.4.4 Retinitis Pigmentosa
Retinitis pigmentosa adalah penyakit genetik yang memengaruhi kemampuan retina
dalam merespons cahaya. Penyakit ini menyebabkan penurunan kemampuan melihat
seiring waktu, tetapi tidak akan buta sepenuhnya. Penyakit ini merupakan penyakit
genetik sehingga dapat diwariskan dari orang tua ke anaknya.
2.4.5 Retinopathy of Prematurity (ROP)
Retinopathy of prematurity (ROP) adalah penyakit retina gangguan tumbuh
kembang pada bayi yang terlahir prematur. ROP terjadi ketika perkembangan pembuluh
darah di bola mata bayi tidak sempurna. Kondisi ini menyebabkan terbentuknya
pembuluh darah abnormal di bola matanya yang akan menyebabkan perdarahan pada
retina.

16
2.4.6 Amaurosis fugax 
adalah hilangnya penglihatan pada salah satu atau kedua mata yang bersifat
sementara. Kondisi ini disebabkan oleh sumbatan pada pembuluh darah retina, serta dapat
menjadi tanda awal stroke.
2.4.7 Degenerasi makula
Degenerasi makula adalah penyakit retina yang disebabkan oleh kerusakan pada
pusat retina. Penyakit ini dapat membuat pandangan menjadi kabur atau ada bagian
yang tidak terjangkau penglihatan. Degenerasi makula dipicu oleh pertambahan usia dan
berisiko dialami oleh orang yang memiliki keluarga dengan riwayat degenerasi makula.

2.5 Kelainan Kornea


Penyakit kornea adalah sekelompok kondisi yang mempengaruhi kornea seseorang.
Kornea adalah jendela transparan di depan mata Anda yang berfungsi sebagai pelindung
debu dan partikel. Kornea juga memainkan peran penting dalam penglihatan. Penyakit
pada kornea dapat mempengaruhi fungsinya dan dapat menyebabkan sakit atau gejala
lainnya dalam kehidupan sehari-hari.
Istilah "penyakit kornea" mengacu pada berbagai kondisi yang memengaruhi
kornea Anda. Kornea Anda adalah jendela transparan di bagian depan mata Anda yang
berfungsi sebagai penghalang terhadap kotoran dan partikel. Hal ini juga memainkan
peran kunci dalam visi Anda . Penyakit kornea dapat mengganggu fungsi tersebut dan
dapat menyebabkan nyeri atau gejala lain dalam kehidupan sehari-hari Anda. Namun,
beberapa penyakit kornea hanya menyebabkan sedikit atau tidak ada gejala tetapi tetap
memerlukan pengobatan.Adapun jenis jenis kelainan pada kornea :
• Keratitis. Peradangan di kornea bisa saja menular (mikroba) atau tidak menular.
Keratitis menular disebut ulkus kornea. Bakteri menyebabkan sebagian besar kasus
keratitis menular. Di lain waktu, virus, jamur, dan parasit dapat menyebabkan
masalah. Banyak hal yang menyebabkan keratitis tidak menular, termasuk cedera
mata dan berbagai kondisi yang mengeringkan permukaan mata Anda.
• Corneal ectasia. Sekelompok kondisi yang mengubah bentuk kornea Anda,
menyebabkannya menipis dan menonjol keluar. Keratoconus adalah kondisi yang
paling umum dalam kelompok ini. Ektasia kornea terkadang terjadi sebagai

17
komplikasi dari operasi tertentu, termasuk operasi mata LASIK dan transplantasi
kornea. Ektasia kornea mungkin tidak menimbulkan gejala pada awalnya, tetapi
kemudian secara bertahap memengaruhi penglihatan Anda. Ini dapat menyebabkan
komplikasi serius seperti hidrops kornea.
• Corneal distrofi. Sekelompok kelainan genetik yang melibatkan endapan protein,
cairan, atau bahan lain yang tidak normal di satu atau lebih lapisan kornea Anda.
Beberapa distrofi kornea bersifat progresif, artinya memburuk seiring waktu.
Beberapa bentuk juga memengaruhi penglihatan Anda. Distrofi Fuchs adalah jenis
distrofi kornea yang paling umum. Jenis lain termasuk distrofi membran basal epitel
(sebelumnya disebut distrofi peta-dot-sidik jari), distrofi kornea kisi dan distrofi
kornea granular.
• Bullous keratophathy. Pembengkakan dan lecet pada permukaan kornea Anda. Anda
mungkin mengalami kondisi ini setelah operasi mata atau karena Anda menderita
distrofi kornea. Gejala biasanya lebih buruk di pagi hari dan termasuk penglihatan
kabur dan kepekaan terhadap cahaya.
• Corneal abrasion. Luka terbuka di permukaan kornea. Ini cenderung menyebabkan
penglihatan kabur, sakit mata dan berair. Ini paling sering terjadi setelah trauma
seperti goresan kuku tetapi juga bisa terjadi dengan penyakit mata kering yang
parah.
• Herpetic eye disease. Kondisi menyakitkan yang terjadi ketika virus herpes
menyerang mata Anda.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebutaan merupakan salah satu masalah besar yang tengah dihadapi oleh bangsa Indonesia
saat ini. Kejadiannya terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini diperkuat dengan data dari
World Health Organization (WHO, 2002). Penyebab kebutaan paling utama di dunia adalah
katarak (47,8%), kemudian disusul dengan glaukoma (12,3%), yang berada di posisi kedua
penyebab kebutaan, dilanjutkan dengan uveitis (10,2%), age-related macular degeneration
(AMD) (8,7%), trachoma (3,6%), corneal opacity (5,1%), dan diabetic retinopathy (4,8%)
(WHO, 2002). Pentingnya mengetahui penyebab kebutaan akan menambah wawasan untuk
mencegah hal tersebut terjadi.

3.2 Saran
Dengan mengetahui penyebab dari kebutaan semoga menambah wawasan dan pengetahuan
serta bisa mencegah ataupun segera memeriksakan diri ketika mendapati gejala yang sudah
dipaparkan pada makalah.

19
DAFTAR PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelainan refraksi 2.1.1 Definisi kelainan refraksi [Internet].
Available from:
http://eprints.undip.ac.id/62474/3/RiandiniPrischiliaZelika_22010114120082_BAB_II.pdf

Tunanetra atau Buta? – PSIBK USD Yogyakarta [Internet]. Usd.ac.id. 2016 [cited 2023 Jun 6].
Available from: https://www.usd.ac.id/pusat/psibk/2018/08/03/tunanetra-atau-buta/

Mitra Keluarga. Mengenal Katarak, Gangguan Mata Lansia yang Menyebabkan Kebutaan
[Internet]. Mitra Keluarga. 2022 [cited 2023 Jun 6]. Available from:
https://www.mitrakeluarga.com/artikel/artikel-kesehatan/katarak-adalah

Rumah Sakit dengan Pelayanan Berkualitas - Siloam Hospitals [Internet]. Siloamhospitals.com.


2023 [cited 2023 Jun 6]. Available from:
https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-glaukoma

Mengenal 2 Jenis Penyakit Mata AMD pada Lansia dan Cara Pengobatannya – Info Sehat FKUI
[Internet]. Ui.ac.id. 2021 [cited 2023 Jun 6]. Available from:
https://fk.ui.ac.id/infosehat/mengenal-2-jenis-penyakit-mata-amd-pada-lansia-dan-cara-
pengobatannya/

20

21

Anda mungkin juga menyukai