PENDAHULUAN
Penyakit arteri perifer atau peripheral artery disease (PAD) merupakan
suatu kondisi adanya lesi yang menyebabkan aliran darah dalam arteri yang
mensuplai darah ke ekstremitas menjadi terbatas. Arteri yang paling sering terlibat
adalah femoralis dan popliteal pada ekstremitas bawah, dan brakiocephalica atau
subclavia pada ekstremitas bawah. Stenosis arteri atau sumbatan karena
aterosklerosis, thromboembolism dan vaskulitis dapat menjadi penyebab PAD.
Aterosklerosis menjadi penyebab paling banyak dengan kejadiannya mencapai
4% populasi usia diatas 40 tahun, bahkan 15-20% pada usia lebih dari 70. Kondisi
aterosklerosis tersebut terjadi sebagaimana pada kasus penyakit arteri coroner
begitu juga dengan factor resiko mayor seperti merokok, diabetes mellitus,
dyslipidemia, dan hipertensi.
BAB II
KEPUSTAKAAN
2.1.
Definisi
PAOD (Perifer Arterial Occlusive Disease) atau bisa juga disebut PAD
(Perifer Arterial Disease) adalah penyumbatan pada arteri perifer yang dihasilkan
dari proses atherosklerosis atau proses inflamasi yang menyebabkan lumen
menyempit (stenosis), atau dari pembentukan trombus (biasanya terkait dengan
faktor resiko yang menjadi dasar timbulnya atherosklerosis). Ketika kondisi ini
muncul maka akan terjadi peningkatan resistensi pembuluh darah yang dapat
menimbulkan penurunan tekanan perfusi ke area distal dan laju darah. Studi
menunjukkan bahwa kondisi atherosklerosis kronik pada tungkai bawah yang
menghasilkan lesi stenosis. Mekanisme dan proses hemodinamik yng terjadi pada
PAOD sangat mirip dengan yang terjadi pada penyakit arteri koroner.
Tempat tersering terjadinya PAOD adalah daerah tungkai bawah. Sirkulasi
pada tungkai bawah berasal dari arteri femoralis yang merupakan lanjutan dari
arteri eksternal iliaka. Pecabangan utama dari arteri femoralis adalah arteri
femoralis distal (yang biasanya dimaksudkan sebagai sreri femoralis superfisial)
yang berlanjut k bagian bawah tungkai dan menjadi arteri popliteal tepat diatas
lutut. Dua arteri utama pada akhir popliteal arteri adalah arteri posterior dan
anterior tibial yang menyuplai darah kebagian bawah tungkai dan kaki. Berikut
adalah gambar vaskularisasi tungkai
2.2.
Etiologi
Penyebab dari oklusi arteri perifer adalah danya stenosis (penyempitan)
pada arteri yang dapat disebabkan oleh reaksi atherosklerosis atau reaksi inflamasi
pembuluh darah yang menyebabkan lumen menyempit.
Faktor resiko dari penyakit oklusi arteri perifer adalah
1. Merokok
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.3.
Tanda Gejala
Tanda gejala utama adalah nyeri pada area yang mnegalami penyempitan
pembuluh darah. Tanda gejala awal adalah nyeri (klaudikasi) dan sensasi lelah
pada otot yang terpengaruh. Karena pada umumnya penyakit ini terjadi pada kaki
maka sensasi terasa saat berjalan. Gejala mungkin menghilang saat beristirahat.
Saat penyakit bertambah buruk gejala mungkin terjadi saat aktivitas fisik ringan
bahkan setiap saat meskipun beristirahat.
Iliac obstruction
Femoropopliteal
Obstruction
Distal obstruction
2.4.
Klasifikasi
Adapun klasifikasi untuk penyakit arteri perifer memiliki dua klasifikasi
yaitu:
1. Fontaine Classsification
2. Rutherford classification
2.5.
Patofisiologi
Diabetes dan Inflamasi Vaskuler Inflamasi telah menjadi petanda resiko
tunika
intima
Monosit/makrofag
serta
menelan
sekresi
dan
aktivasi
molekullow-density
sitokin
lipoprotein
meningkat.
