Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TUGAS MATA KULIAH KMB III

“ASKEP KATARAK”

Disusun oleh :

Kelompok 2

1. Debi Dwi Vayana (1710142010045)

2. Dina Putri Aryati (1710142010004)

3. Mesi Kartika Sari (1710142010017)

4. Mulya Ulfa Kaswati (1710142010018)

5. Rani Nadya Aliyyan (1710142010030)

6. Ratika Wulandari Z. (1710142010031)

7. Welly Utama (1710142010042)

Prodi S1 Keperawatan

Dosen Pembimbing : Ns. Yossi Fitrina,S.Kep, M.Kep

STIKES YARSI SUMBAR BUKITTINGGI

T.A 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa sholawat
dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas rahmat dan karunia
Allah tugas ini dapat kami selesaikan.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medical Bedah “Sistem
persepsi sensori” Program Studi S1 Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam
memahami makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa saja yang
membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini agar
menjadi lebih baik.

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

DAFTAR ISI.......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 2

1.3 Tujuan Masalah ................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Defenisi dari Katarak ........................................................................ 3

2.2 Klasifikasi dari Katarak .................................................................... 3

2.3 Etiologi dari Katarak ......................................................................... 5

2.4 Manifestasi Klinis dari Katarak ........................................................ 6

2.5 Patofisiologi dari Katarak ................................................................. 7

2.6 Komplikasi dari Katarak ................................................................... 9

2.7 Pemeriksaan Penunjang .................................................................... 9

2.8 Penatalaksanaan ................................................................................ 9

2.9 Asuhan Keperawatan dari Katarak ................................................... 10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ....................................................................................... 15

3.2 Saran ................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena penyakit ini menyerang

tanpa disadari oleh penderitanya.Katarak terjadi secara perlahan - lahan. Katarak baru terasa

mengganggu setelah tiga sampai lima tahun menyerang lensa mata.

Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan meningkat dua kali

lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah dan diobati. Kebutaan merupakan masalah

kesehatan masyarakat dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap negara. Studi yang dilakukan

Eye Disease evalence Research Group (2004) memperkirakan, pada 2020 jumlah penderita

penyakit mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan,

penyakit mata dan kebutaan meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65

tahun. Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO memiliki catatan

mengejutkan mengenai kondisi kebutaan didunia, khususnya dinegara berkembang.

Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya berada di negara

miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi Negara tertinggi di Asia Tenggara dengan

angka sebesar 1,5%. Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok Indah Dr Ratna Sitompul SpM,

tingginya angka kebutaan di Indonesiadisebabkan usia harapan hidup orang Indonesia semakin

meningkat. “karena beberapa penyakit mata disebabkan proses penuaan. “Artinya semakin

banyak jumlah penduduk usia tua, semakin banyak pula penduduk yang berpotensi mengalami

penyakit mata. Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah katarak

(0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak merupakan kelainan mata yang

terjadi karena perubahan lensa mata yang keruh.Dalam keadaan normal jernih dan tembus

cahaya.Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia tua.Karena itu, penyakit ini

1
sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari Departemen Kesehatan

Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia mengalami kebutaan karena katarak dan rata -

rata diderita yang berusia 40 - 55 tahun.

Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak diantara mereka tidak

tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan katarak terjadi karena proses degeneratif atau

semakin bertambahnya usia seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih dari 90 persen orang

berusia di atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75 - 85 tahun daya

penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008).

1.2 Rumusan Masalah

a. Apa defenisi dari Katarak?

b. Apa Klasifikasi dari Katarak?

c. Bagaimana Etiologi dari Glaukoma?

d. Apa Manifestasi Klinis dari Katarak?

e. Bagaimana Patofisiologi dari Katarak?

f. Apa Komplikasi dari Katarak?

g. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari Katarak?

h. Bagaimana Penatalaksanaan dari Katarak?

i. Apa Asuhan Keperawatan dari Katarak?

1.3 Tujuan Masalah

a. Untuk memahami defenisi dari Katarak

b. Untuk memahami klasifikasi dari katarak

c. Untuk memahami etiologi dari Katarak

d. Untuk memahami manifestasi klinis dari Katarak

e. Untuk memahami patofisiologi dari Katarak

2
f. Untuk memahami komplikasi dari katarak

g. Untuk memahami pemeriksaan penunjang dari katarak

h. Untuk memahami penatalaksanaan dari katarak

i. Untuk memahami askep dari katarak

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Katarak

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya (Ilyas, 2008).Katarak
adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang di proyeksikan
pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap
(Istiqomah, 2003)

Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa
didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses penuaan yang terjadi pada semua orang
yang berusia lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).

