Anda di halaman 1dari 21

PENGKAJIAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY NY.R DENGAN DX BBLR + RDS

I. IDENTITAS KELUARGA

Nama bayi :-

Tanggal masuk : 06 -12 -2021

Jenis kelamin : Perempuan

Tanggal lahir : 06 – 12 - 2021

BB : 1840 gr

PB : 49 cm

Apgar score : 7/8

Anak ke :4

Nama ayah : Tn. S

Pekerjaan ayah : Wiraswasta

Nama ibu : Ny. R

Pekerjaan ibu : IRT

Pendidikan ibu : SMP

Alamat diagosa medis : BBLR + RDS

Nomor RM : 558856
II. PENGKAJIAN

a. Reflek menggenggam

 Reflek moro : Ada

 Reflek menghisap : sedikit, tidak terlalu kuat

b. Tonus / Aktifitas

 Aktif : tidak

 Tenang : iya

 Kejang : tidak

 Menangis : ada, keras

c. Kepala / Leher

 Fontenel anterior (ubun-ubun) : menonjol

 Sutura Sagitalis : Tepat

 Gambaran wajah : Simetris

 Molding : Caput Succedanum (-)

d. Mata : Simetris, bersih, reflek bola mata (+)

e. THT

 Telinga : Normal

 Hidung : Normal

f. Abdomen : Tidak ada penumpukan cairan

g. Thoraks : Simetris

h. Paru-paru

 Suara nafas kanan kiri sama : Ya

 Suara nafas : Bersih

 Respirasi : Pasien terpasang CPAP


i. Jantung

 Bunyi normal : Frekuensi, 120 x/i

 Murmur : Tidak ada

 Cappilarry Refill : < 3 detik

j. Ekstermitas : Bayi tidak banyak bergerak

k. Umbikus : Normal, tidak ada inflamasi

l. Genital : Perempuan, Normal

m. Anus paten : Normal

n. Integumen

 Warna : Merah muda

 Sinasis : Tidak

 Tidak ada tanda lahir

o. Suhu

 Lingkungan : Suhu 34,0

 Suhu kulit : 36,3

III. Riwayat Prenatal ( ANC )

 Jumlah kunjungan : 7x
 Bidan/Dokter : Bidan
 Penkes yang didapat : gizi seimbang pada ibu hamil
 HPHT : 27 – 05 – 2021
 Kenaikan BB : 13 Kg
 Komplikasi hamil : Tidak ada
 Komplikasi obat : Tidak ada
 Obat yang didapat : Vitamin
 Pengobatan yang didapat : Tidak ada
 Golongan darah ibu :O
 Kehamilan direncanakan : Ya
 Perbedaan bahasa : Tidak
 Kurangnya sistim pendukung : Tidak

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1 Ds :- Imaturitas Pola nafas tidak


sistem efektif
Do:
pernafasan
Pernafasan menggunakan
cuping hidung
Terdapat sianosis
pada tubuh bayi
dengan fi02 : 21 dan
PEEP : 5 mmhg
Saturasi O2: 90
% RR : 64
x/menit
Nadi : 148 x/menit
2 Ds :- Fluktasi Hipotermi
Suhu
Do :
lingkungan
Suhu 36,3 derjat
celcius Akral teraba
dingin
3 Ds :- Penggunaan alat Resiko tinggi terjadi
invasif infeksi
Do :

Bayi terpasang OGT


ekstremitas atas dextra
Leukosit 13,27/mm3
Imaturitas sistem
imunologi
RENCANA KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA SLKI SIKI


KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak Setelah dilakukan tindakan
efektif keperawatan 3 x 24 jam 1. Mendemonstrasikan
diharapkan pola nafas membaik batuk efektif dan
dengan kriteria hasil suara nafas yang
1. Posisikan pasien untuk bersih, tidak ada
memaksimalkan ventilasi sianosis dan dyspneu
2. Auskultasi suara nafas, catat (mampu
adanya suara tambahan. mengeluarkan
3. Monitor respirasi dan status sputum, mampu
O2 bernafas dengan
4. Pertahankan jalan nafas mudah, tidak ada
yang paten pursed lips)
5. Monitor aliran oksigen
2. Menunjukkan jalan
6. Pertahankan posisi nafas yang paten
pasien (klien tidak merasa
7. Monitor , nadi, suhu, dan RR tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan
8. Monitor frekuensi dan
dalam rentang
irama pernafasan
normal, tidak ada
9. Monitor suara paru
suara nafas
10. Monitor pola pernapasan abnormal)
abnormal
Tanda Tanda vital dalam
11. Monitor suhu, warna, dan rentang normal (tekanan
kelembaban kulit darah, nadi, pernafasan)
12. Monitor sianosis perifer
13. Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
14. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
15. Penerapan develoment
care
2 Hipotermi b/d Setelah dilakukan tindakan
fluktasi suhu keperawatan 3 x 24 jam 1. Suhu tubuh
lingkungan. diharapkan dengan kriteria hasil dalam rentang
normal
1. Monitor suhu minimal tiap
2 jam 2. Nadi dan RR dalam
2. Rencanakan monitoring rentang normal
suhu secara kontinyu
Monitor TD, nadi, dan RR
4. Monitor warna dan suhu
kulit

5. Monitor tanda-tanda
hipertermi dan hipotermi
6. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
7. Selimuti pasien untuk
mencegah hilangnya
kehangatan tubuh
8. Penerapan develoment care
9. Monitor sianosis perifer
10. Monitor pola pernafasan
abnormal
11. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital sign
3 Resiko tinggi terjadi Setelah dilakukan tindakan
infeksi berhubungan keperawatan 3 x 24 jam 1. Suhu 36,5-37,5 ºC
dengan penggunaan diharapkan dengan kriteria hasil 2. Tidakadatanda-
alat invasif dan 1. Pertahankan teknik tandainfeksi
penurunan imun. isolasi
2. Batasi pengunjung bila 3. Leukosit 5.000–10.000
perlu
3. Instruksikan pada
pengunjung untuk
mencuci tangan saat
berkunjung dan
meninggalkan pasien
dengan menggunakan
sabun antimikrobia untuk
cuci tangan
4. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
5. Tingkatkan intake nutrisi
6. Monitor tanda dan gejala
infeksi
7. Monitor hitung
granulosit, WBC
8. Batasi pengunjung
Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase,.
IMPLEMENTASI DAN INTERVENSI

N HARI DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


O /TANGGAL KEPERAWATAN
1 Senin / 27 Pola nafas tidak 1. Memposisikan bayi dengan dengan S:-
desember efektif berhubungan cara
2021 dengan imaturitas O:
2. mengatur kepala sedikitdi ekstensi
sistem pernafasan Pernafasan menggunakan
menggunakan kain bedong 15o
3. Memonitor suplai O2 yang cuping hidung
terpasang di daerah hidung dengan
Terdapat sianosis pada tubuh
nasal kanul. Pemberian O2 1 liter
bayi
4. Memantau CPAP dengan cara
melihat layar monitor untuk Bayi masih tampak sesak Bayi
kepatenan jalan nafas bayi. terpasang O2 1 liter
5. Memantau saturasi O2 di layar
monitor dengan SPO2 90 Bayi terpasang CPAP dengan
% fi02 : 21 dan PEEP : 5 mmhg
6. Mempertahankan posisi RR : 64
nyaman pasien dengan Nadi : 148
pemasangan nesting yang A : Pola nafas tidak efektif
menggunakan kain gulung yang di
P : intervensi 1, 3, 4, 5, 6, 7, 12,
letakkan melingkari bayi.
Memonitor ttv pasien dengan
cara mengukur suhu (36,20C),
menghitung frekuensi nadi (146
x/i), dan menghitung frekuensi
pernafasan bayi (61 x/i
12. Memonitor sianosis perifer pada
bayi dengan cara menekan tumit
bayi didapatkan CRT > 2 detik.

