A. DEFENISI
fungsi aorta dan cabang viseralnya serta arteri yang memperdarahi ekstremitas bawah
menyebabkan penyempitan arteri terutama pada arteri distal dan aorta. Yang paling
pengerasan pembuluh darah. PAD berkembang dari waktu ke waktu pada tingkat
variabel dalam setiap individu tergantung pada daerah sirkulasi dan riwayat kesehatan
dan keluarga. Tanda-tanda dan gejala PAD mungkin tidak muncul sampai waktu yang
lama. Bagi banyak orang, indikasi terkena PAD tidak akan muncul sampai arteri
menyempit 60% atau bahkan lebih (Vienna et al, VA. Vascular Disease Foundation,
2012). Peripheral Arterial Disease (PAD) adalah semua penyakit yang terjadi pada
Jadi penyakit arteri perifer meliputi ke empat ekstremitas, arteri karotis, arteri
renalis, arteri mesenterika dan semua percabangan setelah keluar dari aortoilikia
(Price and Wilson, 2005). Penyakit arteri perifer atau PAD dapat mengenai arteri
besar, sedang maupun kecil, antara lain thromboangitis obliterans penyakit Buerger’s,
fibromuskular displasia, oklusi arteri akut, penyakit Raynaud, arteritis Takayasu,
B. ETIOLOGI
2. Diabetes dalam jangka panjang, gula darah yang tinggi dapat merusak
perkembangan aterosklerosis
5. Hiperlipidemia
6. Perokok
7. Hipertensi
C. KLASIFIKASI PAD
3. grade III di tunjukkan dengan gejala nyeri pada saat istirahat / malam hari
4. grade IV ditunjukkan dengan adanya ulkus / gangren (Scottish
Rutherford PAD dibagi menjadi enam grade. Grade 0 tidak ditemukan gelaja,
berat, grade 4 mengalami nyeri saat istirahat, grade 5 jika pasien mengalami
kehilangan jaringan kecil dan grade 6 jika sudah terdapat ulkus / gangren.
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya aterosklerosis pada PAD sama seperti yang terjadi pada
arteri koronaria. Proses aterosklerosis lebih sering terjadi pada percabangan arteri,
pembuluh darah distal lebih sering terjadi pada pasien usia lanjut dan diabetes
kebutuhan. Pada PAD, arteri yang terganggu tidak dapat berespon terhadap stimulus
untuk vasodilatasi. Selain itu, endotel yang mengalami disfungsi pada aterosklerosis
tidak dapat melepaskan substansi vasodilator seperti adenosin serta nitrit oksida dalam
jumlah yang normal. Jika aterosklerosis atau stenosis terjadi sedemikian parah hingga
menyebabkan tidak tercukupinya suplai darah atau oksigen bahkan pada saat istirahat,
akan terjadi kegawatan pada tungkai karena berpotensi besar terjadi nekrosis jaringan
dan ganggren. Iskemia yang terjadi secara intermiten lama kelamaan dapat
menyebabkan perubahan struktur dan fungsi otot seperti denervasi dan drop out.
Hilangnya serat-serat otot dapat menyebabkan penurunan kekuatan serta atropi otot.
Selain itu, serat-serat otot yang masih dapat digunakan sebenarnya juga sudah
PAD dapat terjadi dari berbagai penyakit yang menyebabkan stenosis atau
oklusi pada arteri ekstremitas bawah. Aterosklerosis merupakan penyebab utama dari
PAD merupakan penyakit sistemik pada arteri dengan ukuran sedang sampai besar
dimana lipid dan material fibrin terkumpul di dalam lapisan intimal. Faktor risiko
insufisiensi ginjal kronis. Penyebab utama dari PAD adalah aterosklerosis, yaitu suatu
proses radang kompleks dan kronis yang secara perlahan menyumbat pembuluh arteri
yang bersifat elastis dan kuat. Faktor resiko utama pada aterosklerosis adalah penyakit
kadar lemak dalam darah. Faktor-faktor lain meliputi flebitis, operasi dan penyakit
autoimun (Black & Hawks, 2014). Diabetes mellitus (DM) merupakan faktor resiko
Gejala yang tidak tampak 90% hanya bisa diketahui dari ABI.
