Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PEMBULUH DARAH PERIFER


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Dosen pengampu: Ns. Endro Haksara,M.Kep,FISQua

Disusun oleh:

Lukito Ayu Fitriani (20101440120056)

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAAN


STIKES KESDAM IV/DIPONEGORO SEMARANGJLN. HOS
Cokroaminoto No. 4 Semarang 50245 Jawa Tengah, Indonesia

1
LAPORAN PENDAHULUAN

Gangguan Pembuluh Darah Perifer

A. Definisi

Peripheral Arterial Disease (PAD) adalah semua penyakit yang terjadi pada
pembuluh darah setelah keluar dari jantung dan aorta, meliputi arteri karotis, arteri
renalis, arteri mesenterika dan semua percabangan setelah melewati aorta iliaka termasuk
ekstremitas atas dan ekstremitas bawah. PAD lebih sering terjadi pada ektremitas bawah
daripada ektremitas atas, penyebab utama dari penyakit ini adalah aterosklerosis (Antono
& Hamonangani, 2014). Definisi PAD secara luas yaitu penyakit vaskular yang terutama
disebabkan oleh aterosklerosis dan tromboemboli yang dalam proses patofisiologi
mengubah struktur dan fungsi aorta yang normal, yaitu cabang arteri visceral dan arteri
ektremitas bawah (Hirsch, Haskal, & Hertzer, 2006).

Penyakit arteri perifer (PAP) adalah gangguan suplai darah ke ekstremitas atas
atau bawah karena obstruksi. Mayoritas obstruksi disebabkan oleh aterosklerosis, namun
dapat juga disebabkan oleh trombosis emboli, vaskulitis, atau displasia fibromuskuler. 1
Penyakit arteri perifer meliputi arteri karotis, arteri renalis, arteri mesenterika dan semua
percabangan setelah melewati aortailiaka, termasuk ekstremitas bawah dan ekstremitas
atas. PAP yang paling banyak adalah penyakit arteri pada ekstremitas bawah.

Penyakit Arteri Perifer (PAP) adalah gangguan kesehatan di mana arteri


menyempit atau tersumbat. Biasanya kondisi ini disebabkan oleh penumpukan plak yang
terbentuk dari beragam zat yang ditemukan dalam darah. Zat yang dimaksud antara lain,
kalsium, lemak, dan kolesterol. Jumlah kecil dari zat-zat tersebut dapat tertinggal di
dinding arteri yang dilalui oleh aliran darah. Zat yang tertinggal lama kelamaan dapat
menyumbat, sehingga aliran darah ke organ tertentu menjadi berkurang. Jika sumbatan
cukup besar, maka ada kemungkinan darah tidak bisa mengalir sama sekali.Seperti
namanya, PAP menyerang arteri perifer di kepala, perut, dan anggota gerak. Namun,
gangguan ini lebih sering memengaruhi pembuluh darah yang memasok darah ke kaki.
Lokasi yang terkena terutama pada aorta abdominal dan arteri iliaka (30% dari pasien

2
yang simptomatik), arteri femoralis dan poplitea (80-90%), termasuk arteri tibialis dan
peroneal (40-50%). Proses aterosklerosis lebih sering terjadi pada percabangan arteri,
tempat yang turbulensinya meningkat, memudahkan terjadinya kerusakan tunika intima.
Pembuluh darah distal lebih sering terkena pada pasien usia lanjut dan diabetes melitus.
Peripheral arterial disease (PAD) dapat timbul disertai dengan gejala dan dapat pula
timbul tanpa disertai gejala (Scottish Intercollegiate Guidelines Network, 2006).
Manifestasi utama yang dapat dirasakan pada penyempitan arteri kronis adalah
klaudikasio intermiten (Black & Hawks, 2014). Klaudikasio merupakan penanda

penyakit oklusif arteri perifer, bersifat insidental dan dideskripsikan sebagai nyeri,
kram, keletihan atau kelemahan. Pasien dapat mengeluhkan nyeri bertambah berat saat
bergerak. Manifestasi klinis lainnya seperti rasa dingin atau kebas pada ekstremitas,
terdapat sianosis pada ekstremitas, perubahan pada kulit tampak mengkilat dan kuku
menebal, terdapat ulkus / gangren dan terjadi ketidaksamaan frekuensi nadi
antarekstremitas atau bahkan nadi tidak teraba (Brunner & Suddarth's, 2013).