2.2 Klasifikasi Katarak

Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi :

1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang dari 1 tahun.

2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.

3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun

Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi :

1. Katarak traumatika

Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun

tajam.Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak monokular).

Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar - X, Radioaktif, dan benda asing.

2. Katarak toksika

4
Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia

tertentu.Selain itu, katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti

kortikosteroid dan chlorpromazine.

3. Katarak komplikata

Katarak terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selai itu, katarak

ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,

hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia

atau proses degenerasi pada satu mata lainnya.

Berdarakan stadium, katarak senile dapat dibedakan menjadi :

1. Katarak insipient

Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak –

bercak kekeruhan yang tidak teratur.

2. Katarak imatur

Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, menyebabkan terjadinya

myopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi dangkal.

3. Katarak matur

Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa.

4. Katarak hipermatur

Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair

sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008).

2.3 Etiologi dari Katarak

Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :

1. Fisik

2. Kimia

5
3. Penyakit predisposisi

4. Genetik dan gangguan perkembangan

5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin

6. Usia

2.4 Maniestasi Klinis dari Katarak

Katarak didiagnosa terutama dengan gejala subyektif. Biasanya, pasien melaporkan


penurunan ketajaman penglihatan dan silau dan gangguan fungsional sampai derajat tertentu
yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan tadi. Temuan obyektif biasanya meliputi
pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan
oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina hasilnya adalah pandangan kabur atau
redup, menyhilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam
hari. Pupil yang normalnya hitam akan tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak
biasanya terjadi bertahap selama bertahun-tahun, dan ketika katarak sudah sangat memburuk,
lensa koreksi yang lebih kuatpun tak akan mampu memperbaiki penglihatan.
Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari silau
yang menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya ada yang mengatur
ulang perabot rumahnya. Sehingga sinar tidak akan langsung menyinari mata mereka (Diambil
dari buku Keperawatan Medikal Bedah jilid 3 hal.1996-1997).
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti rabun
jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan
akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-
benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif (-).
Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan
komplikasi berupa Glaukoma dan Uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
 Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
 Peka terhadap sinar atau cahaya.

6
 Dapat melihat dobel pada satu mata.
 Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
 Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.

Pada katarak senil(usia lebih dari 40 tahun) dikenal 4 stadium:

INSIPIEN IMATUR MATUR HIPERMATUR


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans(hanya
bila zonula
putus0
Bilik mata Normal Dangkal Normal Dalam
depan
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test Negatif Positif Negatif Pseudopositif
Penyulit - Glaukoma - Uveitis,
glaukoma

2.5 Patofisiologi dari Katarak

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan, berbentuk
seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga
komponen anatomis.Pada zona sentral terdapat nucleus,diperifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior.Dengan bertambahnya usia, nekleus
mengalami perubahan warna menjadi cokelat kekuningan.Disekitar opasitas terdapat densitas
seperti duri dianterior dan posterior nucleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna nampak seperti cristal salju pada jendela.

7
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa menyebabkan hilangnya transparansi.Perubahan
pada serabut halus múltiple (zunula) yang memanjang dari badan silier kesekitar daerah diluir
lensa,misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal terjadi disertai influís air ke dalam lensa.Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain menyebutkan bahwa suatu enzim mempunyai
peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang tenderita katarak.
Katarak biasanya terjadi di lateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemas, seperti diabetes, Namur sebenarnya
merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang normal.Kebanyakan katarak berkembang
secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat
kongenitaldan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Factor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katrak meliputi radiasi sinar ultra violet B, obat-obatan, alcohol, merokok, diabetes,
dan asupan vitamin anti oxidan yang kurang dalam jangka waktu lama
Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral penting.Katarak merupakan kondisi
penurunan ambulan oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya
protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan ,lensa secara bertahap
kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam usuran dan densitasnya.Peningkatan densitas
diakibatkan oleh kompresi central serat lensa yang lebih tua.
Saat serat lensa yang baru diproduksi dikortek, serat lensa ditekan menjadi central. Serat-
serat lensa yang padat lama-lam menyebabkan hilangnya tranparansi lensa yang tidak terasa
nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan ganguan
metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme ini, menyebabkan perubahan kandungan
bahan-bahan yang ada didalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa.
Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar
yang masuk melalui kornea dihalangi oleh lensa yang keruh atau buram. Kondisi ini
mengaburkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya otak menginterprestasikan
sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih

8
susu, kemudian berubah kuning, bahkan menjadi coklat atau hitam dan klien mengalami
kesulitan dalam membedakan warna.
2.6 Komplikasi dari Katarak

Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit katarak

adalah sebagai berikut :

1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea,

sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.