2 Hipotermi behubungan 1. Mengobservasi suhu/jam (suhu S:-


dengan fluktasi suhu : 36,2 )
lingkungan
2. Memonitor nadi dengan melihat di
O:
layar monitor dan menghitung
pernafasan bayi dengan cara  Bayi masih dalam
meletakkan stetoskop didekat dada
bayi inkubator
(nadi : 146 x/i, RR : 61 x/i)  S: 36,50c
3. Memberi susu untuk nutrisi bayi
melalui OGT setiap 3 jam
 Akral teraba dingin.
A:Hipotermi
4. Membungkus badan bayi dengan
plastik P:intervensi 1, 3, 6, 7, 8
5. Memasang nesting dengan
menggunakan kain gulung yang di
letakkan melingkari bayi

3 Resiko tinggi terjadi 1. Mempertahankan teknik S


infeksi berhubungan isolasi dengan memperhatikan
dengan penggunaan
alat invasif dan setiap alat yang terpasang
O
penurunan imun 2. Membatasi pengunjung,
3. Menyarankan kepada  Bayi terpasang OGT
pengunjung mencuci tangan saat
 Bayi terpasang CPAP
berkunjung dan meninggalkan bayi
dengan menggunakan sabun,air  Leukosit 13,27/mm3
dan handscub yang telah
A:Resiko tinggi infeksi
disediakan di ruangan.
4. Perawat mencuci tangan dengan 6 P: Intervensi 1,2,3,4,5,6,7
langkah sebelum kontak dengan
bayi
5. Memberikan nutrisi setiap 3
jam sesuai intstruksi dari dokter
6. Memonitor tanda gejala infeksi
seperti melihat warna kulit bayi
(tidak ada tanda- tanda infeksi)
7. Memantau hasil labor bayi (WBC :
13,27/mm3)

N HARI DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI


O /TANGGAL KEPERAWATAN
1 Selasa / 28 Pola nafas tidak 3. Memposisikan bayi dengan dengan S:-
desember efektif berhubungan cara
2021 dengan imaturitas O:
4. mengatur kepala sedikitdi ekstensi
sistem pernafasan Pernafasan menggunakan
menggunakan kain bedong 15o
7. Memonitor suplai O2 yang cuping hidung
terpasang di daerah hidung dengan
Tidak terdapat sianosis pada
nasal kanul. Pemberian O2 1 liter
tubuh bayi
8. Memantau CPAP dengan cara
melihat layar monitor untuk Bayi masih tampak sesak Bayi
kepatenan jalan nafas bayi. terpasang O2 1 liter
9. Memantau saturasi O2 di layar
monitor dengan SPO2 90 Bayi terpasang CPAP dengan
%
10. Mempertahankan posisi fi02 : 21 dan PEEP : 5 mmhg
nyaman pasien dengan RR : 48
pemasangan nesting yang Nadi : 128
menggunakan kain gulung yang di A : Pola nafas tidak efektif
letakkan melingkari bayi. P : intervensi 1, 3, 4, 5, 6, 7, 12,
Memonitor ttv pasien dengan
cara mengukur suhu (36,20C),
menghitung frekuensi nadi (146
x/i), dan menghitung frekuensi
pernafasan bayi (61 x/i
12. Memonitor sianosis perifer pada
bayi dengan cara menekan tumit
bayi didapatkan CRT > 2 detik.