(LDL)
yang
teroksidasi yang kemudian berubah menjadi sel busa dimana akumulasi dari sel
ini akan membentuk fatty streakyang merupakan prekursor dari ateroma. Plak
ateroma akan menjadi tidak stabil oleh karena sel endotel pada pasien diabetes ini
mengeluarkan sitokin yang menghambat produksi kolagen oleh sel otot polos
pembuluh darah. Selain itu metalloproteinase juga dikeluarkan oleh sel-sel
inflamasi ini dimana zat ini dapat menghancurkan kolagenfibrous cap plak
ateroma sehingga meningkatkan kecenderungan untuk terjadinya ruptur plak dan
pembentukan trombus
Kelainan fungsi sel endotel dan otot polos pembuluh darah serta adanya
kecenderungan terjadinya trombosis memberikan dampak terhadap kejadian
aterosklerosis dan komplikasinya. Oleh karena posisi anatomis yang strategis
5
antara dinding pembuluh darah dengan aliran darah, sel endotel dapat mengatur
fungsi dan struktur pembuluh darah. Pada keadaan normal, banyak zat aktif
disintesis dan dilepaskan oleh sel endotel untuk mempertahankan homeostasis
pembuluh darah sehingga dapat mempertahankan aliran darah serta nutrisi ke
jaringan sekaligus mencegah terjadinya trombosis dan diapedesis leukosit
2.6. Pemeriksaan penunjang
A. Ankle Brachial Indeks
Pemeriksaan ABI adalah uji noninvasif yang cukup akurat untuk
mendeteksi adanya PAD dan untuk menentukan derajat penyakit ini. ABI
merupakan pengukuran non-invasif ABI didefinisikan
tekanan darah sistolik pada kaki dengan tekanan darah sitolik padalengan. Kriteria
diagnostik PAD berdasarkan ABI diinterpretasikan sebagai berikut:
Gambar 53,9 Arteri oklusi tepat di atas lutut menyebabkan claudicationof betis;
sirkulasi kolateral yang baik (Arteriogram oleh Seldingertechnique).
9
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan PAD adalah untuk mengurangi gejala klinis seperti
10
Terapi Non-farmakologi
1. Perubahan pola hidup
Berhenti merokok
Menurunkan berat badan pada penderita obesitas (diet dan olahraga)
Menurunkan tekanan darah
Menurunkan kadar kolesterol dalam darah
Menurunkan kadar gula darah jika beresiko diabetes
Olahraga teratur
2. Terapi suportif
Memakai sandal dan sepatu yang ukurannya pasa dari bahan sintetis yang
berventilasi
Terapi farmakologis
Terapi Farmakologi Dapat diberikan untuk menurunkan faktor resikoyang
ada seperti menurukan tekanan darah, kadar kolesterol dan untuk mengobati
diabetes. Selain itu, terapi farmakologis juga diberikan untuk mencegah terjadinya
11
thrombus pada arteri yang dapat menyebabkan serangan jantung, stroke, serta
untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien ketika berjalan.
Anti cholesterol
Terapi penurun lipid mengurangi risiko baru atau memburuknya gejala
klaudikasio intermiten. Statin menjadi terapi penurun lipid lini pertama.
HMG-Co A reductase inhibitor (Simvastatin) secara signifikan mengurangi
tingkat kejadian kardiovaskular iskemik sebesar 23%. Beberapa laporan
telah menunjukkan bahwa statin juga meningkatkan jarak berjalan bebas
rasa sakit dan aktivitas rawat jalan
Anti hipertensi
Pemilihan obat antihipertensi harus individual. Diuretik thiazide, beta
blocker, angiotensin-converting enzyme inhibitor (ACEIs), angiotensin
receptor blocker (ARB), dan calcium channel blockers semua efektif.
Penggunaan beta blockers aman dan efektif; mengurangi kejadian koroner
baru sebesar 53% pada mereka dengan MI sebelumnya dan gejala PAD yang
bersamaan.
Anti platelet
Telah terbukti manfaatnya dalam menurunkan resiko terjadinya MI,
stroke dan kematian vascular pada pasien PAD. ACC/AHA guidelines
telah merekomendasikan penggunaan antiplatelet (aspirin [ASA], 75 to
325 mg daily, or clopidogrel, 75 mg daily) pada pasien PAD dengan
aterosklerosis pada ekstrimitas bawah.
Cilostazol (Pletal), adalah reversible phosphodiesterase inhibitor yang
menghambat agregasi platelet, pembentukan thrombin dan proliferasi
otot polos pembuluh darah, memicu vasodilatasi dan
HDL dan menurunkan kadar TG.
meningkatkan
12
of
Chest
Physicians
Konsensus
Konferensi
tidak
Terapi Operatif
1. Angioplasti
13
14
DAFTAR PUSTAKA
1.
15