Pada PAP terdapat juga penyakit-penyakit kardiovaskular yang mengiringi. Data


dari Reduction of Atherothrombosis for Continued Health (REACH) tahun 2010
menunjukan saling tumpang tindih antara penyakitpenyakit kardiovaskuler seperti
penyakit arteri perifer, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit jantung koroner.

B. Etiologi

Penyakit arteri perifer disebabkan oleh aterosklerosis. Pada saat terjadi


aterosklerosis, lemak akan menumpuk di dinding pembuluh darah, sehingga aliran darah
menjadi tersumbat. Aterosklerosis dapat terjadi pada pembuluh darah lain di tubuh,
terutama jantung. Aterosklerosis yang terjadi pada pembuluh darah yang mengalirkan
darah ke kaki disebut juga dengan penyakit arteri perifer. Penyakit penyerta lain sebagai
penyebab dari penyakit arteri perifer antara lain:

a. Gagal Jantung
b. Infeksi
c. Perubahan pembuluh darah dan pembuluh darah limfe
d. Proses penuaan (Suzanne C Smeltzer, 2001)

3
Pada PAP terdapat juga penyakit-penyakit kardiovaskular yang mengiringi.
Data dari Reduction of Atherothrombosis for Continued Health (REACH) tahun 2010
menunjukan saling tumpang tindih antara penyakitpenyakit kardiovaskuler seperti
penyakit arteri perifer, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit jantung koroner.28

PAD, CAD,
1%
CVD
PAD & 0
1% PAD,
CVD 3%
4 alone
7

PAD &
3%
CAD
9

Etiologi PAP bisa berasal dari non aterosklerotik dan aterosklerotik. Penyebab
non aterosklerotik seperti trauma, vasculitis, dan emboli, namun aterosklerotik lebih
banyak menunjukkan PAP dan menyebabkan dampak epidemiologi yang besar. PAP
khususnya penyakit arteri ekstremitas bawah memiliki berbagai gambaran klinis
berdasarkan kriteria Fontaine dan Rutherford, meskipun sebagian besar pasien tidak
mengalami gejala apapun.

Ada berbagai etiologi PAP non aterosklerotik seperti trauma, vaskulitis, dan
emboli. Etiologi aterosklerosis merupakan presentasi sebagian besar PAP dan memiliki
dampak epidemiologi terbesar. Aterogenesis dimulai dengan lesi di dinding pembuluh
darah dan pembentukan plak aterosklerotik. Proses ini dikuasai oleh leokocyte-mediated
inflammation lokal dan oxidized lipoprotein species terutama low-density lipoproteins
(LDL). Merokok, hiperkolesterolemia, diabetes, dan hipertensi menurut beberapa
penelitian mempercepat pembentukan aterosklerosis

C. Manifestasi Klinis

Sebagian besar pasien dengan penyakit arteri perifer (PAP) memiliki kemampuan
latihan atau aktivitas yang terbatas dan kemampuan berjalan juga terganggu sehingga,

4
PAP terkait dengan menurunnya fungsi fisik dan kualitas hidup.13 PAP pada kaki
memiliki range presentasi klinis yang berbeda-beda, dari rasa sakit ketika berjalan kaki
(klaudikasio intermiten; IC) hingga terjadinya gangren.31 Spektrum manifestasi penyakit
meliputi individu asimtomatik dengan aliran darah saat istirahat terganggu, orang dengan
klaudikasio intermiten atau gejala pada kaki selama beraktivitas, orang yang nyeri saat
istirahat (rest pain) dan tissue loss yang mengalami progresifitas, atau critical limb
ischemia (CLI), dan orang dengan perfusi ekstremitas yang tidak adekuat secara tiba-tiba
yang membahayakan viabilitas pada critical limb ischemia.28