2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga

mengganggu aliran cairan bilik mata depan (Istiqomah, 2003).

2.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Uji mata

2. Keratometri

3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis

4. A-scan ultrasound (echography)

5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila

dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan (Suddarth, 2001).

Darah putih: dibawah 10.000 normal

2.8 Penatalaksanaan

Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan laser.Namun,

masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan

untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula.

Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ketitik dimana

pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan biasanya konservatif.Penting

9
dikaji efek katarak terhadap kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi

sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain, sangat penting untuk

menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing - masing penderita.

Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja

ataupun keamanan.Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang

dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi.Pembedahan katarak adalah pembedahan yang

paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun keatas.Kebanyakan operasi

dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang dapat mengimobilisasi

mata).Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia

sehubungan dengan draping bedah.

Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak : ekstraksi

intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang

mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma atau

mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika (Suddarth,

2001).

2.9 Asuhan Keperawatan dari Katarak

1) Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang

sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien(Nursalam, 2001)

Adapun data-data dari pengkajian Katarak adalah:

 Aktivitas /Istirahat: Gejalanya yaitu Perubahan aktivitas biasanya/ hobi sehubungan

dengan gangguan penglihatan.

10
 Makanan/cairan: Gejalanya yaitu Mual/muntah (glaukoma akut)

 Neurosensori : Gejalanya yaitu Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas),sinar terang

menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokus

kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak

lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer,

fotofobia(glaukoma akut). Dan tandanya ytaitu Tampak kecoklatan atau putih susu pada

pupil (katarak), Pupil menyepit ddan merah/mata keras dengan kornea berawan

(glaukoma darurat),danPeningkatan air mata.

 Nyeri/Kenyamanan :Gejala yaitu Ketidak nyamanan ringan/mata berair (glaukoma

kronis), Nyeri tiba –tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit

kepala (glaukoma akut).

 Penyuluhan / Pembelajaran :Gejala yaitu Riwayat keluarga glaukoma, diabetes, gangguan

sistem vaskuler, Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekanan

vena), dan ketidakseimbangan endokrin, diabetes (glaukoma).

2) Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon manusia (

status kesehatan dan resiko perubahan sosial) dari individu atau kelompok. Dimana

perawat secara kontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberi intervensi secara pasti

untuk menjaga status kesehatan , menurunkan,membatasi, mencegah dan merubah

(Nursalam, 2001)

Menurut Doenges Marylin diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien

dengan penyakit katarak adalah:

11
1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan intraokuler, kehilangan

vitreous.

2. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan sensori/status

organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d menurunnya ketajaman,

gangguan penglihatan, perubahan respons biasanya terhadap rangsang.

3. Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian operasi.

3) Intervensi Keperawatan
Dx 1 : Resiko cedera yang berhubungan dengan peningkatan tekanan intraocular (TIO),
perdarahan, kehilangan vitreous.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi cedera mata
pasca operasi.

Kriteria hasil : - Klien dapat menyebutkan faktor yang menyebabkan cedera.

- Klien tidak melakukan aktivitas yang meningkatkan resiko cedera.

Intervensi :

 Diskusikan tentang rasa sakit, pembatasan aktifitas dan pembalutan mata.

R/ Meningkatkan kerjasama dan pembatasan yang diperlukan.

 Tempatkan klien pada tempat tidur yang rendah dan ajurkan untuk membatasi pergerakan
mendadak atau tiba-tiba serta menggerakan kepala berlebih.

R/ Istirahat mutlak diberikan hanya beberapa menit hingga satu atau dua jam paska operasi
atau satu malam jika ada komplikasi.

 Bantu aktifitas selama fase istirahat.

R/ Mencegah atau menurunkan resiko komplikasi cedera.

 Ajarkan klien untuk menghindari tindakan yang dapat menyebabkan cedera.

