PEMBAHASAN
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan suatu proses
yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan pasien (Potter dan Perry, 2005). Dari hasil
pengkajian, terdapat beberapa kesamaan antara tanda dan gejala pada pasien dengan
Stroke haemorragik.
Berdasarkan pengkajian kelompok dengan keluarga, pada tanggal 1 November
2021, pukul 19.00 WIB diruangan HCU neurologi didapatkan data, pasien ternyata
mempunyai riwayat hipertensi kurang lebih sejak 8 tahun yang lalu, dan riwayat penyakit
keluarga juga ada yang menderita hipertensi yaitu ayah dari pasien dan adiknya, hal ini
membuktikan bahwa hipertensi yang tidak terkontrol dan tidak mendapatkan penanganan
yang baik menjadi faktor resiko terjadinya stroke haemorragik, karena hipertensi
mempercepat terjadinya aterosklerosis yang menyebabkan perlukaan secara mekanis
pada sel endotel di tempat yang mengalami tekanan darah tinggi yang berlangsung lama,
dapat menyebabkan kelemahan pada dinding pembuluh darah sehingga menjadi rapuh
dan mudah pecah. Kemudian pasien juga mempunyai riwayat merokok, berdasarkan teori
rokok dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah, karena merokok
dapat mengurangi jumlah oksigen untuk mencapai jaringan sehingga dapat merusak
pembuluh darah yang juga merupakan salah satu faktor resiko terjadinya stroke
haemorragik. Pada saat pengkajian di rungan HCU neurologi pasien sudah terpasang
oksigen 5 liter, terpasang infus Assering tangan sebelah kanan, juga terpasang kateter dan
terpasang monitor.
Keluarga mengatakan sebelum dibawa ke IGD dirumah pasien mengalami jatuh,
sesaat setelah jatuh, keluarga mengatakan klien masih berusaha berdiri setelah tersandar
ke lemari namun sudah nampak lemah tangan sebelah kanan dan pasien muntah sebanyak
2x di rumah kemudian pasien di bawah keluarga ke rumah sakit. Setelah beberapa waktu
sampai di IGD terjadinya penurunan kesadaran pada pasien. Hal ini kemungkinan
terjadinya perdarahan di intra serebral dan meningkatnya TIK sehingga menyebabkan
berhentinya suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan sementara atau
permanen gerakan, berpikir, memori, bicara atau sensasi dan fungsi saraf bahkan d.d
terjadinya mual dan muntah. Maka setelah di IGD pasien di anjurkan untuk dirawat di
ruangan HCU Neurologi tindakan yang diberikan sampai di ruangan adalah atur posisi
pasien supin atau terlentang dengan kepala sama datar untuk mengurangi perdarahan
intra serebral, dan diberikan oksigen nasal kanul 5 liter di HCU Neurologi.
Kemudian pasien dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk pemeriksaan
penunjang seperti CT scan dan PA thorak. Hasil dari CT scan didapatkan kesan
pendarahan intra perenkim multifokal lobus fronto-temporo-pariental kiri dan basal
ganglia kiri dengan estimasi volume total sekitar 63,3 cc, disertai pendarahan intra
ventikel latelaris bilateral, vertikel III dan IV edema serebri terutama hemisfer kiri,
sehingga ditemukannya gejalah seperti kelemahan pada anggota tubuh sebelah kanan
karena terjadinya perdarahan pada hemisfer otak sebelah kiri. Hal ini sesuai dengan teori
yang mengatakan manifestasi klinis yang muncul sangat bergantung kepada area otak
yang diperdarai oleh pembuluh darah yang mengalami oklusi ataupun rupture,
( Setiawan, 2021).
Hasil rontgent PA pada pasien ditemukan suspek kardiomegali DD/ posisi (ec.
Inspritasi kurang adekuat). Hal ini membuktikan bahwa terjadinya pembesaran ventrikel
kiri yang merupakan salah satu tanda dari hipertensi kronis. Maka dapat di simpulkan
bahwa faktor resiko stroke pada Tn R adalah Hipertensi yang menahun dan tidak
terkontrol, kemudian pengkajian beberapa nervus saraf juga ridak dapat kelompok
lakukan karena pasien tidak sadar. Kemudian di ruangan HCU Neurologi kondisi pasien
semakin menurun dan dokter memutuskan untuk dilakukan pembedahan untuk
mengeluarkan perdarahan dan pasien dibawah ke ruangan operasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menguraikan respon actual,
potensial dan resiko klien terhadap masalah kesehatan dan perawat mempunyai izin dan
berkompeten untuk mengatasinya. Respon actual dan potensial klien didapatkan dari data
dasar pengkajian , tinjauan literatur yang berkaitan, catatan medis klien dimasa lalu yang
dikumpulkan selama pengkajian (Potter dan Perry, 2005).