Gejala klasik yang terjadi adalah klaudikasio intermiten, yang merupakan


ketidaknyamanan otot ekstremitas bawah yang terjadi karena latihan atau aktivitas dan
hilang dengan istirahat dalam 10 menit. Pasien mungkin mendeskripsikan kelelahan otot,
sakit atau kram saat aktivitas yang hilang dengan istirahat. Gejala yang paling sering yaitu
pada betis, tapi juga terdapat pada paha atau daerah glutea. Klaudikasio khas terjadi pada
sepertiga dari semua pasien PAP. Pasien tanpa klaudikasio klasik juga memiliki
keterbatasan berjalan yang mungkin terkait dengan gejala atipikal. Gejala khas
klaudikasio mungkin tidak terjadi pada pasien yang memiliki penyakit penyerta yang
mencegah aktivitas yang cukup untuk menyebabkan timbulnya gejala (yaitu gagal jantung
kongestif, penyakit paru berat, penyakit muskuloskeletal) atau pada pasien yang tidak
memungkinkan untuk melakukan latihan atau aktivitas. Oleh karena itu, pasien yang
diduga menderita PAP harus ditanya tentang beberapa pembatasan latihan selama latihan
ekstremitas inferior.13

Gejala yang umum dialami adalah nyeri pada regio glutea, paha, atau betis dengan
klaudikasio, disfungsi ereksi, atau dapat juga asimtomatik yang didiagnosis dengan ABI
yang tidak normal. Gejala lain yang mungkin dialami pasien adalah nyeri pada tungkai
dan kaki saat istirahat, ulkus pada tungkai yang tidak sembuh, nyeri pada lengan dengan
klaudikasio, perbedaan tekanan darah pada lengan kanan dan kiri lebih dari 15 (PAP pada
lengan).
Pasien dengan klaudikasio intermiten memiliki aliran darah yang normal pada saat
istirahat, oleh karena itu, tidak ada gejala nyeri/sakit pada kaki saat istirahat. Dengan
berolahraga, aliran darah pada arteri otot-otot kaki dapat dibatasi oleh sumbatan
aterosklerosis. Hal ini mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara suplai oksigen
dan kebutuhan metabolik otot, sehingga memunculkan gejala klaudikasio. Pasien dengan

5
PAP yang parah dapat mengalami klaudikasio setelah berjalan walaupun hanya dalam
jarak yang pendek, atau mengalami sensasi sakit di kaki ketika istirahat atau ketika
berbaring di tempat tidur di malam hari. Pada kasus yang parah, pasien juga dapat
mengalami ulkus yang tidak dapat sembuh dengan sendirinya atau kulit yang menghitam
(gangren) pada kaki atau jari kaki

D. Patofisiologi

Patogenesis PAP

Patofisiologi yang terjadi pada pasien PAP meliputi keseimbangan suplai dan
kebutuhan nutrisi otot skeletal. Klaudikasio intermiten terjadi ketika kebutuhan oksigen
selama latihan atau aktivitas melebihi suplainya dan merupakan hasil dari aktivasi
reseptor sensorik lokal oleh akumulasi laktat dan metabolit lain. Pasien dengan
klaudikasio dapat mempunyai single atau multiple lesi oklusif pada arteri yang mendarahi
tungkai. Pasien dengan clinical limb ischemic biasanya memiliki multiple lesi oklusif
yang mengenai proksimal dan distal arteri tungkai sehingga pada saat istirahat pun
kebutuhan oksigen dan nutrisi tidak terpenuhi.

Patofisiologi PAP terjadi karena tidak normalnya regulasi suplai darah dan
penggantian struktur dan fungsi otot skelet. Regulasi suplai darah ke tungkai dipengaruhi
oleh lesi yang membatasi aliran (keparahan stenosis, tidak tercukupinya pembuluh darah
kolateral), vasodilatasi yang lemah (penurunan nitrit oksida dan penurunan responsifitas
terhadap vasodilator), vasokonstriksi yang lebih utama (tromboksan, serotonin,
angiotensin II, endotelin, norepinefrin), abnormalitas reologi (penurunan deformabilitas

6
eritrosit, peningkatan daya adesif leukosit, agregasi platelet, mikrotrombosis, peningkatan
fibrinogen).