12
R/ Tindakan yang dapat meningkatkan TIO dan menimbulkan kerusakan struktur mata paska
operasi: - Mengejan (valsalva maneuver)

- Menggerakan kepala mendadak

- Membungkuk terlalu lama

- Batuk

 Amati kondisi mata : luka menonjol, bilik mata depan menonjol, nyeri mendadak setiap 6
jam pada awal operasi atau seperlunya.

R/ Berbagai kondisi seperti luka menonjol, bilik mata menonjol, nyeri mendadak, hyperemia
serta hipopion mungkin menunjukan cedera mata paska operasi.Apabila pandangan melihat
benda mengapung (floater) atau tempat gelap mungkin menujukan ablasio retina.

Dx 2 : Penurunan persepsi sensori : penglihatan yang berhubungan dengan penurunan


tajam penglihatan dan kejelasan penglihatan.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam klien melaporkan atau
memeragakan kemampuan yang lebih baik untuk proses rangsang penglihatan dan
mengkomunikasikan perubahan visual.

Kriteria hasil : - Klien mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi penglihatan.

- Klien mengidentifikasi dan menunjukan pola-pola alternative untuk


meningkatkan penerimaan rangsang penglihatan.

Intervensi :

 Kaji ketajaman penglihatan klien.

R/ Mengidentifikasi kemampuan visual klien.

 Identifikasi alternative untuk optimalisasi sumber rangsangan.

R/ Memberikan keakuratan penglihatan dan perawatanya.

 Sesuaikan lingkungan untuk optimalisasi penglihatan :

13
- Orientasikan klien terhadap ruang rawat.

- Letakan alat yang sering digunakan di dekat klien atau pada sisi mata yang lebih sehat.

- Berikan pencahayaan cukup.

- Letakan alat di tempat yang tepat.

- Hindari cahaya menyilaukan.

 Anjurkan penggunaan alternative rangsang lingkungan yang dapat diterima: auditorik,


taktil.

R/ Meningkatkan kemampuan persepsi sensori.

Dx 3 : Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kejadian operasi.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak terjadi kecemasan.

Kriteria hasil : - Klien mengungkapkan kecemasan hilang atau minimal.

- Klien berpartisipasi dalam persiapan operasi.

Intervensi :

 Jelaskan gambaran kejadian pre dan paska operasi, manfaat operasi, dan sikap yang harus
dilakukan klien selama masa operasi.

R/ Meningkatkan pemahaman tentang gambaran operasi untuk menurunkan ansietas.

 Jawab pertanyaan khusus tentang pembedahan.

R/ Meningkatkan kepercayaan dan kerjasama.

 Berikan waktu untuk mengekspresikan perasaan.

R/ Berbagi perasaan membantu menurunkan tegangan.

 Informasikan bahwa perbaikan penglihatan tidak terjadi secara langsung, tetapi bertahap
sesuai penurunan bengkak pada mata dan perbaikan kornea.

R/ Informasi tentang perbaikan penglihatan bertahap diperlukan untuk mengantisipasi depresi


atau kekecewaan setelah fase operasi dan memberikan harapan akan hasil operasi.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Katarak adalah mengeruhnya lensa. Katarak bisa disebabkan karena konginental atau
dapatan (acquired). Penyebab acquired cataract yang paling umum adalah pertambahan usia,
meskipun mekanisme yang pasti belum diketahui. Pemakaian orticosteroid dan thorazine, DM,
trauma pada mata adalah penyebab acquired cataract yang lain. Congenital cataract terjadi pada
infeksi rubella pada periode kehamilan. Katarak terjadi pada kedua mata, namun biasanya satu
lensa lebih parah dibandingkan yang lain. Diagnosa katarak mencakup menurunnya ketajaman
penglihatan, hilangnya reflek merah dan terlihat gambaran opaque pada lensa ketika dilakukan
pemeriksaan.
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
o Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.
o Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
o Katarak komplikata.
o Katarak traumatik.
Pengobatan
Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang telah keruh diangkat dan
sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidak perlu lagi memakai kaca mata
khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus dijaga jangan sampai terjadi infeksi.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga
mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperi glaukoma
dan uveitis.
3.2 Saran

Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa pada khususnya dan pembaca pada
umumnya mengetahui tentang penyakit katarak.Kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan demi tercapainya kesempurnaan makalah selanjutnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu//askep-katarak//

https://www.blogger.co.id/asuhan-keperawatan-katarak

https://scrib.ac.id/askep-pada-pasien-katarak

Anda mungkin juga menyukai