2 Hipotermi behubungan 6. Mengobservasi suhu/jam (suhu S:-


dengan fluktasi suhu : 36,2 )
lingkungan
7. Memonitor nadi dengan melihat di
O:
layar monitor dan menghitung
pernafasan bayi dengan cara  Bayi masih dalam
meletakkan stetoskop didekat dada
bayi inkubator
(nadi : 146 x/i, RR : 61 x/i)  S: 36,30c
8. Memberi susu untuk nutrisi bayi
melalui OGT setiap 3 jam
 Akral teraba hangat.
A:Hipotermi teratasi
9. Membungkus badan bayi dengan
plastik P:intervensi dipertahankan
10. Memasang nesting dengan
menggunakan kain gulung yang di
letakkan melingkari bayi

3 Resiko tinggi terjadi 6. Mempertahankan teknik S


infeksi berhubungan isolasi dengan memperhatikan
dengan penggunaan
alat invasif dan setiap alat yang terpasang
O
penurunan imun 7. Membatasi pengunjung,
8. Menyarankan kepada  Bayi terpasang OGT
pengunjung mencuci tangan saat
 Bayi terpasang CPAP
berkunjung dan meninggalkan bayi
dengan menggunakan sabun,air  Leukosit 13,27/mm3
dan handscub yang telah
disediakan di ruangan. A:Resiko tinggi infeksi
9. Perawat mencuci tangan dengan 6 P: Intervensi 1,2,3,4,5,6,7
langkah sebelum kontak dengan
bayi
10. Memberikan nutrisi setiap 3
jam sesuai intstruksi dari dokter
8. Memonitor tanda gejala infeksi
seperti melihat warna kulit bayi
(tidak ada tanda- tanda infeksi)
9. Memantau hasil labor bayi (WBC :
13,27/mm3)
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil Studi Kasus asuhan keperawatan yang dilakukan pada bayi Ny. R

dengan RDS di ruangan NICU RSAM Bukittinggi. Penulis akan mengutarakan tentang

kesenjangan antara teori dan kasus nyatanya dengan menggunakan manajemen asuhan

keperawatan yang dimulai dari Pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, intervensi

keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah proses pengumpulan data untuk mendapatkan berbagai

informasi yang berkaitan dengan masalah yang dialami klien. Pengkajian dilakukan

dengan berbagai cara yaitu anamnesa, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan

diagnostik yang dilakukan dilaboratorium (Surasmi dkk, 2013). Data yang dicari

dalam riwayat keperawatan adalah kelahiran praterm, riwayat kehamilan, sekarang

(apakah selama hamil ibu menderita hipotensi atau perdarahan), riwayat neonatus

(lahir asfiksia akibat hipoksia akut, terpajan pada keadaan hipotermia), riwayat

keluarga positif, nilai apgar rendah (termasuk tindakan resustasi yang dilakukan pada

bayi).

Sedangkan pada kasus bayi Ny. R riwayat kelahiran bayi sudah aterm hal ini

disebabkan karena oleh faktor janin yang mengalami penurunan denyut jantung. Pada

pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda dan gejala RDS. Gejala tersebut dapat terjadi

pada saat kelahiran atau antara waktu dua jam. Perkembangan penyakit terjadi dengan

cepat yang dimulai dengan :Takipnea (>60x/menit), pernapasan mendengkur, retraksi

dinding dada, pernapasan cuping hidung, pucat, sianosis, dan apnea.

Pada kasus bayi Ny. R sudah tidak ditemukan lagi tanda dan gejala sesuai teori

seperti pernapasan mendengkur, retraksi dinding dada, pucat, sianosis, apnea. Hal ini
disebabkan karena bayi sudah mendapatkan tindakan kolaborasi dan tindakan

keperawatan diruangan NICU.Pada kasus bayi Ny. T tidak ada tanda dan gejala yang

mendukung untuk dilakukan pemeriksaan penunjang.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan teori (SDKI) didapatkan lima diagnosa keperawatan yaitu; 1)

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler,

2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi, 3) bersihan jalan napas

tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret pada paru-paru, 4) Resiko tinggi

infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, terpajan kuman patogen, 5) Hipotermia

berhubungan dengan adaptasi lingkungan luar rahim

Pada kasus nyata penulis menemukan tiga diagnosa keperawatan yang sesuai

dengan teori yaitu: 1) pola nafas tidak efektif berhubugan dengan imaturitas sistem

pernafasan. 2) Hipotermia berhubungan dengan adaptasi lingkungan luar rahim 3)

Resiko infeksi berhubungan dengan terpajannya kuman patogen. Sedangkan diagnosa

keperawatan 1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveolar-kapiler, 2) bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan

penumpukan sekret pada paru-paru, tidak ditegakkan hal ini disebabkan karena tidak

ada data pendukung untuk menegakkan diagnosa keperawatan tersebut.