Adanya stenosis pada pembuluh darah maka resistensi meningkat, selain itu pada
saat latihan tekanan intramuskuler meningkat sehingga diperlukan tekanan darah yang
lebih tinggi namun setelah melewati daerah stenosis tekanan darah menjadi rendah.
Tercukupinya kebutuhan oksigen dan nutrisi pada pasien dengan stenosis bergantung
pada diameter lumen dan adanya kolateral yang dapat menyuplai darah secara cukup pada
saat istirahat namun tetap tidak mencukupi kebutuhan saat latihan.

Abnormalitas dari reaktifitas vasomotor mengganggu aliran darah. Normalnya


arteri dilatasi terhadap respon farmakologi dan stimulus biokimia seperti asetilkolin,
serotonin, trombin, dan bradikinin. Respon vasodilatasi ini merupakan hasil dari
pelepasan zat aktif biologi dari endotelium terutama nitrit oksida. Pada arteri yang
aterosklerosis mengalami respon vasodilatasi yang buruk terhadap stimulus arus atau
farmakologi.1 NO tidak hanya terlibat dalam vasodilatasi dengan relaksasi otot polos,
tetapi juga memediasi penghambatan aktivasi trombosit, adhesi, dan agregasi; mencegah
proliferasi otot polos pembuluh darah; dan mencegah adhesi leukosit pada endotel.
Penggantian struktur dan fungsi otot skelet dipengaruhi oleh denervasi axon dari otot
skelet, kehilangan serabut otot tipe IIA yang berhubungan dengan penurunan kekuatan
otot, dan aktivitas enzimatik mitokondria yang lemah.

E. Pathway

7
Pathway PAP

Pasien dengan PAP kemungkinan mengalami banyak masalah, seperti


klaudikasio intermiten, critical limb ischemia (CLI), ulserasi iskemik, rawat inap
berulang, revaskularisasi, dan amputasi anggota tubuh. Pasien PAP juga memiliki
risiko yang lebih besar terhadap kematian akibat stroke, infark miokard dan serangan
jantung.11,10 Sepertiga pasien yang terdiagnosis PAP akan meninggal dalam 5 tahun
dan setengah dari pasien PAP akau meninggal dalam 10 tahun, disebabkan oleh
serangan jantung atau stroke.

Pada pasien PAP tren survival berhubungan dengan ada atau tidaknya gejala
dan keparahan gejala tersebut. Survival dari semua pasien dengan PAP menurun
secara signifikan jika dibandingkan dengan orang normal. Pada pasien dengan PAP
yang parah, 5-year survival rate hanya 30% sedangkan pada orang normal 80%.
Pasien PAP dengan gejala ataupun tanpa gejala, 5-year survival rate hanya sedikit
lebih baik dibandingkan pasien dengan PAP yang parah.

F. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Non-farmakologi
2. Terapi suportif
3. Terapi intervensi

8
4. Terapi Farmakologi Dapat diberikan : Aspirin 81-125 mg, Clopidogrel 75 mg,
Pentoxifiline 1,2 g, Cilostazol 100 mg, Ticlopidine 500 mg, Obat-obatan tersebut
dalam penelitian dapat memperbaiki jarak berjalan dan mengurangi penyempitan.

G. Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis peripheral artery disease (PAD) ditegakkan dengan anamnesis dan


pemeriksaan fisik. Penegakan diagnosis didukung dengan pemeriksaan penunjang :
1. Anamnesis
Pada anamnesis pasien peripheral artery disease (PAD) dapat ditemukan tanda
khas berupa klaudikasio intermiten. Klaudikasio intermiten adalah keluhan pada otot
betis berupa kelelahan, rasa tidak nyaman, kram atau nyeri yang diinduksi oleh
aktivitas dan membaik dengan istirahat selama 10 menit. Namun demikian, gejala
khas ini hanya ditemukan pada 10% pasien dengan PAD dan 40% lainnya tidak
mengeluhkan adanya gejala. Sedangkan, 50% sisanya mengeluhkan gejala yang tidak
khas seperti nyeri yang tidak melibatkan betis, nyeri yang tidak mengganggu atau
nyeri yang tidak membaik setelah beristirahat. Keluhan lain yang harus ditanyakan
pada pasien adalah adanya gejala lain yang berhubungan dengan aktivitas namun
tidak berlokasi di sendi seperti rasa lemas, adanya gangguan saat berjalan atau adanya
nyeri pada tungkai saat pasien beristirahat.

Anamnesis yang perlu dilakukan juga untuk mengetahui faktor risiko yang
dimiliki pasien. Lokasi nyeri yang dialami pasien juga dapat digunakan untuk
memperkirakan lokasi sumbatan pada pasien. Klaudikasio juga harus dibedakan
dengan pseudo klaudikasio akibat stenosis spinal atau kompresi saraf. Pseudo
Klaudikasio dapat dikenali dengan nyeri yang tidak khas, atau nyeri yang berkurang
dengan posisi tubuh tertentu atau pasien tidak dapat berjalan lagi selama 15-30 menit.
Nyeri saat berdiri umumnya terjadi pada kasus stenosis spinal dan tidak pernah
ditemukan pada PAD.] Beberapa pertanyaan bisa ditanyakan kepada pasien yang akan
membantu diagnosis PAD, yaitu:

a. Apakah pasien mengalami nyeri saat ambulasi? Jika ya, seberapa jauh pasien
dapat berjalan sebelum nyeri timbul? Apakah nyeri menyebabkan pasien berhenti
berjalan? Jika ya, setelah berapa lama pasien dapat melanjutkan berjalan? Apakah

9
rasa sakitnya kambuh setelah berjalan kaki yang sama? Apakah kemampuan
pasien untuk berjalan berkurang seiring waktu atau mengubah gaya hidup pasien
dengan cara apa pun?
Apakah pasien mengalami nyeri pada ekstremitas yang membangunkannya dari
tidur? Jika ya, dimana letak nyerinya? Apakah nyeri berkurang setelah kaki
digantung di sisi tempat tidur? Apakah nyeri menyebabkan pasien tidur sambil
duduk di kursi?
b. Apakah pasien memperhatikan adanya luka atau borok yang tidak sembuh-sembuh
di jari kaki? Jika ya, sudah berapa lama luka atau bisul itu muncul? Jika luka
pernah terjadi di masa lalu, tindakan apa yang digunakan untuk mempercepat
penyembuhan?
Pemeriksaan Fisik
Beberapa temuan pemeriksaan fisik pada peripheral artery disease di antaranya
adalah menghilangnya pulsasi ekstremitas bawah dan adanya bruit vaskular. Pada
pasien dengan PAD ekstremitas bawah dapat ditemukan hilangnya rambut, kulit yang
mengkilap, dan atrofi otot. Pada kasus yang lebih parah ditemukan adanya dependent
rubor dan elevation pallor akibat gangguan autoregulasi pada arteriol dan kapiler kulit.
Pada beberapa kasus dapat juga ditemukan luka yang sulit membaik atau gangren.
Ulkus arterial ditandai dengan lesi punched-out dengan batas yang tegas

Tanda vital dan kelainan pada pasien harus dicatat. Suhu dan tekanan darah
pasien di setiap ekstremitas atas harus didokumentasikan dan yang lebih tinggi dicatat
untuk perhitungan indeks pergelangan kaki-brakialis atau ankle-brachial index (ABI).
Demam dapat menunjukkan adanya ulkus yang terinfeksi, dan adanya takikardia dan
takipnea dapat mendukung diagnosis infeksi ruang dalam kaki yang mungkin tidak
mudah terlihat pada pemeriksaan fisik