1. Kulit dingiN
2. kulit mengkilat
3. Kuku menebal
6. Pingsan
7. Kebingungan
9. Kehilangan koordinasi
F. KOMPLIKASI
2. Ulserasi kulit
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan ABI adalah uji noninvasif yang cukup akurat untuk mendeteksi
adanya PAD dan untuk menentukan derajat penyakit ini. ABI merupakan
pasien diabetes dengan PAD khususnya pada pasien yang mengalami kalsifikasi
pada pembuluh darah ekstremitas bawah yang menyebabkan arteri tidak dapat
tertekan dengan menggunakan teknik tradisional (ABI, indeks ABI > 1,30)
ABI. Nilai TBI yang ≥ 0,75 dikatakan normal atau tidak terdapat stenosis arteri.
suatu tes yang mengukur aliran darah arteri pada ekstremitas bawah dimana
pulsasi yang mewakili aliran darah pada arteri diperlihatkan oleh monitor dalam
bentuk gelombang. PVR juga dapat digunakan pada pasien PAD yang mengalami
kalsifikasi pada arteri bagian medial (ABI > 1,30) yang biasa ditemukan pada
pasien usia tua, pasien yang menderita diabetes cukup lama atau pasien yang
arteri perifer. Pemeriksaan yang noninvasif ini tidak memerlukan bahan kontras
yang nefrotoksik sehingga alat skrining ini digunakan untuk mengurangi
diagnostik ini juga dapat digunakan sebagai alat pencitraan tunggal sebelum
dilakukan intervensi pada sekitar 90% pasien dengan PAD dimana sensitivitas dan
spesifisitas untuk mendeteksi dan menentukan derajat stenosis pada PAD berkisar
antara 70% dan 90% (Favaretto et al, 2007) Dupleks ultrasonografi juga dapat
pembuluh darah tersebut dapat diterapi dengan distal bypass atau tidak. Selain itu,
alat ini juga dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu plak pada arteri
tersebut merupakan suatu resiko tinggi terjadinya embolisasi pada bagian distal
64- slice)
gambaran pembuluh darah yang hampir sama dengan gambaran pembuluh darah
7. Contrast Angiography
11. Analisa urine untuk melihat protein dan pigmen untuk melihat mioglobin di urine
14. Arteriografi dapat mengetahui dengan jelas tempat sumbatan dan penyempitan.
H. PENATALAKSANAAN
1. Terapi Non-farmakologi
1) Berhenti merokok
6) Olahraga teratur
b. Terapi suportif
2) Memakai sandal dan sepatu yang ukurannya pas dari bahan sintetis yang
berventilasi.
menit
2. Penatalaksanaan Medis
klaudikasio intermiten.
b. Angioplasti
melalui pembuluh darah ke arteri yang terkena. Balon kecil di ujung kateter
dinding arteri, sementara pada saat yang sama peregangan arteri terbuka untuk
c. Operasi Bypass.
Graft bypass menggunakan pembuluh darah dari bagian lain dari tubuh
d. Terapi trombolitik
menyuntikkan obat untuk melarutkan gumpalan dalam arteri pada titik dari
bekuan itu.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Tanda dan gejala kinis akibat proses arterosklerosis tergantung pada organ
atau jaringan yang terkena. Adanya penyakit arteri oklusif, lokasi dan beratnya
ditegakkan dengan riwayat gejala pada pasien dan dengan pemeriksaan fisik
terutama warna dan suhu ekstremitas dan denyut nadi. kuku mungkin menebal dan
keruh, kulit mengkilat, atropi dan kering dengan pertumbuhan rambut yang
jarang.
1) Identitas Kien
Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama,
2) Keluhan Utama
6) Riwayat Psikososial
7) Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat Kesadaran
2) Apatis : yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak
tertidur kembali
J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
2. Perfusi perifer tidak efektif b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Perawatan sirkulasi
penurunan aliran arteri 3x24 jam diharapkan perfusi perifer Observasi
meningkat a. Pantau ttv
b. Identifikasi faktor resiko gangguan sirkulasi
c. Minitor panas, kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstermitas
Terapeutik
a. Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area
keterbatasan perfusi
b. Hindari pengukuran TD pada ekstermitas keterbatasan perfusi
c. Lakukan pencegahan infeksi
d. Lakukan perawatan kaki dan kuku
e. Lakukan hidrasi
Edukasi
a. Anjurkan berhenti merokok
b. Anjurkan minum obat pengontrol TD
c. Anjurkan melakukan perawatan kulit yang benar
3. Gangguan integritas kulit b/d Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Perawatan integritas kulit
perubahan sirkulasi 3x24 jam diharapkan integritas kulit dan Observasi
jaringan meningkat a. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Terapeutik
a. Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
b. Lakukan pemijatan pada area penonjolan tulang jika perlu
c. Bersihkan perineal dengan air hangat
d. Gunakan baby oil
e. Hindari produk ber alkohol
Edukasi
a. Anjurkan menggunakan pelembab
b. Anjurkan minumm air yang cukup
c. Anjurkan asupan buah dan sayur