Secara teoritis diagnosa keperawatan yang muncul dengan klien Stroke Haemorragik
adalah sebagai berikut, Menurut SDKI (2016), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
antara lain :
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi (perencanaan) adalah kategori dalam perilaku keperawatan dimana
tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan dan ditetapkan sehingga
perencanaan keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Potter dan Perry,
2005). Selama perencanaan dibuat prioritas terhadap intervensi kepada Tn. R selain
berkolaborasi dengan dokter, juga berkolaborasi dengan perawat lain. Hasil yang
diharapkan dirumuskan berdasarkan SIKI dengan sasaran spesifik masing-masing
diagnosa dan perencanaan tujuan dengan membuat aktifitas berdasarkan SLKI.
b. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d akumulasi sekret, spasme jalan nafas,
disfungsi neuromuscular, penurunan kesadaran d.d pernapasan dyspnea,
retraksi dinding dada tidak simetris, terdapat bunyi nafas tambahan seperti…. Hal
ini terjadi karena pasien mengalami penurunan kesadaran sehingga terjadinya
akumulasi sekret dan pasien tidak mamu untuk mengeluarkannya, sehingga pada
saat itu dilakukan tindakan suction untuk mengeluarkan sekret dan melapangkan
jalan nafas pasien. Kemudian pasien mendapatkan terapi dari dokter yaitu
aminophilin 1x10 mg (06.00 wib).
c. Resiko defisit nutrisi b.d ketidakadekuatan untuk menelan makanan d.d
dengan terjadinya perdarahan pada intra serebral yang kemungkinan akan
mengganggu saraf yang mengatur pada kemampuan menelan makanannya,
sehingga terjadinya ketidakmampuan menelan makanan secara oral dan
juga pasien dalam keadaan tidak sadar sehingga semua pemenuhan nutrisi
diberikan melalui NGT. Dan mengatur program diet pasien yaitu…
d. Hipertermi b.d perdarahan serebral dan pasien mendapatkan paracetamol 3x
500 mg dan kelompok juga memberikan edukasi kepada keluarga dengan
mengajarkan pemberian kompres hangat pada pasien untuk membantu
menurunkan panas pada pasien, di samping pemberian analgeik antipiretik
pada pasien.
e. Intoleransi aktivitas fisik b.d gangguan neuromuskular, penurunan kekuatan
otot d.d tirah baring, karena pada pasien stroke haemorragik di anjurkan untuk
tirah baring karena pergerakan ataupun perpindahan posisi mempengaruhi
perdarahan intra serebral dan TIK pada pasien dan juga akan bedampak pada
perubahan TTV pasien nantinya, sehingga semua pemenuhan kebutuhan dan ADL
pasien di bantu. Intervensi yang diberikan adalah dengan memberikan perawatan
total care baik dilakukan oleh perawat dan juga dibantu oleh keluarga, memenuhi
nutrisi dan memberikan menajemen energi juga dilakukan untuk pasien, dengan
kolaborasi dengan hli gizi dalam menentukan diet pasien yaitu…
f. Defisit perawatan diri b.d kelemahan anggota gerak d.d tirah baring, hal ini
karena pasien dalam kondiri tidak sadar sehingga pasien membutuhkan total care
dalam pemenuhan ADL nya. Dimana semua aktivitas pemenuhan ADLnya di
dilakukan di tempat tidur mulai dari memandikan, oral hygiene, pemenuhan
nutrisi dengan selang bantu, eliminasi urine dengan kateterisasi dan fekal juga
dibantu dengan menggunakan pampers.
4. Implementasi keperawatan
Evaluasi dari hasil asuhan keperawatan yang dilaksanakan saat di ruangan Neurologi,
didapatkan 5 diagnosa keperawatan, meliputi Resiko perfusi jaringan serebral tidak
efektif b.d infark jaringan otak, hipertensi. Kedua, Bersihan jalan nafas tidak efektif
b.d akumulasi sekret, spasme jalan nafas, disfungsi neuromuscular, penurunan
kesadaran, Resiko defisit nutrisi b.d ketidakadekuatan untuk menelan makanan,
Hipertermi b.d perdarahan serebral, Intoleransi aktivitas fisik b.d gangguan
neuromuskular, penurunan kekuatan otot, serta Defisit perawatan diri b.d kelemahan
anggota gerak, tirah baring, setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …..x 24
jam di ruangan neurologi sebagian besar masalah keperawatan pasien belum teratasi,
dan kondisi pasien tidak ada perubahan sehingga dokter menyarankan pasien untuk
dilakukan pembedahan sehingga akhirnya pasien di pindahkan ke ruangan OK.