Pemeriksaan vaskular paling baik dilakukan dengan pasien terlentang di atas


meja pemeriksaan dan harus dilakukan hanya setelah pasien beristirahat setidaknya
selama 15 menit dan telah melakukan pemanasan jika datang ke dalam ruangan dari
cuaca dingin. Pasien dengan iskemia lanjut yang tidak dapat mentolerir kaki yang
ditinggikan dapat ditempatkan terlentang sebentar untuk memeriksa perut dan
pembuluh darah femoralis dan kemudian duduk tegak untuk melakukan sisa
pemeriksaan. Pemeriksaan harus mencakup inspeksi kulit ekstremitas, pemeriksaan
10
abdomen, palpasi semua nadi perifer, auskultasi bruit, dan pemeriksaan neurologis
ekstremitas

2. Pemeriksaan ankle-brachial index (ABI)


Pemeriksaan fisik yang penting pada kasus PAD adalah pemeriksaan ankle-
brachial index (ABI). Pemeriksaan ABI juga dikenal sebagai ankle-arm index.
Pemeriksaan ini membandingkan sistolik tertinggi dari kedua kaki (pemeriksaan pada
arteri dorsalis pedis dan tibialis posterior) dibandingkan dengan sistolik tertinggi pada
kedua lengan (pemeriksaan pada arteri brakialis). Pemeriksaan ABI menunjukkan
sensitivitas dan spesifisitas yang baik bila dibandingkan dengan modalitas diagnostik
lainnya. Pemeriksaan ABI dengan doppler menunjukkan sensitivitas 0,17-1,0 dan
spesifisitas 0,8-1,0, sedangkan pemeriksaan ABI dengan oscillometry menunjukkan
sensitivitas 0,29-0,93 dan spesifisitas 0,96-0,98. Sensitivitas ABI dibandingkan
dengan angiografi dalam mendeteksi stenosis adalah 0,94-0,97

3. Pemeriksaan tekanan ekstremitas segmental


Pemeriksaan tekanan ekstremitas segmental dilakukan untuk mengidentifikasi
lokasi anatomik dan derajat keparahan PAD. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
membandingkan tekanan sistolik pada atas dan bawah paha, betis dan pergelangan
kaki. Perbedaan tekanan lebih dari 20 mmHg pada dua segmen yang diperiksa
menandakan adanya sumbatan pada segmen tersebut.

4. Pemeriksaan latihan treadmill


Pemeriksaan ankle-brachial index (ABI) berulang pasca latihan dapat
menegakkan diagnosis. Pada pasien yang asimtomatik dapat ditemukan adanya
pemeriksaan ABI normal atau sedikit menurun. Namun, selama latihan, terjadi
dilatasi arteriol pada ekstremitas bawah tidak menyebabkan peningkatan tekanan pada
ekstremitas bahwa karena adanya stenosis, sedangkan pada ekstremitas atas terjadi
peningkatan tekanan. Hal ini menyebabkan penurunan ABI. Pasien tanpa PAD
biasanya mampu melakukan 2 mil per jam dengan peningkatan 12% selama 5 menit
tanpa adanya peningkatan atau dengan peningkatan minimal tekanan sistolik
pergelangan kaki.