3. Intervensi / Perencanaan Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan tahap ketiga dalam proses keperawatan .

intervensi disusun berdasarkan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SDKI) dan

Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Diagnosa pola nafas tidak efektif

erhubungan dengan imaturitas sistem pernafasan tidak memiliki kesenjangan antara


teori dan kasus nyata. Diagnosa hipotermia berhubungan dengan adaptasi lingkungan

luar rahim tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus nyata.

Pada diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan terpajannya kuman patogen

secara teori intervensinya yaitu:1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai 2)

Pertahankan teknik isolasi, 3) Batasi pengunjung bila perlu, 4) Intruksikan pengunjung

untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah berkunjung, 5) Gunakan sabun

antimikroba untuk cuci tangan, 6) Cuci tangan sebelum dan sesudah perawatan pasien

7) Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat, 8) Ganti letak IV perifer

dan line central dan dressing sesuai petunjuk umum, 9) Tingkatkan intake nutrisi 10)

Berikan terapi antibiotik bila perlu

Pada kasus terdapat kesenjangan antara teori dan kasus nyata kerena pada

konsep teori intervensi: 1) Ganti letak IV perifer dan line central dan dessing sesuai

petunjuk umum, 2) Berikan terapi antibiotik bila perlu. Sedangkan pada kasus nyata

bayi Ny. R tidak terpasang infus dan tidak menerima terapi antibiotik. Dan pada teori

tidak ada intervensi berikan imunisasi yang sesuai tetapi pada kasus nyata

intervensinya berikan imunisasi yang direkomendasikan

4. Implementasi Keperawatan

Tindakan yang dilakukan di sesuaikan dengan perencanaan yang telah

ditetapkan pada masing- masing diagnosa keperawatan. (Surasmi, dkk 2013). Pada

diagnosa keperawatan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas sistem

pernafasan, tindakan yang dilakukan yaitu memposisikan bayi dengan cara mengatur

kepala sedikit di ekstensi menggunakan kain bedong 15 derajat, memonitor suplai O2

yang terpasang pada hidung dengan nasal kanul pemberian O2 1 liter, memantau

CPAP, memantau saturasi O2 pada layar monitor, mempertahankan posisi nyaman

bayi dengan mamasang nesting pada tubuh bayi, semua tindakan diatas telah

dilakukan sesuai perencanaan keperawatan yang sudah ditetapkan.


Pada diagnosa keperawatan hipotermia berhubungan dengan adaptasi

lingkungan luar rahim tindakan keperawatan yang telah dilakukan yaitu: 1)

Memonitor suhu tubuh tiap 2 jam, 2) Memonitor warna kulit dan suhu

kulit3)Mengkaji tanda tanda hipertermi atau hipotermi, 4)Meningkatkan intake nutrisi

dan cairan 5) Menyelimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh.

Semua tindakan diatas telah dilakukan sesuai perencanaan keperawatan yang sudah

ditetapkan.

Pada diagnosa resiko infeksi berhubungan dengan terpajannya kuman patogen

tindakan keperawatan yang yang telah dilakukan yaitu: 1) Menganjurkan pengunjung

untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan ruangan pasien 2)

Menggunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan yang sesuai 3) Mencuci tangan

sebelum dan sesudah perawatan pasien 4) membatasi pengunjung 5) Memberikan

imunisasi yang direkomendasikan Pada konsep teori tindakan keperawatan berikan

imunisasi yang direkomendasikan tidak ada namun penulis melakukan imunisasi HB0

pada bayi Ny. R karena sesuai dengan tahap perkembangan umur bayi. Pada konsep

teori terdapat tindakan melakukan perawatan infus dan memberikan antibiotik yang

sesuai namun penulis tidak melakukan tindakan tersebut karena pada kasus bayi Ny. R

tidak terpasang infus dan tidak mendapatkan terapi antibiotic lagi.