11
H. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas klien : selain nama klien, juga orangtua; umur, alamat, asal kota dan daerah.
b. Riwayat kesehatan Keluhan utama : penyebab utama klien sampai dibawa ke rumah
sakit.
c. Riwayat penyakit sekarang :tanda dan gejala klinis gangguan vaskuler perifer, gejala
yang mudah diamati adalah nyeri sperti kram yang hilang saat istirahat.
d. Riwayat penyakit dahulu :untuk mengidentifikasi adanya faktor-faktor penyulit atau
faktor yang membuat kondisi pasien menjadi lebih parah kondisinya.
e. Komplikasi dari penyakit terdahulu dapat menjadi pertimbangan dalam penanganan
aterosklerosis. Adanya penyakit hipertensi, ataupun penyakit kardiovaskuler lain
dapat dipertimbangkan pengaruhnya terhadap terjadinya gangguan vaskuler.
f. Riwayat penyakit keluarga : adakah penyakit yang diderita oleh anggota keluarga
yang mungkin ada hubungannya dengan penyakit klien sekarang.
g. Pola nutrisi-metabolik: Kehilangan nafsu makan. Pada awal kejadian adanya mual
atau muntah (adanya peningkatan intra kranial) kehilangan senasai pada lidah, dagu,
tenggorokan dan gangguan menelan. Pola eliminasi: Adanya perubahan pola
eliminasi, anuria, inkontensia urine, distensi abdomen, tidak ada bising usus
h. Pola aktifitas-latihan:Adanya kesukaran terhadap aktivitas karena kelemahan,
kehilangan sensasi atau paralysis atau hemiplegi, mudah lelah.
i. Pola tidur dan istirahat: Kesukaran untuk istirahat karena kelemahan secara umum dan
gangguan penglihatan. Pola sensorik
j. Pemeriksaan fisik: fokus pada sistem kardiovaskuler dan sistem respirasi
k. Pemeriksaan tanda-tanda vital : TD, Nadi, RR dan Suhu penting dilakukan untuk
mengetahui tanda awal dari ketidakstabilan hemodinamik tubuh, gambaran dari tanda
vital yang tidak stabil merupakan indikasi dari peningkatan atau penurunan kondisi
perfusi jaringan dan kegagalan jantung dalam berkontraksi.
l. Keluhan atau adanya nyeri: Pada identifikasi nyeri perlu dikaji lebih dalam seberapa
besar nyeri muncul, lokasi dan sifat nyeri termasuk penjalaran dari nyeri yang muncul
sehingga dapat diklasifikasikan daerah/area yang mengalami aterosklerosis. Adanya
nyeri yang terkaji dapat menjadi patokan, didaerah mana kira-kira lokasi yang
mengami penyumbatan dan setelah itu perlu di identifikasi kembali dengan beberapa
pemeriksaan penunjang untuk membuktikan dan mempertegas kondisi pasien.
m. Pemeriksaan tanda-tanda vital :Tanda-tanda vital merupakan pemeriksaan fisik yang
sangat penting dilakukan karena adanya perubahan tanda-tanda vital menunjukkan
12
kelainan sirkulasi dalam sistem sistemik tubuh. Dengan asumsi penurunan
kontraktilitas otot-otot jantung, maka denyut nadi akan menurun dan juga tekanan
darah naik lama kelamaan akan menurun karena penurunan cardiac output. Oleh
karena itupengkajian terhadap tanda-tanda vital sangat perlu dilakukan sebagai
indikasi awal adanya kelainan sistemik tubuh. Pemantauan Hemodinamik :Disamping
pemantauan TTV, perlu juga haru dikaji sistem hemodinamik tubuh, karena adanya
perubahan curah jantung, maka sirkulasi juga akan berkurang, demikian juga cairan
dan keseimbangan cairan akan berpengaruh terhadap tekanan hemodinamik tubuh
Pemantauan perubahan penampakan dan temperature kulit– Aliran darah yang tidak
memadai mengakibatkan ekstremitas dingin– Rubor terlihat dalam 20 menit sampai 2
menit setelah ektremitas tergantung dan merupakan petunjuk adanya kerusakan arteri
dimana pembuluh darah tidak mampu berkonstruksi. – Sianosis– Rambut hilang–
Kuku rapuh– Kulit kering– Atropi dan ulserasi– Edema bilateral atau unilateral

I. Diagnosa Keperawatan
1. Ganguuan perfusi jaringan berhubungan dengan gamgguan sirkulasi
2. Nyeri berhubungan dengan gangguam kemampuan pembuluh darah menyuplai
3. Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai
oksigen
4. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi Dx

J. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan sirkulasi.
Tujuan : meningkatkan suplai - Ekstremitas hangat pada perabaan-Warna ekstremitas
membaik- Melakukan seri latihan Bueger Allen 6 kali, 4 kali secukupnya
a) Menurunkan ekstremitas dibawah jantung.Rasional : ekstremitas bawah yang
tergantung memperlancar suplai darah arteri.
b) Mendorong latihan jalan seddang atau latihan ekstremitas bertahap.Rasional :
latihan otot memperbaiiki aliran darah dan pertumbuhan sirkulasi kolateral.
c) Mendorong latihan postural aktif
2. Nyeri berhubungan dengan gangguan kemampuan pembuluh darah menyuplai
oksigen.
Tujuan : menghilangkan nyeri.Kriteria hasil :- Nyeri hilang atau berkurang
13
a) Memperbaiki sirkulasi.Rasional : perbaikan sirkulasi perifer meningkatkan
oksigen yang disuplai ke otak dan megurangi akumulasi metabolit yang
menyebabkan spasme otot.
b) Memberikan nalgetik sesuai dengan resep dengan pendekatan keperawatan yang
sesuai.Rasional : analgetik mengurangi nyeri dan memungkinkan pasien
berpartisispasi dalam aktifitas dan latihan memperbaiki sirkulasi
3. Risiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi
Tujuan : pencapaian atau mempertahankan integritas jaringan. Kriteria hasil
:Menghindari trauma dan iritasi kulit-Mengenakan sepatu pelindung-Setia kepada
aturan hygieneMakan diet seimbang yang mengandung cukup protein, vitamin B dan
vitamin C
Menginstruksikan cara menghindari trauma terhadap ekstremitas.Rasional :
a) jaringan dengan nutrisi buruk peka terhadap trauma dan infeksi bakteri,
penyembuhan luka melambat dan berhenti sehubungan dengan perfusi jaringan
yang buruk.
b) Memdorong pemakaian sepatu dan bantalan pelindung pada daerah yang
tertekan.Rasional : sepatu dan bantalan pelindung mencegah cedera dan lepuh.
c) Mendorong hygiene ketat mandi dengan sabun netral, mengoleskn pelembab,
memotong kuku dengan hatihati.Rasional : sabun netral dan pelembab mencegah
kekeringan dan pecah-pecah kulit.
d) Diperingatkan untuk menghindari gosokn atau garukan kuat.Rasional : menggaruk
dan menggosok dapat menyebabkan abrasi kulit dan invasi bakteri.
e) Promosi nutrisi yang baik asupan vitanib B dan C yang adekuat dan protein,
mengontrol obesitas.Rasional : nutrisi yang bagus akan berguna pada proses
penyembuhan dan mencegah kerusakan jaringan.
4. Deficit pengetahuan mengenai aktifitas perawatan diri.
Tujuan : patuh dalam menjalankan program perawatan diri.Kriteria hasil :- Melakukan
perubahan posisi sesering yang
Intervensi :
a) Mengikutsertakan keluarga atau orang terdekat dalam program penyuluhan
Rasional : kepatuhan dalam program dianjurkan Melakukan latihan postural sesuai
yang dianjurkanMinum obat sesuai resepMelakukan upaya pencegahan trauma
Melaksanakan program penatalaksaan stress perawatan dalam meningkat apabila

14
pasien menerima dukungan dari keluarga dan kelompok dukungan diri yang
sesuai.
b) Memberikan instruksi tertulis mengenai perawatan kaki, tungkai, dan program
perawatan.Rasional : instruksi tertulis sebagai pengingat dan penguat informasi.
c) Merujuk kekelompok bantuan diri sesuai keperluan, missal klinik penghentian
rokok, penatalaksaan stress, penatalaksaan berat badan, dan program latihan.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/penyakit-arteri-perifer#:~:text=Peripheral%20arterial%20disease
%20(PAD)%20atau,terasa%20sakit%2C%20terutama%20saat%20berjalan.
http://jurnalpenyakitdalam.ui.ac.id/index.php/jpdi/article/download/299/186
http://repository.pkr.ac.id/1423/
Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.Suzanne C. Smeltzer,
Brenda G. Bare.2001Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Sudarth ed. 8. Jakarta:
ECG.Mansjoer, Arif . 2000.Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta : Media SculapiusDoengoes,
Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S.
Jakarta ECG

15

Anda mungkin juga menyukai