5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi dari diagnosa keperawatan pola nafas tidak efektif yaitu: S: (tidak

terkaji) O: pasien tampak pernafasan cuping hidung, terdapat sianosis pada tubuh bayi,

bayi masih tampak sesak dan terpasang O2 1 liter, bayi tampak terpasang CPAP

dengan fiO2:21 dan PEEP 5 mmhg, RR 64, Nadi 148, A: masalah belum teratasi, P:

intervensi dilanjutkan. Diagnosa keperawatan hipotermia berhubungan dengan

adaptasi lingkungan luar rahim yaitu: S: (tidak terkaji) O:pasien tampak tenang,akral

hangat,kulit hangat, pasien tampak tidur pulas TTV:Suhu: 36,7°C, HR:64x/menit,


Nadi:148x/menit A: masalah teratasi P: Intervensi dipertahankan. Evaluasi pada

diagnosa keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan terpajannya kuman patogen

yaitu: S: (tidak terkaji) O: Pasien tampak tenang, akral hangat, pasien tampak tidur

pulas, bayi terpasang OGT, TTV: Suhu: 36,7°C, dan HR: 64x/menit, Nadi:148x/menit,

A: masalah teratasi P:intervensi dipertahankan.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengkajian Keperawatan

Hasil pengkajian pada bayi Ny. R yaitu keadaan umum bayi tampak

sakit ringan, bayi di tempatkan pada onkubator, kulit teraba dingin, bayi

masih sesak napas, terdapat retraksi dinding dada, tidak sianosis, ada

pernafasan cuping hidung. Berat badan 1840 gram dengan panjang badan

49 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar perut 32 cm, TTV: Suhu: 36,3°C HR:

64X/menit, Nadi 148x/menit. Bayi mendapat intake ASI dengan kebutuhan

cairan 35 CC/ 8 jam.

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan yang ditegakkan pada bayi Ny. R dengan RDS

di Ruangan NICU RSAM Bukittinggi adalah pola nafas tidak efektif

berhubungan dengan imaturitas sistem pernafasan, hipotermia berhubungan

dengan adaptasi lingkungan luar rahim dan resiko infeksi berhubungan

terpajan kuman patogen.

3. Intervensi Keperawatan

Perencanaan keperawatan yang disusun berdasarkan diagnosa

keperawatan yang telah ditegakkan pada Bayi Ny. R di Ruangan NICU

RSAM Bukittinggi antara lain diagnosa pola nagas tidak efektif dibuat

berdasarkan SLKI dan SIKI, diagnosa Hipotermia berhubungan dengan

adaptasi lingkungan luar rahim. 1) Monitor suhu tubuh paling tidak 2 jam

sesuai kebutuhan 2) Monitor suhu dan warna kulit 3) Monitor dan laporkan

adanya tanda dan gejala hipotermia atau hipertermia 4) Tingkatkan intake


cairan dan nutrisi adekuat 5) Selimuti bayi. Diagnosa keperawatan kedua

resiko infeksi berhubungan dengan terpajannya kuman patogen. 1)

Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan

meninggalkan ruangan pasien 2) Gunakan sabun antimikroba untuk cuci

tangan yang sesuai 3) Cuci tangan sebelum dan sesudah perawatan pasien

4) batasi pengunjung 5) Berikan imunisasi yang sesuai.

4. Implementasi Keperawatan

Pada diagnosa pola nafas tidak efektif, implementasi yang diberikan

sesuai dengan perencanaan yang sudah disusun sebelumnya. Pada diagnosa

keperawatan hipotermia berhubungan dengan adaptasi lingkungan luar

rahim tindakan keperawatan yang telah dilakukan yaitu: 1) Memonitor

suhu tubuh tiap 2 jam 2) Memonitor warna kulit dan suhu kulit3)Mengkaji

tanda tanda hipertermi atau hipotermi4)Meningkatkan intake nutrisi dan

cairan5) Menyelimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan

tubuh.Semua tindakan diatas telah dilakukan sesuai perencanaan

keperawatan yang sudah ditetapkan. Pada diagnosa keperawatan resiko

infeksi berhubungan dengan terpajannya kuman patogen tindakan

keperawatan yang yang tidak dilakukan yaitu: 1) Mengannjurkan

pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan meninggalkan

ruangan pasien 2) Menggunakan sabun antimikroba untuk cuci tangan yang

sesuai 3) Mencuci tangan sebelum dan sesudah perawatan pasien.

5. Evaluasi keperawatan

Evaluasi keperawatanyang dilakukan pada bayi Ny. R di Ruangan

NICU RSAM Bukittinggi tahun 2021 dengan diagnosa pertama Pola nafas

tidak efektif masalah belum teratasi, diagnosa kedua Hipotermia

berhubungan dengan adaptasi lingkungan luar rahim masalahnya sudah


teratasi. Diagnosa ketiga resiko infeksi berhubungan dengan terpajan

kuman patogen masalahnya sudah teratasi. Namun intervensi masih

dipertahankan.

B. Saran

1. Untuk lahan praktek

Diharapkan dapat meningkatkan pelayana asuhan keperawatan yang

kompherensif pada bayi resiko tinggi khususnya pada bayi dengan RDS

2. Untuk institusi

Diharapkan dapat menyediakan literatur yang menunjang dalam

melakukan studi kasus khususnya berkaitan dengan RDS

3. Untuk Penulis

Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dalam memberikan

asuhan keperawatan pada bayi resiko tinggi khusunya bayi dengan RDS.
DAFTAR PUSTAKA

Anonym.2010. Sindroma Distres Pernafasan (Penyakit Membran Hialin).Medicastore.com.2


april 2010. 19.07

A nur , Risa Etika dan kawan-kawan.2005.Pemberian Surfaktan pada Bayi dengan RDS
(Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fk.Unair/ Rs. Dr Soetomo). http://searchwinds.com/redirect?
id=235186. 2 april 2010

Budiman Arief.2008. Asuhan Keperawatan Pada Neonatus Dengan Gangguan Sistem


Pernafasan Respiratory Distress Syndrom (Rds) Diruang Nicu Rsud Gunung Jati
Kota Cirebon.Icoel’s Blog. 5 april 2010

Betz, Cecily Lynn dan Sowden Linda A. 2004. Keperawatan Pediatri (Penyakit RDS / PMH).

Eloise M. Harman,MD. Rajat, Walia, MD. 2005. Acute Respiratory Distress Syndrome.
http://www.emedicine.com/med/topic70.htm
   Aryanto Suwondo, Ishak Yusuf, Cleopas Martin Lumende, 2001. Sindrome Gagal Nafas
Pada Orang Dewasa dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi Ketiga. Hal : 907-
914
  Josep Varon,MD, F.A.C.A, F.A.C.P, Oliver C Wenker,MD, D.E.A.A. 1997, The Acute
Respiratory Distress Syndrome : Myths and Controversies.
http://www.ispub.com/ostia/index.php?
xmlPrinter=true&xmlFilePath=journals/ijeicm/vol1n1/ards.xml
Sylia A. Price dan Lorraine M. Wilson, 1995, Patofisiologi Konsep Klinik Proses-Proses
Penyakit Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Hal : 739-740
Mark J D Griffiths dan Timothy W Evans, 2003, Acute Respiratory Distress Syndrome dalam
Respiratori Medicine, volume I Edisi 3, RDC Group LTD.
Hood Alsagaf, M. Jusuf Wibisono, Winariani, 2004, Buku Ajar Ilmu Penyakit Paru, Bagian
Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR –RSU Dr. Sutomo, Surabaya. Hal : 186-189.

Anda mungkin juga menyukai